cover
Contact Name
Yusran
Contact Email
iqt.fuf@uin-alauddin.ac.id
Phone
+6282136764704
Journal Mail Official
iqt.fuf@uin-alauddin.ac.id
Editorial Address
Jalan H.M.Yasin Limpo No.36, Romang Polong, Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kode Pos 92118
Location
Kab. gowa,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Jurnal Tafsere
ISSN : 23552255     EISSN : 29628474     DOI : -
Core Subject : Religion,
Tafsere is a peer-reviewed journal dedicated to publishing the scholarly study of the Quran from many different perspectives. Particular attention is paid to the works dealing with Quranic Studies, Qur’anic sciences, Living Quran, Quranic Studies across different areas in the world, Methodology of the Quran, and Tafsir studies. Tafsere was published by the Department of Quranic and Tafsir Studies, Faculty of Ushuluddin and Philosophy, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Indonesia.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 2 No 1 (2014)" : 10 Documents clear
HAK ASASI MANUSIA DALAM AL-QUR’AN aisyah aisyah
Jurnal Tafsere Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.821 KB)

Abstract

Kerancuan HAM sekuler itulah yang mendorong para pemikir muslim yang bergabung dalam organisasi Islam Eropa untuk mendeklarasikan The Universal Islamic Declaration of Human Right (UIDHR), pada kofrensi Islam Internasional pada tahun 1980 di Paris. Namun deklarasi HAM Islam yang sangat mirip dengan HAM sekuler itu juga gagal pada level implementasi. Jika kembali pada al-Qur’an dan hadis, terutama konstitusi Madinah dalam kontek HAM yang bisa dibincangkan tidak sedikit ayat-ayat al-Qur’an yang tanpa melalui penafsiran saja sudah sangat memihak kepada HAM. Prinsip-prinsip HAM dalam al-Qur’an dapat dijabarkan dari tiga term, yaitu al-istiqrar, yakni hak untuk hidup mendiami bumi hingga ajal menjemput, al-istimta‘, yaitu hak mengeksplorasi daya dukung terhadap kehidupan dan al-karamah, yakni kehormatan yang identik dengan setiap individu tetapi berimplikasi sosial, karena kehormatan diri hanya bisa berjalan jika ada orang lain yang menghormati martabat kemanusiaan seseorang, maka al-karamah ini kemudian melahirkan hak persamaan derajat.
WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG MUSYAWARAH Muhammad Ali Rusdi
Jurnal Tafsere Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.411 KB)

Abstract

Dalam kehidupan sosial, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat ataupun bangsa, musyawarah mutlak diperlukan. Dalam proses musyawarah itu berlangsung dialog dan komunikasi sesuai dengan prinsip-prinsip akhlak untuk menegakkan nilai-nilai Islam. Musyawarah dalam al-Qur’an hanya diungkapkan dalam tiga bentuk kosakata, yakni syura, syawir dan tasyawur yang intinya adalah perkumpulan manusia untuk membicarakan suatu perkara agar masing-masing mengeluarkan pendapatnya kemudian diambil pendapat yang terbaik untuk disepakati bersama, sebagaimana mengeluarkan madu dari sarang lebah untuk menghasilkan madu yang manis dengan tujuan membangun kehidupan sosial yang tenang, damai, dan dijiwai oleh semangat persatuan dan kesatuan.
KONSEP WAKTU DALAM AL-QUR’AN Muhammad Agus
Jurnal Tafsere Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Sebagai wujud kesempurnaannya, manusia diciptakan oleh Allah setidaknya memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar. Pertama, sebagai seorang hamba ('abdullah) yang berkewajiban untuk memperbanyak ibadah kepada-Nya sebagai bentuk tanggung jawab 'ubudiyyah terhadap Tuhan yang telah menciptakannya. Kedua, sebagai khalifatullah yang memiliki jabatan ilahiyah sebagai pengganti Allah dalam mengurus seluruh alam. Khalifah adalah setiap orang yang diberikan amanah oleh Allah untuk mengatur alam semesta dan mempertahankan eksistensinya dengan karakter dan sifat yang terpuji karena ia mengemban tugas kekhalifahan atau kemimpinan sebagai amanah yang cukup berat dari Allah swt.
JIHAD DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN Ahamad Bazith
Jurnal Tafsere Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (642.096 KB)

