cover
Contact Name
Moh. Anas Kholish
Contact Email
pjrs@peradabanpublishing.com
Phone
+6285979555105
Journal Mail Official
pjrs@peradabanpublishing.com
Editorial Address
Vila Bukit Tidar Blok E2 No 163-164 Karang Besuki Sukun, Kota Malang Postal Code 65149.
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Peradaban Journal of Religion and Society
Published by Pustaka Peradaban
ISSN : -     EISSN : 29627958     DOI : -
Peradaban Journal of Religion and Society (PJRS) is a peer-reviewed journal that provides a platform for those involved in the study of various topics in the field of religion and society. This journal is committed to presenting studies with an interdisciplinary approach to topics concerning religion and its relationship to the social field. Although sociology and religion are the main focuses of the journal, interdisciplinary contributions are welcome.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 2 No. 1 (2023)" : 7 Documents clear
TOLERANSI ITU MAHAL, TIDAK SETIAP ORANG MAMPU DAN BERANI MEMBAYARNYA! BERKACA PADA AGENDA COSTLY TOLERANCE Muhammad Nur Prabowo Setyabudi
Peradaban Journal of Religion and Society Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Pustaka Peradaban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.068 KB) | DOI: 10.59001/pjrs.v2i1.45

Abstract

This conceptual and interpretive article discusses again one of the conceptions of tolerance that deserves to be considered for its meaning and actualization, namely costly tolerance. This conception originating from the Christian tradition has a strong moral imperative to transform the practice of tolerance into a more perfect dimension as a virtue. In this lens, perhaps tolerance in a pseudo, shallow, and trite minimalistic degree, which often falls into an attitude of indifference or indifference that does not require any sacrifice, becomes meaningless, and does not deserve the word tolerance. The future of religions in Indonesia with its diversity amid a storm that always pulls the religious pendulum towards extremism, so it is still open to acts of crime in the name of religion. It is not sufficiently paid for by tolerance which is full of falsehood, and in this critical conception, will require a lot of sacrifices to be paid. Artikel konseptual dan interperatif ini mendiskusikan kembali salah satu konsepsi toleransi yang patut untuk dipertimbangkan makna dan aktualisasinya, yaitu costly tolerance. Konsepsi yang berasal dari tradisi Kristiani ini memiliki imperatif moral yang kuat untuk mentransformasikan praktik toleransi pada matra yang lebih sempurna sebagai virtue. Dalam kaca mata ini, barangkali toleransi dalam kadar minimalis yang semu, dangkal, dan basa-basi, yang seringkali justri terjatuh dalam sikap indifference atau acuh tak acuh yang tidak membutuhkan pengorbanan apa-apa, menjadi kehilangan makna dan tidak patut menyandang kata toleransi. Masa depan agama-agama di Indonesia dengan keragamannya di tengah badai yang selalu menarik pendulum keagamaan ke arah ekstrimisme sehingga masih membuka diri bagi aksi kejahatan atas nama agama, tidak cukup dibayar dengan toleransi yang penuh kepalsuan, dan dalam pandangan konsepsi kritis ini, akan membutuhkan banyak pengorbanan yang perlu dibayar.
Manhaj Penafsiran Hamka: Telaah Ayat-Ayat Ahkam dalam Konteks Keindonesiaan Ahmad Nabil Amir
Peradaban Journal of Religion and Society Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Pustaka Peradaban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.418 KB) | DOI: 10.59001/pjrs.v2i1.46

