cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Imajinasi
ISSN : 1829930X     EISSN : 25496697     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Jurnal Seni Imajinasi merupakan jurnal seni yang dikelola oleh Jurusan Senirupa, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unnes. Terbit perdana pada bulan Juli 2004. Terbit dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Juli dan Januari, dengan isi artikel tentang kajian atau analisis kritis dan hasil penelitian di bidang seni rupa.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue " Vol 2, No 1 (2006): Imajinasi" : 7 Documents clear
PERSEPSI REMAJA KOTA SEMARANG TERHADAP MUSIK DANGDUT Muttaqin, Moh.
Imajinasi Vol 2, No 1 (2006): Imajinasi
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui persepsi remaja kota Semarang terhadap musik dangdut; dan (2) mengetahui perbedaan persepsi di antara remaja kota Semarang, antara yang tinggal di pinggiran dan pusat kota terhadap musik dangdut. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif, dengan populasi penelitian remaja kota Semarang baik yang tinggal di pinggiran kota maupun pusat kota. Pengambilan sampel penelitian secara bertingkat (multi stage sampling) dan diperoleh sejumlah 250 orang sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei menggunakan angket sebagai alat pengumpul data yang selanjutnya data dianalisis dengan Analisis Standar Persentase dan Koefisien Kontingensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) persepsi remaja kota Semarang terhadap musik Dangdut termasuk dalam kategori cukup (55,23%); (2) ada perbedaan tingkat persepsi antara remaja yang tinggal di pinggiran kota dan pusat kota Semarang terhadap musik dangdut. Berdasarkan hasil tersebut disarankan agar dilakukan upaya-upaya oleh berbagai pihak yang terkait dengan pengembangan persepsi remaja terhadap musik dangdut sehingga remaja memiliki persepsi yang lebih baik terhadap musik dangdut. Kata kunci: persepsi, remaja, musik dangdut  
PENDIDIKAN SENI TARI SEBAGAI SARANA AKTUALISASI DIRI DAN APRESIASI -, Hartono
Imajinasi Vol 2, No 1 (2006): Imajinasi
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seni tari sebagaimana seni-seni yang lain memiliki fungsi sebagai media untuk mengomunikasikan ide-ide dan keyakinan. Oleh karena itu untuk kepentingan pendidikan seni, perlu dipelajari dan diapresiasi. Melalui aktivitas berkesenian akan diperoleh banyak hal yang berkait dengan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan, di antaranya sebagai pemenuhan kebutuhan akan rasa keindahan dan ungkapan sosial. Insan pendidikan yang menggunakan media seni termasuk seni tari, selain akan terpenuhi rasa keindahan dan ungkapan sosialnya, juga akan terpenuhi segala hasrat untuk mengaktualisasikan diri dalam wujud yang lebih halus dan bernilai. Kata Kunci : seni tari, pendidikan, komunikasi, ekspresi, aktualisasi diri.
PERTENTANGAN IDEOLOGI PADA MASA RENAISANS DENGAN IDEOLOGI PADA ABAD PERTENGAHAN DALAM KARYA SENI -, Aprillia
Imajinasi Vol 2, No 1 (2006): Imajinasi
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Setiap masyarakat tentu memiliki pola pikir dan pandangan hidup yang seiring dengan masa tersebut, misal: pembuatan seni patung yang disesuaikan dengan canon saat itu. Tidak beda dengan Abad Pertengahan yang pada masa itu dikuasai oleh gereja dan diawali dari jaman Basilika, sehingga cara berpikir dan pandangan hidupnya diwarnai dengan masalah keagamaan semata. Gereja saat itu juga mengatur pemerintahan, menjadikan agama itu (Nasrani) adalah agama negara, dan mengatur di segala bidang, termasuk bidang seni. Penciptaan seni harus berpusat pada agama atau gereja, yang bersifat teosentris, menuntut bentuk yang ideoplastis. Manusia berasal dari Allah Pencipta, maka segala yang ada, yang dibuat oleh manusia harus dikembalikan kepadaNya, sehingga manusia terikat dengan aturan dari agama yang dibuat oleh gereja tersebut, segala bentuk karya senipun di ciptakan untuk kepentingan agama atau gereja saat itu.Tetapi dengan perkembangan pemikiran dan kemampuan orang, serta seiring dengan segala bentuk penyelewengan yang dilakukan oleh para pemimpin agama (uskup), menjadikan kepercayaan masyarakat terhadap gereja saat itu tidak ada lagi. Kemunculan para kapitalis mempengaruhi masyarakat, menggiring kepada pemikiran yang bebas, individualis, untuk menemukan diri pribadi. Pusat pemikiran, pendidikan, kesenian dan kesadaran manusia tidak lagi kepada gereja, agama, tetapi kepada sesama, menjadikan hubungan yang antroposentris. Penemuan dan kembali kepada pribadi manusia adalah kelahiran baru esensi manusia, yang merupakan masa Renaissance sebagai masa pertentangan terhadap Abad Pertengahan. Keberadaan Renaisans yang membangkitkan aliran humanistik, membawa filsafati abad ini pada hal-hal yang konkret, ke alam semesta dan kepada kehidupan manusia sebagai masyarakat. Berbagai kelompok masyarakat bersatu menentang pola pikir Abad Pertengahan yang dogmatis gerejawi. Kelompok masyarakat yang melahirkan suatu perubahan dalam pemikiran manusia dan filsafatnya, serta dukungan dari gerakan kelahiran kembali pribadi manusia yang bebas, mengarahkan ciptaan karya-karya yang bersifat humanistik. Kata kunci: teosentris, antroposentris, ideoplastis, humanistis, katakomba, canon
