cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
ISSN : 08539987     EISSN : 23383445     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Media Health Research and Development ( Media of Health Research and Development ) is one of the journals published by the Agency for Health Research and Development ( National Institute of Health Research and Development ) , Ministry of Health of the Republic of Indonesia. This journal article is a form of research results , research reports and assessments / reviews related to the efforts of health in Indonesia . Media Research and Development of Health published 4 times a year and has been accredited Indonesian Institute of Sciences ( LIPI ) by Decree No. 396/AU2/P2MI/04/2012 . This journal was first published in March 1991.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue " Vol 26, No 4 (2016)" : 6 Documents clear
Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue berdasarkan Maya Indeks dan Indeks Entomologi di Kota Tangerang Selatan, Banten Astuti, Endang Puji; Prasetyowati, Heni; Ginanjar, Aryo
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 26, No 4 (2016)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v26i4.4510.211-218

Abstract

South Tangerang City become the highest contributor of dengue in 2014 in the province of Banten. The increasing of dengue cases in this city indicates that transmission still ongoing and the vector controlsless optimal. The aim of this study is to assess the transmission risk of dengue in endemic regions based Maya index and Entomology index. This cross sectional study was conducted in three health centers which highest dengue case at last three years that is Benda Baru, Bakti Jaya and Pondok Jagung in June2015. The survey larvae in containers has conducted in 100 houses in each area of the health center,so that the total sample taken is 300 houses. Containers were observed categorized into containers of controlled / Controllable Containers (CC) and containers used / Disposable Container (DC). Datawere analyzed descriptively to determine the proportion of the number and types of containers. Mayaindex obtained from categorization ratio of Breeding Risk Indicator (BRI) and Hygiene Risk Indicator(HRI). Container Index (CI), House Index (HI), Bruteau Index (BI), House Pupa Index (HPI), Pupa Index (PI) were calculated to assess the density of larvae. The results showed 833 containers with 785 containers belonging to CC and 48 included in the DC. The largest of positive Controllable Container inSouth Tangerang City is a bucket (22.7%), bath up (15.5%) and water reservoirs in dispenser (12.4%),while Disposable Container most positive larvae are buckets former (10.3%) and used goods (7.2%).Value Container Index (CI) was 11.7%, House Index (HI) 27.3%, Angka Bebas Jentik (ABJ) 72.7%,and Bruteau Index (BI) 32.3%. The number of pupae depicted with PI 29.3% and HPI 2.7% which is relatively low. Based on Maya index and Entomology index South Tangerang city has a moderate risk level in the transmission of dengue.Keywords: DBD, Entomology Index, Maya index, South Tangerang City AbstrakKota Tangerang Selatan menjadi penyumbang tertinggi DBD tahun 2014 di Provinsi Banten. Peningkatan kasus DBD tiap tahun di wilayah ini menunjukkan penularan masih berlangsung dan upaya pengendalian yang dilakukan kurang optimal. Oleh sebab itu dilakukan penelitian untuk menilai risiko penularan DBD di wilayah endemis DBD berdasarkan Maya Indeks dan indeks entomologi. Penelitian dilakukan dengan pendekatan potong lintang di tiga puskesmas endemis tertinggi tiga tahun terakhir yaitu Benda Baru,Bakti Jaya dan Pondok Jagung Kota Tangerang Selatan bulan Juni 2015. Survei jentik pada kontainerdi 100 rumah di masing-masing wilayah puskesmas sehingga total sampel yang diambil adalah 300rumah. Kontainer yang diamati dikategorikan menjadi kontainer terkendali/Controllable Containers (CC)dan kontainer bekas/Disposable Container (DC). Data dianalisa secara deskriptif untuk menentukan proporsi jumlah dan jenis kontainer. Maya Indeks diperoleh dari hasil pengkategorian rasio Breeding Risk Indicator (BRI) dan Hygiene Risk Indicator (HRI), Container Index (CI), House Index (HI), BruteauIndex (BI), House Pupa Index (HPI), Pupa Index (PI) dihitung untuk menilai kepadatan larva. Dari hasil pengamatan diperoleh 833 kontainer dengan 785 kontainer tergolong CC dan 48 termasuk dalam DC.Controllable Container yang positif larva terbanyak di Kota Tangerang Selatan adalah ember (22,7%),bak (15,5%) dan penampungan air di dispenser (12,4%), sedang Disposible Container yang paling banyak positif larva adalah ember bekas (10,3%) kemudian barang bekas (7,2%). Nilai Container Index(CI) sebesar 11,7% dan House Index (HI) 27,3%, Angka Bebas Jentik (ABJ) 72,7%, dan Bruteau Index(BI) 32,3%. Indeks pupa digambarkan dengan PI 29,3% dan HPI 2,7% yang masih relatif rendah.Wilayah endemis DBD Kota Tangerang Selatan memiliki tingkat risiko sedang dalam penularan DBD.Kata Kunci: DBD, indeks entomologi, Maya Indeks, Tangerang Selatan
Akurasi Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian (Studi Tipikal Sejumlah Daerah di Indonesia) Masih Perlu Banyak Peningkatan: Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian di Beberapa Daerah, Indonesia 2014 Sulistiyowati, Ning; Irianto, Joko; Usman, Yusleli
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 26, No 4 (2016)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v26i4.4822.191-200