Abstract

The paper discusses the underlying method and context of interpretation of legal verses as set forth by Hamka in his magnum opus, Tafsir al-Azhar. It looks into the historical background and dynamics of his interpretation of legal verses that bring forth significance breakthrough in the articulation of classical theoretical perspective of fiqh, maqasid (higher objective of Islamic law), maslahah (public good) and fundamental of syariah. The study is based on library research using qualitative and scientific approach. Relevant data were collected from primary and secondary sources and analyzed through descriptive, analytical and comparative technique. The finding shows that the Tafsir has bring forth significance breakthrough in legal interpretation that shed light on philosophical and contextual meaning of the ayah, projecting rational dan liberal understanding of the text, independent from classical interpretation and doctrine of traditional ruling and school of thought. It shed lights on universal dan dynamic religious spirit and reassertion and reconstruction of ijtihad and socio-legal reform, arguing for the significant local dynamics, norms and ethics of fiqh nusantara (Malay-Indonesian archipelago) which addresses contemporary needs of modern Indonesia’s complex multicultural and cosmopolite society.    Kajian ini membahas metode penelitian hukum yang dilakukan oleh Hamka dalam Tafsir al-Qur'an karangannya, Tafsir al-Azhar. Kajian ini bertujuan untuk melihat alur dan konteks pemikiran Hamka dalam kajian hukum dan syariah terkait dengan aspek pembaharuan ideologi hukum, fikih, maqasid, pemahaman maslahah dan ushul syariah. Metodologi penelitian adalah kualitatif dari jenis penelitian kepustakaan. Bahan penelitian diperoleh dari sumber primer dan sekunder yang terkait dan dianalisis secara deskriptif, analitis dan komparatif. Hasil kajian menyimpulkan bahwa Hamka mempunyai kesederhanaan dan keluasan pandangan hukum yang tidak terikat oleh doktrin dan ideologi mazhab. Ini menunjukkan pandangan klasik dan universal yang mempertahankan nilai kebebasan dan ijtihad serta semangat hukum yang rasional dan kontekstual yang dipengaruhi oleh fikih nusantara dengan tujuan mendekatkan pemahaman hukum dengan nuansa kehidupan masyarakat dan konteks perkembangan Islam di Indonesia yang modern dan kosmopolit.
Budaya dan Tradisi Sebagai Titik Temu: Konstruksi Muslim Fundamental dalam Bingkai Multikulturalisme Lintas Iman di Desa Kasembon, Kabupaten Malang Sutaman; Abdul Hakim; Samsuri
Peradaban Journal of Religion and Society Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Pustaka Peradaban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.588 KB) | DOI: 10.59001/pjrs.v2i1.48

Abstract

The Kasembon Muslim community in Malang Regency, East Java, lives in a multicultural society. They have the awareness to build religious tolerance and harmony even though the basis of their religious understanding tends to be fundamentally exclusive. This study aims to find out how the construction of fundamentalist Muslim society in terms of tolerance and fostering religious harmony. Research finds that the Kasembon Muslim community is exclusive in matters considered theological teachings, such as various rituals of religious worship considered sacred. But on the other hand, they are willing to be inclusive when dealing with things considered profane. Such as various issues related to humanity, society, and culture. Tolerance and harmony between religious communities are supported by sharing traditions, like Bersih Desa, and celebrating Independence Day.   Masyarakat Muslim Kasembon Kabupaten Malang Jawa Timur hidup dalam komuitas yang multiultural. Mereka memiliki kesadaran untuk membangun toleransi dan kerukunan beragama walupun basis pemahaman keagamaan mereka cenderung ekslusif-fundamental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konstruksi masyarakat Muslim fundamentalis dalam toleransi dan membina kerukunan beragama penelitian menemukan bahwa Masyarakat muslim Kasembon  bersikap eksklusif dalam persoalan-persoalan yang dianggap sebagai ajaran teologis, seperti berbagai ritus ibadah keagamaan yang dianggap sakral. Namun di sisi lain mereka bersedia bersikap inklusif ketika berhubungan dengan hal-hal yang dianggap profan. Seperti berbagai isu yang berkaitan dengan kemanusiaan, sosial dan budaya. Toleransi dan harmoni antar umat beragama didukung oleh berbagi momen tardisi-tradisi misalnya ketika bersih desa dan momen menyambut perayaan hari kemerdekaan.
NILAI-NILAI SUFISTIK ISLAM NUSANTARA DALAM TERCIPTANYA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA : Tinjauan Nilai Sufistik dalam Tradisi Unduh-Unduh di Mojowarno Jombang Endah Wahyuningsih; Mukari
Peradaban Journal of Religion and Society Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Pustaka Peradaban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.969 KB) | DOI: 10.59001/pjrs.v2i1.49

