cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
LenteraBio
ISSN : 22523979     EISSN : 26857871     DOI : -
Arjuna Subject : -
Articles 24 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 3 (2014):" : 24 Documents clear
INDUKSI DAN PERTUMBUHAN KALUS DAUN TIN (FICUS CARICA) DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KOMBINASI KONSENTRASI IBA DAN KINETIN PADA MEDIA MS SECARA IN VITRO FADILAH, RAHMA
LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi Vol 3, No 3 (2014):
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman tin (Ficus carica) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat. Daun tin digunakan sebagai obat berbagai penyakit, namun budidaya tanaman tin di Indonesia banyak dijumpai kendala, sehingga diperlukan teknik perbanyakan secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh pemberian berbagai kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh IBA (Indole-3-butyric acid) dan kinetin (6-fulfurylamino purine) terhadap induksi dan pertumbuhan kalus daun tin pada media MS (Murashige dan Skoog) secara in vitro dan mengetahui kombinasi konsentrasi IBA dan kinetin terbaik untuk induksi dan pertumbuhan kalus daun tin. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, yaitu (A) MS+0 mg/l IBA+2 mg/l kinetin, (B) MS+0,5 mg/l IBA+1,5 mg/l kinetin, (C) MS+1 mg/l IBA+1 mg/l kinetin, (D) MS+1,5 mg/l IBA+0,5 mg/l kinetin, (E) MS+2 mg/l IBA+0 mg/l kinetin dengan 5 ulangan pada tiap perlakuan, sehingga didapatkan 25 unit eksperimen. Parameter yang diamati adalah kecepatan waktu induksi kalus, biomassa kalus, pembentangan eksplan, tekstur dan warna kalus. Data biomassa kalus dianalisis dengan ANAVA satu arah, sedangkan data pembentangan, tekstur dan warna kalus dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian berbagai kombinasi konsentrasi IBA dan kinetin berpengaruh terhadap induksi dan pertumbuhan kalus daun tin pada media MS secara in vitro. Kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh 0,5 mg/l IBA+1,5 mg/l kinetin merupakan kombinasi konsentrasi yang terbaik untuk induksi dan pertumbuhan kalus daun tin yang ditanam pada media MS secara in vitro, dengan waktu induksi 20 hari, biomassa kalus (0,712 gram), tekstur kalus kompak dan berwarna hijau.   Kata kunci: Ficus carica; IBA; kinetin; induksi kalus; pertumbuhan kalus.
INDUKSI KALUS DAUN MELATI (JASMINUM SAMBAC) DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI DICHLOROPHENOXYACETIC ACID (2,4-D) DAN 6-BENZYLAMINO PURINE (BAP) PADA MEDIA MS SECARA IN VITRO ROSYIDAH, MASCHURIYAH
LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi Vol 3, No 3 (2014):
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Melati (Jasminum sambac) merupakan salah satu komoditas bernilai ekonomi tinggi, tetapi pada saat ini populasi dan pasokan melati semakin berkurang sehingga mendorong untuk pengembangan tanaman melati. Teknik perbanyakan melati dengan cara setek batang banyak dijumpai kendala, antara lain kualitas bibit yang dihasilkan kurang baik. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan perbanyakan tanaman melati yang relatif cepat secara in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh induksi kalus daun melati akibat pemberian kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-D dan BAP pada media MS secara in vitro. Penelitian ini disusun dengan Rancangan Acak Lengkap dengan menggunakan 5 perlakuan, yaitu media MS dengan 0 mg/l 2,4-D + 2 mg/l BAP, Media MS dengan 0,5 mg/l  2,4-D + 1,5 mg/l BAP, Media MS dengan 1 mg/l  2,4-D + 1 mg/l BAP, Media MS dengan 1,5 mg/l 2,4-D + 0,5 mg/l BAP, Media MS dengan 2 mg/l 2,4-D + 0 mg/l BAP dan setiap perlakuan ada 5 ulangan. Parameter yang diamati yaitu kecepatan waktu induksi, biomassa, warna dan tekstur. Data dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA satu arah) dan uji beda nyata terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan BAP pada berbagai konsentrasi berpengaruh seignifikan terhadap pertumbuhan kalus eksplan daun tanaman melati pada media MS secara in vitro, kombinasi konsentrasi 1 mg/l  2,4-D + 1 mg/l BAP menghasilkan pertumbuhan kalus eksplan daun tanaman melati (Jasminum sambac) yang optimal, yaitu waktu induksi kalus pada hari ke-6, rerata biomassa kalus 1,330 gram, warna kalus hijau dan tekstur kompak.   Kata Kunci: induksi kalus; daun melati; Jasminum sambac; Dichlorophenoxyacetic Acid  (2,4-D); 6-Benzylamino Purine (BAP);  media MS
PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI NAA (NAPTHALENE ACETIC ACID) DAN BAP (BENZYL AMINO PURINE) TERHADAP INDUKSI KALUS DAUN SIRSAK (ANNONA MURICATA) SECARA IN VITRO FITRIANA PUTERI, RANI
LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi Vol 3, No 3 (2014):
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman sirsak (Annona muricata) mengandung senyawa kimia acetogenins yang sangat bermanfaat bagi pengobatan. Produksi metabolit sekunder acetogenins melalui kultur in vitro merupakan pilihan yang mempunyai harapan dibandingkan dengan produksi tanaman utuh, karena senyawa-senyawa metabolit sekunder dalam tanaman dapat ditingkatkan dan sistem produksi  dapat diatur sehingga kualitas dan produksinya lebih konsisten untuk memenuhi kebutuhan pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pertumbuhan kalus, waktu induksi tercepat serta konsetrasi NAA dan BAP yang tepat untuk menghasilkan biomassa dan viabilitas kalus paling optimal dari daun sirsak. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan setiap perlakuan memiliki 5 ulangan sehingga terdapat 25 unit ekperimen. Parameter yang diamati adalah kecepatan waktu induksi, viabilitas kalus yang terdiri atas biomassa, serta  tekstur kalus. Waktu induksi dan tekstur kalus diamati secara visual dan dianalisis secara deskriptif, sedangkan biomassa kalus dianalisis dengan menggunakan ANAVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji BNT, hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan berbagai konsentrasi NAA (Napthalene Acetic Acid) dan BAP (Benzyl Amino Purine)  secara in vitro berpengaruh secara signifikan terhadap kecepatan waktu induksi dan viabilitas kalus daun tanaman sirsak. Pemberian konsentrasi yang paling optimal untuk menghasilkan kecepatan waktu induksi dan viabilitas kalus daun sirsak adalah penambahan NAA dengan konsentrasi 3 mg/l dan BAP dengan konsentrasi 1 mg/l menghasilkan biomassa kalus sebesar 0,551 mg dan menghasilkan waktu induksi tercepat, yaitu 7 hari.   Kata kunci: Annona muricata; kultur jaringan; metabolit sekunder; waktu induksi; biomassa dan viabilitas kalus; Napthalene Acetic Acid; Benzyl Amino Purine; kultur in vitro
ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI ENDOFIT PENGHASIL HORMON INDOLE ACETIC ACID DARI AKAR TANAMAN UBI JALAR SURYA ANGGARA, BONDAN
LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi Vol 3, No 3 (2014):
