cover
Contact Name
Asep Dadan Suganda
Contact Email
asep.dadan@uinbanten.ac.id
Phone
+6281511475475
Journal Mail Official
jurnal.tazkiya@uinbanten.ac.id
Editorial Address
UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Jln. Jend. Sudirman, No. 30 Ciceri, Serang, Banten 42118
Location
Kota serang,
Banten
INDONESIA
Tazkiyya: Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan dan Kebudayaan
ISSN : 14117886     EISSN : 30472695     DOI : https://doi.org/10.32678/tjk3.v24i2
Tazkiyya is a periodical scientific publication intended for researchers who want to publish their articles in the form of literature studies, research, and scientific development in the field of Islamic Studies, Communities, and Cultures.
Articles 104 Documents
FAKTOR FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN Itang Itang
Tazkiya Vol 16 No 01 (2015): Januari-Juni 2015
Publisher : Pusat Kajian Islam dan Kemasyarakatan (PKIK), UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini ingin mengkaji faktor faktor penyebab terjadinya kemiskinan, di Indonesia jumlah penduduk miskin menurut BPS Pusat terhitung sampai Bulan Maret Tahun 2014 sebanyak 28,28 juta jiwa. faktor penyebab kemiskinan, yaitu: 1).Pendidikan yang Rendah. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia kerja. 2).Malas Bekerja. Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja. 3).Keterbatasan Sumber Alam. Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu miskin karena sumberdaya alamnya miskin. 4). Terbatasnya Lapangan Kerja. Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal seseorang harus mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan. 5). Keterbatasan Modal. Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan. 6. Beban Keluarga. Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.
FAMILY EDUCATION ACCORDING TO LUQMAN AL-HAKIM: A Review of the Tarbawi Interpretation WAWAN WAHYUDIN
Tazkiya Vol 16 No 01 (2015): Januari-Juni 2015
Publisher : Pusat Kajian Islam dan Kemasyarakatan (PKIK), UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to (1) describe the concept of Luqman Al-Hakim in family education and (2) describe the main points of the material presented by Luqman Al-Hakim in educating families. The problem of this study is (1) How does the concept of Luqman Al-Hakim in educating families? and (2) What are the main points of the material conveyed by Luqman Al-Hakim in educating families? This research uses qualitative method with content analysis techniques. Review based on Tarbawi Interpretation or educational commentary. The data source of this research are the verses of Qur’an that tells Luqman Al-Hakim in educating families, interpretation of these verses, and stories about Luqman Al-Hakim’s life. The conclusion of this study is what is gained by Luqman from Allah above is the favor of God which is does not seem (by the naked eye), are about knowledge, wisdom (hikmah), and wises in Luqman. Furthermore, Luqman taught faith, worship, and the noble spirit to his son so that he became a servant of the righteous.
KOMERSIALISASI PENDIDIKAN: Analisis Pembiayaan Pendidikan HAFID RUSTIAWAN
Tazkiya Vol 16 No 01 (2015): Januari-Juni 2015
Publisher : Pusat Kajian Islam dan Kemasyarakatan (PKIK), UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembiayaan dalam konteks pendidikan adalah pembiayaan guna mendanai pengadaan seluruh unsur serta kegiatan yang dilakukan, sehingga seluruh program yang ditawarkan terlaksana dengan baik, terlebih pendidikan yang berkualitas, sebab untuk menghasilkan out put yang berkualitas dibutuhkan sistem dan proses yang berkualitas pula. Demgam demikian, pendidikan adalah aktivitas yang membutuhkan pembiayaan, namun demikian, pembiayaan pendidikan bukan berarti harus mahal, sebab pembiayaan pendidikan yang mahal belum tentu berkualitas. Pendidikan yang semula sebagai proses humanisasi dan transformasi sosial, kini telah mengalami distorsi, menjadi sebuah ladang komersial untuk mendapatkan dan menumpuk kekayaan secara private. Pembiayaan pendidikan memang ada, namun besar kecilnya pembiayaan pendidikan, tergantung kepada program dan kagiatan yang dilaksanakan, sebab hasil pendidikan tergantung pula pada keduanya. Mahalnya pembiayaan pendidikan yang tidak sebanding dengan mutunya, dapat disinyalir sebagai indikator upaya semata-mata untuk memperoleh profit, dan pada tataran tertentu dikategorikan kepada komersialisasi pendidikan. Dengan demikian, mahalnya pembiayaan pendidikan dapat disebabkan oleh dua Faktor. Pertama, mahal karena pembiayaan pendidikan, seperti karena pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam menjalankan proses pendidikan guna menghasilkan mutu pendidikan berkualitas. Kedua mahalnya pembiayaan pendidikan karena komersialisasi. Komersialisasi pendidikan dapat terjadi karena berbagai paktor, diantaranya adalah akibat dari idiologi kapitalisme liberalisme, mentalitas sumber daya manusia, pemberian otonomi pembiayaan sebahagian atau seluruhnya kepada lembaga pendidikan sehingga memberikan peluang yang lebar untuk menarik pembiayaan pendidikan guna kepentingan mendapat profit semata-mata.
