cover
Contact Name
Suryadi Nasution
Contact Email
suryadinst@stain-madina.ac.id
Phone
+6285265428114
Journal Mail Official
amiruddin@stain-madina.ac.id
Editorial Address
Jl. Prof. Dr. Andi Hakim Nst Komplek Stain, Pidoli Lombang, Kec. Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara 22976, Indonesia
Location
Kab. mandailing natal,
Sumatera utara
INDONESIA
Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir
Jurnal Al-Kauniyah adalah wadah publikasi dalam meningkatkan keilmuan dalam ruang lingkup keilmuan Al quran dan tafsir
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol. 2 No. 2 (2021): Al-Kauniyah" : 6 Documents clear
Takdir Dalam Al-Qur'an Amiruddin, M.TH
Al-Kauniyah Vol. 2 No. 2 (2021): Al-Kauniyah
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir STAIN Mandailing Natal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1246.815 KB) | DOI: 10.56874/alkauniyah.v2i2.701

Abstract

Penelitian ini membahas tentang pemaknaan takdir dalam Alquran melalui penafsiran para mufasir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat yang berkaitan dengan takdir, tanggapan ulama mengenai takdir dan pengaruh yang diperoleh masyarakat kontemporer jika berpedoman kepada tafsir dalam pemaknaan takdir. Penciptaan adalah takdir, baik itu penciptaan di awal maupun di akhir, semua menjadi takdir dari Allah. Takdir itu merupakan ketetapan, ilmu, kehendak dan ciptaan Allah, sehingga tidak ada atom atau yang lebih kecil darinya yang bergerak kecuali sejalan dengan kehendak, ilmu dan kekuasaan Allah. Tiada daya dan kekuasaan kecuali hanya milik Allah. Semua tindakan, perbuatan, diam, dan gerakan bergantung pada Allah dan bukan pada manusia. Kehidupan manusia saat ini adalah kehidupan dimana manusia berkontaminasi dengan ilmu dan teknologi, hidup penuh dengan materialis, prakmatis. Maka, kehidupan yang seperti ini selalu berkecendrungan dengan hidup duniawi dan selalu terpukau kesenangan dunia, sehingga dapat lupa kepada takdir Allah. Jika lupa terhadap takdir Allah maka akan semakin jauh dari nilai Islam.
Konsep Mustadh’afin Dalam Kajian Tafsir Kontemporer (Studi Atas Tafsir Farid Esack) Hasbi Nawi Ashidiki
Al-Kauniyah Vol. 2 No. 2 (2021): Al-Kauniyah
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir STAIN Mandailing Natal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1229.74 KB) | DOI: 10.56874/alkauniyah.v2i2.707

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai mustadh’afin sebagai konsep dalam kajian tafsir kontemporer dan studi atas tafsir Farid Esack dalam memperjuangkan ketidakadilan dan penindasan. Tentu mustadh’afin menjadi hal yang penting di pahami karena adanya masyarakat yang berada dalam kelemahan dan penindasan yang harus diperjuangkan dan ditolong bersama. Apalagi dalam kajian tafsir kontemporer yang benar-benar dibutuhkan untuk memahami penafsiran yang tepat dalam permasalahan orang-orang tertindas dan perlu ditolong bersama. Farid Esack tentu menjadi salah satu orang yang benar-benar berjuang untuk memperbaiki perjuangan mustadh’afin. Tepat sekali dengan tafsir Farid Esack yang kontemporer dengan melihat tafsir-tafsir lainnya. Lebih dari pemahaman yang ada ialah kajian berat mengenai pembelaan orang-orang lemah dan tertindas yang harus dibela bersama dengan memahami juga penafsiran Alqurannya yang tentunya banyak pandangannya yang mesti dipelajari agar mampu mempermudah perjuangan agar lebih baik lagi dan lebih berharga. Seperti hermeneutika harus dinikmati secara liberatif agar mampu dimengerti dengan mudah lagi. Sehingga akan datang kesimpulan pergerakannya seperti apa yang telah terjadi kelemahan itu kepada Farid Esack serta telah memperjuangkan orang-orang yang tertindas di Afrrika Selatan sampai keluarganya pun termasuk mustadh’afin sejak dari kecil Farid Esack telah banyak mempelajari keadaan Islam dan keadaan masyarakat yang lemah atau tertindas tentu dengan banyaknya ayat Alquran tentang mustdah’afin yang mesti dimengerti penafsirannya dengan sangat banyak tafsir yang membicarakan mustdah’afin. Karenanya penting sekali dalam memperjuangkan penindasan dan kelemahan seperti dalam (Q.S. An-Nisa [4] : 75).
Kedudukan Sumber Hukum Islam Kedua (Hadis) Dalam Al-Qur'an Muhammad Lathief Ilhamy Nasution
Al-Kauniyah Vol. 2 No. 2 (2021): Al-Kauniyah
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir STAIN Mandailing Natal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1659.726 KB) | DOI: 10.56874/alkauniyah.v2i2.708

