cover
Contact Name
Muhammad Syaoki
Contact Email
tasamuh@uinmataram.ac.id
Phone
+6287758063110
Journal Mail Official
syaoki@uinmataram.ac.id
Editorial Address
Jl. Gajah Mada Pagesangan No.100, Jempong Baru, Kec. Sekarbela, Kota Mataram, Nusa Tenggara Baru. 83116
Location
Kota mataram,
Nusa tenggara barat
INDONESIA
Tasamuh: Jurnal Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Islam
ISSN : 18296483     EISSN : 26141736     DOI : https://doi.org/10.20414/tasamuh
Tasamuh dengan nomor registrasi ISSN 1829-6483 (Cetak) dan ISSN 2614-1736 (Online), merupakan jurnal peer-reviewed dan merupakan jurnal open access yang diterbitkan dua kali dalam setahun (Juni - Desember) oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi Studi, Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Tasamuh merupakan laporan hasil penelitian bidang dakwah, politik, media komunikasi, model dakwah Islam. Tasamuh mengundang naskah-naskah tentang berbagai topik termasuk, namun tidak terbatas pada, dakwah, politik, strategi dan model dakwah, manajemen dakwah dan etika politik. Tasamuh bekerjasama dengan Asosiasi Profesi DAKWAH INDONESIA (APDI), Asosiasi Pengelola JURNAL ILMU DAKWAH (PPJID). Tujuan Tasamuh: Jurnal Komunikasi Islam dan Pengembangan Masyarakat adalah untuk mempromosikan diseminasi luas hasil-hasil penyelidikan ilmiah yang sistematis ke dalam bidang penelitian bisnis yang luas. Tasamuh dimaksudkan untuk menjadi jurnal penerbitan artikel yang melaporkan hasil penelitian tentang bisnis. Tasamuh mengundang naskah-naskah di bidang: propaganda pemasaran, Strategi Manajemen Dakwah, Strategi Komunikasi Politik, Perlawanan dan Perubahan Politik Islam Dakwah Islami Model Dakwah Islam Dakwah kontemporer
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol. 11 No. 2 (2014)" : 6 Documents clear
INTEGRATION OF SPIRITUAL COMMUNICATION, ISLAMIC COMMUNICATION, AND ENVIRONMENTAL COMMUNICATION: [Case Studies On Waste Management, Banten Indonesia] Armawati Arbi
TASÂMUH Vol. 11 No. 2 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.068 KB)

Abstract

Spiritual communication, Islamic communication, and environmental communication are not yet integrated in Muslim daily life in Tangerang Selatan. The people are not yet aware of maintaining fresh air, clean water, and arable land. Most of them has not applied 2008 law in waste management yet. This research aims to reveal cognitive aspect, attitude, and action/ behavior in daily life. This research uses qualitative approach. The methods of data collection are deep interviews, categories of community, participant observation, conversation, and open question. It has found that frst, most of them, forget that human being as His settlement on earth in Quran. Second, most of them, forget that Allah do give the earth life or dead in Quran. Third, most of them, remember kebersihan sebagian dari iman or hygiene is part of faith as said in Hadith, and most of them, do not know law of 2008 on waste management. Some of them knew how to manage waste on television, as in Daai TV, MetroTV, and JakTV in Indonesia. They supposed servant or parents as dust man at home. Father/mother or servant usually burns organic waste in the empty yard. Their behaviors of RT 03/RW 01 Bambu Apus are included in 5 families in blue one, 5 families in green one, 30 families ,and 4 rental homes in yellow one, and 26 families and 2 rental homes in red ones in four categories of waste management.
MEMBANGUN UMMAT MELALUI PEMBINAAN KARAKTER Fahrurrozi Fahrurrozi
TASÂMUH Vol. 11 No. 2 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.354 KB)

