cover
Contact Name
Herin Setianingsih
Contact Email
herin.setianingsih@hangtuah.ac.id
Phone
+6282257037541
Journal Mail Official
putra.abdullah@hangtuah.ac.id
Editorial Address
Jl. Gadung no. 1 Komplek Barat RSAL dr. Ramelan Surabaya 60111 Jawa Timur
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Surabaya Biomedical Journal
Published by Universitas Hang Tuah
ISSN : -     EISSN : 2808649X     DOI : https://doi.org/10.30649/sbj.v1i1
Core Subject : Health, Science,
The scope of the journal includes: - marine medicine - hyperbaric medicine - general medicine - dentistry - nursing - related health sciences - pharmacy
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 2 No 2 (2023): Januari" : 8 Documents clear
PROFIL DAN ETIOLOGI FLUOR ALBUS DI POLIKLINIK OBSTETRI-GINEKOLOGI RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA I Ketut Edy Sudiarta
Surabaya Biomedical Journal Vol 2 No 2 (2023): Januari
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/sbj.v2i2.45

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang. Sepanjang hidup hampir setiap wanita pernah mengalami keputihan. Angka kejadiannya belum diketahui secara pasti, tetapi WHO melaporkan 75% wanita pernah mengalami keputihan, sedangkan 25% wanita Eropa dilaporkan pernah mengalami keputihan. Di Indonesia sekitar 90% wanita berpotensi mengalami keputihan. Kenyataannya memang tidak semua kasus keputihan merupakan keadaan patologis. Keputihan yang bersifat patologis sebagian besar disebabkan oleh Gardnerella vaginalis, Trikomonas, kandida albikan, Neisseria gonorrhoea, Chlamydia trachomatis. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profile dan sebaran kuman kasus fluor albus di poliklinik Obstetric-Ginekologi Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut DR. Ramelan Surabaya Periode Oktober 2019 sampai Desember 2021. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif, dengan menggunakan total sampling yang diambil dari rekam medis pasien yang terdiagnosis fluor albus. Hasil : Selama kurun waktu penelitian didapatkan 49 sampel dengan frekuensi terbanyak adalah usia produktif masing-masing 20 orang (41%) yaitu masing-masing pada kelompok usia 35 – 44 tahun dan 45 – 54 tahun, pendidikan SMA sebanyak 26 orang (53%),31 sampel (63%) ibu rumah tangga, 41 orang (84%) multipara, dan hasil pemeriksaan mikroskopik dari swab vaginaadalah Haemophylus vaginalis sebanyak 17 orang (35%). Kesimpulan : Profile dan gambaran mikroskopik dari 49 sampel penelitian didapatkan mayoritas pada kelompok usia 35 – 44 tahun dan 45 – 54 tahun masing-masing 20%, pendidikan SMA 53%, ibu rumah tangga 63%, multipara 84%, dan hasil pemeriksaan mikroskopik swab vagina adalah Haemophylus vaginalis.
KARAKTERISTIK PASIEN LEIOMYOMA UTERI PADA MASYARAKAT PESISIR DI LUMAJANG TAHUN 2019-2021 Alief Qobidh Al Bashor Arifin
Surabaya Biomedical Journal Vol 2 No 2 (2023): Januari
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/sbj.v2i2.52

Abstract

Leiomyoma uteri merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi perempuan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap morbiditas dan kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik pasien leiomyoma uteri pada masyarakat pesisir di RSUD dr. Haryoto Lumajang periode 2019-2021. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain observasional, menggunakan pendekatan retrospectif pada periode Januari 2019 sampai dengan Desember tahun 2021. Pengambilan data sekunder sesuai kriteria inklusi, dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September 2022 di RSUD dr. Haryoto Lumajang. Data dianalisis secara univariat dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kasus leiomyoma uteri masyarakat pesisir yang dirawat di RSUD dr. Haryoto Lumajang terdapat peningkatan sejumlah 6 orang (20%) tahun 2020, menjadi 10 orang (33%) tahun 2021. Karakteristik pasien diantaranya, faktor usia yang sebagian besar usia reproduksi >40 tahun (73,4%), paritas primipara dan nullipara (53,3%), penggunaan kontrasepsi/ KB Pil Kombinasi dan Suntik 1 bulan (34%), IMT 25-29,9 atau obesitas tingkat 1 (34%). Kesimpulan penelitian ini bahwa karakteristik pasien leiomyoma uteri masyarakat pesisir di RSUD dr. Haryoto Lumajang sebagian menunjukkan adanya faktor risiko memicu terjadinya kasus tersebut, diantaranya faktor usia, paritas, penggunaan KB dan BB/ IMT. Perlu adanya informasi kesehatan secara berkala terutama tentang kesehatan reproduksi untuk deteksi awal terjadinya leiomyoma uteri dan juga kasus reproduksi lain seperti dengan pemeriksaan IVA (Inspection Visual with Acetic acid).
Hubungan Antara Ukuran LiLA Ibu saat Hamil Trimeseter Ketiga dengan Kejadian Stunting Anak Usia Dibawah Dua Tahun di Puskesmas Pitu Santika Danubrata
Surabaya Biomedical Journal Vol 2 No 2 (2023): Januari
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/sbj.v2i2.53

