cover
Contact Name
Hidayati
Contact Email
hidayati.noerizza@gmail.com
Phone
+6281296404669
Journal Mail Official
jurnal.tafakkur@stiqarrahman.ac.id
Editorial Address
Jl. Irigasi, Perum. ASABRI, Desa Sukasirna, Kec. Jonggol, Kab. Bogor, Prov. Jawa Barat
Location
Kab. bogor,
Jawa barat
INDONESIA
TAFAKKUR : Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
ISSN : 27461181     EISSN : 27464520     DOI : https://doi.org/10.62359/tafakkur
Qur`anic Studies, Qur`anic sciences, Living Qur`an, Qur`anic Stuides accros different areas in the world, Methodology of Qur`an and Tafsir studies, Tafsir Nusantara, and contemporary interpretation.
Articles 55 Documents
Ayat-Ayat Mutasyâbihât Perspektif Ibnu ‘Athiyyah Agus Yusron
TAFAKKUR : Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 1 (2020): TAFAKKUR : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Ar-Rahman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ambiguity of meaning info a long debate of scholars form age to age, both from the theology and the commentators or scholars of the Koran. Ibn ‘Athiyyah, an exegete and includes experts in theology sect Maliki and Ash’ari in the field of theology. Tafsir Ibn ‘Athiyyah known as Al-Muharrâr al-Wajîz fi Al-Kitâb Al-Azîz is one tafseer that stands out with the language, so it is very detailed when there are verses in the Qur’an that are tasybih lafzhi or ma’nawi. This paper will present some of the verses of the Koran that mutashabihat particularly relevant paragraph anthropomorphism, so that we are better able to understand the meaning of these verses in view Ahlussunnah be represented by Ibn ‘Athiyyah. Mutashabihat verses there must be hundreds of them, but here only discussed about the meaning of the word al-istiwa’, al-wajh, al-‘ain, and al-yad. Which will be drawn from some of the verses of the Koran in various letters.
Sumber Penafsiran Al-Qur’an (Masadir At-Tafsir) Abdul Manaf
TAFAKKUR : Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 1 (2020): TAFAKKUR : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Ar-Rahman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A characteristic of interpretation can be seen from three main categories, namely sources, methods and ittija>h. The source of interpretation or often referred to as mas}a>dir at-tafsi>r is a discussion of the references that are the basis of commentators in interpreting the Qur'an. The first source of interpretation is to hold to a valid history, which is to interpret the Qur'an with the Qur'an or with the sunnah, or with the history of friends and tabiin. Second, stick to the other tools needed bythe commentators produced based on his ijtihad. The interpretation of the Qur'an can be produced from people who treat sulu>k or muja>hadah. Suatu karakteristik tafsir dapat dilihat dari tiga kategori utama, yaitu sumber, metode dan ittija>h. Sumber tafsir atau yang sering disebut dengan mas}a>dir at-tafsi>r adalah pembahasan mengenai rujukan yang menjadi pijakan mufassir dalam menafsirkan Al-Qur’an. Sumber penafsiran yang pertama adalah berpegang kepada riwayat yang sahih, yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan Al-Qur’an atau dengan sunah, atau dengan riwayat sahabat serta tabiin. Kedua, berpegang kepada perangkat-perangkat lain yang dibutuhkan oleh mufassir yang dihasilkan berdasarkan ijtihadnya. Penafsiran Al-Qur’an dapat dihasilkan dari orang yang menjani sulu>k atau muja>hadah.
