cover
Contact Name
Fatma Wati
Contact Email
sajaratununiflor1980@gmail.com
Phone
+6281337006311
Journal Mail Official
sajaratununiflor1980@gmail.com
Editorial Address
Jalan Sam Ratulangi Kelurahan Paupire, Kab. Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 85311
Location
Kab. ende,
Nusa tenggara timur
INDONESIA
Sajaratun
Published by Universitas Flores
ISSN : -     EISSN : 28098293     DOI : https://doi.org/10.37478/sajaratun
Core Subject : Education, Social,
Jurnal Sajaratun ini dulu diterbitkan pertama kali bulan Mei 2016 dengan nama Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Program Studi Pendidikan Sejarah UNIFLOR dan diterbitkan 2 kali setahun dalam bulan Mei dan November. Sekarang akan diterbitkan dengan nama SAJARATUN dan terbit pada bulan Juni dan Desember.
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 5 No 1 (2020): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 ( Juni 2020)" : 11 Documents clear
BIOGRAFI PARA WANITA YANG MENCINTAI DAN DICINTAI OLEH SOEKARNO SANG PUTERA FAJAR Tahun 1921-1970 Yosef Tomi Roe
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 5 No 1 (2020): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 ( Juni 2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v5i1.1338

Abstract

Diskursus mengenai biografi Soekarno selalu berkelindan dengan sejumlah wanita idamannya, baik yang berposisi sebagai ibu yakni Ida Ayu Nyoman Rai maupun kesembilan isteri-isterinya. Kecantikan seorang wanita adalah besi berani yang tak pernah berhenti memikat Soekarno hingga masa senja hidupnya. Soekarno memiliki julukan pencinta wanita.Meskipun demikian, ada fakta yang cukup kuat bahwa banyak juga wanita yang memuja Soekarno, jadi mereka saling mencintai. Memang tidak heran jika Presiden pertama Indonesia ini dari kecil-pun telah terinspirasi oleh kesabaran dan ketabahan seorang wanita Ibunda Ida Ayu Nyoman Rai yang kerap mendekap Sang buah hati dan dengan suara lembut Ibunda berkata, “ Nak, kelak kau akan menjadi pemimpin rakyat. Anak yang lahir saat matahari terbit itu nasibnya telah ditakdirkan menjadi pemimpin. Jangan lupa ucapan Ibunda bahwa Engkau adalah Putra Sang Fajar. Kisah cinta pertama dengan Sitti Utari bermula Soekarno melanjutkan studi di HBS surabaya dan Kos di rumah orang tua Utari. Berbagai cara dilakukan pemuda cerdas ini untuk memikat hati Utari, akhirnya keduanya saling mengutarakan kalimat aku mencintaimu“. Namun hidup bersama berlangsung singkat hanya 3 tahun, sesudah itu cerai. Sewaktu berada di Bandung untuk melanjutkan studi di THS (Technidche Hooge Scool ), “nasib” dipertemukan dengan seorang ibu cantik Inggit Garnasih yang 12 tahun lebih tua dari Soekarno. Biar bagaimanapun Inggit adalah wanita pendamping setia, penuh cinta kasih selama 20 tahun dari bilik politik PNI yang sarat dengan penjara hingga ke tanah merah, Ende Flores. Menurut Soekarno, Inggit Garnasih adalah Ibu, Kekasih, dan kawan yang memberi tanpa menerima. Kekurangan Inggit hanyalah karena ia tidak mampu melahirkan anak bagi Soekarno. Tidak disangka, Soekarno telah menyimpan hati untuk Fatmawati yang tidak lain adalah anak angkatnya sewaktu di Bengkulu. Kondisi makin memanas sewaktu Soekarno meminta menikah dengan Fatma, panggilan akrab Soekarno untuk Fatmawati. Dengan tegas Inggit mengatakan “saya tidak mau dimadu “, akhirnya Inggit dikembalikan ke Bandung tahun 1943 dan menjadi janda sedang Fatmawati menjadi First Lady atau ibu negara. Tidak berhenti sampai disini, Soekarno jatuh cinta dengan Hartini sehingga Fatmawati meninggalkan istana tinggal sendiri di luar. Ternyata Hartini bukanlah yang terakhir, masih ada Kartini Manopo seorang pramugari garuda, Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi,orang Jepang, Haryati, penari Istana, Yurike Sanger, dan Heldy Djafar semuanya dinikahi oleh Soekarno.
MAKNA RITUAL PEKA DI DESA MAUTENDA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE Anita Anita; Hasti Sulaiman
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 5 No 1 (2020): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 ( Juni 2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v5i1.1347

