cover
Contact Name
Warto
Contact Email
warto@uinsaizu.ac.id
Phone
+6281327567868
Journal Mail Official
komunika@uinsaizu.ac.id
Editorial Address
Fakultas Dakwah UIN Saizu Jl. Jend. A. Yani No. 20A Purwokerto 53126 Jawa Tengah - Indonesia
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
Komunika: Jurnal Dakwah dan Komunikasi
ISSN : 19781261     EISSN : 25489496     DOI : https://doi.org/10.24090/komunika
Journal Komunika is a journal published by the Dakwah Faculty of IAIN Purwokerto, which has a concentration related to the field of Dakwah, Islamic Communication, communication theory, mass communication, dakwah management, dakwah messages, dakwah media, dakwah methods, dakwah organizations, Islamic broadcasting, Islamic journalism, public relations, dakwah, dakwah in the digital era. Journal Komunika really expects the participation of submission of manuscripts or articles that are expected to be published in every print or electronic edition. Through the journal, Komunika will improve the quality of the content of the manuscript or articles in accordance with the rules of the journal Komunika and the results can be useful for the progress of science and society.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 10 No 1 (2016)" : 10 Documents clear
PENGENTASAN PERMASALAHAN SISWA DENGAN PENDEKATAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI (STUDI KASUS DI MADRASAH ALIYAH NEGERI KABUPATEN BANYUMAS) Alief Budiyono
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 10 No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.359 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v10i1.856

Abstract

The reason of implementation of counseling at school is to help students solving their problems. So that, students learning can be optimized. Several approaches that are often used in school counselors in helping students to solve problems often can not resolve the problems without delay. This is because the counselor is less to understand the character of the students in depth. Guidance and counseling Islam as alternative approaches that can be used to help solve the problems of students, especially students in MAN Kab. Banyumas all Muslim. So the model of Islamic Guidance and counseling is considered very appropriately carried out at MAN Kab. Banyumas, because this approach is in accordance with the norms implemented in the schools. The most fundamental goal of this approach is to help people in realizing himself to be fully human so they able to achieve happiness in this world and in the hereafter. Dasar pemikiran penyelenggaraan konseling di sekolah adalah membantu terentaskannya semua permasalahan siswa. Sehingga siswa dalam belajar bisa lebih optimal. Beberapa pendekatan yang sering digunakan konselor di sekolah dalam membantu memecahkan permasalahan siswa seringkali belum bisa menyelesaikan permasalahan secara tuntas. Hal ini dikarenakan konselor kurang begitu memahami karakter dari siswa secara mendalam. Bimbingan dan konseling Islam sebagai alternatif pendekatan yang bisa digunakan untuk membantu menyelesaikan permasalahan siswa, terlebih siswa di MAN Kab. Banyumas semuanya muslim. Sehingga model bimbingan dan konseling Islam ini dirasa sangat tepat dilaksanakan di MAN Kab. Banyumas, dikarenakan pendekatan ini sesuai dengan norma-norma yang keseharian dilaksanakan di sekolah-sekolah tersebut. Tujuan yang pa ling pokok dari pendekatan ini adalah membantu individu dalam mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya yang mampu meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN KEPRIBADIAN SANTRI PONDOK PESANTREN AL HIDAYAH KARANGSUCI PURWOKERTO Rifangatul Mahmudah; Nur Azizah
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 10 No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.546 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v10i1.858

