cover
Contact Name
Ikhwannur Adha
Contact Email
ikhwannur.adha@upnyk.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jigpangea@upnyk.ac.id
Editorial Address
Jurusan Teknik Geologi Jl. Padjajaran, Sleman, Yogyakarta, Indonesia. 55283
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Geologi pangea
ISSN : 2356024X     EISSN : 2987100X     DOI : https://doi.org/10.31315
Jurnal Ilmiah Geologi Pangea (JIG Pangea) is an Indonesian scientific journal published by the Geological Engineering Department, Faculty of Mineral and Technology, UPN "Veteran" Yogyakarta. The journal receives Indonesian or English articles. Those articles are selected and reviewed by our professional editors and peer reviewers. The published article in JIG Pangea covers all geoscience and technology fields including Geology, Geophysics, Petroleum, Mining, and Geography. The subject covers a variety of topics including : geodynamics, sedimentology and stratigraphy, volcanology, engineering geology, environmental geology, hydrogeology, geo-hazard and mitigation, mineral resources, energy resources, medical geology, geo-archaeology, applied geophysics and geodesy.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA" : 8 Documents clear
PALEOENVIRONMENT ENDAPAN KUARTER PADA TITIK BOR KRB-01 DAERAH KARANG BOLONG, KECAMATAN SURADE, KOTA SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT Muhammad Pramaditya; Basuki Rahmad; Sapto Kis Daryono; Septriono Hari Nugroho
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN "VETERAN" YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v8i2.9649

Abstract

Penelitian ini dilakukan di titik bor inti sedimen yang secara administratif berada pada daerah Karang Bolong, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis lokasi titik penelitian berada pada koordinat 7o24’54.33” LS, 106o34’25.05” BT. Inti sedimen yang diambil termasuk dalam Endapan Kuarter pada Cekungan Jawa Barat Selatan. Inti sedimen diambil dari endapan sedimen darat. Penilitian ini dilakukan mengetahui karakteristik serta komposisi yang terkandung dalam sedimen yang selanjutnya untuk mengetahui dinamika kondisi lingkungan masa lalu hingga sekarang (paleoenvironment). Penentuan paleoenvironment dilakukan dengan beberapa metode deskriptif dan analitis sebagai proksi untuk penentuan kondisi lingkungan. Endapan Kuarter pada titik lokasi penelitian memiliki karakteristik sedimen yang mencerminkan perubahan kondisi lingkungan: iklim, ekologi, vegetasi, dan kenampakan fisik lingkungan yang menjelaskan kondisi awal lingkungan memiliki iklim yang dingin dengan vegetasi yang tidak terlalu beraneka ragam dan diendapkan pada lingkungan dengan pengaruh pasang surut air laut. Secara berangsur lingkungan mengalami perubahan kondisi iklim serta terjadi proses regresi yang mengubah kenampakan bentang alam titik lokasi penelitian. Berdasarkan hasil analisis menggunakan beberapa metode, perubahan kondisi lingkungan sangat dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi pada atmosfer bumi yang berskala global serta tektonik lempeng yang berkembang. Faktor tersebut memperngaruhi terhadap proses erosi, sedimentasi, serta ekologi pada lingkungan dari waktu ke waktu.Kata Kunci: inti sedimen, endapan kuarter, paleoenvironment
FASIES BATUBARA BERDASARKAN KANDUNGAN MASERAL PADA FORMASI MUARA ENIM DI KABUPATEN BATANG HARI PROVINSI JAMBI Andrew Berryl Brand Zadrach Rumbewas
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v8i2.9640

