cover
Contact Name
Andreas Kristianto
Contact Email
andreassiwi1305@gmail.com
Phone
+6281226747122
Journal Mail Official
jurnal.marturia@gmail.com
Editorial Address
Jln. Kedawung 137, Nologaten, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
ISSN : 23382627     EISSN : 29866111     DOI : -
Core Subject : Religion, Education,
Jurnal MARTURIA diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Agama Kristen Marturia Yogyakarta secara berkala (bulan Juni dan Desember). Tujuan jurnal ini adalah untuk mempublikasikan karya-karya ilmiah di bidang disiplin teologi dan pendidikan agama Kristen baik dalam bentuk artikel maupun resensi buku. Semua artikel yang masuk akan dinilai kelayakannya oleh mitra bestari secara tertutup (blind review process). Artikel yang diserahkan harus merupakan karya asli penulis yang belum pernah diterbitkan di jurnal atau penelitian lainnya dalam bahasa apapun. Nama Marturia diambil dari bahasa Yunani: martyria, yang berarti bersaksi. Seperti halnya arti dari Marturia sendiri, jurnal ini diharapkan dapat menjadi saksi kemuliaan Tuhan dalam dinamika akademik dan teori praksis.
Articles 36 Documents
Pembentukan Kemandirian Anak Usia Dini dengan Pendidikan Montessori di Paud Kalyca Montessori School Yogyakarta Sri Sulastri
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 1 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.435 KB)

Abstract

Abstract This study aims to describe the Montessori education model in the formation of early childhood independence at the PAUD Kalyca Montessori School. This research method uses a naturalistic qualitative method approach. The research subjects consisted of foundations, principals, teachers, students, and parents of students. The object of research is the formation of independence with Montessori education. Data collection techniques used are in-depth interviews, participatory observation, and documentation. Data analysis includes describing and performing data in case of studies with the stages of recording, initial grouping, different grouping themes, description of case analysis. Based on these methods, a description of the formation of the independence of early childhood in the Kalyca Montessori School is generated. Thus, the Montessori education model is one of the methods that shapes early childhood independence. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model pendidikan Montessori dalam pembentukan kemandirian anak usia dini di PAUD Kalyca Montessori School. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif naturalistik. Subyek penelitian terdiri atas yayasan, kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua siswa. Objek penelitian adalah pembentukan kemandirian dengan pendidikan Montessori.Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara yang mendalam, observasi partisipasif dan dokumentasi. Analisis data meliputi mendeskripsikan dan mengin-terprestasikan data dalam studi kasus dengan tahapan pencatatan, pengelompokan awal, pengelompokan tema yang berbeda, deskripsi analisis kasus. Berdasarkan metode tersebut maka dihasilkan pendeskripsian pembentukan kemandirian anak usia dini di PAUD Kalyca Montessori School. Dengan demikian, model pendidikan Montessori merupakan salah satu metode yang  membentuk kemandirian anak usia dini.
Kehadiran Ibadah Online dalam Masa Covid-19 bagi Umat: dalam Filsafat Dekontrutif Maria Puspitasari
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 1 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.398 KB)

Abstract

Abstract This research is a study of the practice transition of the on-site services previously conducted on churches to online services from the parish’s respective residences. This condition occurs due to the Covid-19 pandemic. In Indonesia, the abolition of all kinds of communal meeting has been legally regulated and issued by both the central and regional governments. This is one of the Government’s ways to terminate the spread of Covid-19. On the other hand, the service experiences significant semantic change and it makes the parish acquire a new understanding of the term. In analyzing this reconstructed meaning, qualitative literary research is employed along with biblical perspective in interpreting the service and Derrida's deconstructive philosophy studies. Hence, this research has its own practical significance so that the parish members are able to find out the meaning of this online service appropriately. The conclusions of this research state that the church service must be well understood as a form of lifetime offering and an everlasting dedication to God. The genuine meaning of the service itself cannot be vexed merely by its trivial setting of place or method. Service is all about how a person consecrates one’s life to God. Abstrak Penelitian ini adalah sebuah kajian tentang peralihan praktik ibadah gereja-gereja yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka di tempat ibadah dan kini beralih menjadi secara online dari rumah masing-masing. Hal ini disebabkan adanya pandemi Covid-19. Di Indonesia, baik Pemerintah pusat dan daerah mengeluarkan peraturan untuk meniadakan segala macam pertemuan yang mendatangkan banyak orang. Hal ini merupakan salah satu cara Pemerintah untuk memutus penyebaran Covid-19. Di sisi lain, peribadahan mengalami pergeseran makna dan menyebabkan umat membangun pemahaman baru mengenai ibadah. Dalam menganalisis hal pemaknaan kembali dari ibadah gereja, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif literatur melalui interpretasi ibadah dalam perspektif Alkitab dan kajian filsafat dekonstruktif Derrida. Penelitian ini penting agar umat mampu memaknai ibadah online secara tepat. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa ibadah harus dipahami sebagai persembahan seluruh kehidupan dan sebagai pengabdian kepada Tuhan. Peribadahan tidak bisa direduksi oleh tempat atau cara melakukannya. Peribadahan adalah bagaimana seorang mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan.
From Mating to Wedding: Suatu Upaya Merekonstruksi Kembali Nilai dan Makna Teologis Pernikahan Mikha Bastian
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 1 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.857 KB)