Abstract

tidak sesuai dengan usia. Sejumlah 27,67% anak Indonesia didiagnosis stunting pada tahun 2019. Stunting menyebabkan perawakan pendek dan perkembangan kognitif terganggu yang dapat memberikan dampak jangka panjang. Stunting dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah status nutrisi ibu pada saat hamil yang diukur menggunakan lingkar lengan atas (LiLA). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara ukuran LiLA ibu pada saat hamil trimester ketiga dengan kejadian stunting pada anak usia dibawah dua tahun. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Pitu, Ngawi bulan Juni-Oktober 2022 menggunakan desain analitik observasional studi kasus-kontrol. Teknik pengambilan sampel dengan purposive-sampling. Data berasal dari buku Kesehatan Ibu dan Anak dan kuisioner sebagai pelengkap. Uji koefisien korelasi menunjukan nilai signifikansi (p) = 0,035, yang berarti terdapat hubungan antara ukuran LiLA ibu saat hamil trimester ketiga dengan kejadian stunting anak usia dibawah dua tahun. Nilai koefisien korelasi (r) = 0,255 menunjukan korelasi positif dengan kekuatan lemah. Anak dibawah dua tahun yang terlahir dari ibu dengan ukuran LiLA < 23,5 cm pada saat kehamilan trimester ketiga memiliki peningkatan risiko sebanyak 3,15 kali terhadap kejadian stunting (OR 3,151, 95% CI [1,061-9,357]). Terdapat hubungan lemah LiLA ibu pada saat hamil trimester ketiga dengan kejadian stunting pada anak usia bawah dua tahun (baduta) di wilayah kerja Puskesmas Pitu Ngawi tahun 2022. Berdasarkan kuisioner yang dibagikan, terdapat dugaan kejadian stunting juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti diare berkepanjangan, riwayat pemberian ASI, riwayat pemberian MP-ASI, riwayat pelayanan antenatal terpadu, riwayat sanitasi dan riwayat ketersediaan pangan anak.
Hubungan Antara Kadar HbA1c Pada Pasien Diabetes Melitus Dengan Kejadian Preeklamsia Kevin Raffelino Sugianto
Surabaya Biomedical Journal Vol 2 No 2 (2023): Januari
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/sbj.v2i2.55