Abstract

Lokasi penelitian secara administratif terletak di Desa Padang Klopo Kecamatan Muara Tambesi Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi, sedangkan secara astronomi daerah penelitian berada pada 103º 06’ 48,06”- 103º 06’ 59,00”BT dan -1º 46’ 30,00”- -1º 48’ 15,00”LS. Studi penentuan fasies batubara Formasi Muara Enim pada daerah penelitian dilakukan berdasarkan metode petrografi batubara. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data empirik dan data analitik. Data empirik adalah dengan melakukan pendekatan data lapangan meliputi pengamatan lapangan, kondisi geologi lokal dan geologi regional, dan pengambilan conto batuan (batubara), sedangkan untuk metode analitik yang akan dilakukan meliputi analisis komposisi maseral (vitrinit, liptinit dan inertinit), analisis indikator fasies lingkungan pengendapan. Pengambilan conto batubara dilakukan dengan metode ply by ply, sampling batubara dilakukan pada setiap segmen seam batubara yang berbasis pada genetik, mulai batas atas (top) dan batas bawah (bottom) dari dinding tambang batubara. Conto batubara yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari dinding tambang di daerah Ampelu, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi; dari hasil MS ini diperoleh 19 lapisan batubara dengan ketebalan berkisar 1-5 meter dengan kedalaman profil 12 meter, sedangkan untuk preparasi conto batubara dan analisis laboratorium dilaksanakan di kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Bandung (PUSLITBANG tekMIRA-Bandung). Hasil pengamatan lapangan pada profil MS terdiri atas perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan lapisan batubara, berdasarkan litostratigrafi batuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Muara Enim. Karakteristik batubara yang dijumpai secara umum berwarna hitam, kusam, gores coklat, keras, pecahan konkoidal, mengandung resin (getah damar) dan mineral. Hasil analisis komposisi maseral conto batubara menunjukan grup maseral vitrinit merupakan maseral yang paling dominan dengan total jumlah volume rata-rata mencapai 80.021%. Grup maseral liptinit memiliki jumlah volume rata-rata 1.715% dan grup maseral inertinit memiliki total jumlah volume rata-rata 15,442 %, serta mineral matter dengan total jumlah volume rata-rata 11.027% yang didominasi oleh mineral pirit (1.77%), lempung (0%), dan oksida besi (0%). Berdasarkan hal tersebut, maka mineral matter yang terkandung di batubara merupakan syngenetic mineral matter. Interpertasi fasies lingkungan pengendapan batubara Formasi Muara Enindi daerah penelitian, berdasarkan analisis komposisi maseral dengan menggunakan diagram (TPI dan GI). Berdasarkan hasil plotting parameter Tissue Preservation Index (TPI) dan Gelification Index (GI) pada diagram Dissel (1986); menunjukan lingkungan pengendapan (lingkungan telmatik). Hasil ploting parameter dari diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan dari batubara di daerah penelitian ini termasuk ke dalam lingkungan pengendapan hutan rawa limnotelmatik. Lingkungan limno-telmatik adalah lingkungan yangberada pada daerah pasang surut ini menghasilkan gambut yang tidak terganggu dan tumbuh in situ.Kata Kunci : fasies batubara, Formasi Muara Enim, maseral, lingkungan pengendapan
GEOLOGI DAN PALEOBATIMETRI FORMASI SENTOLO BAGIAN BAWAH DAERAH KARANGSARI DAN SEKITARNYA, KECAMATAN PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Sapto Kis Daryono; Achmad Subandrio; Hana Dewi
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v8i2.9660

