cover
Contact Name
Luqman Qurata Aini
Contact Email
luqman.fp@ub.ac.id
Phone
+6281252663348
Journal Mail Official
jurnalhpt@ub.ac.id
Editorial Address
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan)
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : 23384336     EISSN : 25806459     DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jurnalhpt
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan (Jurnal HPT) memuat naskah artikel yang berkaitan dengan hama dan penyakit tumbuhan, termasuk karakterisasi, deteksi, identifikasi, fisiologi, biokimia, ekologi, epidemiologi, biologi molekuler hama dan patogen tumbuhan, serta pengendaliannya secara kimia dan biologi. Artikel dapat berupa hasil penelitian mutakhir atau temuan terbaru mengenai hama dan penyakit tumbuhan. Naskah artikel yang diterima adalah naskah yang belum pernah dimuat atau tidak sedang dalam proses publikasi pada berkala ilmiah nasional maupun internasional lainnya.
Articles 248 Documents
PENGARUH PLANT GROWTH PROMOTING RHIZOBACTERIA (PGPR) TERHADAP INFEKSI SOYBEAN MOSAIC VIRUS (SMV), PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA TANAMAN KEDELAI (GLYCINE MAX (L.) MERR.) VARIETAS WILIS Aviva Aviolita Parama Putri Aviolita Parama Putri; Mintarto Martosudiro; Tutung Hadiastono
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 1 No. 3 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Soybean Mosaic Virus (SMV) adalah salah satu jenis virus yang dapat mengakibatkan penurunan produksi 50-90%. Salah satu teknologi pengendalian SMV adalah dengan pemanfaatan agens hayati Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). PGPR dapat berperan sebagai bioprotectan dan biostimulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dan peranan PGPR Pseudomonas fluorescens, Azotobacter sp. dan Bacillus subtilis terhadap intensitas serangan SMV, pertumbuhan dan produksi pada tanaman kedelai varietas Wilis. Penelitian dilaksanakan di rumah kawat dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan, HPT FP UB Malang. Penelitian dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) disusun secara faktorial. Perlakuan pemberian PGPR tunggal meliputi P. fluorescens, Azotobacter sp., dan B. subtilis. Sedangkan PGPR kombinasi meliputi (1) P. fluorescens dan B. subtilis, (2) P. fluorescens, Azotobacter sp., B. subtilis, dan tanpa PGPR (kontrol). Hasil penelitian PGPR dengan isolat tunggal dan kombinasi dapat menghambat terjadinya infeksi SMV dan menurunkan intensitas SMV tanaman kedelai. Inokulasi SMV pada tanaman kedelai mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah daun. Bakteri PGPR dengan isolattunggal maupun kombinasi berpotensi terhadap jumlah bobot basah tanaman. Inokulasi SMV berpengaruh terhadap bobot kering dan jumlah biji tanaman kedelai. Pemberian PGPR dan inokulasi SMV memberikan pengaruh pada jumlah polong tanaman kedelai. PGPR dengan isolat tunggal maupun kombinasi berpotensi terhadap jumlah bobot basah tanaman. Inokulasi SMV berpengaruh terhadap bobot kering, jumlah biji dan pada jumlah polong tanaman kedelai.Kata Kunci: PGPR, Pseudomonas fluorescens, Azotobacter sp., Bacillus subtilis, SMV, Kedelai
POTENSI BEBERAPA JENIS GULMA BERDAUN LEBAR SEBAGAI SUMBER INOKULUM PADA PROSES PENULARAN CUCUMBER MOSAIC VIRUS (CMV) UNTUK TANAMAN TOMAT (Lycopersicon esculentum MILL.) Uswatun Hasanah; Mintarto Martosudiro; Tutung Hadiastono
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 1 No. 3 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKHasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa Commelina benghalensis,Ageratum conyzoides, Emilia sonchifolia, dan Portulaca oleracea merupakan gulma pada tanaman tomat yang dapat diinfeksi oleh Cucumber Mosaic Virus. Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi gulma-gulma tersebut di atas sebagai sumber inokulum CMV untuk tanaman tomat. Percobaan pertama menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) membandingkan 4 (empat) jenis gulma sebagai sumber inokulum CMV (Commelina benghalensis, Ageratum conyzoides, Emilia sonchifolia, dan Portulaca oleracea) dan diulang 3 (tiga) kali. Penularan CMV dari 4 jenis gulma tersebut ke tanaman tomat menggunakan vektor Myzus persicae Shultzer. Data intensitas tanaman tomat yang sakit dianalisis dengan Analisis Varian (α=5%). Percobaan kedua menggunakan metode perhitungan indeks invektivitas menurut Diener (1979). Penularan mengunakan metode mekanik. Hasil percobaan baik uji indeks infektivitas menunjukkan bahwa Portulaca oleracea, Commelina benghalensis,Ageratum conyzoides, dan Emilia sonchifolia mempunyai potensi sebagai sumber inokulum CMV bagi pertanaman tomat.Kata Kunci: Gulma, sumber inokulum, CMV, vektor, indeks infektivitas, tomat
PENGHAMBATAN REPRODUKSI Rhyzopertha dominica F. (COLEOPTERA: BOSTRICHIDAE) MENGGUNAKAN FUMIGAN TABLET BERBASIS MINYAK MIMBA Richa Ratih Damayanti; Toto Himawan; Ludji Pantja Astuti
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 1 No. 3 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama, Jurusan Hama dan PenyakitTumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, mulai bulan Juni 2010 sampai Desember 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan yaitu mimba, kampher, menthol, mimba + kampher, mimba + menthol dan kontrol. Variabel pengamatan meliputi penghambatan reproduksi dan mortalitas R. dominica. Data pengamatan dianalisis menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 5%, dan apabila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji DMRT untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Untuk menentukan Median Lethal Time (LT50) dari perlakuan fumigant tablet berbasis minyak mimba digunakan analisis probitmenurut Hsin Chi. Hasil penelitian ini menunjukan :1) Fumigant tablet berbasis minyak mimba dapat menghambat reproduksi R. dominica ditunjukkan dengan tingkat penghambatan reproduksi dan jumlah telur yang dihasilkan. 2) Fumigant tablet berbasis minyak mimba dapat menyebabkan mortalitas R. dominica. 3) Laju peningkatan mortalitas imago R. dominica pada perlakuan mimba + kampher merupakan yang tertinggi diantara perlakuan yang lain. 4) Perlakuan mimba + kampher memiliki nilai LT50 terendah dibanding dengan perlakuan yang lain yaitu 75,4 jam. Hal ini menunjukkan bahwa toksisitas pada perlakuan mimba + kampher merupakan yang tertinggi karena waktu yang dibutuhkan untuk menyebabkan kematian adalah yang tercepat dibanding dengan perlakuan yang lain.Kata kunci : Rhyzopertha dominica, Penghambatan Reproduksi, Mimba
KEJADIAN PENYAKIT PADA TANAMAN BAWANG MERAH YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA VERTIKULTUR DI SIDOARJO Ade Supriyadi; Ika Rochdjatun Sastrahidayat; Syamsuddin Djauhari
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 1 No. 3 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKBudidaya bawang merah saat ini hanya menggunakan teknik konvensional yangdalam budidayanya membutuhkan banyak lahan seperti lahan persawahan. Budidaya bawang merah tidak hanya dapat dibudidayakan secara konvensional tetapi dapat juga dengan teknik vertikultur. Terdapat beberapa faktor yang menjadi hambatan dalam budidaya bawang merah. Salah satunya yaitu adanya infeksi penyakit yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan berbagai macam patogen lainnya yang mampu menurunkan hasil produksi bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyakit yang menyerang tanaman bawang merah yang ditanam secara vertikultur dan untuk mengetahuiintensitas serangan penyakit pada bawang merah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yang dilakukan terhadap budidaya tanaman bawang merah dengan teknik vertikultur dan inventarisasi penyakit yang menyerang daun, umbi maupun akar tanaman bawang merah yang dibudidayakan dengan teknik vertikultur yang dilakukan dengan cara mengamati langsung di lapangan. Dari hasil penelitian penyakit yangditemukan pada budidaya tanaman bawang merah yang dibudidayakan secara vertikultur yaitu layu Fusarium sp. dan defisiensi unsur hara N dan K. intensitas serangan patogen Fusarium sp. mulai tampak pada umur 20 HST dengan rata-rata 0,15 %. Intensitas serangan Fusarium sp. pada umur 24 HST terus meningkat hingga umur 48 HST yaitu 5,99 %. Berdasarkan letak lubang tanam pada paralon, intensitas serangan penyakit layu Fusarium sp. tertinggi terdapat pada paralon bagian bawah dengan rata-rata 7,5 % dan yang terendah terdapat pada paralon bagian atas dengan rata-rata 4,99 %. Gejala defisiensi unsur haramulai tampak pada umur 20 HST dan terus mengalami peningkatan hingga umur 36 HST dengan persentase 100% tanaman yang sakit.Kata kunci: bawang merah, vertikultur, Fusarium sp, defisiensi unsur hara
