cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Swara Bhumi
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
Arjuna Subject : -
Articles 22 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 6 (2018): Volume 5 Nomer 6 2018" : 22 Documents clear
INVENTARISASI WISATA EDUKASI GONDANG OUTBOND (WEGO) UNTUK BELAJAR FLORA FAUNA PADA TINGKAT SD DAN SMP Hakimatus Zaidiyah, Nurul
Swara Bhumi Vol 5, No 6 (2018): Volume 5 Nomer 6 2018
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Wisata Edukasi Gondang Outbond (WEGO) merupakan salah satu wisata baru yang ada di Kabupaten Lamongan yang menggabungkan unsur kegiatan wisata alam dengan muatan pendidikan didalamnya. Wisata Edukasi ini menarik kalangan pelajar, karena di wisata ini dapat bermain sekaligus belajar. Pembelajaran luar kelas dapat mendorong motivasi belajar siswa, karena menggunakan alam terbuka sebagai sarana kelas untuk memberikan dukungan proses pembelajaran secara menyeluruh yang dapat menambah wawasan bagi peserta didik. Obyek pembelajaran di Wisata Edukasi Gondang Outbond ini kurang berfariasi. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasikan hewan dan tumbuhan yang ada di Wisata Edukasi Gondang Outbond (WEGO) untuk pembelajaran flora dan fauna pada tingkat SD dan SMP. Jenis penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif deskriptif. Metode yang digunakan adalah metode survey. Variabel dalam penelitian ini meliputi jenis hewan berdasarkan makanannya dan jenis tumbuhan berdasarkan keping biji. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan cara mengidentifikasi hewan dan tumbuhan yang ada di Wisata Edukasi Gondang Outbond (WEGO) dan disesuaikan dengan kurikulum pembeajaran tingkat SD dan SMP. Hasil penelitian ini adalah pada kurikulum kelas 4 SD bagian fauna diminta kompetensi dasar untuk mengidentifikasi hewan berdasarkan jenis makan dengan dilihat di Wisata Edukasi Gondang Outbond (WEGO) sudah terdapat hewan herbivora (kelinci, burung betet, kakak tua, burung pipit, merpati, burung beo, burung jalak), hewan karnivora (ular dan burung elang) hewan omnivora (ayam, bebek, burung gagak, ikan lele dan kera) termasuk sudah dapat mewakili untuk belajar fauna di Wisata Edukasi Gondang Outbond (WEGO). Kurikulum kelas VIII SMP bagian flora diminta kompetensi dasar untuk mengidentifikasi tumbuhan berdasarkan keping bijinya dengan melihat di Wisata Edukasi Gondang Outbond (WEGO) sudah terdapat tumbuhan dikotil (ubi kayu, kapas, ceremai, flamboyan, jambu biji, jarak) sedangkan tumbuhan monokotil (terdapat jagung, anggrek, pisang) termasuk sudah dapat mewakili untuk belajar flora di Wisata Edukasi Gondang Outbond (WEGO). Kata kunci: wisata edukasi, flora fauna   Abstract Wisata Edukasi Gondang Outbond (WEGO) is one of the newest tourisms located in Lamongan. This provides the combination of Natural tourism and education. This educational tourism atracks many visitors who are mostly students, because they can learn while playing. Moreover, doing teaching lerning process outside class can improve students’ motivation, because the use of open nature as the facilities can support their goal in teaching learning. However, Wisata edukasi Gondang outbond is was still lacks of variations. This study aimed to inventory animals and the plants ,Wisata edukasi Gondang outbond(WEGO) This study was Quantitative descriptive by using survey as the metode to collect the data. The variable was animal based on the food they consume, and the plants based on the seed pieces. Observation and documentation were conducted by identifying animals and plants in Wisata edukasi Gondang outbond (WEGO) , and adjusted with the curriculum in elementary and junior high school.  The result showed that identifying animals based on what they consume relating to the curriculum elementary on th fourth grade about flora and fauna. In Wisata edukasi Gondang outbond(WEGO),  there were herbivor animals  such as ( rabbit, parrrot, parrot, sparrows, pigeon, beo bird, bird netting) , for carnivorous such as ( snake and eagle) , and omnivorous animal (Chicken, ducks, crow, catfish, dan monkey) . The curriculum for Third grade junior high school was about flora, in which they were asked to identify plants based on their seeds pieces. The writer found that there were Monocotyledon Plants (cassava, cotton trees, ceremai, flamboyant, guava trees, jarak tress) , monocotil (corn, orchid, banana tress). Therefore, They could  learn this in the Wisata Edukasi Gondang Outbond (WEGO). Key words : education tourism, Flora fauna
