cover
Contact Name
Jhanty T Hidayat
Contact Email
jurnal.teknik@unpak.ac.id
Phone
+628121106981
Journal Mail Official
jurnal.teknik@unpak.ac.id
Editorial Address
Jl. Pakuan, RT.02/RW.06, Tegallega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat 16129
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik, Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK
Published by Universitas Pakuan
ISSN : 14115972     EISSN : 27745023     DOI : 10.33751/teknik
Core Subject : Engineering,
Memuat artikel ilmiah berupa makalah, gagasan ilmiah dan hasil penelitian dalam bidang ilmu Keteknikan dan terapannya dari para peneliti, akademisi, praktisi dan mahasiswa
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 23, No 2 (2022): Jurnal Teknik" : 5 Documents clear
ANALISIS KESELARASAN PROGRAM KAMPUNG LAUK DI KECAMATAN BOGOR BARAT UNTUK PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB/SDGS) MELALUI PENDEKATAN GEOSPASIAL ARIF WICAKSONO, REVI H., LUSI NURBAITI, IRMA ARLINI D
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 23, No 2 (2022): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/teknik.v23i2.6851

Abstract

AbstrakSustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) telah diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2022 (Perpres 111/2022). Dalam RPJMD Kota Bogor 2019-2024, salah satu arah kebijakan untuk mencapai misi Mewujudkan Kota Bogor Yang Sejahtera adalah dengan mengembangkan potensi ekonomi lokal melalui pengembangan kampung kampung tematik sebagai salah satu destinasi wisata di setiap wilayah. Sesuai dengan RPJMD Kota Bogor, maka Bappeda Kota Bogor merupakan perangkat daerah yang ditugaskan untuk mengampu perencanaan kampung tematik dimana setiap tahun indikator kinerja utama Bappeda Kota Bogor adalah menyusun dua dokumen kampung tematik. Terkait dengan Perpres 111/2022, maka perlu diidentifikasi TPB/SDGs yang berkaitan dengan keberadaan lokasi kampung tematik di Kota Bogor. Hal ini diperlukan sebagai tahap persiapan penyusunan RAD (Rencana Aksi Daerah) TPB sehingga lokasi kampung tematik diharapkan dapat berperan terhadap pencapaian pelaksanaan TPB/SDGs. Program Kampung Lauk di Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat merupakan salah satu lokasi prioritas kajian yang dilakukan oleh Bappeda Kota Bogor dimana hasil keselarasan menunjukkan bahwa Program Kampung Lauk selaras dengan TPB/SDGs 1 (“Mengakhiri Kemiskinan Dalam Segala Bentuk di Manapun”), 2 (“Menghilangkan Kelaparan, Mencapai Ketahanan Pangan dan Gizi yang Baik, serta Meningkatkan Pertanian Berkelanjutan”), dan 6 (“Menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua”). Sedangkan hasil analisis spasial dengan metode GSA (Green Space Accessibility) dengan euclidian distance 900 meter menunjukkan bahwa terdapat 15 RW yang secara penuh mempunyai aksesibilitas ke Kampung Lauk, dan masih terdapat 16 RW yang masih belum secara penuh mempunyai aksesibilitas ke Kampung Lauk. AbstractThe new Presidential Regulation Number 111 Year 2022 (Perpres 111/2022) has been launched mainly to synchronize development programs at the national and province/municipality level with Sustainable Development Goals (SDGs). In the Bogor Municipality Five-Year Development Program (RPJMD) 2019-2024, one of the policies to accomplish the mission to improve the Welfare of Bogor Municipality is to develop local economic potential through thematic villages as tourism destinations. According to RPJMD 2019-2024, Bogor Municipality Regional Planning and Development Agency (BAPPEDA) is the agency whose task is to plan thematic villages. Hence, each year Bappeda is tasked to plan two thematic villages and this task is mandated as BAPPEDA’s key performance indicator.  Related to Perpres 111/2022, it is mandatory to identify which thematic village programs are related to SDGs. This identification step is very important for the future Municipality Action Plan (Rencana Aksi Daerah/RAD) to include thematic villages as contributors to SDGs implementation. Kampung Lauk location is one of the thematic villages in Bogor Municipality, this location is situated in Bubulak Village, West Bogor sub-district. Based on synchronization analysis, it shows that programs in Kampung Lauk are supporting SDGs 1 (No Poverty), SDGs 2 (No Hunger), and SDGs 6 (Clean water and sanitation). It can be added for this study, spatial analysis using GSA (Green Space Accessibility) with 900 m accessibility radius shows that 15 neighborhood groups (rukun warga/RW) have access to Kampung Lauk location. In addition, there are still 16 RW that do not have full access to Kampung Lauk location.
GEOWISATA GUNUNGAPI PURBA DAHU BERDASARKAN INTERPRETASI SINGKAPAN BATUAN DI KAWASAN GEOPARK NASIONAL PONGKOR DENNY SUKAMTO KADARISMAN & TETI SYAHRULYATI
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 23, No 2 (2022): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/teknik.v23i2.6853