Abstract

Jihad merupakan kewajiban bagi setiap muslim sesuai dengan kesanggupan dan kemampuan masing-masing. Namun jihad seringkali dipahami sebagai qital/perang padahal jihad yang diperintahkan al-Qur’an tidak terbatas pada jihad dalam makna perang, akan tetapi mencakup banyak aktifitas keagamaan yang lain. Jihad dalam periode Mekkah dilakukan bukanlah dengan perang, tetapi dengan mencurahkan segala kemampuan menghadapi orang-orang musyrik dengan kalimat yang menyentuh nalar dan qalbu karena melihat situasi dan kondisi umat Islam yang masih lemah dan belum memiliki kekuatan fisik. Sementara jihad dalam periode Madinah, lebih cenderung diartikan dengan ‘perang’ yaitu upaya kaum muslimin untuk membalas serangan yang ditujukan kepada mereka. Namun dalam konteks Indonesia, pemahaman jihad dapat dikembangkan ke dalam wilayah sosial politik dan bermakna horizontal. Misalnya peduli terhadap kemanusiaan dalam bentuk kepedulian sosial.
PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT AL-QUR’AN Muhammad Amir
Jurnal Tafsere Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.511 KB)

Abstract

Terlepas dari perbedaan pendapat tetang status Lukman, yakni apakah beliau  nabi atau hanya orang saleh, yang pasti bahwa beliau diberikan oleh Allah swt. predikat al-Hakim yang diabadikan dalam al-Qur’an surah Lukman, menunjukkan bahwa Lukman adalah orang yang mendalam ilmunya, serta pintar mengambil kebijakan sehinga disegani dan ilmunya dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi orang yang datang sesudahnya, terutama nasihat beliau kepada anaknya yang kemudian diistilahkan dengan pendidikan keluarga yang meliputi; Pertama, pendidikan akidah yakni tidak boleh mempersekutukan Allah swt. dengan sesuatu apa pun serta meyakini bahwa semua perbuatan manusia diketahui oleh Allah sekecil apa pun. Kedua.  pendidikan ibadah, yakni melaksankan salat dengan kontinu. Ketiga,. pendidikan dakwah yakni memerintahkan perbuatan makruf dan mencegah perbuatan mungkar. Keempat, pendidikan kepribadian, yakni bersabar ketika mendapat musibah. Kelima, pendidikan karakter, yakni tidak berpaling dari manusia karena sombong atau takabbur, serta bersikap sederhana ketika berjalan, dan tidak  mengeraskan suara ketika berbicara.
HAKIKAT SABAR DALAM AL-QUR’AN Muhammad Irham
Jurnal Tafsere Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.019 KB)

Abstract

Sabar merupakan hal yang sulit dan jauh lebih sulit mengamalkan kesabaran dalam kehidupan sehari-hari karena dibutuhkan kesabaran yang bersifat praktis secara konsisten. Oleh karena itu, sabar adalah sebuah ibadah dalam bentuk kekuatan mental dan sikap menghadapi pelbagai macam ganngguan verbal dan fisik agar tercapainya tujuan semula dan mendapatkan solusi. Secara umum, jika terma sabar bergandengan dengan huruf jarr, maka yang dimaksudkan adalah terminologi sabar. Sedangkan jika terma sabar tidak bergandengan dengan huruf jarr, maka yang dimaksudkan adalah etimologi sabar kecuali terdapat pengulangan terma sabar baik dalam bentuk yang beda maupun yang sama dan terdapat indikasi dari bagian unsur terminologi sabar.
KONSEP WAKTU DALAM AL-QUR’AN Abdul Gaffar
Jurnal Tafsere Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.65 KB)

Abstract

Berbagai pribahasa muncul dari kata waktu. Pepatah Arab memposisikan waktu layaknya pisau yang setiap saat dapat memenggal apa saja yang dilaluinya, sementara Barat memposisikan waktu layaknya uang yang harus dimanfaatkan. Sementara al-Qur’an datang dengan menggunakan banyak terma mulai dari al-waqt, al-dahr-al-zaman-al-‘ashr, bahkan bagian-bagian waktu juga diungkapkan seperti al-lail, al-nahar, al-fajr dan berbagai lafal lain. Al-waqt misalnya dikhususkan pada batas akhir kesempatan atau peluang menyelesaikan suatu peristiwa. Al-Ajal menekankan pada waktu berakhirnya sesuatu, al-dahr menunjukan waktu yang dilalui alam raya. Al-Ashr waktu yang menunjukan hasil perasan, al-amad menekankan pada waktu yang terbatas, sedangkan al-abad menekankan pada waktu yang panjang tanpa batas. Sementara tabiat waktu berlalu dengan cepat, waktu tidak pernah kembali dan waktu sangat berharga, sementara manfaatnya sebagai tanda dimulai atau barakhirnya sebuah ibadah, sebagai media introspeksi dan sebagai plaining masa akan datang. 
HAJI BUDAYA DAN BUDAYA HAJI Abdullah Abdullah
Jurnal Tafsere Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.574 KB)

