cover
Contact Name
Hasna Khairunnisa
Contact Email
hasna@ak-tekstilsolo.ac.id
Phone
+62271-6792696
Journal Mail Official
uppm@ak-tekstilsolo.ac.id
Editorial Address
Jl. Ki Hajar Dewantara, Jebres, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126, Indonesia
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Tekstil
ISSN : 30249295     EISSN : 27979229     DOI : https://doi.org/10.59432/jute
Jurnal Teksil (JUTE) ISSN 2797-9229(online) is a peer-reviewed Open Access Journal (OJS) that publishes original research articles as well as review articles in several engineering fields. The subject areas covered by this journal covers broad themes in the fields of textile, apparel and garment, engineering, and industrial management both related to the production process and other supporting processes. The scope includes textile and apparel manufacturing process, textile industrial management, textile material and products, process optimization and textile industrial systems, as well as other supporting processes such as supply chain management, maintenance management, quality control, and ergonomics. Detailed focus and scope for this journal can be accessed on the focus and scope menu
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 3 No 1 (2020)" : 9 Documents clear
Reduksi Limbah Pinggiran Kain Jenis Benang Polyester DTY pada Mesin Rapier Wawan Ardi Subakdo; Hendri Pujianto; Pauli Cristy Pakpahan
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.6

Abstract

Proses tenun dapat dilakukan oleh beberapa jenis mesin salah satunya adalah Mesin tenun Rapier. Mesin tenun Rapier merupakan mesin tenun yang penyisipan benangnya menggunakan sebilah batang tipis yang rigid ataupun fleksibel yang digerakkan secara positif yang disebut dengan rapier. PT Unggulrejo Wasono adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil dengan hasil akhir adalah kain grey. Penelitian berfokus pada mesin berjenis Sulzer R 6500 pada Divisi Weaving II Rapier. Berdasarkan pengamatan, terjadi kekurangan benang pakan jenis polyester DTY setiap kali menjalankan order. Padahal telah dilakukan perhitungan kebutuhan sebelum order berjalan. Berdasarkan analisis yang dilakukan, terdapat beberapa faktor penyebabnya yaitu jarak slide RHS dengan sisir lebih dari 6 mm, kayu opener gripper RHS aus, sisa sisir sebelah kanan lebih dari 3 cm, tensioner benang pakan kendor, cones benang cacat, serat benang putus. Solusi dari beberapa faktor tersebut diantaranya adalah dari faktor mesin dengan melakukan resetting pada slide gripper RHS, pemotongan sisa sisir dan penggantian part kayu opener yang aus. Dari faktor manusia adalah dengan membuatkan pengait benang pakan agar tidak ditarik selebar kain saat terjadi putus pakan, menempatkan benang sesuai lay out agar tidak terbentur dan kotor. Dari faktor metode adalah dengan penyediaan checklist panjang limbah pinggiran kain dan melakukan evaluasi terhadap hasil penimbangan limbah pinggiran kain. Setelah dilakukan perbaikan, prosentase jumlah limbah pinggiran kain berkurang 2,51% dan jumlah kasus penyebab besarnya jumlah limbah pinggiran kain berkurang 10 kasus.
Pengendalian Aval Pakan pada Mesin Shuttle Amar; Yunus Nazar; Heru Titik Lestari
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.7