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ubi jalar varietas Papua Patippi merupakan tanaman yang mampu hidup pada tanah yang kurang subur. Kemampuan bertahan hidup tersebut dikarenakan tanaman ubi jalar berasosiasi dengan bakteri endofit melalui berbagai mekanisme di antaranya menghasilkan hormon IAA. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bakteri endofit penghasil hormon IAA, mengetahui karakteristik isolat bakteri dan melihat similaritas antarisolat bakteri. Sampel berupa akar tanaman ubi jalar diperoleh dari kebun Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Bakteri endofit, diisolasi dan diuji untuk mengetahui kadar hormon IAA yang dihasilkan. Empat isolat yang menghasilkan hormon IAA tertinggi dikarakterisasi morfologi koloni, morfologi sel dan fisiologi biokimia. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan numerik menggunakan Clad97. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 isolat bakteri endofit penghasil hormon IAA tertinggi. Isolat-isolat tersebut yaitu isolat A1, B1, B2 dan B3. Isolat bakteri endofit tersebut mempunyai karakteristik morfologi koloni dengan bentuk irregular; elevasi umbonate atau raised; tepi serrate, lobate atau entire; warna putih sampai putih kekuningan; karakter optik opaque; permukaan halus, tidak rata dan kasar. Karakteristik morfologi sel adalah Gram negatif, bentuk sel batang pendek, susunan sel monobasil, diplobasil atau streptobasil dan tidak terdapat endospora. Karakteristik fisiologi biokimia isolat bakteri endofit beragam di antaranya motil atau nonmotil, memproduksi katalase, mereduksi gula, memfermentasi asam campuran, memproduksi 2,3 butanadiol, mampu mereduksi nitrat dan memproduksi indol. Berdasarkan karakteristik tersebut isolat B1, B2 dan B3 mempunyai kemiripan yang tinggi dengan tingkat similaritas mencapai 1 sedangkan untuk isolat A1 mempunyai similaritas terendah yaitu 0.73 dibandingkan dengan isolat B1, B2 dan B3.   Kata kunci: karakterisasi; akar ubi jalar; bakteri endofit; hormon IAA
PENGGUNAAN CENDAWAN ENTOMOPATOGEN LECANICILLIUM LECANII UNTUK MENANGGULANGI  HAMA PENGGEREK POLONG KEDELAI ETIELLA ZINCKENELLA SECARA IN VITRO PRANATA, RENDI
LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi Vol 3, No 3 (2014):
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Etiella zinckenella merupakan hama utama kedelai yang dapat menyebabkan kerugian hingga 80% dari hasil panen. Salah satu cara pengendaliannya adalah dengan menggunakan cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi aplikasi cendawan entomopatogen L. lecanii dan pemberian cendawan L. lecanii pada stadia tertentu penggerek polong kedelai E. zinckenella terhadap mortalitas larva instar 1 dan tingkat ovisidal telur penggerek polong kedelai E. zinckenella. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua faktor perlakuan yaitu fase perkembangan E. zinckenella dari telur umur 0 hari, 1 hari, 2 hari, 3 hari, larva instar 1 dan frekuensi aplikasi 1x, 2x, 3x, dan 4x dengan tiga kali pengulangan. Parameter yang diamati adalah tingkat ovisidal telur E. zinckenella dan tingkat mortalitas larva instar 1 E. zinckenella. Data tingkat ovisidal dianalisis menggunakan uji Friedman, sedangkan tingkat mortalitas larva instar 1 dianalisis secara deskriptif. Frekuensi aplikasi yang efektif adalah frekuensi aplikasi 3x pada stadia telur 0 hari mampu menggagalkan penetasan telur hingga persentase ovisidal sebesar 80%.   Kata kunci: Cendawan entomopatogen; Lecanicillium lecani; hama penggerek polong kedelai;  Etiella zinckenella.