Abstract

This study was based on the realization that, the students are people who are steeped in the teachings of Islam. With that being religious teachings they learned, it will make intelligent students of spiritually. Spiritual intelligence possessed of students is expected to shape the personality of students. Issues raised in this study is the relationship between spiritual intelligence with personality students of al-Hidayah Boarding School in Karangsuci Purwokerto. This study aims to determine whether there is a relationship between spiritual intelligence with personality Al Hidayah Boarding School students Karangsuci Purwokerto or not. This type of research is a field research with quantitative approach to examine the population or a particular sample. The sample was 111 students. Data collection techniques used in this study are observations, questionnaires, interviews, and documentation. While data analysis is by using Product Moment Correlation analysis. Based on the research conducted, the conclusion about the relationship between spiritual intelligence with personalitystudents of Al Hidayah Boarding School Karangsuci Purwokerto, namely 1) The calculation result obtained Rxy around 0,729 or (Rxy = 0.729). 2) The result of that has been found (Rxy = 0,729) then consulted with the value of r table (rt) contained in the table of product moment. It can be known by using the test significance level of 5% and 1%. 3) test significance level of 5% were Rxy value greater than the value of rt or (0.729 > 0.195). Test significant level of 1% Rxy is greater than the value of rt or (0.729 > 0.256). The authors propose the hypothesis (Ho) is rejected, Ha, which reads “There isRelationship Between Spiritual Intelligence With Boarding School Pupils personality AlHidayah Karangsuci Purwokerto” is acceptable as truth. Artikel ini dilatarbelakangi dari kesadaran bahwa seorang santri merupakan orang yang sedang mendalami ajaran agama Islam. Dengan ajaran agama yang sedang ia pelajari tersebut, nantinya akan menjadikan santri cerdas secara spiritual. Kecerdasan spiritual yang dimiliki santri ini diharapkan dapat membentuk kepribadian santri. Permasalahan yang diangkat dalam artikel ini adalah adakah hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kepribadian santri Pondok Pesantren Al Hidayah Karangsuci Purwokerto. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kepribadian santri Pondok Pesantren Al Hidayah Karangsuci Purwokerto. Penelitian lapangan (field research) ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Sampel penelitian ini adalah 111 santri. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis korelasi Product Moment. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan mengenai hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kepribadian santri Pondok Pesantren Al Hidayah Karangsuci Purwokerto, yaitu 1) Hasil perhitungan yang diperoleh rxysebesar 0,729 atau (rxy= 0,729). 2). Hasil yang telah ditemukan yaitu (rxy= 0,729) kemudian dikonsultasikan dengan nilai r tabel (rt) yang terdapat pada tabel product moment. Hal tersebut dapat diketahui dengan menggunakan uji taraf signifikan yakni 5% dan 1%. 3) dari uji taraf signifikan 5% ternyata nilai rxy lebih besar dari nilai rt atau (0,729 > 0,195). Dari uji taraf signifikan 1% rxy lebih besar dari nilai rt atau (0,729 > 0,256). Hipotesis yang penulis ajukan (Ho) ditolak maka Ha yang berbunyi “Ada hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kepribadian santri Pondok Pesantren Alhidayah Karangsuci Purwokerto” diterima kebenarannya.
FAKTOR PERSONAL DAN SITUASIONAL PENERIMAAN PESAN DAKWAH Enung Asmaya
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 10 No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.385 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v10i1.860

Abstract

The da’wa messages are not necessarily able to subdue mad’u. Subjugation and readiness of mad’u is influenced by personal and situational factors which are always intertwined in giving rulings behavior. Personal factors is surrounding the biological and sociopsychological aspects. Biological aspects such as needs and aspects sociopsychological human basic form of the condition and cognitive, affective and psychomotor of mad’u. The situational factors may include environmental systems, culture, norms, architectural design and the like. Social situation is also part of the reason for mad’u to accept or reject the message of da’wa. Pesan dakwah tidak serta-merta dapat menundukkan mad’u. Penundukan dan kesiapan mad’u dipengaruhi faktor personal dan situasional yang senantiasa berkelindan dalam memberikan putusan-putusan perilaku. Faktorfaktor personal melingkupi aspek biologis dan sosiopsikologis. Aspek biologis berupa kebutuhan-kebutuhan dasar manusia dan aspek sosiopsikologis berupa kondisi dan kemampuan kognitif, afeksi dan konasi mad’u. Adapun faktor situasional dapat berupa sistem lingkungan, budaya, norma, design arsitektur dan sejenisnya. Kondisi sosial juga menjadi alasan mad’u dalam menerima atau menolak pesan dakwah.
EPISTEMOLOGI ILMU DAKWAH KONTEMPORER Khusnul Khotimah
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 10 No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.363 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v10i1.862

