cover
Contact Name
Tonni Limbong
Contact Email
tonni.budidarma@gmial.com
Phone
+6281267058001
Journal Mail Official
alexander_naununu@ust.ac.id
Editorial Address
Jl. Setiabudi No. 479 F Tanjungsari, Medan, Provinsi Sumatera Utara, 20132
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Logos
ISSN : 14125943     EISSN : 27767485     DOI : -
Core Subject : Health, Social,
Jurnal Logos memuat artikel hasil penelitian tentang ilmu Filsafat dan Teologi yang dikaji secara empiris dan sesuai kaidah ilmiah sebagai refleksi kritis yang sistematis atas iman khususnya iman Katolik dengan fokus kajian Teologi, Filsafat, Kajian Sosial, Naluri dan Iman, Teknologi pada Teologi dan Filsafat, Pendidikan Agama dan kepercayaan tentang kebenaran pokok-pokok iman Katolik dalam terang wahyu Ilahi, yaitu tradisi dan Kitab Suci, selanjutnya mengenai pelaksanaan iman dalam hidup sehari-hari.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 12 No 2 (2015): Juni 2015" : 5 Documents clear
MENGENANGKAN DEKRIT PERFECTAE CARITATIS TENTANG PEMBAHARUAN DAN PENYESUAIAN HIDUP RELIGIUS Raidin Sinaga
LOGOS Vol 12 No 2 (2015): Juni 2015
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v12i2.866

Abstract

Yesus Kristus adalah pusat sejarah keselamatan, Dia juga puncaknya. Gereja berada dalam fase “inter tempora” , antara kedatangan pertama (Parousia I) dan yang kedua (Parousia II). Gereja “ada dalam dan bersama dunia”, tetapi sekaligus “tidak berasal dari” dunia. Keberadaan Gereja dalam sejarah manusia dan dunia, yang juga diyakini merupakan bagian dari sejarah keselamatan, menyadarkan Gereja akan “keduniawian”-nya. Kesadaran ini mendorong Gereja untuk mengadakan pertobatan dan pembaharuan diri. Dalam alur pemikiran ini Gereja dilihat bukan lagi sesuatu yang sempurna dan tetap mampu menjadi jawaban untuk manusia dalam setiap zaman. Sebaliknya, Gereja harus selalu memperbaharui diri supaya tetap aktual dan efektif dalam mewahyukan Allah dan menghadirkan Kerajaan-Nya di tengah manusia dan dunia yang menyejarah dan selalu mengalami perubahan. Gereja ada untuk misi perutusan, yakni demi keselamatan manusia dan dunia. Dari terminologi Yunani yang digunakan untuk menggambarkan Gereja, fungsi utama atau untuk apa Gereja ada menjadi sangat jelas. Kata yang dipakai ialah ekklesia (ek-kaleo) yang berarti “dipanggil keluar untuk berkumpul”. Panggilan ini bertujuan bukan demi Gereja sendiri tetapi demi misi perutusan. Gereja ada bukan untuk dirinya sendiri tetapi demi pelayanan umat manusia dan untuk membawa kabar keselamatan bagi seluruh dunia.
INDAHNYA PANGGILAN TUHAN : Butir-butir Refleksi Surat Apostolik Paus Fransiskus dalam Tahun Hidup Bakti Sihol Situmorang
LOGOS Vol 12 No 2 (2015): Juni 2015
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v12i2.863