Abstract

ABSTRAK Gunung Dahu merupakan gunungapi purba yang terletak di dalam kawasan Geopark Nasional Pongkor. Keberadaan Gunung Dahu ini dapat teramati dengan baik dari pengamatan citra atau peta topografi. Tubuh gunung, saat ini memperlihatkan bentuk topografi tinggian di bagian sisi gunung, tetapi dibagian tengah memperlihatkan bentuk depresi. Area gunung Dahu memiliki lima buah puncak tertinggi, yang disebut sebagai G. Dango (934 m dpl), G. Dahu (816 m dpl), G. Putri (814 m dpl), G. Kojo (789 m dpl) dan G. Malas (692 m dpl). Untuk merangkai cerita pembentukan Gunung Dahu ini dalam kegiatan geowisata maka di butuhkan kemampuan interpretasi yang kuat dengan dasar keilmuan geologi. Setidaknya ada 4 lokasi situs geologi (geosite) yang bisa menjadi bahan interpretasi di dalam merangkai ceritera tersebut, yaitu: 1. Situs Curug Berundak, 2. Situs Curug Cikawung, 3. Situs Lembah Depresi Vulkanik dan 4. Situs Stone Park Dahu. Situs Curug Berundak memberikan gambaran karakteristik geologi gunungapi yang khas, yaitu dengan adanya perulangan batuan beku lava dengan breksi vulkanik. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa Gunung Dahu ini merupakan tipe gunungapi Strato. Situs Curug Cikawung dan Situs Stone Park Dahu memberikan gambaran adanya tubuh intrusi batuan beku yang menorobos Gunung Dahu, sehingga diinterpretasikan bahwa tubuh batuan intrusi ini merupakan bagian dari tubuh kepundan yang saat ini sudah menjadi kubah lava. Situs Lembah Depresi Vulkanik yang dikontrol oleh banyaknya batuan yang teralterasi, memberikan gambaran bahwa lembah ini dahulunya merupakan tinggian yang lapuk dan tererosi, hingga mengalami longsoran akibat kuat nya alterasi di wilayah ini. Dalam kegiatan geowisata untuk mandapatkan interpretasi yang baik tentang bagaimana Gunung Dahu terbentuk hingga menjadi kondisi seperti saat ini, maka urutan jalur lintasan geowisata (geotrek) harus dilakukan pertama kali dengan melintasi Situs Curug Berundak, dilanjut ke Situs Curug Cikawung dan Situs Stone Park Dahu, baru terakhir menuju Situs Lembah Depresi Vulkanik. Kata Kunci : Gunung Dahu, Interpretasi, Situs Geologi ABSTRACT Mount Dahu is an ancient volcano located within the Pongkor National Geopark area. The existence of Mount Dahu can be well observed from image observations or topographic maps. The body of the mountain currently shows a high topography on the side of the mountain, but in the middle it shows a depression. The Dahu mountain area has five of the highest peaks, namely G. Dango (934 m asl), G. Dahu (816 m asl), G. Putri (814 m asl), G. Kojo (789 m asl) and G. Lazy (692 m asl). In order to compose the story of the formation of Mount Dahu in geotourism activities, strong interpretation skills are needed on the basis of geological science. There are at least 4 locations of geological sites (geosite) that can be used as material for interpretation in compiling the story, namely: 1. Site of the Waterfall Waterfall, 2. Site of the Cikawung Waterfall, 3. Site of the Volcanic Depression Valley and 4. Site of Stone Park Dahu. The Berundak Waterfall site provides an overview of typical volcanic geology, namely the presence of repeated igneous lava rocks with volcanic breccias. So it can be interpreted that Mount Dahu is a type of Strato volcano. The Curug Cikawung site and the Dahu Stone Park site provide an overview of an igneous intrusion body that has penetrated Mount Dahu, so it is interpreted that this intrusive rock body is part of a crater body which has now become a lava dome. The Volcanic Depression Valley site, which is controlled by an abundance of altered rocks, illustrates that this valley was once a weathered and eroded high, until it experienced an avalanche due to the strong alteration in this region. In geotourism activities to get a good interpretation of how Mount Dahu was formed to become its current condition, the sequence of geotourism routes (geotrek) must be carried out first by crossing the Berundak Waterfall Site, then proceed to the Cikawung Waterfall Site and the Dahu Stone Park Site, then finally to the Volcanic Depression Valley Site. Keywords : Mount Dahu, Interpretation, Geological Site
EVALUASI TROTOAR KOTA BOGOR (STUDI KASUS: JALAN KAPTEN MUSLIHAT DAN JALAN VETERAN) GDE NGURAH PURNAMA JAYA
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 23, No 2 (2022): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/teknik.v23i2.6854

