cover
Contact Name
M. Ramli
Contact Email
almanba310@gmail.com
Phone
+6285249024301
Journal Mail Official
almanba310@gmail.com
Editorial Address
Jl. Barito Raya Buntok Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah Telp./Fax. 0525-22530
Location
Kab. barito selatan,
Kalimantan tengah
INDONESIA
Al Manba
ISSN : 20884206     EISSN : 29886376     DOI : -
Al-Manba adalah Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Ma’arif Buntok Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal ini terbit secara berkala tiap enam bulan sekali, dan jurnal ini memuat kajian ilmiah dari hasil telaahan, analisis kritis, dan hasil penelitian tentang keislaman dan kemasyarakatan
Articles 22 Documents
EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN (Tinjauan Islam dan Psikologi) Reza Aulia
Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 7 No. 13 (2018): Al-Manba adalah Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Evaluasi merupakan salah satu bagian penting dari proses pembelajaran untuk menilai apakah perencanaan dan proses pembelajaran berjalan secara optimal dan apakah tujuan yang dirancang sudah tercapai. Dengan demikian, diperoleh umpan balik untuk proses pembelajaran tersebut yang akan dijadikan dasar untuk perlu tidaknya dilakukan perbaikan terhadap pembelajaran yang sama di masa yang akan datang. Evaluasi memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan. Karena hasil dari kegiatan evaluasi dapat digunakan sebagai input untuk melakukan perbaikan kegiatan pendidikan. Evaluasi pembelajaran dalam Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental psikologi dan spiritual-relegius, karena manusia hasil pendidikan Islam bukan saja sosok pribadi yang yang tidak hanya bersikap relegius. Melainkan juga berilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakatnya. Evaluasi dalam pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mengetahui berhasil tidaknya tujuan belajar , maka dapat dikatakan bahwa psikologi belajar akan mendasari segala kegiatan yang menyangkut evaluasi belajar. Seorang evaluator yang tidak memahami pentingnya psikologi belajar, maka apa yang dilakukan dalam mengadakan evaluasi biasanya hanya bersandar pada keinginan semata-mata, tanpa memperhitungkan pada kemampuan anak maupun aspek-aspek lain yang semestinya diperhitungkan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dengan psikologi belajar kita akan memiliki dan memilih menyusun evaluasi secara tepat, memilih dan menyusun program belajar mengajar secara tepat, dapat memperhitungkan kemungkinan faktor-faktor penghambat dan penunjang belajar anak, serta dapat membantu membimbing dan mengatasi segala kesulitan yang dihadapi anak dalam belajar. Pada gilirannya kita akan dapat mengarahkan pertimbangan dan perkembangan anak secara wajar dalam rangka mencapai tujuan hidup yang lebih baik.
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Yusnadi Yusnadi
Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 7 No. 13 (2018): Al-Manba adalah Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana kepemimpinan pendidikan dalam perspektif umum, dan bagaimana kepemimpinan pendidikan dalam perspektif pendidikan Islam? Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengolahan data meliputi teknik koleksi data, klasifikasi data, editing data, dan interpretasi data. Kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, dan kesimpulan ditarik dengan menggunakan teknik deduktifHasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan dalam perspektif umum, khususnya mengenai syarat-syarat kepemimpinan terdiri dari pribadi yang mampu mengamalkan nilai luhur, kualitas kemampuan pribadi (berwibawa, jujur, terpercaya, bijaksana, dan lain-lain). Kepemimpinan pendidikan dalam perspektif pendidikan Islam, secara umum bahwa pendidikan Islam dapat menerima semua unsur yang terdapat dalam kepemimpinan pendidikan umum, selama itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam khususnya al-Qur’an dan al-Hadits. Adapun tipe/gaya kepemimpinan meliputi tipe otoriter, laisses faire, dan demokratis. Sedangkan sifat-sifat kepemimpinan pendidikan di antaranya ialah intelektualitas, hubungan sosial, kemampuan rohaniah dan kesehatan fisik/jasmaniah.