PENGARUH FAKTOR IBU SOSIAL-EKONOMI LINGKUNGAN DAN GEOGRAFIS TERHADAP KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN PASURUAN FAISAL ARIF, ACHMAD
Swara Bhumi Vol 5, No 6 (2018): Volume 5 Nomer 6 2018
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak                 Derajat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari indikator utama kesehatan, seperti Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Bayi merupakan indikator penting  untuk menggambarkan kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu  parameter utama kesehatan anak yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut ikut mempengaruhi kelangsungan hidup anak yang direfleksikan oleh salah satu indikator dampak pembangunan kesehatan. Data Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2014 menunjukkan bahwa Kabupaten Pasuruan merupakan penyumbang terbesar angka kematian bayi di Jawa Timur yaitu 51,07 per 1000 kelahiran hidup dan sejumlah 106 jiwa bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor ibu, sosial ekonomi, lingkungan dan geografis terhadap kematian bayi di Kabupaten Pasuruan.                 Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan rancangan case control. Subyek kasus adalah semua ibu yang mempunyai bayi lahir dan meninggal sebelum ulang tahun pertama sejumlah 42 orang responden yang kemudian dicarikan kontrol yaitu semua ibu yang mempunyai bayi lahir yang masih tetap hidup sampai ulang tahun yang pertama sejumlah 42 orang responden dengan mathcing adalah jenis pekerjaan ibu. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, observasi dan dokumentasi. Data yang diuji dengan menggunakan chi square dan regresi logistik ganda.                 Hasil analisis menggunakan uji chi square diketahui bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kematian bayi di Kabupaten Pasuruan pada faktor ibu adalah variabel jarak kelahiran (p=0,038) dengan nilai odd ratio = 4,6. Variabel pendidikan ibu (p=0,001) dengan nilai odd ratio = 5,55. Variabel konsumsi bayi (p=0,000) dengan nilai odd ratio = 11,15. Variabel status imunisasi (p=0,003) dengan nilai odd ratio = 8,96. Faktor sosial ekonomi variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kematian bayi adalah pendapatan rumah tangga (p=0,001) dengan nilai odd ratio = 4,70. Faktor lingkungan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kematian bayi adalah kepadatan hunian (p=0,003) dengan nilai odd ratio = 4,03. Hasil penelitian melalui uji regresi logistik ganda secara bersama-sama diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh signifikan terhadap kematian bayi di Kabupaten Pasuruan adalah pendidikan ibu (p=0,009), konsumsi bayi (p=0,000), status imunisasi (p=0,014) dan kepadatan hunian (p=0,029). Kata Kunci: Kematian bayi, faktor ibu, sosial ekonomi, lingkungan dan geografis   Abstract        The health index of a country can be seen by the main indicators,  such as Infant Mortality Rate (IMR) and Maternal Mortality Rate (MMR). Infant Mortality Rate is an important indicator to describe public health and is one of the main health parameters of children affected by several factors. These factors influence the survival of children that reflected by one indicator of the impact of health development. Data from East Java Health Service in 2014 reveals that Pasuruan District was the biggest contributor to infant mortality rate in East Java about  51,07 per 1000 live birth and 106 babies who died before one year old. This study aimed to analyze the influence of maternal, socioeconomic, environmental and geographical factors on infant mortality in Pasuruan District.        This research used analytic survey method with case control design. The subjects were mothers who had babies born and died before one year old.  There were 42 respondents. And the other 42 respondents were mothers who had babies surviving until one year old matched to the type of the mother’s job. The data were collected through interviews using questionnaires, observation and documentation. Data were tested using chi square and multiple logistic regression.  