Abstract

Pengembangan dan pendidikan karakter kembali menemukan momentumnya belakangan ini, bahkan menjadi salah satu program prioritas Kementerian Pendidikan Nasional (kini Kemendikbud). Meski sebenarnya dalam beberapa tahun terakhir, telah banyak perbincangan baik melalui konperensi, seminar dan pembicaraan publik lainnya, belum banyak terobosan kongkrit dalam memajukan pendidikan karakter. Dengan kebijakan Kemendikbudnas, pendidikan karakter sudah saatnya dapat terlaksana secara kongkrit melalui lembaga-lembaga pendidikan dan masyarakat luas.Segera jelas, pendidikan karakter terkait dengan bidang-bidang lain, khususnya budaya, pendidikan, dan agama. Ketiga-tiga bidang kehidupan terakhir ini berhubungan erat dengan nilai-nilai yang sangat penting bagi manusia dalam berbagai aspek kehidupannya. Tetapi, ketiga sumber nilai yang penting bagi kehidupan itu dalam waktu-waktu tertentu dapat tidak fungsional sepenuhnya dalam terbentuknya individu dan masyarakat yang berkarakter, berkeadaban, dan berharkat. Budaya, pendidikan dan bahkan agama boleh jadi mengalami disorientasi karena terjadinya perubahan-perubahan cepat berdampak luas, misalnya, industrialisasi, urbanisasi, modernisasi dan terakhir sekali globalisasi. Pembangunan karakter juga bisa membentuk pribadi-pribadi yang pandai bergaul denga orang lain atau bersosialisai dengan baik dimanapun dia berada dan dengan siapapun dia hidup, sebab dengan pendidikan karakter yang baik akan lahir dari yang berssangkutan sifat-sifat terpuji,karena sudah berkarakter pada dirinya menjadi sebuah karakteristik.
MENAKAR EKSISTENSI FUNDAMENTALISME ISLAM Habib Alwi
TASÂMUH Vol. 11 No. 2 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.34 KB)

Abstract

Fundamentalis Islam adalah sebuah istilah yang mengacu pada sekelompok umat Islam yang tergabung dalam sebuah organisasi yang berpegang teguh kepada sumber-sumber hukum Islam. Fundamentalisme, sebagaimana dikatakan Karen Armstrong, merupakan salah satu fenomena paling mengejutkan di akhir abad 20. Ekspresi fundamentalisme ini terkadang cukup mengerikan. Peristiwa paling mutakhir yang menghebohkan dunia, yaitu hancurnya gedung World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat, September 2001 lalu, juga dihubungkan dengan gerakan fundamentalisme. Fundamentalisme dan kekerasan agama merupakan isu paling hangat belakangan ini dalam wacana percaturan global yang mendorong kita untuk melakukan kajian terhadap dua persoalan ini. Fundamentalisme Islam bergelora melalui penggunaan bendera jihad untuk memperjuangkan agama. Suatu ideologi yang kerap kali mempunyai fungsi menggugah militansi dan radikalisasi umat. Fundamentalisme ini diwujudkan dalam konteks pemberlakuan syariat Islam yang dianggap sebagai solusi alternatif terhadap krisis bangsa. Mereka hendakmelaksanakan syariat Islam secara kafah dengan pendekatan tafsir literal atas Al Quran.
MEMBANGUN HUBUNGAN EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF DAERAH [Analisis Komunikasi Kebijakan Publik] Khairy Juanda
TASÂMUH Vol. 11 No. 2 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.976 KB)

Abstract

Nuansa baru yang dibawa oleh UU No. 32 tahun 2004, adalah adanya suasana parlementer dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Sebagaimana wacana yang berkembang saat ini bahwa suasana parlementarian dapat terlihat dengan begitu luasnya kewenangan yang ada pada DPRD, antara lain dengan kewajiban kepala daerah untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada DPRD. Kepala daerah dapat diberhentikan sebelum masa jabatan berakhir apabila pertanggungjawabannya ditolak oleh DPRD.Hubungan antara legislatif daerah (DPRD) dengan eksekutif daerah (Pemda) akan muncul berkaitan dengan dilaksanakannya tugas dan wewenang masing-masing, terutama bidang tugas yang menjadi urusan bersama seperti pembuatan peraturan daerah (Perda), penetapan APBD dan lain-lainnya. Dalam UU No. 32 tahun 2004 pasal 16 dikatakan bahwa badan legislatif daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintah Daerah. Untuk menjamin pelaksanaan tugas dan kewenangan agar dapat berlangsung seimbang, kepada kedua institusi ini diberi kedudukan sejajar dalam pola kemitraan. Artinya, diantara kedua institusi tidak dikenal hubungan secara hirarkhi atau tidak berlaku hubungan atasan-bawahan. Dengan demikian yang dikenal adalah hubungan koordinatif atau kerjasama, dan bukan hubungan sub ordinatif. Dalam hubungan horizontal ini, masing-masing institusi berada pada jalur tugas dan kewenangannya yang tidak dapat saling diintervensi. Lembaga legislatif dan eksekutif mempunyai tugas dan kewenangannya masing-masing sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Walaupun mereka mempunyai tugas dan kewenangan masing-masing namun keduanya tetap terikat dalam suatu tata hubungan. Hubungan mana akan muncul dengan dilaksanakannya tugas dan kewenangan tersebut. Tata hubungan keduanya adalah sejajar dalam kerangka kemitraan sebagaimana diatur UU No. 32 tahun 2004. Bentuk hubungan antara keduanya tidak selamanya dapat dipertahankan dalam suatu bentuk/pola yang baku. Tuntutan kebutuhan dan perubahan lingkungan membuatnya harus menyesuaikan diri, seperti perubahan peraturan perundang-undangan dari UU No5 tahun 1974 ke UU no.22 tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 32 tahun 2004.
EKSISTENSI DA’I DALAM TILIKAN AL¬QURAN Lalu Ahmad Zaenuri
TASÂMUH Vol. 11 No. 2 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.618 KB)