Abstract

Secara administratif lokasi penelitian termasuk Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis, lokasi penelitian terletak pada koordinat UTM 402900 407900 dan 9132000 9137000, zona UTM 49S dengan total luas lapangan 25 km2 (5 km x 5 km). Geomorfologi daerah penelitian terbagi atas 7 satuan bentuk lahan yaitu, perbukitan bergelombang kuat (D1), lereng bergelombang kuat (D2), dataran bergelombang kuat (D3), perbukitan karst (K1), sungai (F1), dataran aluvial (F2), dan waduk (A1). Stratigrafi daerah penelitian terbagi atas 3 (tiga) satuan batuan dari tua ke muda yaitu, satuan breksi-vulkanik Kaligesing, satuan batugamping-klastik Sentolo, dan satuan endapan aluvial. Satuan breksi-vulkanik Kaligesing berumur Oligosen Akhir--Miosen Awal. Satuan batugamping-klastik Sentolo diendapkan pada umur Miosen Tengah--Miosen Akhir (N14--N16) secara tidak selaras di atas satuan breksivulkanik Kaligesing. Pada kala Holosen diendapkan secara tidak selaras satuan endapan aluvial. Struktur geologi di Daerah Karangsari dan sekitarnya yaitu sesar normal right slip fault yang menunjukkan arah umum barat--timur dan kekar berpasangan (shear joint) dengan arah tegasan N256oE/80 dan N166oE/85. Paleobatimetri daerah penelitian ditentukan dengan menggunakan dua metode analisis yaitu analisis kualitatif menggunakan spesies foraminifera bentonik kecil dengan 4 (empat) referensi dan analisis kuantitatif rasio P/B. Hasil analisis kualitatif menunjukkan kehadiran foraminifera bentonik yang melimpah seperti Planulina wuellerstorfi, Amphistegina gibosa, Dentalina subsoluta, Bolivina quadrilatura, dan Cassidulina subglobosa yang mencirikan paleobatimetri zona neritik tengah--abisal atas. Hasil analisis kuantitatif menggunakan rasio P/B menunjukkan ke enam sampel memiliki nilai > 90% yang berarti paleobatimetri zona batial bawah. Selain itu, berdasarkan karakteristik dinding cangkang fosil foraminifera dapat diketahui bahwa dinding cangkang berkomposisi hyalin (gampingan) yang mencirikan lingkungan laut dangkal. Dari beberapa pendekatan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa paleobatimetri formasi Sentolo menunjukkan lingkungan laut dangkal.Kata Kunci: paleobatimetri, foraminifera, formasi Sentolo
GEOLOGI DAN GEOWISATA DAERAH JATIMULYO DAN DONOREJO, KECAMATAN GIRIMULYO DAN KALIGESING, KABUPATEN KULON PROGO DAN PURWOREJO, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH Muhammad Jamaaluddin Zuhri; Achmad Subandrio; Basuki Rahmad
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v8i2.9641

Abstract

Secara administratif, lokasi penelitian berada pada Daerah Jatimulyo dan Donorejo, Kecamatan Girimulyo dan Kaligesing, Kabupaten Kulon Progo dan Purworejo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Secara geografis daerah telitian berada pada 400000.00 mE - 405000.00 mE dan 9139000.00 mN - 9134000.00 mN. Pemetaan dilakukan dengan luasan 5x5 km atau 25 km2 dengan skala peta 1:20.000. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi serta mengidentifikasi geowisata yang sudah ada untuk dapat dikembangkan. Metode penelitian terdiri dari empat tahap, yaitu: a. Persiapan, b. Pemetaan, c. Pengolahan data, d. Penyusunan laporan. Geomorfologi pada daerah penelitian terdiri dari empat bentuk lahan yaitu Lereng Vulkanik (V1), Gawir (S1), Perbukitan Karst (K1), Lereng Karst (K2), dan Dataran Aluvial (F1). Stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda adalah satuan Breksi Kaligesing (Oligosen Akhir), satuan Lava-Andesit Kaligesing (Miosen Awal), satuan Batugamping Jonggrangan (Miosen Akhir), dan satuan Endapan Aluvial (Holosen). Struktur geologi di daerah penelitian berupa sesar Donorejo (left normal slip fault), sesar Teganing (normal left slip fault), dan sesar Sekedang (right normal slip fault). Potensi positif daerah penelitian berupa ata air, bahan galian golongan C, dan geowisata. Sedangkan potensi negatif berupa longsor. Geowisata didasarkan pada klasifikasi Chen (2015), jenis tempat wisata di daerah penelitian terbagi menjadi 3 kategori menurut skoring Kubalikova (2013) yaitu: Kategori Geowisata Gua terdiri dari dua subkategori yaitu Gua Kiskendo (G1) dengan nilai 78,38% (layak) dan Gua Seplawan (G2) dengan nilai 81,08% (sangat layak). Kategori Geowisata Geomorfologi terdiri dari satu subkategori yaitu Tebing Gunung Gajah (M1) dengan nilai 35,14% (tidak layak). Kategori Geowisata Sungai terdiri dari empat subkategori yaitu Sungai Mudal (S1) dengan nilai 70,27% (cukup layak), Air Terjun Kedung Pedut (S2) dengan nilai 64,86% (cukup layak), Air Terjun Kembang Soka (S3) dengan nilai 60,81% (cukup layak), dan Air Terjun Grojogan Sewu (S4) dengan nilai 58,11% (cukup layak).Kata Kunci : geologi, geowisata, geosite, Girimulyo, Kaligesing
GEOLOGI DAN PROVENAN BATUPASIR PADA SATUAN BREKSI KALIGESING DAERAH SENDANGSARI DAN SEKITARNYA, KECAMATAN PENGASIH, KABUPATEN KULON PROGO, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Sapto Kis Daryono; Achmad Subandrio; Efrilia Mahdilah
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v8i2.9661