Abstract

The existence of contemporary da’wa needs to be brought closer to science, particularly in the face of contemporary problems of today. Islam as a religion rahmatal lil ‘Alamin should be able to contribute and also a solution to the development and changes of modern society. During this time the Islamic civilization, Islam stagnating even impressed away from the bustle of the world of science. If we look back, it is Islam as a pioneer of the findings of science which later developed by Western civilization. science and civilization of the world today, that are in the Mecca of Western civilization and Islamic civilization seemed to stagnate without any significant progress for the benefit of the Ummah. Setbacks science in Islam was triggered by deprivation of thinking Muslims with the closing of the doors of ijtihad plus scientific epistemology of classical Islamic discourse that is patterned Ghazalian (sect Al-Ghazali) the latter is more dominant. So do not be surprised if the findings achievement in the field of science and technology is far less than the West or even in the Muslim world scientific findings hardly be said not ada.Agar propagation of Islam back in concern with the vision of science as in the early days of the Islamic scientific civilization, there are several bids epistemology and method propaganda through contemporary Muslim scholarship, which now needs to be tested by backtracking to do the integration of science and religion by trying to use a knife four paradigm offered by Ian Barbour, namely, typology of conflict, independence, dialogue and integration. Besides the need for redefenisi or reconceptualization of the discourse of integration of science and religion in science Islam. Keberadaan dakwah kontemporer perlu didekatkan dengan sains, terutama dalam menghadapi masalah-masalah kontemporer dewasa ini. Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin harus mampu memberikan kontribusi dan sekaligus solusi terhadap perkembangan dan perubahan masyarakat modern. Selama ini peradaban Islam, mengalami stagnan bahkan Islam terkesan menjauh dari hiruk-pikuk dunia sains. Kalau kita menengok ke belakang, justru Islam sebagai pelopor terhadap temuan-temuan sains yang kemudian dikembangkan oleh peradaban Barat. Ilmu pengetahuan dan peradaban dunia sekarang ini, kiblatnya berada pada peradaban Barat dan seakan-akan peradaban Islam mengalami stagnan tanpa ada kemajuan yang signifikan untuk kemaslahatan umat. Kemunduran sains dalam Islam dipicu oleh pemasungan pemikiran umat Islam dengan ditutupnya pintu ijtihad ditambah lagi wacana epistemologi keilmuan Islam klasik yang berpola Ghazalian (mazhab Al-Ghazali) yang belakangan lebih dominan. Tidak heran kalau prestasi temuan di bidang iptek kalah jauh dari orang Barat, bahkan dalam dunia muslim temuan sains hampir dikatakan tidak ada. Agar dakwah Islam kembali concern dengan visi sains seperti pada awal-awal peradaban keilmuan Islam, ada beberapa tawaran epistemologi dan metode dakwah melalui keilmuan muslim kontemporer, yang saat ini perlu dicoba dengan melakukan pelacakan kembali untuk melakukan integrasi sains dan agama dengan menggunakan pisau empat paradigma yang ditawarkan oleh Ian Barbour yaitu: tipologi konflik, independensi, dialog, dan integrasi. Selain itu perlu adanya redefenisi atau rekonseptualisasi terhadap wacana integrasi sains dan agama dalam keilmuan dakwah Islam.
CODE SWITCHING DAN CODE MIXING DALAM KOMUNIKASI DI LINGKUNGAN DOSEN IAIN PURWOKERTO (SUATU KAJIAN SOSIOLINGUISTIK) Muflihah Muflihah
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 10 No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.38 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v10i1.864

Abstract

This research was aimed at knowing the forms of code switching and code mixing found in conversations among IAIN Purwokerto lecturers and explaining the factors influencing them. This is a qualitative research in which the data to find the forms of code switching and code mixing were collected through listening to, involving in, and recording their conversation, while the to explain the factors influencing them were collected through inerviews. This research found that the forms of code mixing are word, phrase, sentence insertion; the forms of code switching are switching from local languages, Indonesian, and foreign languages. Meanwhile factors influencing code switching and code mixing are: academic mission, language improvement, meaning expression choice, solidarity, and prestige.
TAKTIK MIMIKRI DAN MOKERY: UPAYA RESISTENSI DAN NEGOSIASI KOMUNITAS BONOKELING TERHADAP ISLAM PURITAN DESA PEKUNCEN KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMAS Nawawi Nawawi; Lasiyo S.; Bayu Wahyono
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 10 No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (99.476 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v10i1.866

Abstract

Community Bonokeling is an Islamic community that maintains traditional heritage of their ancestors. They have built a community based on the teachings from their ancestors. Bonokeling is an ascetic and rural community in Pekuncen that is surrounded by the dominance of puritan and goverment. As a subordinate society, Bonokeling community face pressure from and against domination of puritan using mimicry and mokery. They imitate what have been done by puritan with a modification of language and culture. They did it in order to maintain their existence as well as their tactics of resistance and negotiations toward the domination. Komunitas Bonokeling adalah komunitas masyarakat Islam penganut kepercayaan yang mempertahankan warisan tradisi nenek moyangnya. Mereka membangun komunitas berdasarkan pada ajaran leluhurnya. Komunitas Bonokeling di desa Pekuncen merupakan masyarakat yang asketis yang terkepung oleh dominasi agama puritan maupun negara. Sebagai masyarakat yang tersubordinasi, komunitas Bonokeling melawan tekanan dominasi agama puritan dengan melakukan mimikri dan sekaligus mokeri. Mereka meniru apa yang dilakukanoleh Islam puritan dengan permainan bahasa dan perumitan-perumitan budaya. Hal itu mereka lakukan demi untuk menjaga eksistensi mereka sekaligus sebagai taktik resistensi dan negosiasi terhadap yang dominan.
RECLAIMING BANYUMAS IDENTITY AN INTERPRETIVE STUDYABOUT IDENTITY AND CHARACTER OF LOCAL SOCIETY BASED ON LITERARY STUDIES OF HISTORY, ATTITUDES, BEHAVIOR, ARTS AND CULTURE Oki Edi Purwoko
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 10 No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.543 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v10i1.868