EPISTEMOLOGI TAFSIR TEMATIK KONTEMPORER BIDANG EKONOMI DI INDONESIA: Studi terhadap Tafsir Tematik karya M. Quraish Shihab MUHAMMAD ANDI ROSA
Tazkiya Vol 16 No 01 (2015): Januari-Juni 2015
Publisher : Pusat Kajian Islam dan Kemasyarakatan (PKIK), UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The corpus of this research uses Quraish Shihab Works in four of Thematics Exegesis relating with economical sciences. The themes is: “Ribâ according to Qur‟an”, “islam and development”, “economy according to Qur‟an”, “the principal and foundation of islamic economy according to Qur‟an”. The researcher uses Content Analysis as the research methodology, with Qur‟anic methodology perspective especially in term manhaj al-tafsîr and tharîqat al-tafsîr. The main question is: how is the caracteristic found with thematic exegesis dealing with the themes of exegesis on economical sciences ?. The research findings reveal that, Epistemology analysis of Quraish Shihab Works in five Thematics Exegesis are, discovered 22 types of interpretation, and it can be classified to three types of analysis: a. Intrinsic Analysis (al-tahlîl mâ fî al-nash); b. Extrinsic Analysis (al-tahlîl mâ hawla al-nash), c. The analysis from previous theologian). This research shows that Quraish Shihab open to dialogue of economical sciences in Qur‟anic exegesis in theority and pratical, though is not maximum. So that, the ideal of purpose in theories of thematic exegesis, can not realization in his works of several thematic exegesis. In contextuality exegesis perspective, that the figure complies with the stipulations of contextual exegesis, and stipulations of Qur‟anic social exegesis.
PERANAN ASOSIASI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (AGPAI) DALAM PENINGKATAN PRPFESIONALISME GURU PAI ANIS FAUZI; NASRULLAH NASRULLAH
Tazkiya Vol 16 No 01 (2015): Januari-Juni 2015
Publisher : Pusat Kajian Islam dan Kemasyarakatan (PKIK), UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam kaitanya dengan uraian tersebut diatas, seorang guru di samping sebagai pengajar, juga harus sebagai pendidik. Dengan demikian, disamping membimbing para siswa untuk menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan (mengajar), seyogyanya guru juga membimbing siswa-siswanya mengembangkan segenap potensi yang ada dalam diri mereka mendidik. Guru yang professional adalah sosok guru yang memiliki intelektual, skill, moral dan semangat juang tinggi yang disertai dengan kualitas keimanan dan ketaqwaan, serta memiliki etos kerja yang kuat yang meliputi disiplin kerja, menghargai waktu, berprestasi dan menjadikan profesionalisme sebagai motivasi bagi pengembangan dirinya. Sehingga dengan demikian bersama guru dan tenaga kerja yang professional yang menjunjung tinggi terhadap nilai-nilai pendidikan serta sadar akan eksitensinya sebagai firs person dalam mengarahkan peserta didik menjadi generasi yang berkualitas.