MAKNA LAPISAN SOSIAL BAGI PERILAKU DAN KEHIDUPAN Mahmudin Mahmudin
Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 7 No. 13 (2018): Al-Manba adalah Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lapisan masyarakat adalah gambaran perbedaan kedudukan seseorang atau kelompok yang ada dalam sebuah masyarakat dari yang berkedudukan tinggi sampai yang berkedudukan rendah, pandangan ini didasarkan pada kelebihan yang dimilikinya. Lapisan dalam masyarakat ini akan selalu ada walaupun dalam masyarakat yang bercorak kapitalis, demokratis dan komunistis. Lapisan masyarakat ini biasanya bersifat kumulatif, dan memiliki dua aspek; yaitu aspek struktural dan aspek fungsional. Faktor penyebab terjadinya pelapisan dalam sebuah masyarakat adalah karena adanya perbedaan kemampuan manusia dalam memberikan penilaian terhadap perbedaan yang ada dengan menggunakan berbagai kriteria. Islam mengakui adanya perbedaan antara sesama manusia, namun Islam tidak menjadikannya sebagai suatu tolok ukur kehidupan masyarakat. Islam memandang semua manusia sama saja kedudukan dan derajatnya dalam kehidupan ini, yang membedakan itu hanya satu yaitu ketaqwaannya
MOTIVASI KERJA DI LEMBAGA PENDIDIKAN Noor Aisyah
Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 7 No. 13 (2018): Al-Manba adalah Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konsep hedonisme merupakan awal dari sebuah pemikiran para filosof Yunani kuno yang bisa ditelusuri lewat tulisan-tulisan mereka yang waktunya lebih dari 23 abad yang lalu. Pemikiran hedonisme sebagai suatu usaha untuk menjalankan motivasi dalam diri seseorang, di mana konsepnya ialah seseorang itu mempunyai kecenderungan mencari kesenangan dan kecenderungan untuk menghindari ketidakenakan dan kesusahan. Motivasi ini sebenarnya sebagai penggerak dalam diri manusia dalam mencapai tujuan hedonisme karena pada hakikat tidak ada manusia yang ingin berada pada posisi tidak nyaman, tidak senang, mencekam atau menakutkan sehingga dengan cara apapun akan dilakukan dalam upaya meraih kecenderungan keenakan dan kesenangan. Perilaku hedonisme manusia yang dipikirkan melalui akalnya sehingga senantiasa bersifat rasional. Dalam sebuah organisasi pada dunia pendidikan yang dikenal dengan sebutan lembaga pendidikan juga diperlukan motivasi kerja karena manusia bekerja dan bertindak berdasarkan motivasi-motivasinya, termasuk mereka yang mengambil keputusan bekerja pada lembaga pendidikan. Oleh karenanya, seorang manajer di lembaga pendidikan penting untuk memperhatikan latar belakang yang menjadi motivasi pendidik bekerja di lembaga tersebut dan harus memahami konsep dari macam-macam teori motivasi ‘Content Theories’, untuk menggugah motivasi mereka agar pendidik dapat bekerja dengan maksimal sesuai dengan visi, misi dan tujuan lembaga pendidikan yang telah disepakati bersama. Teori-teori motivasi yang dikenal dengan ‘Content Theories’ yang dikemukakan oleh para ahli terbagi menjadi sepuluh macam di antaranya: teori Klasik oleh Frederick W. Taylor, teori Kebutuhan oleh Abraham Maslow, teori Dua Faktor oleh Federick Herzberg, teori Pemeliharaan dan Pendorongan dari M. Scoot Myer, teori Human Relation oleh Rensis Likert, teori Preference-Expectation dari Victor H. Vroom, teori Motivasi “X” dan “Y” dari Douglas McGregor, teori Existence, Relatedness, Growth (ERG) dari C. Clayton P. Alderfer, teori Kebutuhan Berprestasi dari David C. McClelland dan teori Motivasi Keadilan dari Strecy Adams.
KEPEMIMPINAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DAN TEKNOLOGI INFORMASI Nazeli Rahmatina
Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 7 No. 13 (2018): Al-Manba adalah Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The presence of information technology in the 21st century now is one aspect that provides ease as well as challenge itself in an educational institution, not least in Islamic educational institutions. This leads to a demand for leaders of Islamic educational institutions to have competencies not only in leadership skills and skills but also to master science and information technology in improving the quality of learning and school/madrasah management. To advance the Islamic educational institutions, the Leader of Islamic educational institutions must have a vision, learning to evaluation in accordance with the demands of the era of technology. So that the leader of Islamic educational institutions have the skills in applying information technology both in technical operations and in dividing the tasks of educators and education.
