cover
Contact Name
Abdillah Afabih
Contact Email
abdillahafa5@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalnabawi@gmail.com
Editorial Address
Jl. Irian Jaya No. 10 Tebuireng Diwek Jombang
Location
Kab. jombang,
Jawa timur
INDONESIA
Nabawi: Journal of Hadith Studies
ISSN : 27978370     EISSN : 27463206     DOI : -
NABAWI: Journal of Hadith Studies provide a platform for researchers on hadith and history of hadith. Author can send his research about hadith on any perspective. Nevertherless, We suggest the following broad areas of research: 1. Takhrij and dirasat al-asanid 2. Ulumul Hadith 3. Living Hadith 4. Mukhtalaf Hadith 5. Fiqh al-Hadith 6. Lughat al-hadith 7. Biographical research of ahl al-hadith
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2022): Nabawi: Journal of Hadith Studies" : 6 Documents clear
KH. SYANSURI BADAWI'S METHOD IN THE STUDY OF RIWAYAH AND DIRAYAH HADITH AT PESANTREN TEBUIRENG Iqbal Nursyahbani
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 3, No 1 (2022): Nabawi: Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55987/njhs.v3i1.61

Abstract

KH. Syansuri Badawi merupakan salah satu guru di Pesantren Tebuireng, beliau merupakan salah satu murid Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Salah satu peran beliau adalah kajian hadis kitab Sahih Bukhari dan kitab Sahih Muslim setiap tahun di bulan Ramadan, yang memuat metode beliau dalam kajian tersebut dari segi riwayat hadis dan dirayahnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui  metode Kiai Syansuri Badawi dalam kajian hadis baik dari segi riwayah maupun dirayah, yang sampai sekarang sangat berpengaruh bagi kelanjutan kajian hadis di Pesantren Tebuireng ini, serta bertujuan memberikan kajian ilmiyah dalam ilmu hadis. Penelitian ini menggunakan metode filologi, wawancara, kajian kepustakaan, dan keterangan serta penjelasan-penjelasan yang diperoleh dengan meneliti kitab salah satu murid Kiai Syansuri yang digunakan dalam kajian, serta dari rekaman-rekaman kajian beliau, serta dari hasil wawancara dengan sebagian murid-murid beliau. Terkadang juga mencari keterangan dari kitab-kitab lain yang berhubungan dengan pembahasan. Metode kajian  Kiai Syansuri Badawi tidak hanya pembacaan kitab saja, akan tetapi di dalamnya terdapat beberapa metode pembelajaran, diantaranya metode kajian hadis dari segi riwayah dan dirayah, bahwa dari segi riwayat terdiri menjadi dari menjaga keaslian sanad Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, penjelasan per lafadz, dan metode penerimaan dan penyampaian hadis kepada para murid. Adapun segi dirayahnya terdiri dari penjelasan dan istinbath hadis menurut beliau, penjelasan beliau tentang ilmu mustholah hadis, serta metode beliau dalam ilmu Jarh wa At-Ta’dil AbstractKH. Syansuri Badawi is one of the teachers at the Pesantren Tebuireng. He is a student of Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari. One of his roles is the study of hadith from the Sahih Bukhari and Sahih Muslim books every year in the month of Ramadan, which includes his method in the study in terms of the history of hadith and its guidance. The purpose of this study is to determine the method of Kiai Syansuri Badawi in the study of hadith both in terms of riwayah and dirayah, which until now has been very influential for the continuation of the study of hadith at the Tebuireng Pesantren, and aims to provide a scientific study in the science of hadith. This study uses philological methods, interviews, literature review, and information and explanations obtained by examining the book of one of Kiai Syansuri's students used in the study, as well as from the recordings of his studies, as well as from the results of interviews with some of his students. . Sometimes, Is also seek information from other books related to the discussion. Kiai Syansuri Badawi's study method is not only reading books, but in it there are several learning methods, including the method of studying hadith in terms of riwayah and dirayah,whicht in terms of history consists of maintaining the authenticity of the sanad of Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy'ari, explanation per lafadz, and methods of receiving and delivering hadith to students. As for the aspect of dirayah, it consists of an explanation and istinbath hadith according to him, his explanation of the science of mustholah hadith, and his method in the science of Jarh wa At-Ta'dil.
THE TRADITION OF MONDAY AND THURSDAY FASTING AT PERAK PRENGGAN MOSQUE, KOTAGEDE: A LIVING HADITH STUDY Irfan Fauzi; Anggi Setiyani Saputri; Supriyanto Supriyanto
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 3, No 1 (2022): Nabawi: Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55987/njhs.v3i1.59