Abstract

Untuk melestarikan dan mempertahankan tradisi turun-temurun masyarakat Desa Mautenda Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, menyelengarakan ritual adat Peka untuk setiap tahunnya setelah panen yakni selama 2 hari pada bulan Juni. penyelenggaraan ritual ini sebagai ucapan syukur atas berkah Tuhan dan para leluhur bahwasanya pada satu tahun terakhir ini para petani Desa Mautenda telah memperoleh anugerah maupun rejeki yang memadai. Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni, pertama bagaimana proses pelaksanaan ritual Peka di Desa Mautenda Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende, kedua apa makna yang terkandung dalam ritual Peka. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan jenis penelitian etnografi, Teknik pengumpulan data diantaranya, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sedangkan analisis datanya berupa reduksi data atau proses pemilihan, triangulasi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian adalah bahwa proses ritual peka melalui beberapa tahap diantaranya pertama; bou Mosalaki, kedua pongga Nggo, ketiga; mendi are, manu, dan moke, keempat potong ayam dan babi, kelima; pati ka ata Nggua, keenam yang merupakan tahap terakhir adalah acara kesenian yang diisi dengan tarian adat gawi.
TARIAN LEKE WAI WO’OT DALAM PERKAWINAN ADAT DI DESA WATULIWUNG KECAMATAN KANGAE KABUPATEN SIKKA Yosef Dentis
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 5 No 1 (2020): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 ( Juni 2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v5i1.1348

Abstract

Konsep maupun praksis kebudayaan mengandaikan suatu sistem pengetahuan yang kompleks karena di dalamnya termanifestasi berbagai unsur budaya. Salah satu di antaranya adalah tentang ritual-ritual adat yang dipandang memiliki nilai yang inheren bagi masyarakatpendukungnya. Bertolak dari pokok pikiran di atas, maka permasalahan pokok yang diajukan di dalam riset ini adalah isi kesadaran masyarakat Watuliwung terhadap tarian Leke Wai Wo’ot dan relevansinya terhadap adat perkawinan pada masyarakat setempat. Tujuan dari Penelitian ini adalah membangun intimitas dan melestarikan kearifan budaya lokal. Identitas budaya lokal mengandaikan nilai-nilai persatuan, kekeluargaan, persaudaraan dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan perilaku manusia peristiwa atau tempat secara jelas dan akurat. Pengumpulan data melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kebudayaan yang dianggap sebagai abstraksi dari keseluruhan kecakapan bertindak manusia telah diwarisi dari generasi ke generasi. Tarian Leke Wai Wo’at dalam adat perkawinan lokal merepresentasikan internalisasi nilai persatuan kesatuan, kekerabatan dan kebersamaan dalam ikatan kolektivitas.
JEJAK SEJARAH KERAJAAN NAGE Maria Y. Wona; Fransiskus X. Rema
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 5 No 1 (2020): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 ( Juni 2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v5i1.1349

Abstract

After the Dutch took control of Nage, this system of government then changed to follow the policy of the Dutch who formed a new system called the Zelfbestuurende Landschap which was led by Bestuurder who was a King. The leadership structure under the king was the Hamente who was appointed by the Dutch and the Village Head who was appointed by the Hamente Head who came from the aristocrats from the swapraja area. Swapraja region is a region that has the right of self-government known as Zelfbestuur during the Dutch colonial period, this region is a form recognized by the Dutch. The status of this area states that the area is led by an indigenous leader who has the right to regulate administrative affairs, law and internal culture. In the period 1912 to 1917, the Netherlands formed 6 Landschap Bestuur in the Ngada region, one of which was: Nage was led by Roga Ngole. Landschap Bestuur Nage is the essence of this writing, Nage which in the Roga Ngole government there are many changes, both in a more organized social system that has only one leader, namely the King formed by the Netherlands so that all things related to the customary law system and all events in the kingdom can be governed by King. As for the new government structure, the Netherlands, namely the King, was assisted by the Head of Hamente / Head of Mere, the Head of the Village who was appointed by Hamente, and the last was Opas who became the king's arm.
SULTAN HAMID II: DIBALIK LAYAR LAMBANG GARUDA TENGGELAM DALAM SEJARAH Samingan Samingan
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 5 No 1 (2020): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 ( Juni 2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v5i1.1351