The result of chi square test reveals that the variable that had significant effect to infant mortality in Pasuruan at mother factor was  variable of birth distance (p = 0,038) with value of odd ratio = 4,6. Maternal education variable (p = 0,001) with value of odd ratio = 5,55. Baby consumption variable (p = 0,000) with odd ratio = 11,15. Tthe immunization index variable (p = 0,003) with odd ratio value = 8,96. Socio-economic factors significantly influencing the variable of infant mortality was household income (p = 0,001) with value of odd ratio = 4,70. Environmental factor of the variable which have significant effect to infant mortality is density (p = 0,003) with odd ratio = 4,03. The results of the multiple logistic regression test shows that the variables which had the most significant effect on infant mortality in Pasuruan were maternal education (p = 0,009), infant consumption (p = 0,000), immunization status (p = 0.014) and density occupancy (p = 0.029). Keywords: Infant mortality, maternal factors, socioeconomic, environmental and geographic
KAJIAN DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI WILAYAH PERI URBAN KORIDOR MENGANTI DESA LABAN Nanda Dwi Lestari, Puspita
Swara Bhumi Vol 5, No 6 (2018): Volume 5 Nomer 6 2018
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Pertumbuhan penduduk yang terjadi setiap tahun mengakibatkan kebutuhan tempat tinggal semakin meningkat. Pada tahun 2015 pertumbuhan penduduk sebesar 12,01% dari 6.823 jiwa menjadi 7.755 jiwa. Desa Laban Kecamatan Menganti sebagai wilayah peri urban merupakan bagian daerah menarik bagi penduduk untuk mendirikan tempat tinggal yang dapat mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan khususnya dari pertanian ke non-pertanian.  Alih fungsi lahan memberi dampak kondisi sosial, ekonomi, budaya, dan persepsi penduduk yang telah lama menetap di wilayah peri urban. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak sosial, ekonomi, budaya dan persepsi penduduk Desa Laban terhadap perubahan penggunaan lahan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripsi kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah para petani yang menjual lahannya untuk dijadikan lahan non-pertanian sebanyak 38 responden. Semua populasi dijadikan sampel karena jumlah populasi kurang dari 100. Variabel yang digunakan yang digunakan adalah kondisi sosial, kondisi ekonomi, kondisi budaya, orientasi terhadap nilai sosial, orientasi terhadap nilai ekonomi, orientasi terhadap nilai budaya. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif berdasarkan hasil presentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki kondisi sosial dalam kategori baik dengan skor rata-rata 109,5. Kondisi ekonomi responden termasuk dalam kategori baik dengan skor rata-rata 88,54. Kondisi budaya termasuk dalam kategori baik dengan skor rata-rata 93,86 yang artinya masih memegang sifat-sifat kedesaan. Persepsi responden memiliki skor rata-rata 95,90 yang menunjukkan bahwa responden termasuk dalam kategori petani moderat. Kata Kunci: Wilayah Peri Urban, Kondisi Sosial Ekonomi Budaya, Persepsi    Abstract Population growth caused the increase of house needs every year. In 2015, population grew 12,01% from 6.823 people into 7.755 people. . Laban Village, Menganti Subdistrict as peri-urban drawing the interest for people to build a house. This might caused especially  conversion of agricultural land to non-agricultural land Land conversion influenced social, economic, culture condition and people perception who had been living in  peri-urban area. This study aimed to determine social, economic, cultural effect and people perception about land conversion This study used quantitative  descriptive. The sample of study  were 38 farmers who sold their land for non agricultural land uses since its number was  all less than 100.  The variable of the study were social condition, economic condition, cultural condition, orientation of social value,  orientation of economic value,  orientation of culture value. The data were collected using questionnaire and documentation and analyzed using descriptive quantitative based on precentage calculation. The result showed that the average score of  had social condition of people was 109,5, categorized as good. Average score  of economic condition of people was 88,54, categorized as good. average score  of cultural condition of people was  93,86 , categorized as good, that meant people still kept characteristic as a rural society. The average score  of perception of people was  score 95,90 meaning that the people was classified  as  moderate farmers. Keywords :Peri-Urban Area, Social Economic, Cultural Condition and Perception, Land  conversion
DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN TOL MANTINGAN KERTOSONO TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN KUMALA DEWI, ARDILA
Swara Bhumi Vol 5, No 6 (2018): Volume 5 Nomer 6 2018
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Jawa Timur merupakan wilayah yang berkembang pesat dalam pembangunan, salah satunya adalah pembangunan jalan tol yang terdapat di Kabupaten Madiun. Wilayah yang lahannya dibebaskan untuk pembangunan jalan tol Mantingan Kertosono adalah wilayah Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun. Wilayah Kecamatan Balerejo terdapat 7 desa yang lahannya dibebaskan untuk bangunan jalan tol Mantingan Kertosono. Adanya pembebasan lahan ini berdampak pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Lokasi penelitian di Kecamatan Balerejo yang terdiri dari 7 desa yaitu Desa Tapelan, Desa Kuwu, Desa Babadan Lor, Desa Warurejo, Desa Kedungjati, Desa Glonggong dan Desa Sogo. Sampel dalam penelitian ini ada 100 responden yang dibagi dalam 7 Desa di Kecamatan Balerejo. Sumber data berupa data primer dan data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif yaitu data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan presentase. Hasil penelitian ini menunjukkan lahan yang dibebaskan untuk pembangunan jalan tol adalah lahan pertanian berupa sawah. Pembangunan jalan tol Mantingan Kertosono berdampak relatif buruk terhadap kondisi sosial ekonomi, terutama untuk kondisi ekonominya. Mata pencaharian tidak sepenuhnya berubah 59% penduduk masih tetap menjadi petani. Kondisi ekonominya banyak perubahan  yaitu penurunan produktivitas hasil panen hal tersebut dikarenakan lahan pertanian mereka digunakan untuk bangunan jalan tol. Produktivitas sebelum pembebasan lahan hasil tertinggi terdapat 33% dengan produktivitas 6,1-8 ton dan terendah terdapat 1% dengan produktivitas 2 ton. Sesudah pembebasan lahan hasil presentase tertinggi adalah 44% dengan produktivitas 4,1-6 ton dan hasil terendah terdapat presentase sebesar 10% dengan produktivitas 2 ton. Kata kunci       : Pembangunan jalan tol Mantingan Kertosono, kondisi sosial, kondisi ekonomi Abstract East Java is a fast growing developing region, highway construction is one the development in Madiun district. The region area where the land was acquisitioned for Mantingan Kertosono highway construction is sub-district of Balerejo, Madiun district. There are 7 (seven) villages in sub-district of Balerejo where the land had been acquisitioned for this highway construction. It gives a major effects of social and economy to the local people in sub-district of Balerejo, Madiun district.                 This is a quantitative descriptive research. The research location is taken place in sub-district of Balerejo which consists of seven villages: Tapelan, Kuwu Babadan Lor, Warurejo, Kedungjati, Glonggong dan Sogo villages. There are 100 respondents sample were handed out in these seven villages in sub-district of Balerejo. Technical data analysis used is quantitative descriptive analyzing: by analyzing and using percentage.                  The Result of research turned out that the land acquisitioned for highway construction was farming lands. Mantingan Kertosono highway construction gives relatively bad side effects to social and economy condition, more over to the economy. For the livelihood has not yet completely change remain being farmer. For the economy side, there is significant reduction of harvest productivity due to farming land is now less caused by the highway construction. The highest productivity before land acquisitioned was 33% with 6,1 to 8 ton of  productivity and the lowest was 1% with 2 ton of productivity. Post land acquisitioned the highest productivity is 44% with 4,1 to 6 ton and the lowest productivity is 10% with 2 ton of productivity. Keyword : Mantingan Kertosono highway construction, social condition, economy condition  
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM TRANSMIGRASI DI KECAMATAN KARE KABUPATEN MADIUN Argi Arengga, Armi