Abstract

Death Registrations System and Cause of Death are fundamental in creating demographic andepidemiological measures needed by regional planning in various sectors, such as education,employment and health. The aims of this study are to address the strengths and weaknesses of the Death Registrations System and Causes of Death in several regions in Indonesia; so they will know the areas that require improvement and actions that need to be done. The current system status is determined using a rapid assessment which has been developed by WHO and Health Information Systems Knowledge Hub, from the University of Queensland (2010a). Twenty-five questions were discussed by participants consisting of 2–4 groups of senior staffs responsible for various aspects ofthe Death Registration System and Cause of Death. The assessment was conducted in 13 districts/municipalities in 2014. As a result, there are still some aspects of the function of the system should beimproved. Regions with a high enough value is Surakarta (80%) and Yogyakarta (68%) included in thecategory of moderate or 65–84; functional but not sufficient. The average area with values below 64%,is classified as weak. There are variations in the strength and a weakness of each region. It is importantto develop appropriate strategies to obtain Death Registrations System and Cause of Death better.Keywords: rapid assessment, Death Registrations and Cause of Death, Indonesian Key word: Rapid Assessment, Civil Registrations and Cause of Death, Indonesia AbstrakSistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian merupakan landasan untuk memperoleh berbagai ukuran demografi dan epidemiologi dalam perencanaan regional di berbagai sektor, seperti pendidikan,ketenagakerjaan dan kesehatan. Dalam penelitian ini dibahas tentang kekuatan dan kelemahan dariSistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian dari beberapa daerah di Indonesia, sehingga akan diketahui daerah yang memerlukan perbaikan dan tindakan yang perlu dilakukan. Status sistem saat ini ditentukan menggunakan penilaian secara cepat (rapid assessment) yang telah dikembangkan oleh WHO dan Health Information Systems Knowledge Hub., dari University of Queensland (2010a).Dua puluh lima pertanyaan didiskusikan oleh 2–4 kelompok peserta yang terdiri dari staf senior yang bertanggung jawab untuk berbagai aspek Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian.Penilaian ini dilakukan di 13 kabupaten/kota pada tahun 2014. Hasilnya, masih ada beberapa aspekfungsi sistem yang harus ditingkatkan. Daerah dengan nilai cukup tinggi adalah Surakarta (80%) dan Yogyakarta (68%) termasuk dalam kategori moderat atau 65–84; fungsional tetapi tidak memadai. Rata-rata daerah dengan nilai di bawah 64%, atau lemah. Ada variasi dalam kekuatan dan kelemahan darisetiap daerah. Hal ini penting untuk mengembangkan strategi yang tepat untuk mendapatkan SistemRegistrasi Kematian dan Penyebab Kematian yang lebih baik.Kata Kunci: penilaian cepat, Sistem Registrasi Kematian dan Penyebab Kematian, Indonesia
Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan Berobat pada Pasien TB Paru yang Rawat Jalan di Jakarta Tahun 2014 Sari, Ida Diana; Mubasyiroh, Rofingatul; Supardi, Sudibyo
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 26, No 4 (2016)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.001 KB) | DOI: 10.22435/mpk.v26i4.4619.243-248