Abstract

Haji sebagai budaya dan budaya dalam berhaji perspektif sosio-filosofis, menjadi tradisi yang serius diteliti dalam kehidupan keberagamaan dewasa ini, sebab dalam upacara ritual berhaji terkadang sebagian jamaah melupakan makana substansi atau ontologism dalam berhaji itu sendiri. Seharusnya para pelaksana haji sedapat mungkin memahaminya secara dhahiriyah dan bathiniyah atau teks dan konteks dalam pelaksanaan haji. Dalam peneluusuran tulisan ini menemukan Pertama, Haji budaya adalah pelaksanaan haji yang dilakukan oleh setiap umat Islam yang berkemampuan totalitas, secara hakiki ritualistik, spiritualistik dan nilai-nilai sosialistik yang dilakukan oleh orang-orang yang berhaji adalah sebuah budaya. Kedua, Para pelaksana haji baik yang berkemampuan lebih atau yang memaksa diri dalam rangka meraih tingkatan mabrur sebatas pada ritualisme belaka dan tidak memberikan nilai implikasi dari ke-hajiannya, merupakan budaya haji yang hura-hura mengejar prestise bukan prestasi dan kualitas. Hal inilah yang merusak kehidupan kemanusiaan secara individu dan kelompok seperti melakukan penyimpangan sepulang dari melaksanakan haji antara lain korupsi, kolusi dan nepotisme yang tidak wajar untuk dilakukan oleh para haji-haji..
KHILAFAH RASYIDAH KAJIAN ATAS MAKNA, FUNGSI DAN SISTEM SUKSESINYA Burhanuddin Yusuf
Jurnal Tafsere Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.624 KB)

Abstract

Rasulullah Muhammad saw. tidak menetapkan satu bentuk atau sistem pemerintahan tertentu, termasuk di dalamnya model suksesi pemerintahan yang yang wajib diterapkan oleh umat Islam. Sistem pemerintahan Khulafa al-Rsyidin yang biasa dijadikan sebagai bentuk pemerintahan Islam terbaik, ternyata tidak memiliki sistem yang baku, karena masing-masing khalifah yang memerintah menerapkan sistem sendiri-sendiri, mengikuti irama situasi dan kondisi umat yang terjadi pada masanya masing-masingTidak terkecuali dari simpulan ketiga di atas adalah sistem suksesi dari empat khalifah dalam lingkaran khulafa al-rasyidin tersebut, ke empat-empatnya ternyata menerapkan dan mengalami sistem suksesi yang berbeda. Abu Bakar terpilih melalui suatu bentuk pemilihan umum dua tahap, Umar bin Khattab terpilih melalui penunjukan dan diterima oleh sahabat-sahabat besar, Ustman bin Affan terpilih melalui Dewan Formatur yang dibentuk oleh khalifah sebelumnya, sedang Ali bin Abi Thalib tampil sebagai khalifah keempat melalui desakan kaum pemberontak
APLIKASI METODE TAHLILI DALAM FIQHI AL-HADIS (Telaah Kitab Subul al-Salam, Hadis tentang Sucinya Air) Andi Darussalam
Jurnal Tafsere Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Universitas Islam Negeri Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.593 KB)

Abstract

kitab Subul al-Salam karya al-Shan'ani merupakan kitab syarah hadis yang mengaplikasikan metode tahlili. Kitab ini, terdiri atas empat jilid, atau empat juz yang mensyarah hadis-hadis sebanyak 1447 hadis yang bersumber dari kitab Bulug al-Maram karya al-Asqalani. Aplikasi metode tahlili yang digunakan al-Shan'aniy dalam kitab Subul al-Salam dominan adalah berdasar pada penguraian makna yang dikandung oleh suatu hadis, hadis demi hadis, sesuai dengan urutan bab dari kitab yang menjadi obyek kajiannya. Uraian tersebut menyangkut berbagai aspek yang dikandung oleh hadis itu, seperti pengertian kosakata, konotasi kalimatnya, Asbab al-Wurud-nya serta pendapat para pen-syarah sebelumnya. Aplikasi metode tahlili dalam kitab Subul al-Salam dapat dikembangkan lebih lanjut. Misalnya dalam hal ini adalah, tentang sucinya air dengan matan hadis إن الماء لا ينجسه شيئ (Sesungguhnya air itu (suci) tidak dinajiskan oleh sesuatu). Setelah dilakukan takhrij, dipahami bahwa hadis ini diriwayatkan secara maknawi. Al-Shan’âny menjelaskan bahwa terjadi perbedaan pendapat ulama dalam memahami hadis ini, terutama dalam hal statuta air suci yang bercampur dengan najis yang tidak berubah salah satu sifatnya, yakni baunya, rasanya dan warnanya.

Page 1 of 1 | Total Record : 10