cover
Contact Name
Akbar Tanjung
Contact Email
ijitp@radenintan.ac.id
Phone
+6282176178991
Journal Mail Official
ijitp@radenintan.ac.id
Editorial Address
Jl. Letkol H. Endro Suratmin, Sukarame, Bandar Lampung, Lampung
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Indonesian Journal of Islamic Theology and Philosophy
ISSN : 26568748     EISSN : 26864304     DOI : 10.24042
Indonesian Journal of Islamic Theology and Philosophy is primarily intended for the publication of scholarly works in the field of Islamic Theology and Islamic Philosophy, school of Islamic Theological thought, Islamic Theology Figure, Modern and Contemporary Islamic Theology, Classical Islamic Philosophy, History of Islamic Philosophy, Ontology, Epistemology, Axiology, Ethics and others. IJITP accepts articles in both English and Indonesia, as well as maintains a double-blind peer-review process. The Indonesian Journal of Islamic Theology and Philosophy (IJITP) invites participation and contributions from researchers and academics in accordance with the field of science.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 1 (2019)" : 5 Documents clear
Moderat Dan Puritan Dalam Islam: Telaah Metode Hermeneutika Khaled M. Abou El Fadl Dian Suhandary
Indonesian Journal of Islamic Theology and Philosophy Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.492 KB) | DOI: 10.24042/ijitp.v1i1.3902

Abstract

Umat Islam semestinya menjadi sarana perwujudan rahmat dan kasih sayang Tuhan bagi sesama makhluk. Sayangnya, pesan yang mengandung nilai-nilai humanis, toleran, dan demokrasi dibalik teks-teks suci tersebut telah dirampas oleh kelompok yang mengatasnamakan “wakil Tuhan”dibumi. Akibatnya, tindakan kesewenang-wenangan di balik nama agama masih menjadi persoalan. Abou El Fadl memetakan dua aliran besar di dalam Islam yaitu Puritanisme dan moderatisme. Penelitian ini akan mengetengahkan bagaimana pemikiran Hermeneutika Khaled M. Abou El Fadl terhadap aliran puritanisme dan moderatisme dalam Islam? Penelitian ini tergolong dalam penelitian pustaka, jalannya penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif analisis. Hermeneutika Abou El-Fadl dapat disebut ‘hermeneutika negosiatif’. Menurutnya, makna harus merupakan hasil interaksi antara pengarang, teks, dan pembaca, di mana harus ada keseimbangan (balancing) dan proses negosiasi antara ketiga pihak, serta salah satu pihak tidak boleh mendominasi dalam proses penetapan makna. Selain itu, Abou El Fadl secara implisit mengandung semangat Gadamerian yang membaca teks secara subjektif, implikasinya seluruh interpretasi tidaklah bersifat final namun relatif.
Filsafat Politik Al-Farabi Abdullah Said
Indonesian Journal of Islamic Theology and Philosophy Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.023 KB) | DOI: 10.24042/ijitp.v1i1.4097

Abstract

Konsep negara demokrasi menjadi sebuah konsep yang di dengungkan oleh banyak negara selama beberapa abad terakhir ini, konsep negara demokrasi seakan-akan menjadi sebuah konsep negara yang sangat ideal bagi banyak negara yang menerapkannya, Sedang pada kenyataannya, banyak problematika yang terdapat dalam sistem demokrasi itu sendiri, sistem demokrasi yang menentukan suara terbanyak dalam penentuan seorang pemimpin tanpa melihat kualitas calon pemimpin menjadi salah satu titik kelemahan dalam sistem demokrasi. Penelitian ini akan membahas bagaimana konsep Negara ideal dalam pemikiran al-Farabi. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode deskriptif analisis dan bersifat kualitatif. Al-Farabi mengemukakan teori al-Madīnah al-Fāḍilah untuk mengharmonikan antara agama dan filsafat. Konsep kenegaraan yang terdapat dalam teori al-Farabi ini banyak mencontoh bentuk dan hakikat kepimpinan Rasullullah Saw sebagai seorang Rasul dan khalifah. Disamping itu juga, Konsep negara ideal dalam gagasanya dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan juga Aristoteles, khususnya gagasan tentang manusia sebagai makhluk sosial, selain itu juga al-Farabi juga dipengaruhi banyaknya peristiwa sosial politik pada masa khalifah Abbasyiah. Pertentangan politik, pemberontakan, stabilitas politik dan keamanan yang tidak terjamin menjadi faktor utama gagasan tersebut muncul.
Konsep Kebahagiaan Al-Kindi Isfaroh Isfaroh
Indonesian Journal of Islamic Theology and Philosophy Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (48.349 KB) | DOI: 10.24042/ijitp.v1i1.4095