Abstract

Setiap kegiatan produksi pertenunan yang dilakukan menghasilkan produk kain tenun mentah (grey, yaitu kain tenun mentah dari benang rayon, Teteron Cotton dan kain tenun mentah dari benang tetoron rayon, untuk memenuhi permintaan pasar lokal dalam negeri. Alur proses pembuatan kain tenun antara lain sebagi berikut: mulai order, bahan baku masuk warping untuk digulung benangnya dari beberapa cone ke beam warping sejajar satu sama lain, lalu diproses sizing setelah selesai masuk diproses reaching atau tying, lalu weaving (tenun), hasil kain masuk proses inspecting, folding, packing, konsumen. Pada saat melaksanakan proses produksi untuk mendapatkan kualitas yang baik diperlukan suatu perencanaan produksi, pengendalian produksi, pemeliharaan dan mesin, dan pengendalian mutu pada material, proses dan produk. Untuk meningkatkan hasil produk kain sesuai standart, dan target dari perusahaan, dan menekan tingginya aval yang di hasilkan, salah satunya adalah aval benang pakan. Dalam hal ini adalah aval benang pakan yang di hasilkan oleh mesin shuttle loom. Dengan mengendalikan aval benang pakan akan berpengaruh terhadap kwantitas dan kwalitas kain. Di dalam proses produksi masalah yang sering muncul selain cacat kain adalah tingginya aval benang pakan dari mesin shuttle yang lebih dari target yang di tetapkan oleh perusahaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dipakailah metode sebab dan akibat yang dianggap salah satu metode yang baik, didalam metode sebab dan akibat terdapat pemecahan masalah yang dipakai untuk menyelesaikan masalah tingginya aval benang pakan yang terjadi di mesin shuttle loom. Untuk memecahkan masalah tingginya aval benang di mesin shuttle loom antara lain; man, material, method, machine. Pada pemecahan masalah tersebut masih harus dicari satu persatu dianalisa penyebab masalah yang mengakibatkan terjadinya aval benang pakan tinggi antara lain; man, perawatan mesin pirn winding dan kebersihan mesin pirn winding, perwatan piler, teropong. Material; bobin palet yang sudah tidak standart, holder yang aus. Method; gulungan buncing yg masih manual, Machine; awal buncing yg tidak sempurna, holder di teropong kocak.Untuk mengatasi permasalahan yang menyebabkan aval benang pakan tinggi dilakukan dengan cara perawatan dan pengawasan untuk mengendalikan aval benang pakan pada mesin shuttle loom.
Analisis tentang Setting Roller Gauge dan Break Draft Tidak Merubah Total Draft pada Mesin Roving Rieter type F10 / 55011- 00425 Tahun Pembuatan 1998 Bambang Yulianto
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.8

Abstract

At PT Indiratex Spindo, there are 2 units that produce 100% cotton yarn. For unit 1 produces open end yarn, and for unit 2 produces ring spinning yarn. The production process in unit 2 starts from the raw material, namely cotton in the blowroom process, opening and mixing of the cotton so that the shape of the feathers will be processed in the carding machine to further open cotton fibers, clean dirt and short fibers with long fibers. The result of the card is that the card sliver will then be duplicated and drafted on the draw frame breaker, after which it will be processed and duplicated again in the finisher draw frame. Then the sliver drawing finisher will be drafted, given a twist and rolled in a bobbin on the roving machine. The output of the roving machine will then be processed in the ring spinning machine, the roving will be drafted, twisted so that the yarn will then be rolled into the cop, then put in the winding machine to remove thread imperfections or yarn defects and change the cop roll to cones rolls. After the process is complete, the thread will be packed in the packing section. To produce good quality yarn, it is necessary to plan production, repair and maintenance as well as repair machines properly. Drafting is one one process that is very important and to be hard to the quality of the yarn that will be produced. If the drafting process is not perfect it will affect the unevenness of the material or yarn. One of the problem topics related to drafting on the Rieter type F10 / 55011-00425 roving machine in 1998 is that if the break draft is changed, the total draft will change. This assumption is really true because if the draft is damaged, what will change is the main draft, and the total draft will remain the same. Meanwhile, for the correct setting of the roller gauge so that the roving does not experience a high level of unevenness, if the setting is wide, the draft break must be small. And if the arrangement is eternal then the break draft used must be large. The second arrangement is so that the fiber can be properly drafted and does not experience floating fibers or fiber cracks.
Analisis Penyebab Ketidakrataan Sliver Carding pada Mesin Carding JWF 1204 di Departemen 5 PT Sri Rejeki Isman Tbk. Mokh. Afifuddin
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.25

Abstract

PT Sri Rejeki Isman Tbk. merupakan salah satu industri tekstil terbesar yang yang memproduksi benang. Pengendalian mutu harus dilakukan untuk mencapai sasaran atau target yang telah ditetapkan perusahaan. Untuk menghasilkan benang yang berkualitas maka dilakukan perencanaan produksi, pengendalian produksi, pengendalian mutu, serta perawatan dan pemeliharaan mesin yang baik. Pengamatan dilakukan di Departemen Spinning 5 PT Sri Rejeki Isman Tbk pada mesin Carding JWF 1204 tahun 2008 menemukan masalah ketidakrataan pada sliver carding. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji uster. Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan menunjukkan hasil ketidakrataan yang ditujukkan pada angka 5,73 % dimana standar yang dibuat tidak boleh melebihi angka 4,30 %. Ketidakrataan disebabkan karena hasil penggerindaan yang tidak rata yang menyebabkan sliver carding menjadi tidak rata. Dari faktor tersebut kemudian dilakukan penggerindaan kembali untuk menghasilakan sliver carding yang baik. Setelah dilakukan penggerindaan hasil uster yang diperoleh menjadi 2,52%.
Analisis Penanganan Banyaknya Limbah Benang Pakan Di Mesin Air Jet Loom Tsudakoma ZA 205 i PT Dan Liris Valentina Sri Pertiwi Rumiyati; Pauli Cristy Pakpahan; Muhammad Hariri
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.26