Abstract

Abstract The reality of inter-ethnic and inter-religions marriages is still being debated to this day, because of that researchers conducted library to research on much reporting related to marital issues. Concerning the rights of every human being to determine the direction of his own life, it often becomes complicated when faced with the legal order (custom, civil, religion). Because the law is binding even from birth and everyone can not be separated from the law. On the one hand, the law is useful for managing social order, but on the other hand, through the law also realized discrimination and the right to freedom are shackled. Through the study of this literature, the author wants to reconcile the tension between the binding laws with human rights as a whole from a theological point of view. Abstrak Realitas pernikahan antar suku dan agama masih menjadi perdebatan hingga saat ini, karena itu peneliti melakukan penelitian pustaka pada banyak pemberitaan terkait masalah pernikahan. Dalam kaitannya dengan hak-hak setiap manusia untuk menentukan arah hidupnya sendiri, hal tersebut acapkali menjadi rumit ketika diperhadapkan pada tatanan hukum (adat, sipil, agama). Karena pada dasarnya hukum bersifat mengikat bahkan sedari lahir dan setiap orang tidak dapat lepas dari hukum tersebut. Di satu sisi hukum baik untuk menata tatanan sosial, namun di satu sisi yang lain melalui hukum juga diskriminasi terrealisasi serta hak kebebasan itu dibelenggu. Melalui studi literatur ini, penulis hendak mendamaikan ketegangan antara hukum-hukum yang mengikat tersebut dengan hak manusia seutuhnya sebagai entitas dari sudut pandang teologis.
Penanaman Nilai-nilai Multikultural Melalui Pendidikan Agama di SMA Bopkri 2 Yogyakarta Yuli Artikasari
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 1 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.723 KB)

Abstract

AbstractThe research aims to describe the cultivation of multicultural values in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta through religious education. The method used is qualitative naturalistic with data collection techniques in the form of in-depth interviews with the subjects of the Human Resources Bopkri 2 High School in Yogyakarta and analyzed several related documents. The research data were analyzed using Miles and Huberman's analytical theory with the steps of data collection, data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The study then found that the inculcation of multicultural values was by the vision and mission of the school which was based on indicators of religious diversity, intellectual diversity, differences in cultural ethnicity, social conditions, differences in talent interests, and physical conditions (disability). The multicultural values contained in the planting of multicultural values in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta are the values of diversity, the importance of equality, values of tolerance, values of empathy, values of friendship, and values of patriotism. AbstrakPenelitian bertujuan mendeskripsikan penanaman nilai-nilai multikultural di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta melalui pendidikan agama. Metode yang digunakan adalah kualitatif naturalistik dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam kepada subyek bidang Sumber Daya Manusia SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan menganalisis beberapa dokumen terkait. Data-data penelitian dianalisis menggunakan teori analisis Miles dan Huberman dengan langkah kerja pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini kemudian menemukan bahwa penanaman nilai-nilai multikultural telah bersesuaian dengan visi misi sekolah yang didasarkan pada indikator keragaman agama, keberbedaaan intelektual, keberbedaan suku budaya, kondisi sosial, perbedaan minat bakat, dan kondisi fisik (disabilitas). Adapun nilai-nilai multikultural yang terkandung dalam penanaman nilai-nilai multikultural di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ialah nilai keberagaman, nilai kesetaraan, nilai toleransi, nilai empati, nilai persahabatan, dan nilai cinta tanah air.
Studi Komparasi Partisipasi Jemaat Gereja Kristen Jawa Kebonarum di Blok Tiga dan Blok Enam dalam Pembangunan Jemaat Siti Rokayati
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 1 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.117 KB)