Swara Bhumi Vol 5, No 6 (2018): Volume 5 Nomer 6 2018
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

KAJIAN AGLOMERASI INDUSTRI KAMPUNG TOPI DI DESA PUNGGUL KECAMATAN GEDANGAN KABUPATEN SIDOARJO Fathimah Hasan, Athi
Swara Bhumi Vol 5, No 6 (2018): Volume 5 Nomer 6 2018
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Desa Punggul Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo merupakan suatu sentra industri yang memproduksi berbagai jenis perlengkapan sekolah, lebih khusus pada topi. Lokasi berdirinya industri kampung topi yang ada di Desa Punggul ini bersifat mengelompok (aglomerasi). Aglomerasi industri topi ini menimbulkan berbagai dampak, salah satunya adalah persaingan harga tanpa memperhatikan kualitas barang hasil produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi teraglomerasinya industri kampung topi, aksesibilitas dari industri kampung topi dan dampak yang ditimbulkan dari teraglomerasinya industri kampung topi. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi yaitu 50 pengusaha. Sumber data diperoleh dari data primer dan sekunder menggunakan wawancara dengan kuisioner dan   dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis diskriptif kuantitatif dengan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan teraglomerasinya industri kampung topi adalah bahan baku sebesar 9% yang meliputi asal bahan baku, kemudahan mendapatkan bahan baku, ketercukupan bahan baku, jumlah bahan baku serta biaya bahan baku. Tenaga kerja memiliki persentase 14% yang terdiri dari status tenaga kerja, jumlah tenaga kerja, cara mendapatkan tenaga kerja dan upah tenaga kerja. Pemasaran dengan jumlah persentase 14% terdiri dari jangkauan pemasaran cara pemasaran industri jumlah barang jadi yang dihasilkan serta omset penjualan. Permodalan mendapatkan 18% dengan rincian besar modal, ketercukupan modal dan cara memperoleh modal. Aksesibilitas mencapai 18% yang meliputi aksesibilitas lokasi bahan baku, aksesibilitas tenaga kerja dan lokasi pemasaran. Dampak yang ditimbulkan mencapai 27% yang terdiri dari dampak positif dan dampak negatif. Kata kunci : Aglomerasi, industri kampung Abstract  Punggul, Gedangan Sub-district, Sidoarjo is a center for school equipment industry, especially hats. The type of industrial village in Punggul was classified as agglomerative industry. The existence of industrial hat agglomeration caused various impacts, one of them was causing the price competition without keeping the quality of production goods. The purpose of this research is to determine the factors that affected to agglomeration of the industrial village, the accessibility of the industrial village and the impact of the agglomerative capitals industry. This study was a survey research that the samples were 50 entrepreneurs. The data were obtained from primary and secondary data using interviews with questionnaires and documentation. The data were analyzed using quantitative descriptive analysis with a percentage. The result showed that the factors causing industrial hat agglomeration was 9% of raw materials including the origin of raw materials, the ease of obtaining raw materials, the sufficiency of raw materials, the amount of raw materials and the cost of raw materials. Labor concerning was 14% made up by labor status, the number of labor, how to get labor and the labor wages. Marketing with a total percentage of 14% consists of a range of marketing industry, industrial marketing mode, the amount of finished goods produced as well as the turnover of sales. In term of capital industry has 18% including details of capital, adequacy of capital and how to obtain the capital. In term of the accessibility has 18% including accessibility of raw material location, labor accessibility and location of marketing. While the impact of this hat industry agglomeration was 27% consists of positive and negative impacts.   Keywords: Agglomeration, Industrial Village
TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PEMILIK INDUSTRI BATIK DALAM MENGOLAH LIMBAH PRODUKSI BATIK DI KAMPUNG BATIK JETIS KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO (STUDI KASUS DI KAMPUNG BATIK JETIS KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO) SILVIANA RACHMI, IKA; , MUZAYANAH
Swara Bhumi Vol 5, No 6 (2018): Volume 5 Nomer 6 2018