Diskursus Seputar Tafsir bi al-Ma’thur Hidayati Hidayati
TAFAKKUR : Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 1 (2020): TAFAKKUR : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Ar-Rahman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research shows that interpreting of Qur’an using the transmitted interpretation (tafsir bi al-ma'thu>r ) is the interpretation of the al-Qur'an which has the highest value because it is based on naqli and not on the personal thoughts of the mufassir. However, there are also some figures who reject tafsir bi al-ma'thu>r as the best interpretation, and consider tafsir bi al-ma'thu>r to be a barrier to the meaning of al-Qur'an and not relevant to be applied in this era. Judging from its development, tafsir bi al-ma'thu>r did experience a setback and did not develop as logic based interpretation (tafsir bi al-ra’yi) especially in Indonesia. However, with the coming of new ways of interpreting the Qur’an, the transmission based interpretation should not be neglected nor forgotten, this kind of interpretation should be noticed and considered, to prevent the interpretation of Qur’an which depends only on logic. In this research, the writer presents the discourse about tafsir bi al-ma'thu>r, including the problems of tafsir bi al-ma'thu>r among the scholars, as well as the development of this interpretation in Indonesia from the classical period to the modern period. The approach used is a socio-historical approach, with descriptive-analysis research. Penelitian ini menunjukkan bahwa tafsir bi al-ma’thu>r adalah penafsiran Al-Qur’an yang paling tinggi nilainya karena berdasarkan naqli dan tidak pada pemikiran pribadi mufassir. Akan tetapi ada juga beberapa tokoh yang menolak tafsir bi al-ma’thu>r sebagai tafsir terbaik, serta menganggap tafsir bi al-ma’thu>r menjadi penghalang pemaknaan Al-Qur’an dan tidak sesuai dengan semangat zaman sekarang. Dilihat dari perkembangannya, tafsir bi al-ma’thu>r memang mengalami kemunduran dan tidak berkembang sebagaimana tafsir bi al-ra’yi (tafsir pemikiran) khususnya di Indonesia. Namun demikian, dengan hadirnya metode penafsiran baru, bukan berarti tafsir bi al-ma’thu>r ditinggalkan dan diabaikan, tapi mesti dipertimbangkan agar penafsiran Al-Qur’an tidak bersandar pada pemikiran semata. Dalam penelitian ini penulis menyajikan diskursus seputar tafsir bi al-ma’thu>r, termasuk problematika tafsir bi al-ma’thu>r di kalangan ulama, serta perkembangan tafsir tersebut di Indonesia dari periode klasik hingga periode modern . Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosio historis, dengan penelitian deskriptif-analisis.
Mengenal Metodologi dan Pembacaan dalam Buku “Al-Kitab wa Al-Qur’an” Budi Suhartawan
TAFAKKUR : Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 1 (2020): TAFAKKUR : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Ar-Rahman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This journal discusses how to read the thoughts of Muhammad Shahrur about the Qur'an in his book Al-Qur’an Wa Al-Qur’an. Through this famous work and its conversion, Shahrur offers a methodology in reading and understanding interpretations of the Qur'an. By offering an offer that is quite intriguing the general public and the commentators of his day from discussions on Al-Dzikr, dialectics of nature and humans, Umm Al-Kitab, fiqh, sunnah and Al-Qur’an. Where Shahrur ventured to approach the analysis of a combination of natural, social, and commentary analysis. Through reading in the Book of the Holy Qur'an. Shahrur offers several problems in the discussion of the Qur'an and interpretation. This paper tries to direct readers in terms of providing a new paradigm in understanding the Koran through the reading of Shahrur's writings in the study of the Koran. Jurnal ini membahas mengenai bagaimana pembacaan pemikiran Muhammad Shahrur tentang Al-Qur’an dalam Bukunya Al-Kitab Wa Al-Qur’an. Melalui karya terkenal dan kontraversinya ini, Shahrur menawarkan metodelogi dalam membaca dan memahami penafsiran Al-Qur’an. Dengan menawarkan sebuah tawaran yang cukup mengelitik khalayak ramai dan para mufassir pada zamannya dari pembahasan tentang Al-Dzikir, dialektika alam dan manusia, Umm Al-Kitab, fiqih, sunnah dan Al-Qur’an. Dimana Shahrur memberanikan diri melakukan pendekatan analisis perpaduan analisa ilmu alam, sosial, dan ilmu tafsir. Melalui pembacaan dalam Buku Al-Kitab Wa Al-Qur’an. Shahrur menawarkan beberapa masalah dalam pembahasan Al-Qur’an dan penafsiran. Tulisan ini mencoba mengarahkan para pembaca dalam hal memberikan paradigma baru dalam memahami Al-Quran melalui pembacaan karya tulis Shahrur dalam kajian tentang ke- Al-Quran.