Abstract

Abstract The success of church life lies not only in the participation of the church council but also in the congregation. Therefore, to realize congregational involvement, it is necessary to develop a massive gathering. Researchers used the theory of Jan Hendriks to see how far the participation and development of the church in GKJ Kebonarum between block three and block six. There are five factors proposed by Jan Hendriks that can influence church participation, namely, climate, leadership, structure, tasks/objectives, and conception of identity. This research uses a qualitative method with a phenomenological approach. Then the results of the study on the GKJ Kebonarum congregation in block three and block six show that these two blocks actively participate in church building and development. The difference between the two blocks lies in the relationship between individuals, between the individual and the organization, the level of communication, the views of the church towards individual leadership, and the conception of identity that is lived. Abstrak Keberhasilan kehidupan gereja tidak hanya terletak pada partisipasi majelis jemaat tetapi juga jemaatnya. Oleh karena itu, demi mewujudkan partisipasi jemaat diperlukan pembangunan dan pengembangan jemaat yang masif. Peneliti menggunakan teori Jan Hendriks untuk melihat seberapa jauh partisipasi dan perkembangan jemaat yang ada di GKJ Kebonarum antara blok tiga dan blok enam. Ada lima faktor yang dikemukakan oleh Jan Hendriks yang dapat mempengaruhi partisipasi jemaat yaitu, iklim, kepemimpinan, struktur, tugas/tujuan dan konsepsi identitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Kemudian hasil penelitian terhadap jemaat GKJ Kebonarum di blok tiga dan blok enam menunjukkan bahwa kedua blok ini aktif berpartisipasi dalam pembangunandan pengembangan jemaat. Perbedaan dari kedua blok ini ialah terletak pada relasi antar individu, relasi individu dengan organisasi, tingkat komunikasi, pandangan jemaat terhadap kepemimpinan individu dan konsepsi identitas yang dihidupi.
Implementasi Injil Yohanes 7:53-8:11 pada Pelayanan Pastoral: Studi Hermeneutik di Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan Dayamurni Nita Natalia
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 1 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.205 KB)

Abstract

Abstract The church in carrying out its ministry in the world experiences many problems, one of which is pregnancy outside of marriage which often occurs at GKSBS Dayamurni. This issue certainly requires a particular form of pastoral care. Researchers want to contribute to the type of pastoral ministry by looking for the principles of Jesus' pastoral ministry in the Gospel of John 7: 53-8: 11 through hermeneutic studies. Research is conducted using qualitative methods. Data collection is done through direct observation and in-depth interviews. Analysis of the data used in the analysis of Miles and Huberman is done by reducing data, presenting data, and drawing conclusions. The subjects of the study were Pastors, Deacons, Elders, Councilors, and congregations at GKSBS Dayamurni. The results of the research show that the pastoral services at GKSBS Dayamurni sometimes do not understand the purpose of pastoral care so that they have not been so empathetic to the party that is pasteurized. This perspective is different from the attitude of Jesus in the Gospel of John 7: 53-8: 11. The results of the text analysis show the partiality of Jesus to the woman who was caught adultery which was stated by not being given punishment according to tradition at that time but asking him to repent. Abstrak Gereja dalam menjalankan tugas pelayanan di dunia mengalami banyak persoalan, salah satunya adalah kehamilan di luar pernikahan yang sering terjadi di GKSBS Dayamurni. Persoalan ini tentu membutuhkan bentuk pelayanan pastoral khusus. Peneliti hendak memberikan sumbasih bentuk pelayanan pastoral dengan mencari prinsip-prinsip pelayanan pastoral Yesus dalam Injil Yohanes 7:53-8:11 melalui studi hermeneutik Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi terus terang dan wawancara mendalam. Analisa data yang digunakan ialah analisa Miles dan Huberman dengan dilakuakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Subjek penelitian ialah Pendeta, Diaken, Penatua, manta Majelis, dan jemaat di GKSBS Dayamurni. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan pastoral di GKSBS Dayamurni terkadang tidak begitu memahami tujuan pelayanan pastoral sehingga belum begitu berempati pada pihak yang dipastoralkan. Hal ini berbeda dengan sikap Yesus dalam Injil Yohanes 7:53-8:11. Hasil analisa teks justru menunjukkan keberpihakan Yesus kepada perempuan yang ketangkapan berzinah yang dinyatakan dengan tidak diberikan hukuman menurut tradisi pada waktu itu tetapi memintanya untuk bertobat.
Membangun Spiritualitas Kosmis: Belajar dari Spiritualitas Kosmis Masyarakat Jawa Bersama Raimon Panikkar dan Pierre Teilhard De Chardin Eko Iswanto
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 2 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.465 KB)