Abstract

Pulmonary tuberculosis is an infectious disease caused by the Mycrobacterium tuberculosis. Pulmonary TB cure rate in certain areas in Indonesia is still low.The research objective was to determine the relationship between knowledge, attitudes and compliance outpatient pulmonary tuberculosis in 5 regional public hospitals in Jakarta. This study used a cross-sectional design with each of the 10 samples in each of regional public hospital in Jakarta. The inclusion criteria were adult patients with TB category I observed during 7-8 months. Collecting data using questionnaires and medical records of the patients, and data analysis using Chi Square test. Conclusion of the study shows that the rate of72,7% adherence to treatment. There is no significant relationship between knowledge, attitudes and compliance of out patient pulmonary tuberculosis patients (p > 0.05).Keywords: knowledge, attitudes, compliance, pulmonary tuberculosis, outpatient hospital AbstrakTuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium tuberkulosis. Angka kesembuhan TB paru di daerah tertentu di Indonesia masih rendah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan kepatuhan berobat jalan pasien TBparu di 5 RSUD Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan masing-masing 10 sampel di setiap RSUD Kota Jakarta. Kriteria inklusi adalah pasien dewasa TB paru kategori I yang diobservasi selama 7-8 bulan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan kartu rekam medik pasien, dan analisis data menggunakan uji Chi Square. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa angka kepatuhan berobat sebesar 72,7%. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan kepatuhan berobat jalan pasien TB paru (p > 0,05).Kata Kunci: pengetahuan, sikap, kepatuhan, TB paru, pasien rawat jalan RS
Ketersediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional di Delapan Kabupaten-Kota di Indonesia Mujiati, Mujiati; Yuniar, Yuyun
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 26, No 4 (2016)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v26i4.4827.201-210

Abstract

Implementation of the National Health Insurance program causes various effects, including an increased number of visits to primary health facilities, so it takes an adequate distribution of human resources.The aims of this study is to describe the availability of human resources for health in primary health centers in the era of National Health Insurance. Type of research is quantitative-qualitative method withcross sectional approach. Data collecting has done by interviews and round table discussion. Researchlocations were selected purposively in eight districts/cities, namely Bekasi City and Bogor District (WestJava), South Tangerang City and Serang District (Banten), Yogyakarta City and Bantul District (DIY),Surakarta City and Sragen District (Central Java). Informants are leaders/representatives of primaryhealth centers, clinics, physicians and the district/city health office. The quantitative data were analyzed descriptively and qualitative data using content analysis. Health centers in eight districts/cities do notall have the human resources for health in accordance of Permenkes RI No. 75/2014, but general practitioners, midwives and nurses have been available in all health centers though the amount isstill lacking. With the exception of Bogor, the number of medical personnel throughout the clinic is inconformity with Permenkes RI No. 9/2014, but other types of human resources for health is still a lot that has not been available. Meanwhile, throughout the medical practitioners, the most human resources widely available are general practitioners and nurses. There are changes in procurement planning ofhuman resources in the era of National Health Insurance, increased workload and working hours, sothat it is needed planning and procurement of human resources based on needs.Keywords: human resources, primary health facilities, national health insuranceAbstrakPelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menimbulkan berbagai dampak, termasuk meningkatnya jumlah kunjungan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), sehingga dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) kesehatan yang memadai. Tujuan penelitian adalah untuk memberi gambaran tentang ketersediaan SDM kesehatan di FKTP dalam era JKN. Jenis penelitian adalah kuantitatif-kualitatif dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dengan wawancara dan round table discussion. Lokasi penelitian dipilih secara purposive di 8 kabupaten/kota yaitu Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor (Jawa Barat), Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Serang (Banten), KotaYogyakarta dan Kabupaten Bantul (DIY), serta Kota Surakarta dan Kabupaten Sragen (Jawa Tengah). Informan yaitu pimpinan/wakil institusi puskesmas, klinik, dan praktik dokter serta dinas kesehatan kabupaten/kota. Analisa data kuantitatif dilakukan secara deskriptif dan analisa data kualitatif dengan content analysis. Puskesmas di 8 kabupaten/kota belum seluruhnya memiliki SDM kesehatan sesuaiPermenkes RI Nomor 75 tahun 2014, namun dokter umum, bidan dan perawat telah tersedia di seluruh puskesmas meskipun dengan jumlah yang masih kurang. Kecuali Kabupaten Bogor, jumlah tenaga medis di seluruh klinik sudah sesuai Permenkes RI Nomor 9 Tahun 2014, namun jenis SDM kesehatan lain masih banyak yang belum tersedia. Sedangkan di seluruh praktik dokter, SDM kesehatan yangpaling banyak tersedia yaitu dokter umum dan perawat. Terdapat perubahan dalam perencanaan pengadaan SDM di daerah sesudah JKN, peningkatan beban kerja dan jam kerja, sehingga diperlukan perencanaan dan pengadaan SDM berbasis kebutuhan.Kata Kunci: SDM, FKTP, JKN
Penggunaan Kecombrang (Etlingera elatior) sebagai Alternatif Pengganti Sabun dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Suku Baduy Agustina, Zulfa Auliyati; Suharmiyati, NFn; Ipa, Mara
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 26, No 4 (2016)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.001 KB) | DOI: 10.22435/mpk.v26i4.5179.235-242