Abstract

Da’i sekaligus agent of change memberikan dasar flosof ‘’eksistensi diri’’ dalam dimensi individual, keluarga, dan sosiokultural, sehingga dapat memiliki kesiapan untuk berinteraksi dan menafsirkan kenyataan-kenyataan yang dihadapi secara mendasar dan menyeluruh menurut ajaran Islam. Jadi Islam yang telah internalized menjadi paradigma untuk memberi struktur dan makna terhadap realitas sosial dan fsik serta menjadi kerangka dasar pemecahan masalah. Oleh karena perubahan sosial atau tranformasi sosial menuju pada arah tertentu, maka dakwah Islam berfungsi memberikan arah dan corak ideal tatanan masyarakat baru yang akan datang. Aktualitas dakwah berarti upaya penataan masyarakat terus menerus di tengah-tengah dinamika perubahan sosial sehingga tidak ada satu sudut kehidupan pun yang lepas dari perhatian dan penggarapannya. Dengan demikian dakwah Islam senantiasa harus bergumul dengan kenyataan baru yang pemunculannya kadangkala sulit diperhitungkan sebelumnya, dan yang mampu mengupayakan hal tersebut adalah para da’i. Selain pendekatan dari dalam, pemegang peranan selanjutnya adalah para Da’i. Prinsip uswah hasanah (suri teladan) merupakan salah satu ujung pangkal keberhasilan Da’i Ummah yaitu Rasullullah SAW. Kepemimpinan Da’i kharismatik tidak selalu hanya dipahami melekat dalam tubuh individu seorang tokoh masyarakat, tetapi juga bisa dipahami sebagai suatu lembaga yang merujuk pada kepemimpinan kolektif. Kajian ini berupaya mencari format ideal da’i yang dikupas tuntas dalam al-Qur’an sehingga ke depan dapat menjadi pegangan bagi para pemangku dakwah.
DASAR IDEOLOGIS KOMUNIKASI GLOBAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM: [Telaah atas Peran dan Posisi Islam Dalam Komunikasi Global] Zulkarnain Zulkarnain
TASÂMUH Vol. 11 No. 2 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.696 KB)

Abstract

Global communication is one of the emerging forces today. Its presence has in?uenced various aspects of life such as politics, economics, culture, military and so on. Policies and regulations that run in the international course is inseparable from the role of communication globally. An interesting issue to be discussed is how the position of the Islamic world to confront the issue of global communication, what is the role played by Islam in the global communications arena, as well as what to do in an effort to make Islam can play a signifcant role in the global communication?This research reveal that Islam does not have a signifcant position. Similar to the third world countries in general. They are just as many countries that rely on information provided by the West, especially the United States. In terms of the communication media, usually third world countries, including Islam, just as consumers felt that their utilization is not maximized by all citizens. Moreover, a producer in creating the communications media, it’s too much to hope for. The Implications arising from the position of Islam as it is, in the global communication course, does not have the power to play a signifcant role. The presence of Islam in the new global communications limited discourse that has great potential to rise. Media are widely used by Iran in building its revolution as expressed by Majid Tehranian in his book Global Communication and World Politics has not given a role in the global arena. Likewise, news agencies that exist in the Arab countries have not been able to become a major supplier of news among the Muslim community and the world community

Page 1 of 1 | Total Record : 6