القواعد والضوابط لتفسير الكلمات القرآنية Muhammad Yasir
TAFAKKUR : Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 1 (2020): TAFAKKUR : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Ar-Rahman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

There are the greats correlations between the words of the Qur'an and understanding of the verse. It is the first gate before understanding a verse, where the right understanding of a verse depends on the initial understanding of a word. The conclusion from this study shows how important it is to understand the Qur'anic words correctly and intact. This must be based on the rules and dhowabit, especially the rules which mentioned by previous scholars and some of the new rules that we need today. A mufassir or mutadabbir (a person who recites Al-Qur’an) will not understand the purpose or sign of a quranic verses perfectly except by understanding the word in that verses as a whole. The rules and dhowabit (conditions) that resulted from this study amounted to 14 rules and 2 dhowabit that specifically functioned to understand the words of the Qur'an not mentioned before. This research is qualitative that uses the descriptive analysis to the library sources, which is related to the words (sentences) of the Qur'an, both the lexical side and its position (maudhi`) in the sentence. And this research too compares each opinion with similar interpretations, so that a special rule and dhobit is formed in understanding the Qur'anic words properly and appropriately. هناك علاقة وثيقة وقوية بين الكلمات وتفسير الآية، فهو كالبوابة الأولى قبل دخول في الآية، حيث جاء الخطأ والصواب في تفسير الآية توقف على تفسير الكلمة بدايةً. يتخلص هذا البحث في بيان مدى أهمية تفسير الكلمة القرآنية بشكل صحيح كامل. وذلك باعتماد على القواعد والضوابط، وهي القواعد والضوابط التي ذكرها العلماء السابقون وبعض القواعد الجديدة التي يتطلب منا وجودها اليوم. هذا، لأن المفسر أو المتدبر كلام الله تعالى لن يصل إلى معاني الآيات أو إشارات الآية القرآنية بشكل صحيح كامل إلا بفهم كلمات الآية مثل ما فهمه العرب القدماء. تحصّل الباحث في هذه الدراسة على أربع عشرة قاعدة وضابطين وهي لم تكن مذكروة من قبل. وأما المنهج الذي يستخدم في هذا البحث فهو منهج نوعي تحليلي تقعيدي معتمدا على المصادر والمراجع التي تتعلق بكلمة القرآن في دلالة ألفاظها، من جانبها المعجمي (leksikal) وموضعها في الجملة (grametikal) مع مقارنة الأراء المعروضة بآراء اللغويين، لما يحصل خلاف في تحديد تفسير الكلمة بين المفسرين. وبالتالي تشكلت القواعد والضوابط الخاصتان لفهم معنى كلمة القرآن بشكل صحيح كامل.