Abstract

Baduy is one of ethnic Indonesia’s living on the slope of Kendeng’s mountain, Lebak, Province of Banten.Lebak’s Health Service Data in 2013 noted that Kampung Tangtu in Kanekes village is one of sac Yaws Disease, a tropical neglected disease and difficult to eradicated. Adherence to the indigenous traditions in Baduy Dalam about Clean and Healthy Behavior (PHBS) that do not accept modernization such as toothpaste, soap and shampoo, do not use the footwear are the risk factors to the incidence of Yaws inBaduy. This research was conducted to get an idea of the potential of culture-related health problems,including PHBS. This research used an ethnographic approach. The result showed Baduy’s community particularly Baduy Dalam obedient to the Pikukuh and live in harmony with its natural surroundings. Kecombrang (Etlingera elatior) is a natural product with saponins which produce foam, is a plant that is used by Baduy Dalam to take a bath and brush teeth. Kecombrang grown in the forest and not yet cultivated. Conclude that Clean and Healthy Behavior particulary in bathing habits, Baduy Dalam used natural resource around them. In accordance with pikukuh, Baduy Dalam people’s not allowed to use chemical soap because its violating the indigenous traditions. Kecombrang used by Baduy people’s to take a bath, brush the teeth and washed but not yet used for hand washing. It is recommended that keep conducted intensively and continuously approach to the Baduy Dalam by inserting PHBS’s messages while respecting the local wisdom. In addition, cultivation of kecombrang around Baduy Dalam need tobe considered.Keywords: Baduy Dalam Ethnic, PHBS, Etlingera elatior AbstrakSuku Baduy merupakan salah satu etnis di Indonesia yang tinggal di lereng pegunungan Kendeng,Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Data Dinas Kesehatan Lebak pada tahun 2013 menyebutkan bahwa Kampung Tangtu di Desa Kanekes merupakan salah satu kantung penyakit Frambusia, penyakit tropis yang terabaikan dan masih sulit diberantas. Kepatuhan terhadap pikukuh Etnik Baduy Dalam terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu tidak menerima modernisasi seperti penggunaan pasta gigi, sabun mandi dan cuci, sampo, dan tidak menggunakan alas kaki merupakan faktor risiko terhadap kejadian Frambusia di Baduy. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran potensi budaya masyarakat terkait masalah kesehatan, salah satunya tentang PHBS. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Baduy terutama warga masyarakat Etnik Baduy Dalam memiliki sifat yang memegang teguh pikukuh dan hidup selaras dengan alam sekitarnya. Kecombrang (Etlingera elatior) yang merupakan hasil alam dengan kandungan saponin yang memiliki sifat menghasilkan busa adalah tumbuhan yang digunakan masyarakat Baduy untuk mandi dan gosok gigi. Kecombrang tumbuh dengan sendirinya dihutan dan belum dibudidayakan. Disimpukan bahwa PHBS khususnya kebiasaan mandi, masyarakat menggunakan hasil alam yang ada disekitarnya. Sesuai dengan pikukuh adat, masyarakat Baduy Dalam tidak diperbolehkan menggunakan sabun dari bahan kimia karena hal tersebut melanggar aturan adat. Kecombrang dimanfaatkan oleh masyarakat Baduy untuk mandi, menggosok gigi dan keramas namun belum dimanfaatkan untuk mencuci tangan.Perlu dilakukan pendekatan yang intensif dan secara terus menerus kepada masyarakat Baduy Dalam dengan menyisipkan pesan-pesan PHBS kepada masyarakat namun tetap menghormati budaya yang ada. Selain itu perlu adanya pembudidayaan kecombrang di sekitar kampung Baduy.Kata Kunci: Suku Baduy Dalam, PHBS, Etlingera elatior
Kajian Implementasi Pembinaan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) untuk Meningkatkan Keamanan Pangan: Peran Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kota Manalu, Helper Sahat P; Suudi, Amir
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 26, No 4 (2016)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v26i4.5734.249-256

