cover
Contact Name
Andreas Kristianto
Contact Email
andreassiwi1305@gmail.com
Phone
+6281226747122
Journal Mail Official
jurnal.marturia@gmail.com
Editorial Address
Jln. Kedawung 137, Nologaten, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
ISSN : 23382627     EISSN : 29866111     DOI : -
Core Subject : Religion, Education,
Jurnal MARTURIA diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Agama Kristen Marturia Yogyakarta secara berkala (bulan Juni dan Desember). Tujuan jurnal ini adalah untuk mempublikasikan karya-karya ilmiah di bidang disiplin teologi dan pendidikan agama Kristen baik dalam bentuk artikel maupun resensi buku. Semua artikel yang masuk akan dinilai kelayakannya oleh mitra bestari secara tertutup (blind review process). Artikel yang diserahkan harus merupakan karya asli penulis yang belum pernah diterbitkan di jurnal atau penelitian lainnya dalam bahasa apapun. Nama Marturia diambil dari bahasa Yunani: martyria, yang berarti bersaksi. Seperti halnya arti dari Marturia sendiri, jurnal ini diharapkan dapat menjadi saksi kemuliaan Tuhan dalam dinamika akademik dan teori praksis.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 2 No 2 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia" : 5 Documents clear
Membangun Spiritualitas Kosmis: Belajar dari Spiritualitas Kosmis Masyarakat Jawa Bersama Raimon Panikkar dan Pierre Teilhard De Chardin Eko Iswanto
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 2 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.465 KB)

Abstract

Abstract Humans are part of the universe (cosmos). However, this is often neglected in awareness and action. No exception in human efforts to build and develop a spirit and purpose in life which is called spirituality. Often, humans develop features of spirituality that ignore the cosmic dimension. In fact, the universe is a reality that has undeniably provided life for humans and all creation, including enabling the actualization of God in the midst of His relationship with humans and all of creation. The author views that to develop a more complete spirituality, it is necessary to build a spirituality that is more cosmic in character, meaning that deliberately and consciously involve the cosmos as an important element in building spirituality. The way to get there can be found, among others, by reflecting on the Cosmic Spirituality of the Javanese people, the Cosmotheandric concept according to Raimon Panikkar and also the views of the Cosmic Christ from Pierre Theilhard de Chardin, all of which direct humans to better understand their position and relationship with God and the other creatures, all of which occur in the one and the same cosmos. Abstrak Manusia adalah bagian dari alam semesta (kosmos). Namun, hal tersebut seringkali diabaikan dalam kesadaran dan tindakan. Tidak terkecuali di dalam upaya manusia membangun dan mengembangkan sebuah semangat dan tujuan hidup yang disebut dengan spiritualitas. Tak jarang, manusia membangun dan mengembangkan corak-corak spiritualitas yang justru mengabaikan dimensi kosmos. Padahal alam semesta merupakan realitas yang secara tak terbantahkan telah memberikan kehidupan bagi manusia dan seluruh ciptaan, termasuk memungkinkan aktualisasi Allah di tengah relasi-Nya dengan manusia dan seluruh ciptaan. Penulis memandang bahwa untuk mengembangkan sebuah spiritualitas yang lebih utuh, diperlukanlah upaya membangun spiritualitas yang lebih bercorak kosmis, artinya secara sengaja dan sadar melibatkan kosmos sebagai unsur penting di dalam membangun spiritualitas. Jalan menuju ke sana bisa didapatkan antara lain dengan berefleksi dari Spiritualitas Kosmis masyarakat Jawa, konsep Kosmo-theandrik menurut Raimon Panikkar dan juga pandangan mengenai Kristus Kosmis dari Pierre Theilhard de Chardin, yang semuanya mengarahkan manusia untuk lebih bisa memahami posisi dan relasinya dengan Allah dan ciptaan yang lain, yang kesemuanya terjadi di dalam kosmos yang satu dan sama.
Pastoral untuk Hubungan Cinta Beda Agama Yudo Aster Daniel
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 2 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.14 KB)

Abstract

Abstract Indonesia is a multicultural country where intercultural and inter-religious encounters are normal. Likewise, meeting between young men and women of different beliefs and resulting in love relationships between religions frequently ensue. For most people, this relationship is considered taboo. Whereas those who experience it will be faced with various difficulties, opposition and ultimately make the heart not prosperous. It cannot be denied that this has become a struggle (or need) of the Church in its ministry in society. Pastoral care for those who have interfaith love relationships is a service strategy that arises from the needs of society. This paper does not pretend to provide a practical answer whether or not such a relationship is allowed, on the contrary, invites the reader to give serious attention to this struggle. Abstrak Indonesia merupakan negara yang majemuk di mana perjumpaan antar budaya dan antar agama adalah hal yang wajar. Demikian pula perjumpaan antara pemuda dan pemudi yang berbeda keyakinan dan menghasilkan hubungan cinta beda agama merupakan keniscayaan. Bagi sebagian besar masyarakat hubungan yang demikian dianggap tabu. Sedangkan bagi mereka yang mengalaminya akan diperhadapkan pada berbagai kesulitan, tentangan dan akhirnya membuat hati tidak sejahtera. Tidak dapat disangkali bahwa hal ini pun menjadi pergumulan (atau kebutuhan) Gereja dalam pelayanannya di tengah masyarakat. Pastoral untuk mereka yang menjalani hubungan cinta beda agama adalah strategi pelayanan yang timbul dari kebutuhan masyarakat. Tulisan ini tidak berpretensi memberikan jawaban praktis boleh atau tidak hubungan yang demikian, sebaliknya mengajak pembaca memberi perhatian serius terhadap pergumulan ini.
Inkarnasi Fisika Kuantum Yesus dalam Pola Relasi Generasi Milenial dan Gereja dalam Masa Pandemi Covid-19 Yustiwati Angu Bima
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 2 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.011 KB)