TINGKAT PRODUKTIVITAS DAN KETAHANAN BEBERAPA GALUR DAN SATU VARIETAS UNGGUL KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA) TERHADAP PENYAKIT KARAT (PHAKOPSORA PACHIRHIZY) Angga Pradikta; Siti Rasminah Chailani; Abdul Cholil; Muhammad Cholil M
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 1 No. 3 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPenyakit karat daun (Phakopsora pachirhizy) merupakan salah satu masalahdalam budidaya kacang hijau karena dapat menurunkan hasil panen 5-95% tergantung pada ketahanan varietas kacang hijau yang dibudidayakan oleh petani. Berbagai cara pengendalian penyakit ini telah dilakukan termasuk penggunaan bahan kimia (pestisida), namun pengendalian secara kimiawi yang tidak sesuai anjuran justru menyebabkan pencemaran lingkungan, bahkan menyebabkan kekebalan bagi penyebab penyakitnya. Oleh karena itu penggunaan varietas unggul yang tahan terhadap penyakit merupakan solusi bijak untuk menyelesaikan permasalahan diatas, karena mudah, murah, aman dan ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui galurkacang hijau yang tahan penyakit karat daun dan berpotensi produksi tinggi. Penelitiandilaksanakan di kebun Percobaan Karang Ploso, Balai Pengkajian Teknologi PertanianJawa Timur, antara bulan Juni s/d Agustus 2010. Penelitian dirancang menggunakanrancangan acak kelompok. Lima galur (MMC 331d-kp-3-4), MMC 342d-kp-3-3, MMC342d-kp-3-4, MMC 120d-kp-5, MMC 152d-kp-2, dan varietas unggul Vima-1 sebagai pembanding) digunakan sebagai perlakuan, masing-masing diulang empat kali. Daripenelitian ini disimpulkan bahwa galur MMC152d-kp-2, MMC120d-kp-5, danMMC342d-kp-3-4 memperlihakan potensi hasil panen lebih tinggi dan lebih tahanterhadap penyakit karat daun daripada varietas unggul Vima-1. Hasil penelitian inidapat digunakan sebagai dasar untuk mengusulkan ketiga galur kacang hijau tersebutdilepas menjadi varietas unggul baru.Kata kunci: kacang hijau, galur, penyakit karat, ketahanan
PENGARUH DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP INFEKSI Soybean Mosaic Virus (SMV), PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI HITAM (Glycine max (L.) Merr.) VARIETAS DETAM-1 Lilik Nur Kholidah; Tutung Hadiastono; Mintarto Martosudiro
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 1 No. 3 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPenelitian pada tanaman kedelai dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah Kawat Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang mulai bulan Januari – Mei 2013. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik cair dalam menurunkan intensitas serangan Soybean Mosaic Virus (SMV), meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai hitam varietas Detam-1. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 12 perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah tanaman kedelai inokulasi SMV dan tanpa inokulasi SMV dengan tanpa pemberian pupuk (kontrol), dan pemberian pupuk 4 liter/ha,10 liter/ha,16 liter/ha,22 liter/ha, dan 28 liter/ha. Hasil penelitian adalah dosis pupuk organik cair 16 liter/ha mampu menekan intensitas serangan Soybean Mosaic Virus (SMV) sebesar 10.17%, dosis pupuk organik cair 16 liter/ha mampu memperbaiki tinggi tanaman sebesar 8.3% - 9.3%, jumlah daun kedelai sebesar 31.27% - 34.64%, berat kering kedelai sebesar 29.97% - 32.42%, serta bobot biji tanaman sebesar 21.33% - 29.19%.Kata kunci : pupuk organik cair, Soybean Mosaic Virus (SMV), kedelai