Abstract

Abstract Humans are part of the universe (cosmos). However, this is often neglected in awareness and action. No exception in human efforts to build and develop a spirit and purpose in life which is called spirituality. Often, humans develop features of spirituality that ignore the cosmic dimension. In fact, the universe is a reality that has undeniably provided life for humans and all creation, including enabling the actualization of God in the midst of His relationship with humans and all of creation. The author views that to develop a more complete spirituality, it is necessary to build a spirituality that is more cosmic in character, meaning that deliberately and consciously involve the cosmos as an important element in building spirituality. The way to get there can be found, among others, by reflecting on the Cosmic Spirituality of the Javanese people, the Cosmotheandric concept according to Raimon Panikkar and also the views of the Cosmic Christ from Pierre Theilhard de Chardin, all of which direct humans to better understand their position and relationship with God and the other creatures, all of which occur in the one and the same cosmos. Abstrak Manusia adalah bagian dari alam semesta (kosmos). Namun, hal tersebut seringkali diabaikan dalam kesadaran dan tindakan. Tidak terkecuali di dalam upaya manusia membangun dan mengembangkan sebuah semangat dan tujuan hidup yang disebut dengan spiritualitas. Tak jarang, manusia membangun dan mengembangkan corak-corak spiritualitas yang justru mengabaikan dimensi kosmos. Padahal alam semesta merupakan realitas yang secara tak terbantahkan telah memberikan kehidupan bagi manusia dan seluruh ciptaan, termasuk memungkinkan aktualisasi Allah di tengah relasi-Nya dengan manusia dan seluruh ciptaan. Penulis memandang bahwa untuk mengembangkan sebuah spiritualitas yang lebih utuh, diperlukanlah upaya membangun spiritualitas yang lebih bercorak kosmis, artinya secara sengaja dan sadar melibatkan kosmos sebagai unsur penting di dalam membangun spiritualitas. Jalan menuju ke sana bisa didapatkan antara lain dengan berefleksi dari Spiritualitas Kosmis masyarakat Jawa, konsep Kosmo-theandrik menurut Raimon Panikkar dan juga pandangan mengenai Kristus Kosmis dari Pierre Theilhard de Chardin, yang semuanya mengarahkan manusia untuk lebih bisa memahami posisi dan relasinya dengan Allah dan ciptaan yang lain, yang kesemuanya terjadi di dalam kosmos yang satu dan sama.
Pastoral untuk Hubungan Cinta Beda Agama Yudo Aster Daniel
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 2 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.14 KB)

Abstract

Abstract Indonesia is a multicultural country where intercultural and inter-religious encounters are normal. Likewise, meeting between young men and women of different beliefs and resulting in love relationships between religions frequently ensue. For most people, this relationship is considered taboo. Whereas those who experience it will be faced with various difficulties, opposition and ultimately make the heart not prosperous. It cannot be denied that this has become a struggle (or need) of the Church in its ministry in society. Pastoral care for those who have interfaith love relationships is a service strategy that arises from the needs of society. This paper does not pretend to provide a practical answer whether or not such a relationship is allowed, on the contrary, invites the reader to give serious attention to this struggle. Abstrak Indonesia merupakan negara yang majemuk di mana perjumpaan antar budaya dan antar agama adalah hal yang wajar. Demikian pula perjumpaan antara pemuda dan pemudi yang berbeda keyakinan dan menghasilkan hubungan cinta beda agama merupakan keniscayaan. Bagi sebagian besar masyarakat hubungan yang demikian dianggap tabu. Sedangkan bagi mereka yang mengalaminya akan diperhadapkan pada berbagai kesulitan, tentangan dan akhirnya membuat hati tidak sejahtera. Tidak dapat disangkali bahwa hal ini pun menjadi pergumulan (atau kebutuhan) Gereja dalam pelayanannya di tengah masyarakat. Pastoral untuk mereka yang menjalani hubungan cinta beda agama adalah strategi pelayanan yang timbul dari kebutuhan masyarakat. Tulisan ini tidak berpretensi memberikan jawaban praktis boleh atau tidak hubungan yang demikian, sebaliknya mengajak pembaca memberi perhatian serius terhadap pergumulan ini.
Inkarnasi Fisika Kuantum Yesus dalam Pola Relasi Generasi Milenial dan Gereja dalam Masa Pandemi Covid-19 Yustiwati Angu Bima
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 2 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.011 KB)