Abstract

Kebahagiaan merupakan impian bagi setiap manusia, akan tetapi masih banyak manusia yang tidak berhasil mencapai kebahagiaan, hal ini disebabkan karena belum memahami arti dan cara mencapai kebahagiaan. Tulisan ini akan membahas bagaimana mencapai kebahagiaan dalam bimbingan rasionalitas menurut pemikiran al-Kindi. Kajian ini menggunakan metode verstehen. Hasil kajian menunjukkan bahwa bagi al-Kindi, berfikir rasional adalah keutamaan, yang berarti meneladani perbuatan-perbuatan Tuhan. sehingga kebahagiaan dapat dicapai dengan cara mengetahui keutamaan dan bertingkah laku sesuai dengan tuntutan keutamaan tersebut.
Konsep Negara Ideal Ali Abdul Raziq Dan Relevansinya Dengan Pancasila Ridho Putra
Indonesian Journal of Islamic Theology and Philosophy Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.614 KB) | DOI: 10.24042/ijitp.v1i1.4096

Abstract

Negara yang ideal pada hakikatnya adalah suatu keluarga, sehingga dalam suatu negara semua bersaudara. Karenanya setiap warga negara haruslah bersikap kekeluargaan yang mencerminkan adanya kerukukunan dan keharmonisan, baik di kalangan elite pemerintahan maupun rakyatnya. Mirisnya, Negara telah dijadikan alat untuk memuaskan keinginan bagi para penguasa. Yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana bentuk  negara ideal menurut Ali Abdul Raziq? Dan apa relevansi negara ideal Ali Abdul Raziq terhadap pancasila di Indonesia?Tulisan ini adalah hasil studi pustaka. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analitis dan penalaran deduktif. Negara ideal menurut Ali Abdul Raziq ialah negara yang berasaskan humanisme universal yang memperjuang-kan rakyatnya, demokrasi dan keadilan sosial, yaitu negara sekuler bagi kaum muslimin dan non muslim yang hidup di negara itu. Sementara relevansi pemikiran negara ideal Ali Abdul Raziq dengan Pancasila adalah jika nilai-nilai demokrasi, keadilan sosial berasaskan humanisme yang harus diberikan kepada setiap manusia tanpa memandang label agamanya, maka negara ideal yang dimaksud Ali Abdul Raziq relevan dengan filosofi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Indonesia bukan negara sekuler dan juga bukan negara agama, tetapi berada di tengah-tengah, yaitu nilai-nilai agama diintegrasikan ke dalam hukum negara.
Hakekat Agama Dalam Perspektif Filsafat Perenial Siti Amallia
Indonesian Journal of Islamic Theology and Philosophy Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.912 KB) | DOI: 10.24042/ijitp.v1i1.3903

Abstract

Religion in life aside from functioning as a guide to life individually, religion also functions as an instrument in dealing with all differences. But now, religion in empirical reality begins to lose its social function. religious guidance that teaches to live peacefully and love one another, turns into a disaster that hates and destroys each other. Therefore, the discussion that will be examined in this article is: How does perennial philosophy explain the nature of religion? This problem will be examined by researchers with a descriptive approach, hermeneutics, and historical continuity. The nature of religion in the perspective of perennial philosophy can be seen from two sides, namely exoteric and esoteric. The exoteric side sees the nature of religion in terms of forms related to historicity, culture, customs, and ethnicity in certain societies. While the esoteric side sees the nature of religion by finding common ground to trace the historical chain of the growth of religion. The meeting point is located at the level of substance that has a transcendent unity. So, from an esoteric point of view the nature of religion is one not divided, but from this one radiates various truths. When the nature of religion is seen in different forms, then it is of relative value, because each adherent of the religion has an exclusive claim about the religion that is adhered to. But when religion is seen in transcendent unity, that is called absolute truth.

Page 1 of 1 | Total Record : 5