PENAMBAHAN ASAM CUKA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI KONIDIA, DAYA KECAMBAH DAN PATOGENISITAS JAMUR Beauveria bassiana Balsamo (Deuteromycetes: Moniliales) Dycka Dwi Saputra; Gatot Mudjiono; Aminudin Afandhi
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 1 No. 3 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Beauveria bassiana (Bals.) (Vuill.) (Deuteromycetes : Moniliaceae) adalah salahsatu jamur entomopatogenik. Pemberian asam cuka pada medium merupakankegiatan manipulasi pH untuk meningkatkan pertumbuhan jamur. Tujuan daripenelitian untuk mengetahui pengaruh asam cuka yaitu 0,5 ml, 1 ml, 1,5 ml, 2 ml, 2,5 ml/100 ml aquades dalam 20 gram medium beras jagung terhadap produksi konidia, daya kecambah, dan patogenisitas jamur B. bassiana. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) diulang sebanyak 4 kali dengan perlakuan konsentrasi asam cuka yaitu: 0 ml; 0,5 ml; 1 ml; 1,5 ml; 2 ml; 2,5 ml/100 ml aquades dalam 20 gram medium beras jagung. Uji patogenisitas menggunakan metode celup larva, inokulum B. bassiana yang digunakan berumur 21 hari dalam bentuk suspensi dengan konsentrasi 108 konidia/ml. Pengamatan kematian larva akibat terinfeksi B. bassiana dilakukan setiap 24 jam selama 20 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis asam cuka 2 ml/100 ml aquades dalam 20 gram medium beras jagung mampu meningkatkan produksi konidia hingga 83.91%, daya kecambah 38.19% dan patogenisitas jamur B. bassiana 23.12%.Kata kunci: Beauveria bassiana, asam cuka, produksi konidia, daya kecambah,patogenisitas
EKSPLORASI JAMUR ENDOFIT PADA TANAMAN JERUK (Citrus sp.) FUSIPROTOPLAS DENGAN KETAHANAN BERBEDA TERHADAP Botriodiplodia theobromae Pat. Yunita Dian Puspita; Liliek Sulistyowati; Syamsuddin Djauhari
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 1 No. 3 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh keanekaragaman jamur endofit pada jaringan tanaman jeruk fusiprotoplas terhadap ketahanan tanaman oleh serangan Botriodiplodia theobromae. Pada penelitian ini, dilakukan eksplorasi terhadap jamur endofit pada daun, ranting dan akar jeruk hasil fusiprotoplas yang telah melewati uji ketahanan terhadap patogen B. theobromaee. Perakitan tanaman jeruk melalui proses fusiprotoplas dengan tetua Satsuma Mandarin dan Siam Madu telah dilakukan oleh Martasari (2009). Ketahanan tanaman jeruk fusiprotoplas tersebut telah diuji terhadap infeksi B. theobromae, kemudian dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu tahan, moderat, dan rentan (Ragayatsu, 2012). Sampel tanaman jeruk diambil dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Batu dan dilakukan penelitian dilaboratorium Bioteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya pada bulan April hingga Juni 2013. Sebanyak 5 tanaman pada masing-masing kategori ketahanan diambil jaringannya untuk dieksplorasi. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa jumlah genus jamur endofit lebih banyak ditemukan pada tanaman jeruk fusiprotoplas kategori tahan yaitu sebanyak 13 genus, kemudian kategori moderat dan rentan masing-masing adalah 11 dan 10 genus. Keanekaragaman genus jamur endofit pada tanaman jeruk fusiprotoplas tersebut, diduga mempengaruhi ketahanan tanaman terhadap serangan B. theobromae. Jamur endofit yang diperoleh berjumlah 94 isolat, terdiri dari genus Microsporium, Fusarium, Cephalosporium, Acremonium, Zygodesmus, Colletotrichum, Curvularia, Botryosporium, Nigrosporum, Mucor, Clyndrophora, Botrytis, Verticillium, Mastigosporium, Humicola, Trichocladium dan Aspergilus, dari jamur tersebut didominasi oleh genus Colletotrichum.Kata kunci: eksplorasi, fusiprotoplas, jamur endofit, jeruk
PENGARUH APLIKASI Pyraclostrobin TERHADAP SERANGAN PENYEBAB PENYAKIT BULAI PADA LIMA VARIETAS JAGUNG (Zea mays) Novie Utami Asputri; Luqman Qurata Aini; Abdul Latief Abadi