Abstract

Abstract Several generations often times will simultaneously become members of a church that leads to an issue called gap generation, which is a common challenge faced by the church. Apparently, the church will not only face a changing time but also, they should deal with a various and wide mindset of this sandwich generation. This phenomenon will be discussed in this paper that focuses on millennials. Some suggestions are firstly the church needs to concede the millennials who are also a part of their community supported by some theory of generations from Strauss and Howe. Secondly, after the acknowledgment, the church needs to build relationships that aligns well with their characters. Thus, the quantum physics concept suggested by Keith Anderson will be mapped out to reframe the incarnation of Jesus Christ as an example of a relationship pattern that the church can make use and develop it for their millennials, especially during the Covid-19 pandemic.   Abstrak Beberapa generasi secara bersamaan dapat menjadi anggota gereja yang kemudian membuat ‘gap generation’ menjadi sebuah tantangan yang umum dihadapi oleh gereja. Gereja tidak hanya menghadapi perubahan zaman tetapi juga perubahan pola pikir generasinya yang secara khusus dibahas dalam tulisan ini adalah generasi milenial. Untuk itu gereja perlu mengenali generasi milenial yang juga merupakan dirinya sendiri melalui teori generasi oleh Strauss and Howe. Setelah mengenal generasi milenialnya maka gereja perlu membangun relasi yang bersesuaian dengan karakter milenial. Untuk itu konsep fisika kuantum yang disarankan oleh Keith Anderson akan dipetakan untuk memahami kembali inkarnasi Yesus Kristus sebagai contoh pola relasi yang dapat dikembangkan gereja bagi generasi milenialnya, khususnya pada masa pandemi Covid-19.
Biarlah Perbedaan Menciptakan Perdamaian Karena Perbedaan adalah Rahmat Allah Berdasarkan Pemikiran S. Mark Heim Wendy Kristian
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 2 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.575 KB)

Abstract

Abstract The issue of religion is still a crucial issue, so it needs to be addressed theologically and practically. Departing from the strong superiority of religion, religious issues can raise problems between religious believers. The arrogance of Christianity in seeking who is truer and who gets salvation in this world is often a problem. Therefore, this paper raises Heim's thoughts with his Trinitarian concept, in order to balance the teeter-totter between the universality of God and the particularity of Jesus, so that in the dialogue of religions, Christians do not have to leave what they believe in in order to have a dialogue. Heim also emphasized the differences in each religion which is not only a matter of language, but basically the religions of their origins are already different, so there is no need to force them to unite. The differences that exist can create peace, because nothing should be highlighted from the differences, and that is a manifestation of Allah's grace to be well accepted by the believers. Abstrak Isu agama merupakan isu yang masih krusial, sehingga perlu untuk disikapi secara teologis dan praktis. Berangkat dari superioritas agama yang kuat, isu agama dapat memunculkan permasalahan antar umat beragama. Adanya arogansi dari kekristenan dalam mencari siapa yang lebih benar dan siapa yang beroleh keselamatan di dunia ini pun seringkali menjadi persoalan. Oleh karena itu, tulisan ini mengangkat pemikiran Heim dengan konsep Trinitariannya, agar dapat menyeimbangkan papan jungkat-jungkit antara universalitas Allah dan partikularitas Yesus, supaya dalam dialog agama-agama, orang Kristen tidak harus meninggalkan yang diyakininya agar dapat berdialog. Heim juga menekankan pada perbedaan tiap-tiap agama yang bukan hanya pada soal bahasa, tetapi pada dasarnya agama dari asalnya memang sudah berbeda, jadi tidak perlu memaksa untuk menyatukannya. Perbedaan yang ada dapat menciptakan perdamaian, karena seharusnya tidak ada yang ditonjolkan dari berbagai perbedaan, dan itulah wujud dari rahmat Allah untuk dapat diterima dengan baik bagi penganut agama.

Page 1 of 4 | Total Record : 36