PENILAIAN OTENTIK DALAM PENGAJARAN BAHASA KEDUA ANITA ANITA
Tazkiya Vol 16 No 01 (2015): Januari-Juni 2015
Publisher : Pusat Kajian Islam dan Kemasyarakatan (PKIK), UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penilaian otentik atau authentic assessment adalah penilaian yang tidak hanya menguji satu aspek keahlian, dalam hal ini keahlian bahasa, tetapi juga seluruh aspek kemampuan pelajar bahasa, prestasi, motivasi serta sikap dalam melakukan kegiatan di kelas.Penilaian ini dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar–salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Penilaian ini memfokuskan pemahaman pelajar akan tugas yang diberikan dengan membangun keterlibatan pelajar dalam proses penilaian sehingga kemampuan pelajar yang sesungguhnya dapat diketahui. Dengan demikian pengajar dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa kegiatan remedial harus dilakukan.
ITTIHAD, HULUL, DAN WAHDAT AL-WUJUD OOM MUKARROMAH
Tazkiya Vol 16 No 01 (2015): Januari-Juni 2015
Publisher : Pusat Kajian Islam dan Kemasyarakatan (PKIK), UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pencapaian tertinggi yang diidamkan bagi seorang sufi adalah bersatunya sang pencinta dan yang dicinta. Konsep penyatuan ini bagi Abu Yazid al-Bustami dikenal dengan istilah Ittihad, bagi al-Hallaj dikenal dengan istilah Hulul dan lbnu Arabi menyebutnya dengan istilah wahdat al-wujud. Perbedaan antara ittihad al-Bustami dengan hulul al-Hallaj adalah dalam hulul diri al-hallaj tidak melebur atau hilang, sementara dalam ittihad diri Abu Yazid hancur dan yang ada hanya diri Tuhan. Jadi dalam ittihad yang dilihat satu wujud, sedang dalam hulul ada dua wujud tetapi bersatu dalam satu tubuh. Dalam teorinya tentang wujud, Ibnu Arabi mempercayai terjadinya emanasi, yaitu Allah menampakkan segala sesuatu dari wujud ilmu menjadi wujud materi. Filosofi dari ketiga konsep di atas (ittihad, hulul, dan wahdat al-wujud) adalah bahwa Allah ingin melihat diri-Nya di luar dirii-Nya. Sehingga dijadikan-Nya alam ini yang merupakan cermin bagi Allah di kala ingin melihat diri-Nya.
MEMBINGKAI KAJIAN HISTORIS DAN FILOLOGIS DALAM PENELITIAN ILMIAH MUHAMAD SHOHEH
Tazkiya Vol 16 No 01 (2015): Januari-Juni 2015
Publisher : Pusat Kajian Islam dan Kemasyarakatan (PKIK), UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Akhir-akhir ini, penggunaan pendekatan dua bidang ilmu (interdisipliner)maupunberbagai bidang ilmu (multi disipliner) dalam sebuah kajian atau penelitian ilmiah makin menjadi tuntutan yang sulit terelakkan, mengingat perkembangan manusia di abad milenium ini telah memasuki era global yang hampir tak ditemukan batasannya dari sisi jarak, ruang, waktu, dan tempat. Pada sisi lain, tuntutan tersebut membuktikan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan begitu dinamis dan tak terelakkan.Untuk memperoleh hasil penelitian yang memiliki manfaat yang lebih luas dan dapat memenuhi tuntutan sebagai jawaban atas berbagai problematika kehidupan yang makin kompleks dan beragam, maka bagi yang menggeluti bidang kajian keislaman dituntut untuk dapat melakukan penelitian dengan tidak hanya menggunakan metode dan pendekatan ilmu yang selama ini menjadi konsentrasi keahliannya saja, melainkan harus mencoba menggunakan bantuan ilmu-ilmu sosial lainnya semisal Filologi, Arkeologi, Sastra, Antropologi, Sosilogi, dan lain-lain.