Abstract

Monday and Thursday fasting is the ritual worship encouraged by the Prophet Muhammad Saw. because this fasting is sunnah. So anyone who does it can get the spiritual reward. Something unique has been found in a region, to be exact around the Perak Mosque in the village of Prenggan, Kotagede. Generally, this sunah fasting was done individually as a personal charity, but the society of Prenggan do it together. Finally to deepen society’s understanding about it, the writer researches further with the approach of phenomenon and the case study that become the analysis knife to help understand the social symptoms, the cause, and the purpose of Monday and Thursday fasting culture is still preserved until now. Using descriptive-qualitative methods in living hadith study frames, this research shows that these phenomenons appear from prior experiences that see from the past to be connected through interaction among the community. Then the phenomenon evolved and sustained as an comprehension of society’s intersubjectivity that are connected to each other.Keyword: Monday and Thursday Fasting, Social Phenomenon, Living Hadith.AbstrakPuasa Senin Kamis merupakan ritual ibadah yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw. Karena puasa ini bersifat sunnah, maka siapapun yang mengerjakannya akan mendapatkan pahala. Hal unik ditemukan di suatu daerah, tepatnya sekitar Masjid Perak di dusun Prenggan, Kotagede. Lazimnya puasa sunah ini dilakukan secara individual sebagai amal pribadi. Akan tetapi, masyarakat Prenggan melakukan puasa tersebut secara kolektif (bersama-sama). Akhirnya demi mendalami pemahaman masyarakat, penulis meneliti lebih lanjut dengan pendekatan fenomenologi dan studi kasus yang menjadi pisau analisis untuk membantu memahami gejala sosial, sebab, dan tujuan tradisi puasa Senin Kamis masih dilestarikan hingga saat ini. Menggunakan metode kualitatif-deskriptif dalam bingkai studi living hadis, penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena ini muncul dengan didasari pengalaman-pengalaman sebelumnya yang melihat dari masa lalu dan dihubungkan melalui proses interaksi sesama masyarakat. Kemudian fenomena tersebut berkembang dan hidup lestari sebagai pemahaman intersubjektivitas masyarakat yang saling terhubung satu sama lain.Kata Kunci: Puasa Senin Kamis, Fenomena Sosial, Living Hadis.
AL-SAYYID MUHAMMAD IBN AL-'ALAWI AL-MALIKI AND ITS CONTRIBUTIONS TOWARDS SUMMARY OF THE MUSTALAH HADITH Ahmad Nurhamdani
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 3, No 1 (2022): Nabawi: Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55987/njhs.v3i1.65

Abstract

Tulisan ini mengulas seorang muḥaddiṡ yang memiliki karya terkait mukhtaṣar muṣṭalaḥ al-ḥadiṣ, yaitu Muḥammad ibn ‘Alawī dengan kitabnya yang bertajuk Al-Qawā’id Al-Asāsiyyah Fī Al-‘Ilmi Al-Musṭalaḥ Al-Ḥadīṡ. Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui kaidah muṣṭalaḥ al-ḥadiṣ yang ada di dalam kitab tersebut dan kontribusi pengarangnya dalam peringkasan muṣṭalaḥ al-ḥadiṣ. Dalam mencari tahu kontribusinya, tulisan ini menghadirkan empat kitab serupa dalam segi pembahasan agar dicarikan persamaan maupun perbedaan isi dan jumlah kaidahnya. Sehingga penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan pendekatan komparatif. Tulisan ini menghasilkan perbedaan dan persamaan antara kitab yang dikaji dengan 4 kitab pembandingnya. Seperti kaidah riwāyah dan dirāyah hanya terdapat pada kitab yang dikaji dan tidak ditemukan pada 4 kitab pembanding kecuali al-Manhaj al-Ḥadīṣ, tetapi di dalamnya hanya menyebutkan dirāyah tanpa riwāyah. Kemudian pada bagian laṭā’if al-isnād, kitab yang dikaji hanya menyebutkan kaidah al-isnād al-‘ālī wa al-nāzil, al-musalsal, dan al-mudabbaj, sama persis dengan kitab al-baiqūniyyah.AbstractThis paper reviews a muḥaddis who has works related to mukhtaṣar muṣṭalaḥ al-ḥadiṣ, namely Muḥammad ibn 'Alawy with his book entitled Al-Qawā'id Al-Asāsiyyah Fī Al-'Ilmi Al-Musṭalaḥ Al-Ḥadīṡ. The purpose of this paper is to find out the rules of muṣṭalaḥ al-ḥadiṣ contained in the book and the contribution of the author in summarizing muṣṭalaḥ al-ḥadiṣ. In finding out his contribution, this paper presents four similar books in terms of discussion so that similarities and differences in content and number of rules are sought. So that the author uses a library research method with a comparative approach. This paper produces differences and similarities between the books studied and the 4 comparison books. Such as the rules of riwāyah and dirāyah are only found in the books studied and are not found in the 4 comparison books except al-Manhaj al-Ḥadīṣ, but in it only mentions dirāyah without riwāyah. Then in the lat}ā'if al-isnād section, the book studied only mentions the rules of al-isnād al-'ālī wa al-nāzil, al-musalsal, and al-mudabbaj, the same exactly with the book al-baiqūniyyah.
THE DISCOURSE OF SCIENTIFIC APPROACH IN THE STUDY OF FIQH AL-HADITH: APPLICATIONS OF HEGEL'S DIALECTICS Ananda Prayogi
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 3, No 1 (2022): Nabawi: Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55987/njhs.v3i1.66