Abstract

ABSTRAK Sirkulasi pejalan kaki adalah ekspresi elemen transportasi yang penting dari pusat kota dan akan melibatkan berbagai aktivitas lainnya. Semua aktivitas transportasi akan saling mempengaruhi satu sama lain (Dewar, 1992). Sedangkan besar kecilnya potensi akan timbulnya pejalan kaki sangat tergantung pada faktor lokasi penggunaan lahan sekitar trotoar. Timbulnya potensi pejalan kaki di suatu lokasi akan berdampak pada berkembangnya aktivitas-aktivitas baru di antaranya adalah pedagang kaki lima (untuk selanjutnya disebut PKL) dan mobilitas kendaraan. Memperhatikan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah melihat permasalahan kondisi eksisting trotoar di sepanjang Jalan Kapten Muslihat dan Jalan Veteran Kota Bogor; mengidentifikasi pendapat masyarakat pengguna trotoar terhadap kondisi dan permasalahan trotoar; mengidentifikasi kebijakan pemerintah terkait trotoar. Disarankan dalam Evaluasi Trotoar ini adalah sebagai berikut: 1. Dalam pembangunan suatu fasilitas publik salah satunya trotoar, agar dibangun sesuai dengan aturan dan standar-standar teknis yang telah dikeluarkan oleh pemerintah agar kondisi kenyamanan pada trotoar dapat lebih terjamin. Selain itu, perlunya ketegasan pemerintah terhadap berbagai bentuk pelanggaran terhadap aturan yang telah dibuat sehingga tujuan penciptaan ketertiban umum dapat terpenuhi.  2. Perlu adanya koordinasi yang baik antara berbagai lembaga pemerintah, baik khsusnya pemerintah Kota Bogor, dalam hai ini Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor dengan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor serta perlunya koodinasi pemerintah dengan pejalan kaki   agar berbagai kebijakan yang dikeluarkan tidak saling tumpang tindih dan dapat memberikan kepuasan pelayanan kepada masyarakat khususnya pengguna trotoar di sepanjang Jalan Kapten Muslihat dan Jalan Veteran Kota Bogor. Kata kunci: kebijakan, kenyamanan, rencana kota, trotoar, ABSTRACT Pedestrian circulation is an expression of an important transportation element from the city center and will involve many other activities. All transportation activities will affect each other (Dewar, 1992). While the size of the potential for the emergence of pedestrians is very dependent on the factor of the location of land use around the sidewalk. The emergence of potential pedestrians in a location will have an impact on the development of new activities, including street vendors (hereinafter referred to as street vendors) and vehicle mobility. Taking into account the existing problems, the purpose of this study is to look at the problems of the existing condition of the sidewalks along Captain Muslihat Street and Veteran Street in Bogor City; identify the opinion of the community using the sidewalk on the condition and problems of the sidewalk; identify government policies related to sidewalks. It is recommended in this Sidewalk Evaluation as follows: 1. In the construction of a public facility, one of which is a sidewalk, so that it is built according to the rules and technical standards that have been issued by the government so that the condition of comfort on the sidewalk can be more guaranteed. In addition, the government needs firmness against various forms of violations of the rules that have been made so that the purpose of creating public order can be fulfilled. 2. There needs to be good coordination between various government institutions, especially the Bogor City Government, in this case the Bogor City Highways and Irrigation Service and the Bogor City Parks and Hygiene Service and the need for coordination between the government and pedestrians so that the various policies issued do not overlap and can provide service satisfaction to the community, especially sidewalk users along Captain Muslihat Street and Veteran Street in Bogor City. Key words: city plan, comfort, policy, sidewalk 
ANALISIS KESELARASAN PENGGUNAAN LAHAN EKSISTING DAN POLA RUANG DENGAN KEMAMPUAN LAHAN DI WILAYAH BOGOR BARAT KABUPATEN BOGOR HARSONO, SANTUN R.P SITORUS, dan MUJIO
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 23, No 2 (2022): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/teknik.v23i2.6863