Abstract

Dan Liris merupakan industri tekstil yang memproduksi benang kain dan garmen. Permasalahan yang dihadapi adalah banyaknya banyaknya limbah benang pakan di mesin Air Jet Loom Tsudakoma ZA 205 i yaitu 2,36 %, jumlah tersebut melebihi dari target yang ditetapkan yaitu sebanyak 2,0 %. dari panjang kain sepanjang 150 meter yang mengacu pada standar potong kain dari inspecting. Jumlah mesin Air Jet Loom Tsudakoma ZA 205 i yang ada di PT. Dan Liris sebanyak 225 unit sehingga mesin tersebut akan berpengaruh terhadap jalannya proses produksi. Penulis melakukan pengamatan limbah benang pakan di Mesin AJL merek Tsudakoma tipe ZA 205 i. dengan mengamati pada panjang kain sepanjang 150 meter yang mengacu pada standar potong kain dari inspecting. Berdasarkan hasil pengamatan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap banyaknya limbah benang pakan adalah faktor mesin, SDM, metode, bahan baku dan faktor lingkungan. Upaya penanganan dari masing-masing faktor telah direncanakan namun berdasarkan rencana yang ditetapkan baru satu penanganan yang dilakukan yaitu menangani faktor metode dengan cara melakukan retraning untuk personil yang bertanggung jawab dan melakukan setting mesin sesuai SOP. Banyaknya limbah kain pakan setelah dilakukan penanganan mengalami penurununan dari 2,36 % menjadi 2,21%
Penanganan Benang Lusi Lengket pada Mesin Sizing Baba Sangyo Kikai C.12 (Studi Kasus di PC GKBI Medari) Adhy Prastyo Eko Putranto
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.27

Abstract

Mutu benang produksi yang baik akan menentukan keberhasilan proses produksi pertenunan. Di PC GKBI Medari Sleman, masih terdapat cacat benang produksi yaitu benang lusi yang mengakibatkan benang tersebut tidak bisa terlibat dalam proses produksi secara maksimal. Benang lusi tersebut mengalami beberapa keadaan seperti gembos, lolos muncul, lengket, lengket 2 helai, terjepit, rantas dan mengalami crossing. Kasus benang lengket mendominasi dengan jumlah 45% dari jumlah permasalahan cacat benang yang ada. Tindakan levelling squeezing roll yang diambil dengan mengatur tekanan angin (pada bagian awal yaitu 3,5 – 4 kg/cm2, dan pada bagian finish 4 – 5 kg/cm2), dan mengatur hardness agar tetap di atas standar (60-70 shore) berhasil menurunkan jumlah benang lusi lengket tersebut.
Penyelesaian Penyebab Bottle Neck Article SOT 2875 Pada Proses Join Collar di PT Ameya Livingstyle Indonesia Yulius Sarjono Eddy
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.28

Abstract

PT Ameya Livingstyle Indonesia merupakan perusahaan garmen berskala internasional yang telah berkembang sejak tahun 2006, terletak di daerah Pajangan, Bantul Yogyakarta. Kata “Ameya” sendiri diambil dari bahasa Jepang “Bountiful” yang artinya PT Ameya Livingstyle Indonesia diharapkan dapat memberikan kelimpahan untuk stakeholdernya meliputi pemilik, karyawan, pembeli, pemasok, pemerintah dan lingkungan. Produk yang diproduksi oleh PT Ameya yaitu produk yang memiliki kualitas tinggi antara lain men shirt, ladies blouses atau dresses dan skirts. PT Ameya livingstyle Indonesia menjadi perusahaan yang berkembang dan tumbuh dengan pesat di berbagai bidang fasilitas garmen manufaktur, dengan jumlah karyawan ± 2.500 orang dan jumlah order minimum sebanyak 3.000 pcs/style, serta jumlah kapasitas produksi 300.000-350.000 per bulannya. Proses produksi dan pengendalian mutu mulai dari bahan baku, produk setengah jadi sampai menjadi suatu produk jadi (garmen). Tujuan dari pengendalian mutu adalah meminimalisir produk yang tidak sesuai dengan standar mutu yang diinginkan (second quality), dan bisa mengendalikan, menilai kualitas, sehingga konsumen merasa puas dan perusahaan merasa tidak dirugikan. Pada proses produksi garmen, setiap tahapan proses dilaksanakan pengendalian mutu dari pihak Quality Control, menganalisis masalah yang terjadi dalam proses produksi melalui pengamatan secara langsung dan mencari penyelesaiannya. Selama melakukan pengamatan khususnya di departemen sewing line 11 dengan style yang diproduksi article SOT 2875 ditemukan kendala yang menghambat jalannya proses produksi (bottle neck) pada proses join collar, terdapat 4 faktor penyebab bottle neck yaitu manusia (man), mesin (machine), bahan (material), dan faktor utama yang menyebabkan bottle neck pada proses join collar to body yaitu metode (method) jahit yang kurang efektif. Penyelesaian faktor tersebut yaitu merubah metode penjahitan join collar to body menjadi 2 langkah. Pertama beberapa operator melakukan join collar to body, kedua operator lainnya melakukan close collar, sehingga dapat meminimalisir bottle neck dan proses produksi dapat berjalan dengan lancar.
Pengendalian Cacat Produk PDL Loreng Tni AD Dengan Metode Six Sigma Di PT Sri Rejeki Isman Tbk Sugiyarto Sugiyarto
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.29