Abstract

In the last decade, a new approach has been developed called the scientific approach to understanding hadith (fiqh al-hadith). Interestingly, there is a theory that states that everything that is tested through a scientific approach has a principle that can always be falsified. From this, the assumption arises that if the truth of the hadith is already based on scientific theory, but later there is a revision that causes the theory to be falsified, then this will actually drop the validity of the hadith itself. Hegel's philosophical theory is a method that is considered appropriate to resolve these pros and cons. This study aims to answer how Hegel's dialectical theory works and its urgency in research. In addition, the pros and cons in the discourse of the scientific approach and how Hegel's dialectics can be applied within the scope of the study of fiqh al-hadith. This study uses a literature study method with a qualitative-descriptive approach. As a result, Hegel's dialectic turns out to be applicable in problems that arise from the contradiction of two things. Furthermore, the pros and cons in the scientific approach arise from efforts to understand the hadith and efforts to strengthen its validity. The pros and cons, after being analyzed using Hegel's dialectics, turned out to produce several solutions. First, only hadiths that explicitly mention natural phenomena can use a scientific approach. Second, science is only a support, not a basis for validity. Third, the hadith studied must always be positioned as an undeniable revelation from Allah.AbstrakPada dekade belakangan, berkembanglah pendekatan baru yang disebut pendekatan saintifik untuk memahami hadis (fiqh al-hadis). Menariknya, terdapat teori yang menyebutkan bahwa segala sesuatu yang diuji melalui pendekatan saintifik memiliki prinsip selalu dapat difalsifikasi. Dari sini, timbul asumsi jika kebenaran hadis yang sudah dilandasi dengan teori sains jika kemudian terdapat revisi yang menyebabkan teori tersebut difalsifikasi, maka hal ini justru akan menjatuhkan validitas hadis itu sendiri. Teori filsafat Hegel merupakan metode yang dianggap tepat untuk menyelesaikan pro-kontra ini. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab bagaimana teori dialektika Hegel bekerja serta urgensinya dalam penelitian. Selain itu, pro-kontra dalam diskursus pendekatan sains serta bagaimana dialektika Hegel dapat diterapkan dalam ruang lingkup kajian fiqh al-hadis. Penelitian ini  menggunakan metode studi pustaka dengan pendekatan kualitatif-deskriptif. Hasilnya, dialektika Hegel ternyata dapat diterapkan dalam  masalah yang timbul dari pertentangan dua hal. Selanjutnya, pro-kontra dalam pendekatan saintifik timbul dari upaya untuk memahami hadis dan upaya untuk menguatkan validitasnya. Pro-kontra tersebut setelah dilakukan analisis menggunakan dialektika Hegel, ternyata menghasilkan beberapa pemecahan. Pertama, hanya hadis yang menyebutkan fenomena alam secara eksplisit yamh dapat menggunakan pendekatan saintifik. Kedua, sains hanya sebagai pendukung, bukan landasan validitas. Ketiga, hadis yang dikaji harus selalu diposisikan sebagai wahyu dari Allah yang tidak dapat dibantah
BUKA LUWUR TRADITION: PORTRAIT OF LIVING HADITH AT HAUL SUNAN KUDUS Arif Friyadi
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 3, No 1 (2022): Nabawi: Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55987/njhs.v3i1.67