Abstract

ABSTRAK Wilayah Bogor Barat Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang secara  pembangunan ekonomi paling tertinggal dibandingkan wilayah kabupaten Bogor lainnya. Untuk mengurangi ketertinggalan pembangunan dilakukan melalui pemekaran wilayah salah satunya dengan  menggunakan strategi pengembangan wilayah yang didasarkan pada kemampuan lahan.  Makalah ini berdasarkan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui daya dukung sumberdaya lahan berdasarkan kemampuan lahan, keselarasan penggunaan lahan eksisting terhadap kemampuan lahan, keselarasan alokasi pemanfaatan ruang dalam Rencana Tata Ruang Kabupaten Bogor (2016-2036) terhadap kemampuan lahan.  Untuk mengetahui kemampuan sumber daya lahan dengan menggunakan Analisa spasial kelas kemampuan lahan, untuk mengetahui keselarasan penggunaan lahan eksisting dan keselarasan alokasi pemanfaatan ruang dalam pola ruang  RTRW terhadap kemampuan lahan  menggunakan tehnik overlay.  Hasil analisis menunjukan klasifikasi kemampuan lahan di wilayah Bogor Barat terhadap pengembangan kawasan  didominasi oleh lahan dengan kelas IV (rendah)  dan kelas III (sedang), sedangkan keselarasan penggunaan lahan eksisting dengan kemampuan lahan selaras sebesar 97,7%, sedangkan keselarasan atas alokasi lahan pada rencana pola ruang RTRW  lebih kecil sebesar 66,4%.  Kejadian ini  karena tidak efektifnya upaya pengendalian penggunaan lahan. Jika dilihat dari keselarasan penggunaan lahan dibanding dengan kemampuan lahan, terdapat kecenderungan penggunaan  lahan yang melebihi kemampuan lahan. Hal ini menjadikan  rencana alokasi pemanfaatan lahan yang berdasarkan pola ruang RTRW menjadi instrument  yang penting dalam pengendalian pemanfaatan lahan terhadap kemampuan lahan. Kata kunci : Kemampuan Lahan, Penggunaan Lahan Eksisting, Pola Ruang, Keselarasan. ABSTRACT West Bogor Region, Bogor Regency, is an area that in terms of economic development is the most lagging behind compared to other Bogor Regency areas. To reduce the lag in development, it is carried out through regional expansion, one of which is by using a regional development strategy based on land capability. This paper is based on research with the aim of knowing the carrying capacity of land resources based on land capability, alignment of existing land use with land capability, alignment of spatial use allocation in the Bogor Regency Spatial Plan (2016-2036) to land capability. To determine the ability of land resources by using spatial analysis of land capability classes, to determine the alignment of existing land use and the alignment of spatial use allocation in the spatial pattern of the RTRW to land capabilities using the overlay technique. The results of the analysis show that the classification of land capability in the West Bogor region towards regional development is dominated by land with class IV (low) and class III (medium), while the alignment of existing land use with land capability is 97.7%, while the alignment of land allocation in RTRW spatial pattern plan is smaller by 66.4%. This incident is due to the ineffectiveness of land use control efforts. When viewed from the alignment of land use compared to land capability, there is a tendency to use land that exceeds land capacity. This makes the land use allocation plan based on the spatial pattern of the RTRW an important instrument in controlling land use on land capability. Keywords: land capability, existing land use, spatial pattern, harmony
PENENTUAN AKTIFITAS TEKTONIK RELATIF DENGAN ANALISIS KUANTITATIF DAERAH BANEMO DAN SEKITARNYA IIT ADHITIA dan MUHAMMAD AGUS KARMADI
Jurnal Teknik | Majalah Ilmiah Fakultas Teknik UNPAK Vol 23, No 2 (2022): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/teknik.v23i2.6868