IDENTIFIKASI TELUR ENDOPARASIT SALURAN PENCERNAAN MACACA FASCICULARIS YANG DIPERGUNAKAN PADA PERTUNJUKAN TOPENG MONYET DI SURABAYA MELALUI PEMERIKSAAN FESES TRIANI, RISKA
LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi Vol 3, No 3 (2014):
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan primata yang termasuk ke dalam famili Cercopithecidae dan belum termasuk jenis satwa yang dilindungi secara hukum, sehingga monyet ekor panjang diperdagangkan secara ilegal serta dijadikan hewan pertunjukan topeng monyet. Monyet ekor panjang yang menjadi hewan peliharaan akan lebih sering terjadi kontak dengan manusia yang dapat menyebabkan terjadinya penularan penyakit zoonosis antara satwa primata dan manusia. Penularan penyakit dapat terjadi melalui telur cacing sebagai sumber infeksi dan menyebabkan penyakit parasitik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis telur endoparasit dan menentukan frekuensi kehadiran telur endoparasit yang menginfeksi saluran pencernaan monyet ekor panjang melalui pemeriksaan feses yang digunakan sebagai hewan pertunjukan topeng monyet di Surabaya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – April 2014 di Laboratorium Taksonomi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan 3 kali pengulangan pengambilan sampel sebanyak 28 ekor. Metode pemeriksaan feses yang digunakan yaitu natif dan sedimentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa monyet ekor panjang di Surabaya terinfeksi oleh telur endoparasit yaitu Ascaris lumbricoides, Strongyloides stercoralis, Trichuris trichiura, Hymenolepis sp., Ancylostoma duodenale, dan kista Balantidium coli dengan frekuensi kehadiran berturut-turut yaitu 4,71%, 7,85%, 2,85%, 0,78%, 0,79%, dan 0,79%.   Kata kunci: pemeriksaan feses; Macaca fascicularis; telur helminthes; kista Protozoa
MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BRAHMAN DENGAN BERBAGAI  KONSENTRASI DALAM PENGENCER CEP-D YANG DISIMPAN DALAM REFRIGERATOR MUSLIH FIQRI, MOHAMAD
LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi Vol 3, No 3 (2014):
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi spermatozoa terbaik dan mendiskripsikan pengaruh konsentrasi spermatozoa yang mampu mempertahankan motilitas spermatozoa sapi Brahman selama penyimpanan dalam refrigerator dengan temperatur 4-5oC. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah 15 x 106/ml, 20 x 106/ml, 25 x 106/ml, 30 x 106/ml, dan semen segar sebagai kontrol dengan konsentrasi spermatozoa tinggi (1660 x 106/ml). Motilitas spermatozoa diamati setiap hari dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 200X pada suhu 37oC hingga mencapai penurunan motilitas 40%. Data motilitas dianalisis menggunakan anava satu arah. Hasil penelitian motilitas spermatozoa mampu bertahan selama 7 hari penyimpanan dengan persentase motilitas setiap perlakuan didapatkan 15 x 106/ml (42,50%), 20 x 106/ml (39,38%), 25 x 106/ml (39,38%), 30 x 106/ml (35,63%), dan semen segar (0,00%). Analisis data menunjukkan bahwa konsentrasi spermatozoa selama penyimpanan dalam pengencer CEP-D berpengaruh nyata terhadap motilitas spermatozoa sapi Brahman selama penyimpanan pada refrigerator dengan konsentrasi spermatozoa terbaik selama penyimpanan adalah 15 x 106/ml.   Kata kunci: konsentrasi spermatozoa; sapi brahman; pengencer CEP-D; motilitas
PENGARUH PEMBERIAN FILTRAT TAUGE KACANG HIJAU TERHADAP HISTOLOGI HEPAR MENCIT YANG TERPAPAR MSG ANGGRAENY, ESSY
LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi Vol 3, No 3 (2014):