Abstract

Street foods are expected to contribute energy and other useful nutrients for growing school children.The objective of this study was to assess the implementation of street food in Bekasi, particularly roleof education and health authority. The assesment was based on qualitative method, using round tablediscussion and supported by secondary data. The results showed problems of school children streetfoods seller in terms of personal higiene, how to manage, manner of presentation, storage, quality of food and habits of the child was still not good. Policies related to the management and supervision in schools has been carried out from the center (National Food and Drug Board, Ministry of Health)and the local government, but the implementation was not well coordinated about, who was the most responsible in supervision of the street food at school. The national and West Java Province authorities suggested that the monitoring control of street food in elementary school should be handed over to by the local government district/city.Keywords: management, street foods, children, school AbstrakKonsumsi makanan jajanan anak diharapkan dapat memberikan kontribusi energi dan zat gizi lain yang berguna untuk pertumbuhan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran dinas pendidikan dan dinas kesehatan dalam pembinaan pangan jajanan anak sekolah di Bekasi. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu round table discussion dengan nara sumber dari Direktorat Surveillans dan PKP Badan Pengawas Obat dan Makanan Jakarta (Badan POM Jakarta), Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Bina Kesehatan Anak Ditjen GIKIA. Sebagai pendukung hasil kajian, digunakan data sekunder berupa laporan hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan makanan jajanan sekolah. Untuk mengetahui pengelolaan makanan jajanan di sekolah dilakukan dengan melakukan kunjungan salah satu sekolah dasar di Kota Bekasi, Dinas Pendidikan Dasar, Dinas Kesehatan. Hasil kajian menunjukkan masalah makanan jajanan anak sekolah ditinjau dari higiene perorangan penjual, cara pengelolaan, cara penyajian, cara penyimpanan, kualitas makanan dan kebiasaan anak jajanan masih kurang baik. Kebijakan yang terkait dengan pengelolaan di sekolah sudah dilakukan dari pusat (Badan POM, Kementerian Kesehatan) dan pemda setempat, namun dalam pelaksanaannya belum terkoordinir dengan baik mengenai instansi mana yang bertanggung jawab dalam pengendalian makanan jajanan di sekolah. Pelaksana program di pusat dan Provinsi Jawa Barat menyarankan agar pengendalian pengelolaan makanan di sekolah dasar diserahkan ke pemerintah daerah kabupaten/kota.Kata Kunci: pengelolaan, jajan, anak, sekolah

Page 1 of 1 | Total Record : 6