Abstract

Abstrak Latar belakang: Diabetes melitus adalah kondisi yang ditandai dengan hiperglikemia sebagai akibat dari kerusakan sel β pankreas, resistensi insulin atau kombinasi. Diabetes melitus harus dikendalikan dengan kontrol glikemik yang dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan hemoglobin terglikosilasi (HbA1c) sehingga dengan meningkatnya kadar HbA1c ≥ 6,5 dapat menjadi parameter dan mendiagnosis bahwa pasien tersebut menderita diabetes melitus. Diabetes melitus dapat menyebabkan kerusakan mikrovaskular maupun makrovaskular. Salah satu resiko utama dari kerusakan mikrovaskular adalah penyakit preeklamsia pada ibu hamil. Tujuan: Penelitian ini dibuat untuk mengetahui hubungan antara kadar HbA1c pada pasien diabetes melitus dengan kejadian preeklamsia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi literatur (literature review). Artikel yang digunakan merupakan artikel yang terindeks SJR (Scimago Journal Rank), SINTA (Science and Technology Index), dan Scopus yang dipublikasikan dengan rentang tahun 2017-2022. Hasil: Dari penelitian jurnal literature review terdapat 10 laporan penelitian yang dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini. Didapatkan sebanyak 10 laporan penelitian yang menyatakan bahwa meningkatnya kadar HbA1c pada pasien diabetes dapat menjadi parameter kontrol glikemik (HbA1c ≥ 6,5; HbA1c < 6,5). Jika kadar HbA1c ≥ 6,5, maka pasien akan di diagnosis menderita diabetes melitus dan meningkatkan resiko terkena penyakit preeklamsia akibat kerusakan dari mikrovaskular yang disebabkan oleh diabetes melitus. Kesimpulan kejadian preeklamsia akan meningkat karena adanya peningkatan kadar HbA1c ≥ 6,5 pada ibu hamil yang menderita diabetes melitus. Kata kunci : HbA1c; diabetes melitus; preeklamsia
Perbedaan Manifestasi Klinis Kejang Demam Pada Anak Anemia dengan Tanpa Anemia di RSPAL dr. Ramelan Surabaya Tahun 2019-2022 Delia -
Surabaya Biomedical Journal Vol 2 No 2 (2023): Januari
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/sbj.v2i2.56

Abstract

Study aims: Febrile seizures are the most common neurological disorder in children. The incidence of febrile seizures is related to the incidence of epilepsy at 2-4% in the future and the probability of recurrence is about 30% and 50% after the first and second febrile seizures, respectively. Several recent studies have suggested that febrile seizures are more common in children with anemia. Anemia patients who experience febrile seizures can cause more severe clinical manifestations. Where 40.5% of the incidence of anemia in Indonesia occurs in children under the age of 5 years. Therefore, this study is conducted to determine the differences of the clinical manifestations of febrile seizures with and without anemia in children at RSPAL Dr. Ramelan Surabaya on 2019-2022. Methods: This study was an observational analytic study with a cross-sectional study approach and qualitative methods from secondary medical record data of infants and children aged 6 months-5 years at RSPAL Dr. Ramelan Surabaya for the period May 2019-May 2022. The number of samples in this study was 82 samples. Results: The characteristics of the sample which experiences the most febrile seizures occurres between the ages of 6-18 months, the gender of male with a temperature >38°C and manifestations in the form of simple febrile seizures. In addition, the results of the fisher exact test with a significance level of 5% shows p = 0.96 which means there is no difference in the clinical manifestations of febrile seizures in anemic and non-anemic children. Conclusion: The conclusion of this study is that based on the classification of febrile seizures, the most common clinical manifestations that occur in children with anemia and without anemia are simple febrile seizures. So that there is no difference in the clinical manifestations of febrile seizures in anemic children and without anemia.
HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN PERVAGINAM DI RSPAL DR. RAMELAN PERIODE JANUARI 2019 – JULI 2022 Ni Ketut Alit Darmayanti Darmayanti
Surabaya Biomedical Journal Vol 2 No 2 (2023): Januari
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/sbj.v2i2.58

Abstract

Abstrak Latar belakang : Ruptur perineum merupakan salah satu komplikasi yang sering terjadi pada persalinan pervaginam dan menyebabkan rasa tidak nyaman disertai nyeri yang cukup lama setelah melahirkan. Nyeri perineum yang lama dapat membatasi seorang wanita untuk melakukan aktivitas pasca persalinan. Ruptur perineum dapat terjadi secara spontan maupun iatrogenik (episiotomi atau penggunaan alat bantuan saat melahirkan). Beberapa komplikasi dari ruptur perineum adalah perdarahan, pemulihan postpartum yang lama, kontak ibu-anak yang tertunda, dan nyeri perineum. Paritas dan episiotomi merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ruptur perineum. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan pervaginam di RSPAL Dr. Ramelan periode Januari 2019 – Juli 2022. Metode : Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross sectional. Data sekunder yang berasal dari rekam medis RSPAL Dr. Ramelan diambil dengan teknik purposive sampling dan data dianalisis secara statistik dengan uji korelasi Kendall’s tau-b. Hasil :Hasil penelitian ini menggunakan uji korelasi Kendall’s tau-b, didapatkan signifikansi p=0,609, nilai yang diperoleh lebih dari nilai α (α = 0,05) artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum sedangkan pada hubungan antara episiotomi dengan ruptur perineum didapatkan signifikansi p=0,992, nilai yang diperoleh lebih dari nilai α (α = 0,05) artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara episiotomi dengan kejadian ruptur perineum. Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dan episiotomi dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan pervaginam.
HUBUNGAN ANTARA VOLUME PERDARAHAN DAN JUMLAH LEUKOSIT DENGAN FUNCTIONAL OUTCOME PASIEN PERDARAHAN INTRASEREBRAL (PIS) DI RSPAL DR. RAMELAN SURABAYA Evane Jovanie Zeeva
Surabaya Biomedical Journal Vol 2 No 2 (2023): Januari
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/sbj.v2i2.61