PROFESIONALISME GURU Masdub Masdub
Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 7 No. 13 (2018): Al-Manba adalah Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Profesionalisme guru dapat dimaknai sebagai pekerjaan guru yang memerlukan pengabdian, keahlian khusus dalam bidang pendidikan dan pembelajaran yang harus selalu diperbaharui secara terus-menerus sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru adalah seorang yang diberi kepercayaan untuk memberikan ilmu kepada orang lain karena dia mempunyai kemampuan profesional, dan kemampuan profesionalnya akan terus-menerus dikembangkan melalui Pendidikan dan pelatihan. Melaksanakan tugas dan kewajiban serta mengembangkan profesinya, guru di Indonesia wajib berpegang kepada kode etik, agar apa yang dilakukannya sesuai dengan tujuan Pendidikan nasional untuk membentuk manusia yang seutuhnya. Selain itu guru juga harus membina hubungan baik dengan orang tua siswa dan bersama-sama memajukan dan meningkatkan mutu Pendidikan, sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah. Untuk menjadi guru yang profesional mutlak harus memiliki dan menguasai empat kompetensi dasar; (kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional), agar mampu menjalankan tugasnya secara efektif dan efisien. Usaha pengembangan dan pembinaan profesionalisme guru dapat dilakukan oleh pemerintah, kelompok dan individu. Kegiatan mengikuti program pemerintah dalam bentuk diklat-diklat, pelatihan-pelatihan dan melalui organisasi profesi dalam bentuk; seminar, workshop, lokakarya, diskusi panel dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan yang bersifat membuka wawasan keprofesionalan guru tersebut.
SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM DINASTI SAFAWI DI PERSIA Seri Mulyani
Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 7 No. 13 (2018): Al-Manba adalah Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dinasti Safawi merupakan sebuah kerajaan yang cukup besar pada masanya, dan pada masa permulaan di bentuk, ia merupakan gerakan tarekat keagamaan namun pada masa perjalanan selanjutnya tarekat ini berubah menjadi sebuah gerakan politik. Safawiyah semula merupakan sebuah gerakan, tetapi setelah berkuasa rezim ini justru menekan bentuk-bentuk millenarian Islam sufi seraya cenderung kepada pembentukan lembaga ulama negara. Safawiyah menjadikan Syiisme sebagai agama resmi Iran, dan mengeliminir pengikut sufi mereka sebagai mana yang dilakukannya terhadap ulama Sunni. Bentuk-bentuk institusi kenegaraan, kesukuan dan institusi keagamaan Safawiyah yang diciptakan oleh Abbas I telah mengalami perubahan secara mencolok pada akhir abad tujuh belas dan awal abad ke delapan belas. Krisis abad 18 mengantarkan kepada berakhirnya sejarah Iran pramodern. Hampir di seluruh wilayah muslim, periode pramodern yang berakhir dengan Intervensi, penaklukan bangsa Eropa, dan dengan pembentukan beberapa rezim kolonial, maka dalam hal ini konsulidasi ekonomi dan pengaruh politik bangsa Eropa telah didahului dengan kehancuran Imperium Safawiyah dan dengan liberalisasi ulama. Demikian, Rezim Safawiyah telah meninggalkan warisan kepada Iran modern berupa tradisi Persia perihal sistem kerajaan yang agung, yakni sebuah rezim yang dibangun berdasarkan kekuatan umat atau unsur-unsur kesukuan yang utama, dan mewariskan sebuah kewenangan keagamaan Syiah yang kohesif, monopolitik dan mandiri.