Etika Pembinaan Masyarakat Dalam Perspektif Al-Quran Budi Suhartawan
TAFAKKUR : Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 2 (2021): TAFAKKUR : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Ar-Rahman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Etika Pembinaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk memberikan dukungan semangat, energi,  daya dan penguatan kepada masyarakat. Dengan kata lain, terbinanya sebuah masyarakat harus mampu diterjemahkan sebagai sebuah kecerdikan individu dengan masyarakat dalam membangun tata kelola masyarakat yang bersangkutan. Pembinaan masyarakat juga diartikan sebagai suatu upaya untuk mereformasi tingkah laku masyarakat ke arah yang lebih membanggakan, sehingga kualitas dan kesejahteraan hidupnya secara bertahap dapat meningkat. Kaum muslim harus menjadi umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia lainnya, guna menjadi pembina bagi masyarakat sekitarnya. Kalau kita baca ayat Al-Qur’an yang maknanya. “Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu masyrakat sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. Etika Pembinaan masyarakat merupakan serangkaian usaha yang dilakukan dalam bentuk kegiatan yang nyata di tengah masyarakat. Kegiatan yang berupaya untuk meng-upgrading menyadarkan masyarakat agar dapat mengaplikasikan serta cara mendisain hidupnya untuk mencapai tingkat hidup yang lebih baik dalam segala aspek. Kajian dalam tulisan ini berusaha memberikan sudut pandang yang elegen dalam mengenal dan memahami ayat-ayat yang berkaitan tentang etika pembinaan masyarakat dalam perspektif Al-Qur‟an.
Orientasi Semantik Al-Zamakhsyari: Kajian Penafsiran Makna Ayat Kalam dan Ayat Ahkam M. Agus Yusron
TAFAKKUR : Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 2 (2021): TAFAKKUR : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Ar-Rahman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Semantik merupakan bagian dari ilmu Bahasa dan banyak digunakan dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an. Salah satunya adalah dilakukan oleh Mahmud Umar al-Zamakhsyari dalam tafsirnya Al-Kasysyâf ‘an Haqâiq al-Tanzîl wa ‘Uyûn al-‘Aqâwil fi Wujûh al-Ta`wîl. Al-Zamakhsyari sendiri adalah seorang mufassir, ahli teologi (tokoh mu’tazilah), ahli Bahasa, dan bermazhab fiqh Hanafi. Sedangkan tafsirnya merupakan salah satu kitab tafsir yang menjadi rujukan para ulama dalam mengkaji Al-Qur’an dari segi Bahasa, terutama pada konsep balaghah Al-Qur’an. Pada penelitian ini, yang menjadi pembahasan adalah bagaimana pendekatan semantik yang dilakukan oleh al-Zamakhsyari pada ayat-ayat kalam dan ayat-ayat ahkam, untuk mengetahui sejauh mana peranan kebahasaan dalam mempertahankan aqidahnya (mu’tazilah) dan memahami hukum-hukum yang terkandung di dalamnya. Ayat-ayat kalam ataupun ayat-ayat ahkam jumlahnya ratusan dalam Al-Qur’an. Sehingga pada penelitian ini, untuk ayat kalam akan dibatasi pada ayat tentang melihat Allah kelak di akhirat, keadilan dan sifat-sifat Allah, antropomorfisme, free will dan predestination. Sedangkan pada ayat ahkam, hanya meneliti tentang pemahaman hakikat sihir dan perihal hukum suami menjauhi istri yang sedang haid. Semuanya akan diambil dari beberapa ayat yang terdapat dalam berbagai surat Al-Qur’an.
Sejarah Perkembangan Tafsir Abdul Manaf
TAFAKKUR : Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 2 (2021): TAFAKKUR : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Ar-Rahman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penafsiran Al-Qur’an telah terjadi sejak masa awal-awal pertumbuhan dan perkembagan Islam. Penafsir pertama pada masa pertumbuhan Islam adalah Rasulullah saw. Upaya penafsiran Al-Qur’an masih tetap bejalan pasca wafatanya Rasulullah saw yang dilanjutkan oleh para sahabat, tabiin, hingga masa saat ini. Menelusuri sejarah penafsiran Al-Qur’an, Muhammad az-Zahabi membagi sejarah tafsir ke dalam tiga fase/periode (marhalah). Pertama, adalah fase perkembangan tafsir pada masa Nabi dan para sahabat. Kedua, yaitu fase perkembangan tafsir pada masa tabi‘in. Ketiga, yaitu fase perkembangan tafsir pada masa penyusunan dan pembukuan (kodifikasi), yang dimulai dari zaman ‘Abbasiyah sampai zaman kontemporer (masa hidup az-Zahabi sampai masa sekarang).