Abstract

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah menguak tentang siapa sebenarnya Sultan Hamid II. Hingga saat ini Sultan Hamid II menjadi bahan perdebatan dalam kalangan sejarawan. Sultan Hamid II merupakan sosok tokoh yang sangat misterius karena sampai saat ini keberadaan beliau seolah tenggelam dalam sejarah. Adapun untuk menguak keberadaan tokoh ini peneliti penulis menggunakan metode sejarah. Ada empat tahapan dalam metode sejarah, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan Sultan Hamid II tenggelam dalam sejarah akibat pro dan kontra bagi kalangan sejarawan. Satu sisi Sultan Hamid II merupakan sosok sumbangsih pemikiran terhadap bangsa Indonesia. Tapi di sisi lain Sultan Hamid II merupakan sosok seorang pemberontak. Perdebatan ini kini belum usai masing-masing mengkalaim dan punya data dan argumen masing-masing. Sampai saat ini belum menemukan sebuah titik temu untuk mengakui keberadaan Sultan Hamid II apakah sebagai pahlawan atau sebagai penghianat.
HISTORIOGRAFI RINGKAS ATAS INSTITUSI-INSTITUSI RELIGIUS Marianus Ola Kenoba
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 5 No 1 (2020): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 ( Juni 2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v5i1.1352

Abstract

Peradaban semakin tua dan dunia kehilangan pesona auratiknya. Tidak berlebihan jika belakangan ini muncul “gelombang” antusiasme baru untuk mendalami spiritualitas hidup yang bersumber dari institusi “religi” tradisi maupun agama-agama wahyu. Lebih uniknya lagi, ada begitu banyak minat orang-orang moderen untuk mempelajari dan menghayati ajaran, filosofi, dan etika dunia Timur. Rupa-rupanya nilai-nilai dogmatis yang dikembangkan oleh agama wahyu, dipandang telah mencapai titik klimaks. Artinya, orang kemudian berubah menjadi skeptis terhadap dogma-dogma keagamaan yang terkesan abstrak bahkan mengasingkan manusia. Krisis spiritualias hidup di negara Barat, kemudian mendorong orang untuk menggali kembali spiritualitas hidup Timur yang dulunya dianggap sebagai ajaran yang irrasional dan berprasangka pada praktek ritual agama yang berhubungan dengan dunia mistik. Artikel ilmiah sederhana ini dirancang dengan maksud untuk menstimulasi pemahaman yang bersifat holistik mengenai beberapa institusi religius yang berkembang di dalam pranata masyarakat kita. Melalui kesadaran religiositas semacam ini memungkinkan dialog antar umat beragama untuk memperoleh tatanan kehidupan keberagamaan yang diterangi oleh cahaya atau spirit toleransi tanpa “disusupi” tendensi dan pretensi ideologis apa-pun.
IMPLEMENTASI METODE SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL Fatma Wati
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 5 No 1 (2020): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 ( Juni 2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v5i1.1354

Abstract

Secara faktual ada banyak polemik, perbedaan, dan pertentangan gagasan atas fakta sejarah yang memungkinkan bangsa Indonesia sampai ke gerbang kemerdekaan. Oleh karena itu, pembelajaran sejarah di sekolah dapat menjadi instrumen intelektual yang sangat strategis. Betapapun demikian, pada level praksis tantangan yang paling rumit saat ini dan ke depannya adalah apakah kita mampu memperbaiki segala persoalan yang terjadi selama ini dalam pembelajaran sejarah. Berpijak pada pertanyaan hipotetis itulah, maka guru sejarah juga harus mampu “meracik” pelajaran sejarah menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Misalnya mengadaptasi materi sejarah lokal ke dalam pembelajaran sejarah di sekolah agar mampu mendorong peserta didik dekat dengan kenyataan dan tidak melupakan sejarah lokal. Membangun pemahaman siswa tentang sejarah lokal melalui metode Scaffolding dapat mengembangkan wawasan sejarah lokal yang dimilikinya secara optimal. Sejarah lokal dapat berfungsi sebagai salah satu sumber sejarah nasional yang perlu dieksplorasi secara saintifik. Analoginya, sejarah lokal dapat menjadi mata air sumur yang tak kunjung kering di musim kemarau yang mempresentasikan nilai-nilai kebijaksanaan bagi perwujudan cita-cita bangsa. Sejarah lokal dapat memperkaya materi pelajaran sejarah dan menumbuhkan minat siswa dalam belajar sejarah. Tulisan ini mencoba menguraikan bagaimana implementasi dari metode Scaffolding dalam pembelajaran sejarah lokal di sekolah.
TRANSFORMASI NILAI DALAM PERKAWINAN ADAT PADA MASYARAKAT TRADISIONAL WOLOTOPO KECAMATAN NDONA KABUPATEN ENDE Yosef Kusi; Dentiana Rero; Emi Angelina Maria
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 5 No 1 (2020): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 ( Juni 2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v5i1.1355