Abstract

Abstrak Latar Belakang: Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah kumpulan darah dalam parenkim otak atau sistem ventrikel dan bukan karena trauma. Ruptur pembuluh darah kecil dan microaneurysm pada perforasi pembuluh darah merupakan penyebab PIS. Volume perdarahan dan jumlah leukosit merupakan determinan penting untuk functional outcome. Pasien sembuh seringkali memiliki defisit neurologis persisten yang mengganggu aktivitas dan fungsi kesehariannya. Prediktor klinis untuk defisit neurologis dinilai dengan National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS). Tujuan: Penelitian bertujuan mengetahui hubungan antara volume perdarahan dan jumlah leukosit dengan functional outcome PIS di RSPAL dr. Ramelan Surabaya. Metode: Penelitian berupa analitik observasional dengan desain cross-sectional. Menggunakan metode retrospektif dengan data kuantitatif berupa data sekunder rekam medis pasien rawat inap. Penelitian dilakukan di RSPAL dr. Ramelan Surabaya pada Juni 2021 sampai Juni 2022. Data berasal dari CT scan kepala untuk mengetahui volume pendarahan, hasil laboratorium pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui jumlah leukosit, dan tabel NIHSS untuk mengetahui functional outcome pasien. Hasil: Penelitian dilakukan pada 50 pasien PIS yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil uji korelasi antara volume perdarahan dan functional outcome pasien menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan nilai signifikansi (p) = 0,02 < α (0,05). Hasil uji korelasi antara jumlah leukosit dan functional outcome pasien menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan nilai signifikansi (p) = 0,798 > α (0,05). Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara volume perdarahan dengan functional outcome pasien PIS di RSPAL dr. Ramelan Surabaya. Tidak ada hubungan signifikan antara jumlah leukosit dengan functional outcome pasien PIS di RSPAL dr. Ramelan Surabaya. Kata kunci: volume perdarahan, jumlah leukosit, Perdarahan Intraserebral (PIS), functional outcome, nilai NIHSS.
Hyperbaric Oxygen Therapy as Adjuvant Therapy in Nasopharyngeal Cancer : A Literature Review
Surabaya Biomedical Journal Vol 2 No 2 (2023): Januari
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Hang Tuah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30649/sbj.v2i2.112

Abstract

Introduction Hyperbaric oxygen therapy (HBOT) may not be widely known. In Indonesia itself, the HBOT application was first carried out in 1960 by the Indonesian Navy Marine Health Institute / Lembaga Kesehatan Kelautan TNI AL (Lakesla) in collaboration with the Naval Central Hospital (Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut / RSPAL) Dr. Ramelan Surabaya, where until now the facility is still the largest in Indonesia. Hyperbaric oxygen therapy was first introduced by Behnke in 1930. At that time hyperbaric oxygen therapy was only given to divers to relieve symptoms of decompression sickness (Caisson's Disease)1. Hyperbaric oxygen therapy is a treatment method using high pressure oxygen, where the pressure used is higher than atmospheric pressure (more than 1 atm). High pressure oxygen therapy methods are currently widely used as adjuvant therapy for various pathological conditions associated with hypoxic and/or ischemic conditions. The standard procedure for HBOT is to inhale pure oxygen (100% O2) using a pressure between 1.5 and 2.5 atmospheres absolute (ATA) by mask or by endotracheal tube which is the sum of the atmospheric pressure and the gauge pressure in a hyperbaric chamber2–4.

Page 1 of 1 | Total Record : 8