KONSEP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: Eksistensi dan Nilai-nilai Urgensinya di Indonesia BADRUDIN BADRUDIN
Tazkiya Vol 16 No 02 (2015): Juli-Desember 2015
Publisher : Pusat Kajian Islam dan Kemasyarakatan (PKIK), UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk memahami pelajar, mahasiswa, dan semua warga agar memperoleh inspirasi pengetahuan, sikap dan tindakan yang diperlukan dalam menjalankan peran-peran kemanusiaannya pada masyarakat demokrasi-pluralistik serta diperlukan untuk berinteraksi, bernegosiasi, dan komunikasi dengan warga dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat etis dan bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama. Prinsip multikulturalisme mengajarkan kepada kita untuk mengakui berbagai potensi dan legitimasi keragaman dan perbedaan sosio-kultural tiap kelompok etnis. Berangkat dari prinsip demikian maka individu maupun kelompok dari berbagai etnik dalam pandangan ini bisa bergabung dalam masyarakat, terlibat dalam societal cohesion tanpa harus kehilangan identitas etnis dan budaya mereka, sekaligus tetap memperoleh hak-hak mereka untuk berpartisipasi penuh dalam berbagai bidang kegiatan masyarakat. Sehingga keberagaman budaya yang ada di belakang, di depan dan disekeliling kita bisa memberikan sumbangan yang paling berharga bagi semua orang. Pendidikan multikultural sekurang-kurangnya memiliki lima tujuan. Pertama, meningkatkan pemahaman diri dan konsep diri secara baik. Kedua, meningkatkan kepekaan dalam memahami orang lain, termasuk terhadap berbagai kelompok budaya di negaranya sendiri dan Negara lain. Ketiga, meningkatkan kemampuan untuk merasakan dan memahami kemajemukan, dapat meng-interpretasi-kan tentang kebangsaan dan budaya yang kadang-kadang bertentangan menyangkut sebuah peristiwa, nilai dan perilaku. Keempat, membuka pikiran ketika merespon isu. Kelima, memahami latar belakang munculnya pandangan klise atau kuno, menjauhi pandangan stereotype dan mau menghargai semua orang.
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENANGGULANGI KENAIKAN HARGA Itang Itang
Tazkiya Vol 16 No 02 (2015): Juli-Desember 2015
Publisher : Pusat Kajian Islam dan Kemasyarakatan (PKIK), UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini mengkaji kebijakan kebijakan pemerintah dalam menanggulangi kenaikan harga. Beberapa hal terkait kebijakan tersebut adalah diperlukan program perlindungan sosial bagi masyarakat miskin, dalam bentuk program kompensasi (compensatory program) yang sifatnya khusus (crash program) atau program jaring pengaman sosial (social safety net Program). Program tersebut melalui penambahan nilai bantuan dan coverage program rutin yang sudah ada atau yang dikenal saat ini sebagai Percepatan dan Perluasan Program Perlindungan Sosial (P4S), antara lain: Bantuan Beras Miskin (Raskin), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Harapan dengan adanya program BLSM ini, maka Rumah Tangga Sasaran diharapkan masih konsisten untuk melakukan fungsi sosialnya sehingga kondisi kenaikan kebutuhan pokok sebagai dampak kenaikan harga tidak menjadikannya berpengaruh signifikan dan tetap masyarakat dapat hidup sejahtera. BLSM diluncurkan oleh pemerintah mulai 22 Juni 2013 dan diberikan kepada 15,5 juta Rumah Tangga Sasaran (RTS) dengan besaran Rp150.000,- per bulan selama empat bulan. Tahap awal BLSM diberikan dua bulan sekaligus, yaitu Rp 300.000,- di mana akan dibagikan bertahap sampai Juli. Pembagiannya fokus pada dua tempat, yaitu PT. Pos Indonesia yang telah ditunjuk dan komunitas masyarakat melalui perangkat pemerintahan. Penyaluran ini didahului dengan mencetak Kartu Perlindungan Sosial (KPS) sebagai bukti pengambilan dana BLSM dan didistribusikan oleh PT. Pos Indonesia. Untuk mendanai BLSM tersebut, alokasi anggarannya mencapai Rp 9,3 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2013.

Page 1 of 11 | Total Record : 104