Abstract

Lokasi penelitian secara administratif berada di Desa Sendangsari dan sekitarnya, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara geografis lokasi penelitian berada pada koordinat (UTM-WGS 84 zona 49 S) 401680 mE--406830 mE dan 9134250 mN--9139270 mN. Kehadiran berbagai batuan di Pegunungan Kulon Progo dipengaruhi oleh serangkaian peristiwa tektonis yang telah terjadi sebelum, selama dan setelah pembentukannya yang menghasilkan karakteristik batuan yang berbeda. Formasi Kaligesing menjadi fokus dalam penelitian ini dan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat batupasir yang terdapat pada satuan breksi Kaligesing, batupasir tersebut dapat mencerminkan dari mana batuan asal sebelumnya. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi dan provenance batupasir satuan breksi Kaligesing. Kondisi geologi meliputi geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi daerah penelitian. Stratigrafi daerah  penelitian di bagi menjadi tujuh satuan litostratigrafi tidak resmiyaitu dari tua ke muda sebagai berikut: satuan batupasir-kuarsa Nanggulan (Eosen Akhir-Oligosen Awal), satuan lavaandesit Kaligesing (Oligosen Akhir--Miosen Awal), satuan reksiKaligesing (Oligosen Akhir--Miosen Awal),satuan batugamping-terumbu Jonggrangan (Miosen Awal--Miosen Tengah), satuan batugamping-klastik Sentolo (Miosen Tengah--Miosen Akhir), satuan andesit Hargowilis (Oligosen Akhir--Miosen Awal, dan satuan endapan aluvial (Holosen). Struktur geologi berupa kekar berpasangan memiliki arah tegasan utama baratdaya—timurlaut dan barat—timur. Struktur sesar yang dijumpai pada daerah penelitian berupa dua sesar mendatar-kanan, sesar mendatar-kiri, dan sesar naik. Struktur antiklin dengan sumbu lipatan berarah baratlaut--tenggara. Analisis provenan dan tatanan tektonik berdasarkan diagram segitiga Dickinson dan Suczek (1985) dan (1979) menggunakan komponen fisik dari sayatan tipis petrografi. Analisis iklim purba dan kondisi relief menggunakan diagram Suttner dkk., (1981) dan diagram plot log-ratio semi-quantitative weathering index mengacu Weltje dkk., (1998). Batupasir satuan breksi Kaligesing secara masuk umum termasuk jenis feldspatic wacke dan lithic arenite. Berdasarkan komposisi mineral yang diamati batupasir tersebut berasal dari batuan beku vulkanik dan plutonik ditunjukan oleh butiran feldspar yang dominan dan sedikit butiran kuarsa monokristalin. Berdasarkan tatanan tektonik batuan sumber, batupasir satuan breksi Kaligesing berasal dari tatanan tektonik zona magmatic arc dengan subzona transitional arc. Iklim yang terjadi pada masa lampau (paleoclimate) adalah iklim kering (arid) dengan relief berupa pegunungan (mountains) dan tingkat pelapukan yang rendah.Kata Kunci: breksi, Kaligesing, batupasir, provenan 
GEOLOGI DAN MODEL MATEMATIS PENGARUH GETARAN BLASTING TERHADAP KESTABILAN LERENG “X” KECAMATAN KURANJI, KABUPATEN TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN Aldino Fadlie Saputra; Purwanto Purwanto; Ediyanto Ediyanto
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v8i2.9646