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek dari filtrat tauge kacang hijau terhadap histologi hepar mencit yang terkena monosodium glutamat (MSG) selama 25 hari. Penelitian ini menggunakan RAL yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Mencit diperlakukan setiap hari secara per oral dengan pemberian MSG 4 mg/0,5 ml selama 25 hari dan dilanjut dengan pemberian filtrat tauge kacang hijau per perlakuan dengan dosis 2 ml, 2,5 ml dan 3 ml selama 15 hari. Setelah hari ke-47  mencit dibedah dan diambil organ heparnya untuk dibuat preparat histologi. Data perhitungan kerusakan sel hepar diuji secara statistik dan didapatkan hasil data homogen dan berdistribusi normal, selanjutnya dilanjutkan dengan pengujian Anava dan dilanjut dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MSG menyebabkan degenerasi sel dan nekrosis pada jaringan hati dengan (P<0,05) dan filtrat tauge kacang hijau dapat memulihkan kerusakan sel hepar mencit yang disebabkan oleh MSG dengan dosis paling optimal adalah 3ml. Kata Kunci: hepar; Monosodium glutamate (MSG); filtrat tauge kacang hijau
EFEK FILTRAT TAUGE KACANG HIJAU TERHADAP JUMLAH SEL SERTOLI PADA TESTIS MENCIT YANG TERPAPAR MSG FITHRIYAH, RIZQIYATUL
LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi Vol 3, No 3 (2014):
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kemampuan filtrat tauge kacang hijau dalam meningkatkan jumlah sel sertoli setelah terpapar MSG. Penelitian ini  menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 5 kelompok perlakuan dan 4 pengulangan. Kelompok kontrol normal adalah kelompok mencit tanpa diberi MSG dan Filtrat tauge kacang hijau. Kelompok kontrol sakit yaitu kelompok yang diberi MSG  4 mg/0,5 ml selama 25 hari, tanpa diberi filtrat tauge kacang hijau. Kelompok perlakuan I diberi 4 mg/0,5 ml MSG + 2 ml filtrat tauge kacang hijau. Kelompokperlakuan II diberi perlakuan 4 mg/0,5 ml MSG + 2,5 ml filtrat tauge, dan kelompok perlakuan III diberi perlakuan 4 mg/0,5 ml MSG + 3 ml filtrat tauge selama 15 hari. Pengambilan data dengan mengamati preparat histologis testis dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin, untuk dihitung jumlah sel sertoli.Analisis data mengenai jumlah sel sertoli menggunakan program SPSS versi 20, dengan uji anava. Hasil perhitungan jumlah sel sertolidiperoleh hasil tidak berbeda secara signifikan  (P>0,05). Simpulan: tauge kacang hijau tidak berpengaruh pada peningkatan jumlah sel sertoli setelah paparan MSG.   Kata kunci: MSG (monosodium glutamat); filtrat tauge kacang hijau; sel sertoli
EFEKTIVITAS PEMBERIAN GETAH PEPAYA (CARICA PAPAYA) PADA TANAMAN CABAI MERAH TERHADAP PENURUNAN SERANGAN BEGOMOVIRUS PRATIWI ARDINI, SHINTA
LenteraBio: Berkala Ilmiah Biologi Vol 3, No 3 (2014):
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Begomovirus merupakan penyebab Pepper Yellow Leaf Curl Virus (PYLCV) pada tanaman cabai merah. Begomovirus memerlukan kutu kebul sebagai inang untuk menyerang tanaman cabai merah. Kutu kebul merupakan serangga hama yang paling banyak menyerang pada Famili Solanaceae termasuk tanaman cabai merah. Insektisida nabati yang terbuat dari getah buah muda tanaman pepaya berusia 2,5 – 3 bulan merupakan salah satu pengendalian yang ramah lingkungan terhadap hama tanaman cabai merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas getah pepaya dalam penurunan serangan kutu kebul pembawa Begomovirus serta menentukan konsentrasi yang paling efektif dalam penurunan serangan Begomovirus. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor perlakuan yaitu konsentrasi larutan getah pepaya. Konsentrasi larutan getah pepaya tersebut adalah 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm dan 30 ppm serta kontrol 0 ppm. Data yang diperoleh dianalisis ANAVA 1 arah menggunakan SPSS 15.0 for windows selanjutnya dilakukan uji BNT. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa larutan getah pepaya efektif terhadap penurunan serangan Begomovirus dan konsentrasi yang efektif dalam penurunan serangan Begomovirus ialah 25 ppm dan 30 ppm. Kata kunci: Begomovirus; getah papaya; penurunan serangan

Page 1 of 3 | Total Record : 24