PERAN ULAMA DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN DI DESA TARUSAN KECAMATAN DUSUN UTARA Achmad Gazali
Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 7 No. 13 (2018): Al-Manba adalah Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara umum peran ulama dalam meningkatkan pendidikan keagamaan adalah dengan memberikan pengajaran/ceramah, memberikan motivasi untuk menuntut ilmu, dan terlibat dalam aktivitas keagamaan. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui peran ulama Desa Tarusan dalam meningkatkan pendidikan keagamaan di Desa Tarusan Kecamatan Dusun Utara dan faktor yang mempengaruhi terhadap para peran ulama dalam meningkatkan pendidikan keagamaan. Subjek dari penelitian ini adalah ulama Desa Tarusan Kecamatan Dusun Utara, sedangkan objeknya yaitu peran ulama desa Tarusan dalam meningkatkan pendidikan keagamaan di Desa Tarusan Kecamatan Dusun Utara. Jenis penelitian ini adalah jenis field research, dan data digali dengan menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara, yang selanjutnya diolah dengan teknik editing, koding, dan interpretasi. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan penarikan kesimpulan menggunakan metode induktif. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peran ulama dalam meningkatkan pendidikan keagamaan di Desa Tarusan Kecamatan Dusun Utara sangat signifikan, peran ustadz yang merupakan seorang pengajar, penceramah, juga sebagai tokoh masyarakat dalam membantu pembinaan masyarakat Desa Tarusan dalam bidang pendidikan keagamaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah latar belakang pendidikan mereka yang cukup tinggi yaitu rata-rata lulusan Pendidikan Tinggi Islam dan memiliki gelar S1 dan lulusan Pondok Pesantren dan kesiapan mereka dalam melayani masyarakat dengan pelayanan 24 jam.
PERAN DAN URGENSI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI KALANGAN MAHASISWA DALAM MENCEGAH TERJADINYA TINDAKAN KORUPSI Irwansyah Irwansyah
Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 8 No. 1 (2023): Al Manba Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In the Ministry of Education and Culture Circular No. 1016/E/T/2012 which is the implementation of Presidential Instruction (Inpres) No. 55 of 2011 concerning actions to prevent and eradicate corruption within the Ministry of Education and Culture, is the basis for integrating anti-corruption education in Civic Education/Citizenship courses. With this, anti-corruption education has more roles and goals that make students the next generation. The involvement of individual students in the broad anti-corruption movement is the smallest point but also the most important and main in eradicating corruption. In a broader scope, student involvement is needed in the anti-corruption movement which aims to prevent massive and systematic corruption in society. Students with their competencies can become leaders in the mass anti-corruption movement whether local, national or even global.
UPAYA PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VI DI SD NEGERI HILIR SPER MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PENYAJIAN DATA Rusidah Rusidah
Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan Vol. 8 No. 1 (2023): Al Manba Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan
Publisher : Al-Manba Jurnal Ilmiah Keislaman dan Kemasyarakatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Learning Mathematics students are expected to understand the concept of Mathematics correctly as it happens in everyday life. It means teaching that emphasizes cognitive, effective and psychomotor aspects of a person (students), educational emphasis leads to three aspects of education namely knowledge, skills and attitudes, which occur in the teaching and learning process systematically. Initial observations obtained by researchers showed that the implementation of Mathematics learning in Class VI of SDN Hilir Sper was not optimal. The approaches and media used by teachers are less varied. This causes mathematics to be difficult for students to understand and makes students less active. The problem in this study is whether using the cooperative peer tutor type method can improve the learning outcomes of students in Class VI SDN Hilir Sper in the subject of Mathematics in presenting data? The purpose of this research is to improve the learning outcomes of students in Class VI SDN Hilir Sper. This type of research is classroom action research with the research subjects being Class VI students consisting of 14 female students and 11 male students as well as Class VI teachers at SDN Hilir Sper. This research was conducted in 2 cycles, each cycle consisting of 1 meeting. Each cycle consists of four stages, namely planning, implementation, observation and reflection. Data collection techniques using tests and observations. The results of this study indicate an increase in the value of learning outcomes obtained by data on pre-cycle the average value achieved by students is 54.80 with a mastery percentage of 40%. In cycle I the average score achieved by students became 61.60 with a mastery learning of 56%. While in cycle II the average value of students rose to 72.00 with 100% mastery. Thus it can be concluded that the cooperative method of peer tutoring in Mathematics learning can improve learning outcomes for Class VI students at SDN Hilir Sper. The peer tutor type cooperative approach improves the quality of learning so it is suggested that it can be applied to other lessons

Page 1 of 3 | Total Record : 22