Abstract

Tak bisa dipungkiri bahwa tarekat religius atau hidup bakti adalah harta yang tak tergantikan bagi Gereja. Kehadiran dan sumbangannya sungguh telah mewarnai dan menghiasi Gereja dan perutusannya sepanjang masa. Kaum religius laksana garda depan bagi karya misioner Gereja lewat karya pastoral, pendidikan, sosial maupun kesehatan. Kesadaran akan sumbangan besar kaum religius inilah kiranya yang mendorong pemimpin Gereja senantiasa memberi dukungan kepada hidup bakti dengan menerbitkan sejumlah dokumen penting, khususnya sejak Konsili Vatikan II. Gereja berharap bahwa kaum religus berbuah lebih subur lagi untuk memperlihatkan keindahan, kesuburan dan kesempurnaan Kerajaan Allah. Paus Fransiskus menetapkan tahun 2015sebagai Tahun Hidup Bakti sebagai suatu ajakan untuk semakin menghargai sumbangan karisma dan kesaksian kaum religius. Tahun ini menjadi momentum untuk bersyukur sekaligus kesempatan untuk berefleksi bagi tarekat hidup bakti secara khusus dan bagi seluruh Gereja secara umum.Dengan demikian tugas perutusan yang diterima dari Sang Misionaris Agung lebih berbuah lagi.
KLERIKUS DILARANG BERPOLITIK PRAKTIS Promosi Agar Klerikus Aktif Berpolitik Kepedulian Sosial Largus Nadeak
LOGOS Vol 12 No 2 (2015): Juni 2015
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v12i2.1467

Abstract

Setiap umat Kaktolik otomatis anggota masyarakat satu negara. Setiap umat Katolik baik para klerikus dan awam dipanggil untuk terlibat aktif berpolitik. Kegiatan politik merupakan seni mengatur dan mengurus negara yang mencakup penetapan bentuk, semua kebijakan/tindakan demi kesejahteraan masyarakat, dan mempertanggungjawabkannya. Umat awam diharapkan terlibat dalam politik praktis dan politik kepedulian sosial. Para klerikus dilarang berpolitik praktis tetapi harus telibat aktif dalam politik kepedulian sosial. Larangan ini jelas disebut dalam KHK 1983, kan. 287, 2, para klerikus “Jangan turut ambil bagian aktif dalam partai-partai politik dan dalam kepemimpinan serikat-serikat buruh, kecuali jika menurut penilaian otoritas gerejawi yang berwenang hal itu untuk melindungi hak-hak Gereja atau memajukan kesejahteraan umum.” Anggota klerikus yang berusaha terlibat dalam politik praktis tanpa disetujuai oleh pimpinannya, bukan hanya melawan KHK tetapi melawan kesadaran pilihan sebagai anggota klerikus. Umat awam hendaknya mendukung para klerikus untuk tetap bangga dalam panggilan sebagai anggota klerikus dalam menggunakan pengaruhnya politis kepedulian sosialnya dalam memperjuangkan hak-hak Gereja dan kesejahteraan umum masyarakat secara keseluruhan
“KELUARGA YANG RAPUH” MENDIDIK MORAL ANAK DI DALAM BUDAYA POSTMODERNISME Antonius Moa
LOGOS Vol 12 No 2 (2015): Juni 2015
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v12i2.864

Abstract

Nowdays, family as the union of persons are in fragile condition and in crisis. These things are happening as the effect of a strong cultural changing: from modernity to a fragile culture called postmodernity. What to do? How families handle this crisis? As the main actor in the mission and responsibility for children's moral educations, families are facing great challenges. To be able to do this mission and face this problem, families have to renew themselves continuously, find and create a model for their moral education for their children which comes from realities faced in particular time. It means, the families must know their reality because each family has different reality. Another  invitation is to find way to integrate the values from modern and post-modern culture. Whith this solution hopefuly the crisis in the families will be lessen or solve in proper way. 
PERJANJIAN BARU DAN TEOLOGI Alfonsus Ara
LOGOS Vol 12 No 2 (2015): Juni 2015
Publisher : UNIKA Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/logos.v12i2.865

Abstract

Perjanjian Baru bukanlah cabang dari teologi, tetapi sebagai akar, sumber, landasan dan otoritas tertinggi dalam berteologi. Berangkat dari penegasan ini, maka disimpulkan bahwa: pertama, sesungguhnya penulis Kitab Suci Perjanjian Baru tidak berteologi (teologi ilmiah). Mereka hanya menulis dan meneruskan (laporan, rencana) Wahyu Allah yang terpenuhi dalam diri Yesus Kristus (teologi dasar); kedua, Perjanjian Baru adalah inti dari Wahyu Allah sendiri, bukan bagian dari teologi.

Page 1 of 1 | Total Record : 5