Abstract

Batubara merupakan salah satu sumber daya energi terbesar di dunia yang pemanfaatnya lebih kurang 40% sebagai bahan bakar pembangkit listrik serta juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar utama dalam produksi baja, semen, pusat pengolahan alumina dan lain sebagainya. Kebutuhan pasar dunia yang besar membuat perusahaan-perusahaan tambang di Indonesia banyak memproduksi batubara, salah satunya adalah PT.Borneo Indobara. Perusahaan ini berlokasi pusat di Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan dan memulai tahapan eksplorasi pada tahun 2008 dengan luas wilayah berdasarkan Perjanjian Karya Pengusaha Pertambangan Batubara (PKP2B) seluas 24.100 Ha. Secara geografis daerah penelitian masuk ke dalam Zona 50S UTM WGS 1984 dengan koordinat X: 346307--349342 dan Y: 9608358--9610910. Selama ini proses pembongkaran lapisan tanah penutup (overburden) hanya dilakukan dengan cara pemberaian menggunakan alat berat (ripping), namun pada tahun awal tahun 2020 ditemukan adanya penurunan produktivitas alat gali dan muat dalam proses pembongkaran overburden pada target lapisan batubara D blok Girimulya, berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pembongkaran overburden menggunakan metode peledakan (blasting), namun kondisi aktual dilapangan setelah dilakukannya peledakan menunjukkan adanya longsoran kecil yang terjadi pada lereng tambang di area PIT sehingga perlu dilakukan analisis mengenai dampak peledakan terhadap kestabilan lereng agar tidak terjadi hal serupa yang dapat membahayakan keselamatan kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh getaran yang ditimbulkan oleh proses peledakan terhadap nilai faktor keamanan (FK) dari kestabilan lereng tambang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif berupa pemetaan di lapangan serta ditunjang dengan data yang telah tersedia oleh perusahaan serta akan dibagi menjadi beberapa tahapan-tahapan yaitu tahapan pendahuluan, tahapan pengambilan data, tahapan analisis data dan tahapan penyusunan publikasi. Hasil penelitian menunjukkan secara geomorfologi daerah tersebut dibagi menjadi 2 bentuk asal yaitu bentuk asal denudasional yang terdiri atas bentuk lahan perbukitan denudasional (D1) & kaki lereng (D2) dan bentuk asal antropogenik yang terdiri atas bentuk lahan lereng sidewall (A1), lereng highwall (A2), lereng lowwall (A3), sump (A4), settling pond (A5), run of mine (A6) dan disposal (A7). Stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda yaitu satuan batupasir Warukin, satuan batulempung Warukin dan material disposal, dengan lingkungan pengendapan transitional lower delta plain menurut Horne (1978).Kondisi geologi struktur yang berkembang yaitu berupa kekar yang terdapat pada batubara (face cleat) dipengaruhi oleh tegasan utama yang berarah tenggara-baratlaut. Rekapitulasi data getaran selama bulan Januari hingga Maret berupa PPV (peak particle velocity), frekuensi, lokasi Vibracord yang menghasilkan hubungan antara percepatan horizontal maksium (a max) dan jarak perekaman getaran dengan persamaan yaitu a max = 697,45(jarak) -1,685 dengan R2 (koefisien determinasi berganda) sebesar 0,6775. Hasil analisis kestabilan lereng menggunakan metode Spencer serta dipengaruhi oleh zona kegempaan Kalimantan Selatan sebesar 0,03 g pada sayatan A-A’ yang mewakili lereng highwall bagian utara menunjukkan nilai FK sebesar 3,288, pada sayatan B-B’ yang mewakili lereng highwall bagian selatan menunjukkan nilai FK sebesar 2,449 dan pada sayatan C-C’ yang mewakili lereng sidewall menunjukkan nilai FK sebesar 1,873. Hubungan antara nilai FK dari kestabilan lereng dengan percepatan horizontal maksimum dan jarak area blasting menghasilkan nilai maksimal getaran yang bisa diterima oleh sayatan A-A’ yang mewakili lereng higwall bagian utara sebesar 0,3 g dengan FK 1,182 serta jarak minimal 100 m, sayatan B-B’ yang mewakili lereng highwall bagian selatan sebesar 0,29 g dengan FK 1,178 serta jarak minimal 102 m dan sayatan C-C’ yang mewakili lereng sidewall sebesar 0,24 g dengan FK 1,188 serta jarak minimal 115 m.Kata Kunci: blasting, faktor keamanan, kestablian lereng, peak particle velocity, percepatan horizontal maksimum
KENDALI STRUKTUR GEOLOGI DAN IMPLIKASI BREKSI DIATREMA TERHADAP PEMBENTUKAN SISTEM ENDAPAN EPITERMAL-PORFIRI DAERAH KARANGGEDE DAN SEKITARNYA, KABUPATEN WONOGIRI DAN PACITAN PROVINSI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR Atras Nito Putra; Sutarto Sutarto; Jatmika Setiawan
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v8i2.9647