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Kampung Batik Jetis Lemah Putro merupakan industri tekstil batik yang terkenal di Jawa Timur. Wilayah tersebut terkenal dengan kain batik tulis khas Sidoarjo. Sekitar 20 industri batik yang melakukan proses pembuatan di Kampung Batik Jetis tersebut. Pemilik industri tersebut membuang limbah produksi batik ke sungai Jetis Sidoarjo tanpa melalui pengolahan limbah terlebih dahulu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pemilik industri batik dalam pengelolaan limbah batik di Kampung Batik Jetis Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kualitas limbah industri batik Jetis. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik. Populasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh industri yang berada di Kampung Batik Jetis Sidoarjo sabanyak 20 industri. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, kuesioner, dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis secara kuantitatif untuk mendiskripsikan setiap variabel penelitian yang selanjutnya disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini adalah adalah para pemilik industri 100% paham akan bahaya limbah batik terhadap lingkungan. Pemilik industri membuang limbah batik langsung ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu karena kendala biaya yang cukup tinggi untuk pengelolaan limbah selain itu kurangnya lahan untuk pengelolaan limbah dan waktu yang digunakan untuk mengolah limbah pun sangat panjang. Limbah batik di Kampung Batik Jetis mengandung kadar parameter yang cukup tinggi dan melampaui standart baku mutu yang telah ditentukan oleh pemerintah. TSS tinggi yaitu sebesar 80 mg/L, fenol total tinggi yaitu sebesar 0.964 mg/L, amonium total (NH3-N) tinggi yaitu sebesar 11.69 mg/L, sulfida (S) tinggi sebesar 1.663 mg/L serta minyak dan lemak tinggi yaitu sebesar 51.82 mg/L. Pemeritah maupun pemilik industri batik hingga saat ini belum menemukan adanya solusi yang dilakukan untuk mengurangi kadar parameter pencemaran yang tinggi karena kampung Batik Jetis sehingga kadar parameter yang mencemari air di sungai Jetis tersebut dari hari ke hari semakin tinggi. Kata Kunci: limbah batik, industri tekstil batik, tingkat pengetahuan, sikap, perilaku.
KAJIAN RISIKO LAHAN TAMBAK AKIBAT BANJIR DI KECAMATAN KALITENGAH KABUPATEN LAMONGAN SYAIFUR ROHMAN, KHAFID; HARI PURNOMO, NUGROHO
Swara Bhumi Vol 5, No 6 (2018): Volume 5 Nomer 6 2018
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Banjir merupakan kejadian bencana tahunan yang terjadi di Kabupaten Lamongan. Wilayah ini merupakan kawasan Bengawan Jero yang memiliki ketinggian lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya, termasuk lebih rendah dari ketinggian Sungai Bengawan Solo, dengan 3 tingkat elevasi (0- (-24) cm, -25 cm-(-48) cm dan -49 cm-(-72) cm) yang menunjukkan bahwa Kecamatan Kalitengah adalah daerah cekungan yang rawan tergenang banjir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko banjir terhadap lahan tambak dan nilai risiko lahan tambak terhadap banjir di Kecamatan Kalitengah Kabupaten Lamongan.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian survey. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode sampel acak berstrata (stratified random sampling). Subjek penelitian yang dijadikan sumber data adalah petani yang memiliki tambak dikawasan Kecataman Kalitengah dan dipilih secara purposive sampling dan accidental sampling.Hasil penelitian menunjukkan dari perhitungan skor parameter tingkat risiko banjir di Kecamatan Kalitengah Kabupaten Lamongan bahwa tingkat risiko rendah sebesar 65% dengan luasan 2308,4 Ha. Tingkat risiko sedang sebesar 35% dengan luasan 1257,2 Ha. Tingkat risiko tinggi tidak terjadi sama sekali. Nilai risiko lahan tambak di Kecamatan Kalitengah paling tinggi adalah kawasan yang memiliki elevasi sedang dengan jumlah Rp 193.850.000 dengan rata-rata Rp 13.846.429. Elevasi rendah dan tinggi masing-masing memiliki nilai risiko Rp 105.300.000 dengan rata-rata Rp 10.530.000 dan Rp 118.450.000 dengan rata-rata Rp 10.768.182. Hal ini disebabkan oleh faktor kerentanan dengan sistem irigasi tadah hujan yang tidak membutuhkan perawatan mahal dan pada sebagian besar satu unit lahan tambak ditanami lebih dari satu komoditas untuk mengantisipasi kerugian yang tinggi akibat banjir.Kata kunci : Risiko, Lahan Tambak, Kecamatan Kalitengah