Abstract

Its position as a syara' argument means that in addition to the Qur'an, the sunnah of the Prophet also gives us instructions to know the eternal commandment of Allah which is called syar'i law. The word "sunnah" (سىنة) comes from the word etymologically means: the way that is usually done, whether that way is something good, or bad. Sunnah in terms of ushul scholars is: "whatever is narrated from the Prophet Muhammad SAW., good in the form of words, deeds or confessions and the nature of the Prophet." While the sunnah in terms of fiqh scholars is: "the legal nature of an act that is required to do it in the form of an uncertain demand" with the understanding that the person who does it is rewarded and the person who does not commit it is not guilty. Sunnah according to the understanding of ushul experts as mentioned above is divided into three kinds. First, sunnah qauliyah, namely the words of the Prophet that were heard by his companions and conveyed to others. For example, a friend said that he heard the Prophet say, "Who does not pray because he is asleep or because he forgot, let him do the prayer when he has remembered.” Second, sunnah fi'liyah, namely the act of What was done by the Prophet Muhammad SAW who was seen or known by his companions, then conveyed it to others with his words. For example, a friend said, "I saw the Prophet Muhammad SAW. Perform two rak'ahs of sunnat prayer after the noon prayer." Third, sunnah taqririyah, namely the actions of a friend or his words which were carried out in the presence or knowledge of the Prophet, but were not responded to or prevented by the Prophet. The silence of the Prophet was conveyed by friends who witnessed to others with his words.
Zakat Profesi Perspektif Tafsir Ayat Ahkam (Analisis Terhadap Surat Al_-Baqarah Ayat 267) Nur Saniah
Al-Kauniyah Vol. 2 No. 2 (2021): Al-Kauniyah
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir STAIN Mandailing Natal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1030.218 KB) | DOI: 10.56874/alkauniyah.v2i2.709

Abstract

Pada zaman sekarang banyak profesi yang mendatangkan sejumlah besar harta dalam waktu yang singkat. Selama ini, masyarakat mengenal zakat hanya terbatas teks secara ekplisit saja, seperti emas, perak, perdagangan, pertanian, peternakan, barang tambang dan rikaz. Sedangkan penghasilan sebagai konsultan, dokter, pengacara, pengusaha dan penghasilan seorang pegawai seperti maraknya sekarang ini tidak banyak dibahas pada ulama salaf terdahulu. Untuk menjawab masalah tersebut, dilaksanakan penelitian, dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa dokumentasi segala sesuatu yang berkaitan dengan judul penelitian. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis kualitatif menggunakan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian ditemukan bahwa Kewajiban zakat atas kekayaan yang diperoleh dari hasil suatu profesi didasarkan pada nash yang bersifat umum yaitu pada Surat al-Baqarah ayat 267. Terdapat khilafiyah (perbedaan pendapat) Ulama dalam masalah zakat profesi. Ada sebagian yang mewajibkan zakat profesi, namun ada sebagian yang tidak setuju dan tidak mewajibkan zakat profesi. Dasar hukum kalangan ulama yang mewajibkan zakat profesi, Ta’mim al makna (perluasan makna lafaz) lafaz yang terdapat dalam Firman Allah, dalam Al Baqarah ayat 267. Kata “مَا كَسَبْتُمْ” dalam ayat tersebut pada dasarnya lafazd ‘am, untuk menetapkan hukum zakat profesi, lafaz umum tersebut dikembalikan kepada keumumannya sehingga cakupannya meluas yakni “meliputi segala usaha yang halal yang menghasilkan uang atau kekayaan bagi setiap muslim”. Dengan demikian zakat profesi dapat ditetapkan hukumnya wajib berdasarkan keumuman ayat tersebut.
Manfaat Hujan Dalam Al-Qur'an Syaripah Aini
Al-Kauniyah Vol. 2 No. 2 (2021): Al-Kauniyah
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir STAIN Mandailing Natal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1546.36 KB) | DOI: 10.56874/alkauniyah.v2i2.710

Abstract

Penelitian ini membahas tentang manfaat air dalam Alquran. pandangan Alquran tentang fenomena alam, dalam hal ini hujan, yang dikemas dalam kajian tematik perlu diadakan dan dikembangkan. Setelah melakukan penelitian tentang kejadian alam berupa manfaat hujan dalam kajian tematik, dengan menggunakan metode deskriptif-analitis. Penelitian ini menyimpulkan sebagai berikut: (1) Hujan dalam Alquran diungkapkan dalam empat term yaitu maṭar, ghayth, anzala māa dan wadqu. Hujan air menurut Alquran adalah air yang turun merupakan rahmat, yaitu akan menghidupkan tanah yang sudah mati dan menghidupi tanaman-tanaman.(2) Proses turunnya hujan menurut Alquran sama dengan proses hujan hujan dalam ilmu pengetahuan. Hujan adalah hasil dari proses siklus air yaitu, berawal air laut, danau, dan sungai menguap akibat dipanaskan oleh sinar matahari lalu setelah sampai di atas terjadilah proses kondensasi sehingga menjadi butir-butir uap air di awan. Untuk itu manfaat hujan menurut Alquran relevan dengan pelestarian lingkungan.
Kelemahan Manusia Menurut Al-Qur'an Zulhija Yanti Nasution
Al-Kauniyah Vol. 2 No. 2 (2021): Al-Kauniyah
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir STAIN Mandailing Natal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (948.646 KB) | DOI: 10.56874/alkauniyah.v2i2.711

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan kelemahan manusia menurut Alquran. Metode Penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan berbasis metode tafsir tematik (maudu’i), yakni mengumpulkan ayat-ayat Alquran yang berbicara mengenai tema yang sama, kemudian membahasnya secara sistematis. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kelemahan manusia menurut Alquran berpusat pada fisik, akal, kalbu dan nafsu.

Page 1 of 1 | Total Record : 6