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bermaksud menggambarkan tahap aktifitas tektonik DAS (Daerah Aliran Sungai)  dan Non DAS (Daerah Aliran Sungai). Penggambaran aktifitas tektonik  di daerah penelitian ini dengan pendekatan analisis  kuantitatif (analisis morfometri). Analisis morfometri yang dipakai untuk menggambarkan indeks aktifitas tektonik relatif di daerah Banemo dan sekitarnya menggunakan 5 parameter berdasarkan analisis morfometri yang berupa Faktor Asimetri DAS (Drainage Basin Asymmetry / AF), Indeks Bentuk DAS (Basin Shape Index / BS), Kerapatan DAS (Drainage Density / DD), Rasio Dasar Lembah (Valley Floor / VF), dan Sinusitas Muka Pegunungan (Mountain Front Sinuosity / MFS). Daerah aliran sungai di daerah penelitian terdiri dari 3 sub-DAS, dan berdasarkan distribusi indeks aktifitas tektonik relatif pada 3 subdas seluas ±35.8 km2 terdapat satu tingkatan aktifitas tektonik yaitu kelas 4 merupakan tingkatan aktifitas tektonik rendah tersebar di keseluruhan pada ketiga subdas (±35.8 km2) ditandai dengan warna biru meliputi sub-DAS Sungai Fon, sub-DAS Sungai Midolafi, dan sub-DAS Sungai Wosia. Berdasarkan hasil pengamatan, dimana indeks aktifitas tektonik relatif kelas 4 lebih landai akibat pengaruh erosi. Hubungan yang kuat antara keadaan geologi dengan distribusi indeks aktifitas tektonik relatif, dimana daerah yang mempunyai hasil  indeks aktifitas tektonik relatif kelas 4 (rendah) terdiri dari batuan yang kurang resisten dan terefleksikan pada topografi lebih datar dikarenakan pengaruh erosi jauh lebih kuat dibanding pengaruh deformasi. Kata Kunci: indeks aktifitas tektonik relatif, morfometri, sub-DAS, topografi  ABSTRACT This study intends to describe the stages of tectonic activity in DAS (watershed) and non-DAS (non-watershed) areas. The description of tectonic activity in the study area is based on a quantitative analysis approach (morphometric analysis). Morphometric analysis used to describe the relative tectonic activity index in the Banemo area and its surroundings uses five parameters based on morphometric analysis: the DAS Asymmetry Factor (Drainage Basin Asymmetry, AF), Basin Shape Index (BS), DAS Density (Drainage Density, DD), Valley Floor Ratio (VF), and Mountain Front Sinuosity (MFS). The watershed in the study area consists of 3 sub-watersheds, and based on the relative tectonic activity index distribution in the 3 sub-watersheds covering an area of 35.8 km2, there is one level of tectonic activity, namely class 4, which is the level of low tectonic activity spread throughout the three sub-watersheds (35.8 km2) marked with blue, including the Fon River sub-watershed, the Midolafi River sub-watershed, and the Wosia River sub-watershed Based on the results of observations, the relative tectonic activity index class 4 is more sloping due to erosion. There is a strong relationship between geological conditions and the distribution of relative tectonic activity indices, where areas with class 4 (low) relative tectonic activity indices consist of rocks that are less resistant and are reflected in flatter topography due to much stronger erosion than deformation. Keywords: relative tectonic activity index, morphometry, sub-watershed, topography

Page 1 of 1 | Total Record : 5