TERBENTUKNYA SENI LUKIS KALIGRAFI ISLAM DI INDONESIA BU, Kamsidjo
Imajinasi Vol 2, No 1 (2006): Imajinasi
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agama Islam masuk ke Indonesia abad VII Masehi yang dibawa oleh para saudagar Arab yang datang pertama kali di Indonesia lewat pesisir utara Sumatera. Dari sinilah terbentuk cikal bakal komunitas muslim yang ditengarai dengan pendirian Kerajaan Islam pertama di Aceh. Selanjutnya hampir semua corak seni budaya masyarakat Arab mempengaruhi budaya Indonesia, yang mencakup semua aspek bentuk kesenian, seni suara, musik, sastra, lukis, arca, tari, drama, arsitektur dan lain-lain. Seni kaligrafi menduduki posisi yang amat penting. Seni kaligrafi merupakan bentuk seni / budaya Islam yang pertama ditemukan di Indonesia dan menjadi aset budaya Islam terdepan hingga kini. Kaligrafi Islam dibedakan menjadi dua yaitu tulisan dan lukisan. Lukisan kaligrafi terbagi menjadi dua yaitu murni dan bebas, yang pertama i menggunakan bentuk huruf baku biasanya dibuat oleh lulusan pondok pesantren, sedangkan yang kedua tidak menggunakan huruf baku yang dikerjakan oleh seniman akademik. Aneka bentuk lukisan kaligrafi mengandung dua elemen, fisioplastis dan ideoplastis. Elemen fisioplastis berupa penerapan estetis menyangkut unsur-unsur rupa, bentuk, garis, warna, ruang, cahaya dan volume. Elemen ideoplastis meliputi semua masalah langsung/tidak yang berhubungan erat dengan isi atau cita perbahasaan bentuk. Diangkatnya kaligrafi sebagai tema sentral dalam melukis, menjadi sejarah penting terbentuknya lukisan kaligrafi Indonesia. Lukisan kaligrafi sangat diperhitungkan dalam kancah seni rupa Indonesia ketika muncul pendalaman-pendalaman spiritual, penghayatan, perenungan yang mengarah ke kedalaman kemanusiaan dan keTuhanan. Sadali dan AD Pirous layak dicatat sebagai pelopor lukisan kaligrafi Islam Indonesia tahun 1960-an. Selanjutnya seni lukis kaligrafi berkembang pesat dengan tokoh seni Amri Yahya di Yogya, yang menggunakan medium batik, di Surabaya Amang Rahman menciptakan surealisme dengan mengambil kekuatan kaligrafi Islam. Momentum penting pameran seni rupa (seni lukis kaligrafi Islam) mulai marak di dalam maupun di luar negeri, antara lain pada tahun 1975 pameran lukisan kaligrafi pertama pada MTQ Nasional XI di Semarang, pameran pada Muktamar pertama media masa Islam sedunia tahun 1980 di senayan Jakarta, pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh tahun 1981, kemudian pada pameran kaligrafi Islam Balai Budaya Jakarta tahun Hijriyah 1405 (1984), disusul pada MTQ XVI di Yogyakarta tahun 1991. Sambutan masyarakat yang mayoritas Islam terhadap pameran-pameran itu tak diragukan. Momentum penting lainnya ketika diselenggarakan festifal Istiglal I (1991) dan II (1995) dengan tema utama seni lukis kaligrafi Islam, yang melibatkan para perupa di antaranya AD. Pirous, Amri Yahya, Hendra Buana, Salamun Kaulam, dan Syaiful Adnan. Mereka menampilkan aneka bentuk, gaya dan ragamnya dari tulisan hingga lukisan, dari ekspresi hingga transendensi illahi. Kata kunci : kaligrafi Islam, lukisan, fisioplastis, ideoplastis, ekspresi
KEMAMPUAN ANAK TK DI JAWA TENGAH DALAM MENGGAMBAR DENGAN RANCANGAN BIDANG GEOMETRIS -, Syafii
Imajinasi Vol 2, No 1 (2006): Imajinasi
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif anak TK di Jawa Tengah dalam menggambar dengan rangsangan bidang geometris. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif yang bersifat eksploratif, dengan penarikan sampel secara accidental dan purposive. Alat utama pengumpul data yang digunakan adalah tes, sementara analisis data diolah dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak TK di Jawa Tengah berdasarkan gambar yang dibuat, menunjukkan kelancaran dalam berpikir divergen akan tetapi kurang lancar dalam berpikir konvergen. Mereka lebih mudah merespons bidang lingkaran dibandingkan dengan bidang persegi. Ditinjau dari jenis kelamin, objek gambar yang ditampilkan oleh anak laki-laki lebih beragam dibandingkan dengan anak perempuan. Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan saran perlunya penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih luas dan representatif. Kata Kunci: Gambar, bidang geometris; berpikir divergen; berpikir konvergen.