Abstract

Daerah penelitian secara administratif berada pada perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur tepatnya pada koordinat x: 511500--517750 dan y: 9107150—9111250 (UTM zona 49S). Daerah penelitian mencakup tiga kecamatan, yakniKecamatan Karangtengah, termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah dan dua Kecamatan lain meliputi Kecamatan Arjosari dan Kecamatan Punung termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Pacitan, Provinsi JawaTimur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi, struktur geologi, dan implikasi breksi diatrema terhadap alterasi dan mineralisasi di daerah penelitian dengan analisis laboratorium meliputi analisis petrografis, analisismineragrafi, analisis stereografis, dan analisis XRD. Pola pengaliran daerah penelitian terdiri atas 3 pola pengaliran dasar meliputi pola pengaliran radial, rectangular, paralel dan 3 pola pengaliran ubahan meliputi pola pengaliran subparalel, subdendritik, dan fault trellis. Geomorfologi daerah penelitian terdiri atas 4 satuan bentuk asal meliputi bentuk asal vulkanik, struktural, fluvial, dan antropogenik yang terbagi menjadi 7 satuan bentuk lahan, yakni bentuk lahan bukit lava, perbukitan sisa vulkanik, lereng homoklin, perbukitan struktural, lembah struktural, tubuh sungai, dan bendungan. Stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda tersusun oleh satuan breksi-tuf Arjosari (Oligosen Akhir-Miosen Awal), satuan breksi-lava basalt Mandalika (Oligosen Akhir-Miosen Awal), Intrusi Dasit (Miosen Awal), satuan breksi diatrema Karangtengah (Miosen Tengah), dan satuan breksi hidrotermal Karangtengah (Miosen Tengah). Struktur geologi daerahpenelitian terdiri atas, kekar, sesar mendatar dan sesar naik. Hasil analisis kekar gerus mendapatkan 2 pola tegasan purba yaitu berarah baratlaut-tenggara dengan 2o, N142oE sebagai pola tegasan purba pertama dan utara timurlaut-selatan baratdaya 6o, N26oE sebagai pola tegasan purba kedua. Tegasan tersebut menghasilkan 21 sesar di daerah penelitian. Sesar berarah baratlaut-tenggara dan berarah timurlaut-baratdaya mengontrol dalam pembentukan jog dilatational.Terdapat 2 jenis urat yang berkembang, yakni extension vein dan oblique extension--fault vein. Alterasi daerah penelitian terbagi menjadi 6 zona tipe alterasi, yakni zona alterasi argilik lanjut, zona alterasi argilik intermediet, zona alterasi argilik, zona alterasi propilitik dalam, zona alterasi propilitik luar, dan zona alterasi silisik (sistem urat). Tipe alterasi yang berkembang mencirikan identitas keterdapatan endapan epitermal sulfidasi tinggi-rendah, dan terdapatnya indikasikeberadaan spekularit sebagai salah satu penciri fluida hidrotermal produk magma oxidized yang hadir meng-overprint mineralisasi logam dasar yang diindikasikan berhubungan dengan sistem porfiri. Mineralisasi daerah penelitian meliputiCu, Au, As, Pb, Zn, Mn, dan Fe. Persebaran alterasi dan mineralisasi daerah penelitian dikendalikan oleh 2 faktor pengontrol. Faktor pertama yaitu struktur geologi berupa sesar dan kekar dengan jenis struktur berupa jog dilatational,extension vein, dan oblique extension-fault vein. Sedangkan faktor kedua yaitu kontrol mekanisme eruptif produk pembentukan breksi diatrema yang telah menyebabkan pendangkalan dari sebuah sistem magmatisme-hidrotermalsehingga dapat mempertemukan beberapa fitur mineralisasi dalam bentuk breksi hidrotermal. Kehadiran spekularit dalam bentuk nodul, veinlet, dan bongkah mengindikasikan adanya keterdapatan peran dari mekanisme eruptif dalam proses pembentukannya.Kata Kunci: alterasi, breksi diatrema, breksi hidrotermal, jog dilatational, mineralisasi, struktur geologi
IDENTIFIKASI DAERAH PROSPEK PANASBUMI BERDASARKAN ANALISIS KELURUSAN DAN FAULT FRACTURE DENSITY (FFD) LAPANGAN PANASBUMI GUNUNG UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH Brany Kurnianto; Dwi Fitri Yudiantoro; Dyah Rini Ratnaningsih
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v8i2.9648