Metodelogi Tadabbur Kata dan Ayat Al-Qur’an Muhammad Yasir
TAFAKKUR : Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 2 (2021): TAFAKKUR : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Ar-Rahman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari tadabbur bukan hanya menemukan hal yang baru akan tetapi bagaimana makna dan petunjuk ayat Al-Qur’an tersebut benar-benar berpengaruh dan mampu merubah diri mutadabbir (orang yang bertadabbur). Dari itu mengamalkan isi Al-Qur'an adalah bentuk dari tsamroh (buah) tadabbur Al-Qur’an, dan jika seseorang belum bisa mengamalkan isi Al-Qur’an berarti ia belum tergolong orang yang mentadabburi Al-Qur'an dengan baik. Dari itu pekerjaan tadabbur ini adalah satu-satunya yang tidak bisa dimasuki oleh orientalis dan para peneliti-peniliti Al-Qur’an dari Barat dan lainnya.Selain kefokusan dan pemahaman yang baik, alat yang paling terpenting dalam tadabbur adalah kebersihan hati dan kesiapan seseorang saat tadabbur. Dari itu setiap manusia berbeda-beda dalam hal tadabbur dan hasil yang didapatkan dari tadabbur. Maka keberhasilan suatu tadabbur sangat tergantung dari cara (metode) dan latar belakang seseorang mutadabbir dan pernyataan ini sesuai dengan yang dikatakan Ibnul Qoyyim, Ibnu Katsir dan lainnya.Dengan metode kualitatif dalam penelitian ini, peneliti kemudian berpandangan bahwa metode tadabbur ada dua: Metode Qiroatiy dan metode sama`iy. Masing-masing kita memilih metode mana yang tepat untuk kita saat itu, karena itulah yang paling utama baginya dalam mentadabburi Al-Qur’an. Hati yang gelap dan pengetahuan yang dangkal serta niat yang salah, menjadi permasalahan besar dalam tadabbur Al-Qur’an. Bahkan bila dipaksakan, akan menghasilkan tadabbur yang salah dan menyesatkan.
Kesetaraan Gender dalam Pelestarian Lingkungan Perspektif Al-Qur’an Hidayati Hidayati
TAFAKKUR : Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 1 No. 2 (2021): TAFAKKUR : Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Ar-Rahman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini menjelaskan perspektif Al-Qur’an mengenai pelestarian lingkungan dengan wawasan gender. Salah satu teori yang diusung adalah teori ekofeminisme, yakni teori yang melihat individu secara lebih komprehensif, yaitu sebagai makhluk yang terikat dan berinteraksi dengan lingkungannya Terkait permasalahan lingkungan yang terjadi dewasa ini, ekofeminisme memandang faktor kerusakan lingkungan dari perspektif gender, dan menawarkan sebuah telaah kritis atas akar dari semua krisis lingkungan hidup. Pada akhirnya ekofeminisme mampu menerangkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki andil dan potensi yang sama dalam interaksi sosialnya. Al-Qur’an tidak membedakan potensi laki-laki dan perempuan. Baik laki-laki dan perempuan digambarkan memiliki fungsi dan potensi yang sama dalam mengamalkan apa yang diajarkan di dalam Al-Qur’an termasuk dalam usaha pelestarian lingkungan. Kesetaraan gender bukan hanya menguntungkan kaum perempuan, tetapi juga laki-laki. Bila alam lingkungan rusak, semua manusia baik laki-laki maupun perempuan pada akhirnya akan menderita. Sebaliknya, bila alam-lingkungan lestari dan terjaga manusia akan lebih sejahtera. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, sedangkan metode penafsiran yang digunakan adalah metode tafsir Maudhu’i. Kedua metode tersebut digunakan agar menghasilkan data deskriptif melalui observasi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, serta pendapat ulama dan akademisi yang terkait dengan pembahasan penelitian.