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 1 No. 3 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jagung merupakan makanan pokok bagi penduduk Indonesia kedua setelah padi. Kendala biotik dan abiotik sering muncul dalam produksi jagung nasional sehingga produktivitasnya rendah. Penyakit bulai adalah penyakit penting pada tanaman jagung yang merupakan kendala utama pada budidaya tanaman jagung di Indonesia. Penyakit bulai disebabkan oleh infeksi jamur patogen Peronosclerospora sp. Pyraclostrobin merupakan fungisida dari kelompok strobilurin yang digunakan untuk melindungi tanaman yang diakibatkan oleh jamur. Pyraclostrobin telah dilaporkan efektif mengendalikan penyebab penyakit karat daun (Puccinia sorghi Schw), hawar daun (Exserohilum turcicum (Pass) Leonard et Suggs), bercak daun (Bipolaris maydis (Nisik) Shoemaker), dan busuk batang pada tanaman jagung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pyrasclostrobin terhadap perkembangan penyakit bulai pada tanaman jagung serta pengaruh pyraclostrobin terhadap pertumbuhan tanaman. Metode penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama menggunakan lima varietas yaitu varietas P21, BISI 2, BISI 222, Pertiwi3 dan NK 33. Faktor kedua menggunakan aplikasi pyraclostrobin dan kontrol (tanpa aplikasi pyraclostrobin). Daun tanaman jagung yang terserang bulai bewarna kuning pucat (khlorotik) memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas. Pengaplikasian pyraclostrobin berpengaruh terhadap perkembangan penyakit bulai pada lima varietas yang digunakan terbukti pada nilai intensitas yang lebih rendah pada perlakuan pemberian pyraclostrobin daripada yang tidak diberi pyraclostrobin. Pemberian pyraclostrobin tidak menunjukkan pengaruh terhadap tinggi tanaman tetapi menunjukkan pengaruh terhadap diameter batang. Pyraclostrobin dapat meningkatkan jumlah klorofil. Hal ini diduga varietas dengan pemberian pyraclostrobin dapat meningkatkan nitrogen tanaman untuk pembentukan klorofil. Pemberian pyracostrobin juga berpengaruh terhadap bobot biji jagung. Pyraclostrobin juga dapat menekan perkembangan jamur filosfer tetapi tidak dapat menekan perkembangan bakteri filosfer. Tanaman yang diperlakukan pyraclostrobin memiliki kandungan fenol yang lebih rendah daripada kontrol (tanpa pyraclostrobin). Hal ini diduga produksi fenol pada tanaman dapat diinduksi dengan serangan patogen.
Pengaruh Sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Non PHT terhadap Tingkat Populasi dan Intensitas Serangan Aphid (Homoptera: Aphididae) pada Tanaman Cabai Merah Yulianto Nugroho; Gatot Mudjiono; Retno Dyah Puspitarini
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 1 No. 3 (2013)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat populasi dan intensitas serangan aphid pada tanaman cabai merah di lahan PHT dan non PHT. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bayem Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang mulai bulan Juli sampai November 2012. Pada perlakuan PHT digunakan agen hayati, pupuk kandang, mikoriza dan NPK 15:15:15. Pengendalian hama pada perlakuan PHT menggunakan pestisida nabati. Pada perlakuan non PHT tidak dilakukan penambahan agen hayati, sedangkan pemupukannya menggunakan NPK 16:16:16. Pengendalian hama menggunakan pestisida kimia dengan bahan aktif Lamda Sihalotrin 106 gr/l dan Tiametoksan 141 gr/l. Parameter pengamatan adalah populasi dan intensitas serangan aphid, pertumbuhan tanaman yaitu jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah buah, serta produksi. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa perlakuan PHT dan non PHT tidak berpengaruh secara nyata terhadap populasi aphid, pada perlakuan PHT 77 ekor/100 daun dan non PHT 71 ekor/100 daun. Intensitas serangan aphid pada perlakuan PHT lebih tinggi (0,47%) secara nyata dibandingkan dengan lahan non PHT (0,02%). Pada perlakuan PHT berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah buah pada perlakuan PHT lebih tinggi secara nyata dibandingkan non PHT (104,03 daun ; 85,26 daun) (39,56 cm; 33,19 cm) (25,72 buah ; 13,50 buah). Produksi buah cabai merah pada lahan PHT lebih tinggi (8,5 kg) secara nyata dibandingkan dengan lahan non PHT (4,6 kg).Kata kunci: pestisida, coccinellid, mikoriza, pupuk, hama, pertumbuhan

Page 3 of 25 | Total Record : 248