Abstract

Abstract Several generations often times will simultaneously become members of a church that leads to an issue called gap generation, which is a common challenge faced by the church. Apparently, the church will not only face a changing time but also, they should deal with a various and wide mindset of this sandwich generation. This phenomenon will be discussed in this paper that focuses on millennials. Some suggestions are firstly the church needs to concede the millennials who are also a part of their community supported by some theory of generations from Strauss and Howe. Secondly, after the acknowledgment, the church needs to build relationships that aligns well with their characters. Thus, the quantum physics concept suggested by Keith Anderson will be mapped out to reframe the incarnation of Jesus Christ as an example of a relationship pattern that the church can make use and develop it for their millennials, especially during the Covid-19 pandemic.   Abstrak Beberapa generasi secara bersamaan dapat menjadi anggota gereja yang kemudian membuat ‘gap generation’ menjadi sebuah tantangan yang umum dihadapi oleh gereja. Gereja tidak hanya menghadapi perubahan zaman tetapi juga perubahan pola pikir generasinya yang secara khusus dibahas dalam tulisan ini adalah generasi milenial. Untuk itu gereja perlu mengenali generasi milenial yang juga merupakan dirinya sendiri melalui teori generasi oleh Strauss and Howe. Setelah mengenal generasi milenialnya maka gereja perlu membangun relasi yang bersesuaian dengan karakter milenial. Untuk itu konsep fisika kuantum yang disarankan oleh Keith Anderson akan dipetakan untuk memahami kembali inkarnasi Yesus Kristus sebagai contoh pola relasi yang dapat dikembangkan gereja bagi generasi milenialnya, khususnya pada masa pandemi Covid-19.
Biarlah Perbedaan Menciptakan Perdamaian Karena Perbedaan adalah Rahmat Allah Berdasarkan Pemikiran S. Mark Heim Wendy Kristian
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 2 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.575 KB)

Abstract

Abstract The issue of religion is still a crucial issue, so it needs to be addressed theologically and practically. Departing from the strong superiority of religion, religious issues can raise problems between religious believers. The arrogance of Christianity in seeking who is truer and who gets salvation in this world is often a problem. Therefore, this paper raises Heim's thoughts with his Trinitarian concept, in order to balance the teeter-totter between the universality of God and the particularity of Jesus, so that in the dialogue of religions, Christians do not have to leave what they believe in in order to have a dialogue. Heim also emphasized the differences in each religion which is not only a matter of language, but basically the religions of their origins are already different, so there is no need to force them to unite. The differences that exist can create peace, because nothing should be highlighted from the differences, and that is a manifestation of Allah's grace to be well accepted by the believers. Abstrak Isu agama merupakan isu yang masih krusial, sehingga perlu untuk disikapi secara teologis dan praktis. Berangkat dari superioritas agama yang kuat, isu agama dapat memunculkan permasalahan antar umat beragama. Adanya arogansi dari kekristenan dalam mencari siapa yang lebih benar dan siapa yang beroleh keselamatan di dunia ini pun seringkali menjadi persoalan. Oleh karena itu, tulisan ini mengangkat pemikiran Heim dengan konsep Trinitariannya, agar dapat menyeimbangkan papan jungkat-jungkit antara universalitas Allah dan partikularitas Yesus, supaya dalam dialog agama-agama, orang Kristen tidak harus meninggalkan yang diyakininya agar dapat berdialog. Heim juga menekankan pada perbedaan tiap-tiap agama yang bukan hanya pada soal bahasa, tetapi pada dasarnya agama dari asalnya memang sudah berbeda, jadi tidak perlu memaksa untuk menyatukannya. Perbedaan yang ada dapat menciptakan perdamaian, karena seharusnya tidak ada yang ditonjolkan dari berbagai perbedaan, dan itulah wujud dari rahmat Allah untuk dapat diterima dengan baik bagi penganut agama.
The I-Zation of Society, Religion, and Neoliberal Post-Secularism Kolsinus Kalven Benu
Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia Vol 2 No 2 (2020): Jurnal Pendidikan Kristen dan Ilmu Teologi Marturia
Publisher : Marturia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.661 KB)

Abstract

Judul Buku : The i-zation of Society, Religion, and Neoliberal Post-Secularism Bahasa : Bahasa Inggris Penulis : Adam Possamai ISBN : 978-981-10-5941-4 / 978-981-10-5942-1 (eBook) Terbit : 2018 Tebal : 251 halaman Penerbit : Palgrave MacMillan

Page 1 of 1 | Total Record : 5