Abstract

The objectives of these study is to explore more about Banyumas cultural identity through. Caused by politics and power in the past, some of writings indicated that there were alienation, seclusion towards Banyumas culture due to political objectives created by Keraton elite and Colonial ruler in the past. As many Javanese culture, This view exclude other forms of arts and culture which flourished besides the mainstream culture or in this case high culture as Keraton had. And then labeled those art as folk art, sometimes not representation of Javanese culture or even as included as non art at all. For instance, Prior to Indonesian Independence in 1945, art, culture and symbols represented by keraton in Yogyakarta and Surakarta considered appraised a higher status compared to Banyumas culture and identity. Contradicted with inferior behavior in general, Banyumas attitudes towards Keraton, are resistant, doubt, lowered, and even mocked them. It showed in daily life interactions especially when they dealt with Bandek language, the sublimity in Keraton rituals, art culture and philosophy and also nobility symbols. Banyumas people are commonly proud of their culture and identity but at the same time they feel inferior towards Keraton or Javanese mainstream culture. This study concentrated in inferiority complex phase based on Adler’s thesis. Response coming from Banyumas people is often paradoxical with the inferiority as a general. One of its implications was the emergence of new character as compensation. These compensation commonly reflected in two ways, first would be elevate own’s status and secondly lowering the others.The common attitudes shown on this compensations for example passionally willingness to be superior, insulting,hostile and indifference. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melakukan telaah lebih dalam mengenai kebudayaan Banyumas. Karena adanya politik dan kekuasaan yang bermain di masa lalu, beberapa tulisan mengindikasikan adanya alienasi, pengasingan terhadap kebudayaan Banyumas yang disebabkan karena tujuan politis yang diciptakan pihak – pihak keraton dan penguasa kolonial. Seperti kebudayaan Jawa yang lain, bentuk kesenian dan kebudayaan yang berkembang selain kebudayaan Keraton Jawa tidak dianggap sebagai perwakilan bentuk kebudayaan Jawa. Setelah itu, ada pemberian cap sebagai kebudayaan rakyat, kebudayaan yang rendah atau bahkan bukan kebudayaan sama sekali. Sebagai contoh, sebelum Kemerdekaan di tahun 1945, seni, budaya dan simbol - symbol yang dikeluarkan keraton Jogjakarta dan Surakarta dianggap memiliki status yang lebih tinggi dibanding identitas dan Kebudayaan yang ada di Banyumas. Berlawanan dengan sikap inferior secara umum, sikap orang Banyumas terhadap Keraton bersifat melawan atau menentang, ragu, merendahkan dan bahkan mengejek. Hal ini terlihat dalam interaksi setiap harinya terutama terkait dengan Bahasa Bandek yang khas digunakan pihak Keraton, Keagungan ritual di dalam keraton, seni budaya, filosofi serta simbol simbol keningratan. Orang Banyumas secara umum merasa bangga atas identitas kebudayaan yang dimilikinya namun di saat yang sama merasa inferior jika dibandingkan dengan kebudayaan Keraton yang dianggap sebagai kebudayaan Jawa yang dikenal secara umum. karena alienasi tersebut, kebudayaan Banyumas menurut Anderson Sutton, mengalami perendahan secara politis dan artistik terhadap Kebudayaan Keraton “”subordinate politically and inferior artistically to the greatcourts”(Sutton, 1986 : 116). Penelitian ini terfokus terhadap inferiority complex yang diambil dari pemikiran Alfred Adler. Karena respons dari masyarakat Banyumas yang seringkali berlawanan dengan sikap inferior secara umum. Salah satu implikasi dari sikap ini adalah compensation atau kemunculan sikap lain (Broh, 1979 : 178). Sikap ataun kompensasi ini umumnya muncul dalam dua sikap, yang pertama adalah dengan menaikkan status yang dimilikinya dan yang kedua merendahkan status yang dimiliki pihak lainnya. Sikap yang umum tercermin dari kompensasi tersebut adalah keinginan yang menggebu untuk unggul, memusuhi, merendahkan, melawan tidak peduli.
MEMBANGUN DESAIN DAN MODEL ACTION RESEARCH DALAM STUDI DAN AKSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Rudi Saprudin Darwis
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 10 No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.981 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v10i1.869