RUH SENI TRADISI DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA KITA -, Purwanto
Imajinasi Vol 2, No 1 (2006): Imajinasi
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terjadinya krisis multidimensional dalam kehidupan masyarakat kita saat ini dapat diasumsikan akibat ketidakdigdayaan pendidikan dalam membangun watak dan kepribadian bangsa. Pendidikan seni sebagai salah satu komponen pendidikan yang memberi konstribusi besar bagi kepentingan tersebut sudah sepatutnya harus ikut bertanggungjawab. Sebagai penyebab ketidakdigdayaan pendidikan tersebut di antaranya adalah orientasi pendidikan seni yang cenderung berkiblat ke Barat yang notabene lebih bersifat liberal, atau dengan kata lain tidak bertitik tolak pada potensi nilai kultural bangsa sendiri. Ruh seni tradisi sebagai manifestasi jati diri bangsa menarik dikedepankan sebagai komponen dalam pelaksanaan pendidikan seni. Keunggulan nilai yang dimilikinya antara lain: (1)seni tradisi adalah manifestasi jati diri bangsa, (2) seni tradisi telah teruji oleh waktu dalam proses hidup yang sangat panjang, dan telah menjadi bagian dari jaringan sistem kehidupan masyarakat, (3) dalam seni tradisi tidak ada karya seni rupa yang dibuat semata untuk keindahan, atau semata untuk benda pakai; sehingga tidak dikenal pemisahan antara seni murni dan seni pakai, karya seni tradisi dituntut harus bermakna sekaligus berfungsi, (4)bentuk yang digunakan cenderung distilisasi dan menjadi dekoratif, dan warna bermuatan simbolik, (5) ekspresi bentuk seni tradisional merefleksikan kecanggihan teknik yang memukau,(6) proses penggarapan seni tradisional dapat sebagai mediasi bagi pengembangan fungsi jiwa, (7) karya seni tradisional menawarkan nilai kehidupan yang demokratik, dan (8) seni tradisi kita memiliki ‘kearifan’ sebagai media komunikasi. Dengan mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam pelaksanan pendidikan seni, mengenali berbagai kendala dalam pelaksanaan pendidikan seni rupa selama ini serta mau meniti langkah berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk melakukan perbaikan dimungkinkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi krisis tersebut. Kata Kunci : Ruh seni, seni tradisi, posisi seni tradisi, pendidikan.
PERJALANAN KREATIVITAS KAUM AKADEMIS SENI DI TENGAH DINAMIKA SOSIAL M, Soegeng Toekio
Imajinasi Vol 2, No 1 (2006): Imajinasi
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seni merupakan bagian integral dari bangunan peradaban manusia yang lengkap dengan berbagai komponen yang terkait dengannya. Derap seni senantiasa menunjukkan suatu kinerja pelakunya serta dinamika dari masyarakat pendukungnya. Keberadaannya tentu saja amat berperan dalam membentuk perilaku, etos kerja, bahkan kekuatan untuk merealisasi angan maupun harapan-harapan. Ada alur yang mesti menjembatani semua itu, baik yang bermula dari mengenali dan mengapresiasi untuk selanjutnya memahami pula manfaat yang ditawarkannya. Seni disadari menyandang nilai-nilai yang bermaslahat, manakala kekaryaan mampu menunjukkan implikasi dan refleksi kehidupan dalam bingkai konsep dan bersistem. Pada tema atau fungsi tertentu, di balik wujudnya yang terindera, karya seni menghimpun sekian makna yang dihasilkan lewat cipta-karsa. Ketertiban karya seni hanya dimungkinkan terbentuk melalui kinerja yang berlatar belakang terdidik. Namun hal itu bukanlah jaminan mutlak sepanjang pelaku seni sendiri tidak bersesuai dengan apa yang menjadi rujukannya. Sosok seniman yang kompeten ternyata mampu mengukir perjalanan budaya dengan berbagai wujud hasil cipta karsanya dan berjalan dari waktu ke waktu. Dalam rentang waktu kurang dari setengah abad, kinerja seniman di tengah kancah pembangunan memperlihatkan derap cukup signifikan. Semua itu ditandai pula oleh kiprahnya kaum akademis di dalam mengisi derap budaya yang dipadukan dengan laju perkembangan IPTEK berikut refleksi dinamika sosial. Para lulusan dari sekolah-sekolah seni; dalam skala berbeda mampu melebarkan cakrawala berkesenian dan bahkan membuka lahirnya pembaruan. Walau demikian, pengelolaan institusi seni menyadari benar kelambanannya untuk mengantisipasi derap perubahan. Semua itu sangat bersandar kepada kebijakan, pendanaan, kemudahan, dan dukungan. Kata Kunci: cipta-karsa, kompetensi, dinamika sosial

Page 1 of 1 | Total Record : 7