Abstract

Rekahan adalah media terbaik bagi fluida panas bumi untuk muncul ke permukaan sebagai manifestasi panasbumi. Sistem rekahan juga media terbaik untuk air meteorik dapat masuk ke dalam suatu sistem panasbumi sebagai pendukung potensi panasbumi dan memenuhi siklus penting dalam sistem panas bumi yang berkelajutan (sustainable). Sistem rekahan ini dapat diidentifikasi dengan kelurusan citra Landsat. Kelurusan–kelurusan yang diperoleh dari hasil analisis citra Landsat sangat membantu dalam analisis struktur geologi sehingga perlu diketahui bagian mana dalam konsesi daerah telitian yang memiliki struktur geologi paling intensif dan pola umum dari struktur utama yang berkaitan dengan pembentukan sistem panasbumi Gunung Ungaran. Peta kerapatan kelurusan atau Fault Fracture Density (FFD) akan sangat membantu dalam analisis struktur geologi kepanas-bumian sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi zona-zona prospek panasbumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi struktur permukaan daerah panas bumi berdasarkan densitas kelurusan, anomali magnetik, dan manifestasi panas bumi di permukaan. Struktur permukaan dianalisis melalui kerapatan lineament di permukaan dengan metode FFD. Lineament ini diasumsikan berasosiasi dengan fracture atau fault di daerahpanas bumi yang umumnya tertutup oleh manifestasi permukaan sehingga sulit teridentifikasi. Fault dan fracture ini diasumsikan sebagai bidang lemah yang menjadi jalur pergerakan fluida termal sehingga dapat menjadi petunjuk bagilokasi daerah permeabel atau reservoir. Berdasarkan metoda FFD yang dikompilasikan dengan data anomali geokimia Hg dan CO2 diketahui bahwa daerah prospek panas bumi berada di daerah Gedongsongo dan Nglimut.Kata Kunci: struktur, lineament, FFD, GIS, geothermal.

Page 1 of 1 | Total Record : 8