KAJIAN POTENSI UNTUK STRATEGI PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANTAI WATU DODOL KECAMATAN KALIPURO KABUPATEN BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR WAHID Q, ABDUL; HARIYANTO, BAMBANG
Swara Bhumi Vol 5, No 6 (2018): Volume 5 Nomer 6 2018
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakDi Banyuwangi ada tiga obyek wisata yang berdekatan yaitu: Watu Dodol, Pulau Merah dan Grajagan. Pengunjung wisata Watu Dodol pada 6 tahun terakhir berjumlah 226.336. Pengunjung wisata Pulau Merah pada 3 tahun terakhir berjumlah 995.586. Pengunjung wisata Grajagan pada 6 tahun terakhir berjumlah 334.107. Jumlah pengunjung Watu Dodol adalah yang terendah dibanding dua wisata pantai lainnya. Obyek wisata yang ada dan munculnya tempat-tempat wisata pantai baru juga bisa menjadi salah satu penyebab jumlah wisatawan sedikit. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui potensi yang dimiliki obyek wisata Watu Dodol dan strategi yang sesuai dalam pengembangan obyek wisata Watu Dodol.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan analisa SWOT. Populasi penelitian dalam penelitian ini wisatawan yang berkunjung di Watu Dodol. Sampel Penelitian Accidental Sampling. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain atraksi wisata, aksesibilitas, sarana prasarana, dan promosi.Hasil penelitian menunjukkan potensi yang dimiliki obyek wisata Watu Dodol yang mendukung pengembangan kepariwisataan yaitu atraksi wisata, aksesibilitas, sarana prasarana, dan promosi. Strategi pengembangan obyek wisata Watu Dodol berdasarkan analisis SWOT terdapat di posisi kuadran I. Industri pariwisata yang kuat dan berpeluang ditunjukkan di posisi ini. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah agresif.Kata Kunci: potensi, pengembangan
KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA DAN DAYA DUKUNG LAHAN DI KAWASAN WILAYAH KOTA MOJOKERTO HARWIN WARDHANA, LOVIA; MURTINI, SRI
Swara Bhumi Vol 5, No 6 (2018): Volume 5 Nomer 6 2018
Publisher : Jurusan Pendidikan Geografi FIS Unesa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakKota Mojokerto pada beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan yaitu ditandai dengan peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan pembangunan di segala bidang, tentu akan menyebabkan pusat perkotaan akan semakin padat dan akan mengakibatkan terjadinya masalah lingkungan seperti, perubahan kualitas lingkungan, berkurangnya luas lahan pertanian dan alih fungsi lahan di perkotaan dari yang semula merupakan lahan terbuka menjadi lahan terbangun yang tentu akan berpengaruh terhadap daya dukung lahan pada kawasan tersebut dengan kondisi demikian, kajian perkembangan kota dan daya dukung lahan di kawasan wilayah kota Mojokerto yang meliputi kecamatan Prajurit Kulon, Kecamatan Magersari dan Kecamatan Kranggan akan dikaji untuk lebih lanjut, yang pada penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui daya dukung lahan dan Building Coverage (BC) Kota Mojokerto.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui dokumentasi untuk mendapatakan data-data sekunder yang diperlukan. Adapun teknik analisis data yang dilakukan yaitu meliputi analisis daya dukung lahan dan analisis Building Coverage (BC).Penelitian yang sudah dilakukan diperoleh hasil dan kesimpulan bahwa kawasan wilayah Kota Mojokerto dengan jumlah penduduk sebesar 140.161 jiwa dengan kepadatan penduduk 85,111 jiwa/ha memiliki daya dukung lahan sebesar 0,012 ha/jiwa masih terlampau jauh berada dibawah standart ambang batas daya dukung lahan yang telah ditentukan oleh Yeates yaitu 0,073 ha/jiwa. kawasan wilayah Kota Mojokerto yang masih dapat untuk dilakukan pengembangan pembangunan dibeberapa titik lokasi menurut Yeates dan RTRW Kota Mojokerto dengan standart building coverage (BC) adalah 70%. Kecamatan Kranggan yang memiliki building coverage (BC) 77,99% tidak dimungkinkan untuk dilakukannya pengembangan pembangunan mengingat building coverage (BC) sudah melebihi dari standart yang telah ditentukan. Untuk kecamatan Prajurit Kulon dan Kecamatan Magersari yang masing-masing memiliki building coverage (BC) sebesar 37,23% dan 53,91% masih dapat untuk dilakukannya pengembangan pembangunan khususnya bidang fisik.Kata Kunci : Pengembangan pembangunan, Daya dukung lahan, building coverage (BC)

Page 1 of 3 | Total Record : 22