Abstract

Jombang is a plural area and has a unique character. It is well known as the base area and birthplace of NU, the largest Islamic mass organization in Indonesia. On the other hand, Jombang is also the basis of a distinctive Christian community, namely the Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW). This article will examine how Sufistic values influence and become the basis of thinking for the Muslim community in Jombang and the Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) congregation so that they can coexist peacefully and empathetically. This study found that the internalization of Sufistic reasoning in Jombang society, both Muslim and GKJW Christian, gave rise to attitudes that support harmonious relations between religious communities. Sufistic values act as a meeting point between different religions to give rise to social behavior that places more emphasis on the essential values of religion, love, and tolerance which in turn can minimize differences that can cause tension.   Jombang merupakan daerah yang plural dan memiliki karakter unik. Ia dikenal sebagai daerah basis dan kelahiran NU sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, disisi lain Jombang juga merupakan basis komunitas Kristen yang khas, yaitu jamaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW). Artikel ini akan mengkaji bagaimana nilai-nilai sufistik mempengaruhi dan menjadi landasan berfikir komunitas Muslim di Jombang dan jamaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW), sehingga mereka dapat hidup berdampingan dengan damai dan penuh empati. Kajian ini menemukan bahwa internalisasi nalar sufistik dalam masyarakat Jombang, baik yang beragama Islam maupun Kristen GKJW memunculkan sikap yang mendukung terjadinya hubungan harmonis atar umat beragama. Nilai-nilai  sufistik berperan sebagai titik temu antar agama yang berbeda sehingga memunculkan prilaku sosial yang lebih menekankan kepada nilai-nilai esensi agama, cinta kasih dan  toleransi yang akirnya dapat meminimalisir perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan ketegangan.
JIHAD EKOLOGI MELAWAN EKSPLOITASI TAMBANG EMAS DI BANYUWANGI SEBAGAI PENGUATAN GREEN CONSTITUTION Syamsul Arifin; Moh. Anas Kholish; Abul Ma’ali; In'amul Mushoffa
Peradaban Journal of Religion and Society Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Pustaka Peradaban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.251 KB) | DOI: 10.59001/pjrs.v2i1.52

Abstract

This research was conducted to study (1) How is the portrait of the ecological damage caused by the management of a gold mine in Banyuwangi? (2) How is the ecological jihad of the gloved people related to environmentally friendly management of natural resources as strengthening the green constitution in responding to gold mining in Banyuwangi? This study resulted in findings that: First, gold mining in Banyuwangi has caused air and sea/coastal pollution, damaged roads, mud floods, and vulnerability to tsunami-prone areas on the south coast of Banyuwangi. Second, various jihad efforts or actions with religious nuances such as istighasah, praying together, reciting hizb nashar as a form of ecological jihad of people wearing gloves in saving the environment has not succeeded in saving the Mount Tumpang Pitu and Mount Salakan areas from mining exploitation. This condition implies the increasing importance of the green constitutionalization of the structural model by granting the right of nature or treating nature as a legal subject in the norms of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia.   Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari (1) Bagaimana potret kerusakan ekologi yang diakibatkan oleh pengelolaan tambang emas di Banyuwangi? (2) Bagaimana jihad ekologis kaum bersarung terkait pengelolaan sumber daya alam yang ramah lingkungan sebagai penguatan green constitution dalam menyikapi penambangan emas di Banyuwangi? Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa: Pertama, Penambangan emas di Banyuwangi telah menyebabkan pencemaran udara dan laut/pantai, kerusakan jalan, banjir lumpur, merentankan kawasan rentan tsunami di pesisir selatan wilayah Banyuwangi. Kedua, berbagai upaya jihad atau aksi bernuansa religius seperti istighasah, doa bersama, membaca hizb nashar sebagai bentuk jihad ekologis kaum bersarung dalam penyelamatan lingkungan belum berhasil menyelamatkan kawasan Gunung Tumpang Pitu dan Gunung Salakan dari eksploitasi tambang. Kondisi ini menyiratkan semakin pentingnya konstitusionalisasi hijau model struktural dengan memberikan hak alam (right of nature) atau memperlakukan alam sebagai subjek hukum dalam norma UUD NRI 1945.
Good Muslims and Good Citizens: How Fiqh al-Aqalliyyat Solves the Problems of Muslim Minorities in the West Adel Ibrahim A. Alturki; Jamal; Ahmad Wasito
Peradaban Journal of Religion and Society Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Pustaka Peradaban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.887 KB) | DOI: 10.59001/pjrs.v2i1.53