Abstract

This paper will describe the action research as one of the alternative method of study and action research in community empowerment. Action research is based on the assumption that the research agenda should be linked with changes in society. Action research is not only to obtain the truth alone, but also to create conditions that are expected. Action research can be used effectively in the study of community empowerment and action given the characteristics of the importance of active citizen participation. Through action research it can be derived a formula according to the condition of society in its efforts to empower the community. Tulisan ini akan menguraikan tentang action research (penelitian tindakan) sebagai salah satu alternatif metode penelitian dalam studi dan aksi pemberdayaan masyarakat. Penelitian tindakan didasarkan kepada asumsi bahwa penelitian harus dihubungkan dengan agenda perubahan dalam masyarakat. Penelitian tindakan dilakukan tidak hanya untuk memperolehkebenaran semata namun juga menciptakan kondisi yang diharapkan. Penelitian tindakan dapat digunakan secara efektif dalam kajian maupun aksi pemberdayaan masyarakat mengingat karakteristiknya yang mementingkan partisipasi warga masyarakat secara aktif. Melalui penelitian tindakan akan dapat dihasilkan formula yang sesuai dengan kondisi masyarakat dalam melakukan upaya pemberdayaan masyarakat.
MULTIKULTURALISME SEBAGAI REALITA DALAM DAKWAH Turhamun Turhamun
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 10 No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.263 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v10i1.870

Abstract

Multiculturalism can be regarded as the attitude and treatment based on equality and equality to the reality of a plural. Multiculturalism is a bid as a way out of exclusivism, obstinacy and rigidity of attitudes towards others. On the other hand, da’wa as a process of introduction and implementation of Islamic values are challenged to more schools against these developments. This is because the success of da’wa certainly can not be separated from its intensity with the times. Where it requires proper da’wa strategies. Strategy of da’wah (bi al-kitabah, bil lisan, bil hal) would still be relevant enough to be applied in the era of multiculturalism, which becomes important is how the development and implementation so that not only the religious doctrine but rather to social issues. Multikulturalisme bisa dikatakan sebagai sikap dan perlakuan berdasarkan persamaan dan kesederajatan terhadap realitas plural dan keberbagaian. Multikulturalisme adalah sebuah tawaran sebagai jalan keluar dari eksklusivisme, kebebalan dan kekakuan sikap terhadap yang lain. Disisi lain dakwah sebagai sebuah proses pengenalan dan penanaman nilai-nilai Islam ditantang untuk lebih paham terhadap perkembangan tersebut. Hal ini dikarenakan keberhasilan dakwah tentunya tidak bisa dilepaskan dari intensitasnya mengikuti perkembangan zaman. Di mana hal tersebut menuntut adanya strategi dakwah yang tepat. Strategi dakwah (bi al-kitabah, bi al-lisan, bi al-hal) kiranya masih cukup relevan untuk diterapkan pada era multikulturalisme, yang menjadi penting adalah bagaimana pengembangannya serta implementasinya supaya tidak hanya mengenai doktrin keagamaan melainkan lebih ke persoalan sosial.
DAKWAH DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN Siti Nurmahyati
KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 10 No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1575.588 KB) | DOI: 10.24090/komunika.v10i1.871

Abstract

Da’wah is an attempt to persuade and influence others in realizing the teachings of Islam, to achieve worldly prosperity and welfare of the hereafter. The success was fueled by propaganda aspects are interrelated, anatara preachers, propaganda material, propaganda strategy, mad’u (target da’wah). The number of women in this country nearly half of people (49.36). therefore, it is important to empower women in da’wah to build their own people in consciousness and religious activities that provide the basics of life prosperous world and hereafter. Dakwah merupakan suatu upaya untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain dalam merealisasikan ajaran Islam, untuk mencapai tujuan kesejahteraan duniawi maupun kesejahteraan ukhrawi. Keberhasilan tersebut pun dipicu oleh berbagai aspek dakwah yang saling terkait, antara juru dakwah, materi dakwah, strategi dakwah, mad’u (sasaran dakwah). Jumlah kaum perempuan di negara ini hampir mencapai separuh dari jumlah masyarakatnya (49,36). Oleh karena itu, sangat penting sekali pemberdayaan perempuan dalam dakwah untuk membangun kaumnya sendiri dalam kesadaran dan aktivitas-aktivitas keagamaan yang memberikan dasar kehidupan sejahtera duniawi dan ukhrawi.

Page 1 of 1 | Total Record : 10