Abstract

Sri Rejeki Isman Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang garmen dengan salah satu hasil produksi berupa PDL Loreng TNI AD. Berdasarkan pengamatan selama 3 (tiga) hari, dalam menghasilkan produk PDL Loreng TNI AD 450 pcs terdapat produk cacat sebesar 17,33%. Maka dari itu penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan proses berdasarkan produk cacat yang ada dengan metode DMAIC dan pendekatan six sigma yang kemudian dilakukan pengendalian dengan menganalisis penyebab kecacatan menggunakan fishbone diagram. Setelah dilakukan pengolahan data didapat nilai DPMO sebesar 28.888,89 yang dapat diartikan bahwa dari satu juta kesempatan akan terdapat 28.888,89 kemungkinan produk yang dihasilkan mengalami kecacatan. Produk tersebut berada pada tingkat 3,40-sigma dengan CTQ (Critical To Quality) yang paling banyak menimbulkan cacat yaitu sambung jahitan 38,47% dari total cacat 78. Dari hasil analisis berdasarkan sebab akibat, faKtor manusia, metode dan mesin menjadi aspek penyebab masalah utama yang perlu mendapat perhatian.
Upaya Penurunan Tingginya Angka Ketidakrataan (U%) Benang CD 40s di Mesin Ring Spinning TOYODA RY Pada Area Draft Zone Hamdan S. Bintang
Jurnal Tekstil Vol 3 No 1 (2020)
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v3i1.30

Abstract

Salah satu proses produksi yang sedang berlangsung di Unit Spinning 2 PT Dan Liris adalah proses benang CD 40s RY yang mana benang ini berasal dari material 100% cotton. Namun pada proses pembuatan benang ini tentunya tidak semua proses dapat berjalan sesuai rencana. Selama proses berlangsung terdapat suatu permasalahan yang akan menjadi pokok pembahasan. Pokok pembahasan yang dambil adalah penyimpangan kualitas benang CD 40s di mesin Ring Spinning. Penyimpangan tersebut yaitu tingginya angka ketidakrataan (U%) pada benang CD 40s. Ketidakrataan adalah suatu ukuran mutu benang yang menyatakan besarnya penyimpangan massa pada panjang tertentu, dan keberadaanya tidak dapat dihindari. Penulisan ini difokuskan pada perbaikan kualitas ketidakrataan benang yang di uji dengan alat uji uster tester 3 dan penyelesaiannya dilakukan secara teknis. Melalui alat uji uster tester 3 dapat diketahui bahwa terdapat benang dengan ketidakrataan tinggi. Tingginya angka ketidakrataan tersebut mencapai 13,96%. Sedangkan Unit spinning 2 memiliki standar maksimal ketidakrataan benang CD 40s yaitu 12,90%. Setelah dilakukan pengecekan mesin, wawancara kepada pihak maintenance dan melihat buku monitoring dari pihak maintenance, terdapat part mesin dalam keadaan cacat dan tidak sesuai. Part tersebut adalah top apron yang kondisinya cacat karena sobek pada permukaannya dan beban pada weighting arm yang tidak maksimal, hal tersebut merupakan penyebab tingginya ketidakrataan (U%) benang CD 40s. Solusi yang dilakukan untuk menyelesaikan kasus ini yaitu dengan mengganti top apron yang permukaannya rata dan melakukan Setting pembebanan pada weighting arm. Melalui penyelesaian tersebut perbaikan kualitas ketidakrataan benang dapat dilihat kembali dari uster tester yang mana angka ketidakrataan mengalami penurunan menjadi 11,54% dan angka tersebut masuk dalam klasifikasi standar kualitas ketidakrataan benang CD 40s.

Page 1 of 1 | Total Record : 9