Abstract

Fiqh al-aqalliyat articulates the importance of providing a normative basis for religious, social, and political activities for Muslim minorities in non-Muslim societies. It aims to help those who seek a healthy middle way between being a good Muslim on the one hand and being a good citizen on the other. The view of Fiqh al-aqalliyat does not only provide a way out for the Muslim minority to carry out religious obligations in unique and special situations. More than that, Fiqh al-aqalliyat also provides a conceptual basis for Muslim minorities to integrate and become part of Western society.
Pengelolaan Keragaman dan Penanganan (In)Toleransi: Studi Kasus Pengelolaan Rumah Ibadah dan Kegiatan Keagamaan di Yogyakarta M. Saifullah Rohman
Peradaban Journal of Religion and Society Vol. 2 No. 1 (2023)
Publisher : Pustaka Peradaban

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.339 KB) | DOI: 10.59001/pjrs.v2i1.54

Abstract

Yogyakarta is known as the "city of tolerance" slogan. However, there are still several incidents of intolerance, such as discrimination in the education sector, cases of houses of worship, and policies that are considered to be discriminatory towards minority groups. This research is qualitative research with a case study approach. Cases of disputes and attacks on places of worship in Yogyakarta are the object of research to see how diversity is managed and tolerance and intolerance are in Yogyakarta. Then, the management of religious space and community social cohesion in Kota Baru, Yogyakarta was seen as a positive model of tolerance. The results of this study show that 1) The quick response of the local government and the community to several incidents of intolerance was carried out so that conflicts would not escalate 2) Strengthening socio-religious relations is a major factor in managing diversity in Yogyakarta. Several religious building sites, such as churches and mosques in the Kota Baru area of Yogyakarta, are also important markers and reminders of the strength of tolerance in Yogyakarta.   Dikenal sebagai kota toleran, Yogyakarta merupakan kota yang ramah terhadap keberagaman dan terbuka bagi seluruh kelompok atau golongan. Meskipun demikian, masih ada beberapa kejadian intoleransi, seperti diskriminasi di ranah pendidikan, kasus rumah ibadah hingga kebijakan yang dianggap cenderung diskriminatif terhadap kelompok minoritas. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat untuk menjaga dan mengelola keragaman tersebut dengan mempromosikan toleransi dalam berbagai kegiatan formal maupun informal. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Kasus sengketa dan penyerangan rumah ibadah di Yogyakarta menjadi objek penelitian untuk melihat bagaimana pengelolaan keragaman dan penanganan ataupun pengelolaan toleransi dan intoleransi di Yogyakarta. Kemudian, pengelolaan ruang keagamaan dan kohesi sosial masyarakat di wilayah Kota Baru, Yogyakarta menjadi amatan dalam melihat model positif dari toleransi. Hasil dari studi ini memperlihatkan bahwa 1) Quick respons pemerintah daerah maupun masyarakat terhadap beberapa kejadian intoleransi dilakukan agar konflik tidak tereskalasi 2) Penguatanan relasi sosial-keagamaan menjadi faktor utama dalam pengelolaan keragaman di Yogyakarta. Beberapa situs bangunan keagamaan, seperti gereja dan masjid di wilayah Kota Baru Yogyakarta juga menjadi penanda dan pengingat penting akan kuatnya toleransi di Yogyakarta.

Page 1 of 1 | Total Record : 7