Abstract

Living hadith is the response of certain Muslim communities in applying the words that come directly from the Prophet Muhammad. This response occurs both in the form of personal and community in interpreting certain hadiths. This research will discuss the tradition of Buka Luwur with portraits of living hadiths on the haul of Sunan Kudus. This library research uses interview techniques and field observations to observe the Buka Luwur phenomenon in the Haul Sunan Kudus Commemoration. This social phenomenon is categorized as living hadith because there are several indications, including; First, this tradition was inspired by the turn of the kiswah of the Kaaba. Second, this tradition is considered by the Kudus community as a tribute to the services of Islamic preachers in the holy city, namely Sayyid Ja'far Sadiq, Sunan Kudus. Third, this tradition is considered to be based on hadith. The existence of this tradition also means that Islam does not only come as an emphasis on sharia, but also accommodates local traditions. From this phenomenon emerged a strong Islamic motivation in the form of generosity and inner satisfaction with respect to the first Islamic propagator on the island of Java.[Living hadis merupakan respon komunitas muslim tertentu dalam mengaplikasikan sabda yang bersumber langsung dari Rasulullah. Respon ini terjadi baik dalam bentuk personal maupun komunitas dalam memaknai hadis tertentu. Living hadis dipandang sebagai akulturasi antara ajaran Islam dan fenomena masyarakat dalam budaya lokal. Salah satu living hadis yang berkembang dalam masyarakat Kudus sejak abad ke-16 adalah peringatan buka luwur Sayyid Ja’far Shadiq, Sunan Kudus. Tradisi ini diperingati oleh masyrakat Kudus sebagai haul Sunan Kudus yang jatuh pada tanggal 10 Sura (Muharram). Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian pustaka dan penelitian lapangan di Desa Kauman, Kota Kudus yang menjadi central penyebaran Islam pada abad ke-16. Fenomena sosial ini dikategorikan sebagai living hadis karena ada beberapa indikasi, di antaranya adalah; 1. Tradisi ini terinspirasi dengan pergantian kiswah ka'bah. 2. Tradisi ini dianggap masyarakat Kudus sebagai penghormatan atas jasa para pendakwah Islam di Kota kudus yaitu Sayyid Ja'far Shadiq, Sunan Kudus. 3. Tradisi ini dianggap berlandaskan hadis. Adanya tradisi ini juga berarti Islam tidak hanya datang sebagai penekanan syariat saja, namun juga mengakomodir tradisi lokal. Dari fenomena ini muncul motivasi keislaman yang kuat berupa kedermawanan dan kepuasan batin akan penghormatan kepada tokoh penyebar Islam pertama di pulau Jawa.]
THE CONTRIBUTION OF TAṢAWUF ULAMA IN PRESERVING ḤADITH THROUGH THE TAḤQĪQ TRADITION: A FIGURE STUDY OF SHAYKH NAJMUDDĪN AL-KURDI Hafizh Ilham Bachtiar
Nabawi: Journal of Hadith Studies Vol 3, No 1 (2022): Nabawi: Journal of Hadith Studies
Publisher : LP2M Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Pesantren Tebuireng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55987/njhs.v3i1.64

Abstract

This research examines the contribution of Shaykh Najmuddīn al-Kurdī as a Tasawuf scholar in maintaining hadith through the taḥqīq tradition. Shaykh Najmuddīn al-Kurdī is a murshid of the Naqsyabandiyah order in Egypt who performs taḥqīq of several ḥadith books. In order to reveal the extent of his contribution to the study of ḥadith, this library research examines his taḥqīq’s works from two primary sources, namely the book Fatḥ al-Wadūd and the book Miṣbāḥ al-Zujājah fī Zawāid Ibn Mājah. Through this, it is known that Shaykh Najmuddīn al-Kurdī has contributed to the publication and taḥqīq of several books of ḥadith. In doing taḥqīq, he several times added comments and takhrīj. The methods used in taḥqīq are: First, explaining the details of the narrator, both in terms of his name or nickname as well as the fact that the narrator's identity is often confused with others. Second, giving reviews or explanations on vague sentences that are difficult to understand, by adding parentheses to distinguish between the explanatory sentences that he appears and the original sentences from the author. [Penelitian ini mengkaji kontribusi Syekh Najmuddīn al-Kurdiī sebagai ulama Tasawuf dalam menjaga hadis melalaui tradisi taḥqīq. Syekh Najmuddīn al-Kurdī merupakan mursyid tarekat Naqsyabandiyah di Mesir yang melakukan taḥqīq beberapa kitab hadis. Dalam rangka mengungkap sejauh mana kontribusinya dalam studi hadis, penelitian kepustakaan ini melakukan telaah atas kitab-kitab yang ia taḥqīq dengan dua sumber primer, yaitu kitab Fatḥ al-Wadūd dan kitab Miṣbāḥ al-Zujājah fī Zawāid Ibn Mājah. Melalui hal itu, diketahui bahwa Syekh Najmuddīn al-Kurdī memiliki kontribusi dalam penerbitan dan taḥqīq beberapa kitab hadis. Dalam melakukan taḥqīq, ia beberapa kali menambahkan ulasan serta takhrīj. Adapun metode yang digunakan dalam mentaḥqīq kitab adalah: Pertama, menjelaskan detail sosok perawi, baik dari segi nama atau julukannya maupun fakta sosok perawi yang identitasnya sering tertukar dengan orang lain. Kedua, memberi ulasan atau penjelasan pada kalimat samar yang sulit dipahami, dengan menambahkan tanda kurung untuk membedakan antara kalimat penjelas yang ia munculkan dan kalimat asli dari penulis.]

Page 1 of 1 | Total Record : 6