Abstract

Permasalahan dalam penelitian ini adalah mengapa terjadi pergeseran nilai dalam sistem perkawinan adat pada masyarakat tradisional Wolotopo Kecamatan Ndona Kabupaten Ende. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya pergeseran nilai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Metode yangdigunakan adalah reduksi data, pemaparan data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam sistem perkawinan adat pada masyarakat tradisional Wolotopo mengalami perubahan baik dalam bentuk, proses maupun nilai-nilai. Perubahan ini sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam gereja Katolik, nilai yang diwariskan dalam sistem perkawinan adat, dipandang sebagai salah satu model utama bagi perkembangan dan keberlangsungan hidup gereja lokal, karena proses perkawinan adat sangat relevan dengan proses perkawinan dalam gereja Katolik walaupun ada unsurunsur kecil yang dianggap kurang sesuai. Nilai-nilai kebudayaan asli merupakan harta kekayaan yang harus diterima dan dilestarikan keberadaannya sejauh tidak bertentangan dengan aspek religiositas masyarakat.
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI METODE PROBLEM BASED INTRODUCTION PADA MATERI INTEGRASI NASIONAL DALAM BINGKAI BHINNEKA TUNGGAL IKA DI KELAS X MIPA 2 SMAK SYURADIKARA ENDE TAHUN PELAJARAN 2018/2019 Adrianus Tonda
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 5 No 1 (2020): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 ( Juni 2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v5i1.1358

Abstract

Rumusan masalah dalam penelitian, yaitu bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar ppkn melalui metode problem based introduction pada materi integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika di kelas X MIPA 2 SMAK syuradikara tahun pelajaran 2018/2019. Tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui upaya meningkatkan hasil belajar ppkn melalui metode problem based introduction pada materi integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika di kelas X MIPA 2 SMAK Syuradikara tahun pelajaran 2018/2019. Metode penelitian yang digunakan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action Reasearch. Ada empat dalam metode ini, yaitu: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observing), dan refleksi (reflection). Hasil penelitian menunjukkan pada siklus I jumlah Siswa Tuntas Belajar mencapai 24 siswa, nilai rata-rata mencapai 62,32 Artinya metode problem based introduction belum maksimal dan diperbaiki lagi siklus II. Pada siklus II Jumlah Siswa Tuntas Belajar mencapai 28 siswa, nilai rata-rata mencapai 73,68. Artinya metode problem based introduction efektif di gunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Integrasi Nasional Dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Hasil siklus II aktifitas siswa di dalam kelas sangat baik.
TAU NUWA SEBAGAI RITUS INISIASI DIRI BAGI KAUM PRIA DEWASA DALAM MASYARAKAT ADAT RENDU DI KECAMATAN AESESA SELATAN KABUPATEN NAGEKEO Maria Gorety Djandon
Sajaratun : Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah Vol 5 No 1 (2020): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2020 ( Juni 2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37478/sajaratun.v5i1.1359

Abstract

Tau nuwa merupakan suatu ritus inisiasi diri atau ritus pengukuhan laki-laki dewasa yang sudah berkeluarga menjadi dewasa secara adat. Dikatakan pengukuhan laki-laki dewasa yang sudah berkeluarga menjadi dewasa secara adat, karena secara biologis seorang laki-laki itu meskipun sudah dewasa dan sudah pula berkeluarga, namun bisa jadi belum dewasa secara adat, sehingga hak-hak adat yang harus diperankan oleh seorang laki-laki dewasa dan sudah pula berkeluarga, seperti menjadi pemimpin atau pemandu upacara adat tidak boleh dijalankannya.Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah proses pelaksanaan ritus inisiasi tau nuwa pada masyarakat adat Rendu Kecamatan Aesesa Selatan Kabupaten Nagekeo? 2) Makna apa sajakah yang terdapat dalam ritus inisiasi tau nuwa pada masyarakat adat Rendu Kecamatan Aesesa Selatan Kabupaten Nagekeo? Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengungkapkan proses pelaksanaan ritus inisiasi tau nuwa pada masyarakat adat Rendu Kecamatan Aesesa Selatan Kabupaten Nagekeo. 2) Mengungkapkan makna yang terdapat dalam ritus inisiasi tau nuwa pada masyarakat adat Rendu Kecamatan Aesesa Selatan Kabupaten Nagekeo. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Dan teknik analisis data dilakukan melalui reduksi data, pemaparan data dan penarikan kesimpula Hasil penelitian menunjukkan bahwa ritus tau nuwa masih tetap dilakukan oleh masyarakat adat Rendu khususnya kaum laki-laki dewasa dalam arti sudah berkeluarga supaya dapat melakukan segala kewajiban yang berhubungan dengan berbagai kegiatan adat dalam masyarakat. Ritus inisiasi tau nuwa bagi masyarakat adat Rendu di Kecamatan Aesesa Selatan memiliki makna antara lain makna religius, makna kebersamaan dan makna persaudaraan.

Page 1 of 2 | Total Record : 11