cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
NADWA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 24 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 1 (2013): Pendidikan Islam Unggul" : 24 Documents clear
Memahami Pendidikan Islam Fauti Subhan
Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam Vol 7, No 1 (2013): Pendidikan Islam Unggul
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2013.7.1.547

Abstract

This article discusses the relationship between Islamic education and various elements of life. The linkage between the theoretical side of Islamic education and the practical side of Islamic education is also presented here. In the study, the theoretical and applied dimensions of Islamic education can be discussed separately, but in practice, these two dimensions are inseparable. In principle, the Islamic education issues cannot be separated from any variety of issues. The Islamic education is always associated with the various elements of life, es-pecially human beings. Human beings can grow and develop properly with Is-lamic education. Conversely, humans (Muslim) also become actors for the de-velopment and the decline of Islamic education. The relationship between Mus-lims and Islamic education just likes a piece of money, which is composed of two different sides, but inseparable one another. In Islamic societies, education be-comes a key of progress.AbstrakTulisan ini membahas tentang keterkaitan antara pendidikan Islam dengan berbagai elemen kehidupan. Keterkaitan antara sisi teoritis pendidikan Islam de-ngan sisi praktis pendidikan Islam juga disampaikan di sini. Secara kajian, di-mensi teoritis dengan aplikatif pendidikan Islam dapat dibahas sendiri-sendiri, tetapi secara praktis, kedua dimensi tersebut tidak bisa lepas satu sama lain. Pada prinsipnya, persoalan pendidikan Islam tidak dapat dilepaskan dari beragam per-soalan lainnya. Pendidikan Islam selalu terkait dengan berbagai elemen kehi-dupan, terutama manusia. Melalui pendidikan Islam manusia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sebaliknya, manusia (Muslim) juga menjadi aktor dari maju atau mundurnya pendidikan Islam. Antara umat Islam dan pendidikan Is-lam merupakan dua hal yang dapat diibaratkan seperti sekeping uang, yakni terdiri dari dua sisi yang berbeda tetapi tidak terpisah antara satu dengan lainnya. 
Kurikulum Pendidikan Karakter di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Semarang Darmu'in Darmu'in
Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam Vol 7, No 1 (2013): Pendidikan Islam Unggul
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2013.7.1.543

Abstract

The character education curriculum in Pembina Public Kindergarten Sema-rang was initiated since 2010 in the form of socializing ideas, internships at kindergarten Budi Mulia 2 Yogyakarta, testing, curriculum development: mapping the character values, aligning the vision, mission, and educational goals. The character values include: religious, honest, tolerance, discipline, hard work, creative, independent, democratic, curiosity, the spirit of natio-nalism, patriotism, respect for achievement, friendly, peace-loving, fond of reading, environmental care, social care , as well as responsibilities. The as-sessment of character education is done through observing students and ex-pressed in a qualitative statement. The simulation results of the character education assessment show that the majority of students (67.93%) have had a character (MK), others (23.82%) have begun to develop (MB), a small amount (6.50%) began to appear (MT), and the rests have not seen yet (1.14%) (CB).AbstrakKurikulum pendidikan karakter di TK NPS dirintis sejak tahun 2010 berupa sosialisasi gagasan, magang di TK Budi Mulia 2 Yogyakarta, melakukan uji coba, penyusunan kurikulum: pemetaan nilai-nilai karakter, menyelaraskan visi, misi, dan tujuan pendidikan. Nilai-nilai karakter meliputi: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, serta tanggung ja-wab. Penilaian pendidikan karakter dilakukan melalui pengamatan terhadap anak didik, dinyatakan dalam pernyataan kualitatif. Hasil simulasi penilaian pendidikan karakter menunjukkan bahwa anak didik sebagian besar (67,93 %) telah memiliki karakter (MK), sebagian lainnya (23,82 %) sudah mulai berkembang (MB), sebagian kecil (6.50 %) mulai terlihat (MT), dan selebih-nya (1.14%) belum terlihat (BT).
Ujian Nasional, Dulu, Kini dan yang Akan Datang: Tinjauan Normatif Muntholi’ah Muntholi’ah
Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam Vol 7, No 1 (2013): Pendidikan Islam Unggul
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2013.7.1.557

Abstract

The policy of the National Examination (UN) continues to get criticism from education experts, practitioners, as well as various elements of society. With the  problems happen in the implementation of National Examination, it can be af-firmed that the impacts of its implementation are more harmful than the objec-tives to be achieved. Considering the imbalances and disadvantages of the Na-tional Examination implementation, the government through the Ministry of Education should have to be more thoughtful and immediately review the policy  comprehensively. Thus, the purpose of education should be tailored to the interests of Indonesia, which is stated and defined in the the National Education Law No. 20/ 2003 on National Education System Chapter II, Article 3. AbstrakKebijakan Ujian Nasional (UN) terus menuai kritik dari para pakar dan praktisi pendidikan serta berbagai kalangan  masyarakat. Melihat banyaknya permasalahan dan carut-marut dalam pelaksanaan Ujian Nasional dapat ditegaskan bahwa dampak dari penyelenggaraan UN lebih banyak mudaratnya dari pada tujuan yang ingin dicapai. Menilik berbagai ketimpangan dan kemudaratan yang ditim bulkan akibat pelaksanaan UN, maka seyogianya pemerintah melalui Kemendiknas harus bersikap lebih bijaksana dan segera mengkaji ulang kebijakan UN secara komprehensif. Dengan demikian maka tujuan pendidikan yang hendak dicapaipun disesuaikan dengan kepentingan bangsa Indonesia, yang sekarang initujuan pendidikan tersebut dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU sisdiknas) BAB II pasal 3. 
Pengembangan Standarisasi Pondok Pesantren Umar Sidiq
Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam Vol 7, No 1 (2013): Pendidikan Islam Unggul
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2013.7.1.544

Abstract

Pesantren as a forerunner to the original Indonesian educational institution just legally recognized in 2003 through the National Education Law No. 20/ 2003. The pesantren educations that were initially oriented only on deepen-ing religious knowledge have begun to include general subjects. The inclu-sion of these subjects is expected to expand the horizons of students’ thought in which they will also take the national examination held by the govern-ment. The informal education outcomes are appreciated to be equivalent to formal education after passing the assessment of equivalency process con-ducted by agencies appointed by the government or local authorities by ref-erence to national education standards. The pesantren has a special place and position in the national education system. Therefore, the pesantren should always make improvements and increase its education quality.AbstrakPesantren sebagai cikal bakal lembaga pendidikan yang asli Indonesia baru mendapat pengakuan secara yuridis pada tahun 2003 melalui UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Pendidikan pesantren yang pada mulanya hanya berorientasi pada pendalaman ilmu agama semata-mata mulai memasukkan mata pelajaran umum. Masuknya mata pelajaran ini diharapkan untuk memperluas cakrawala berpikir para santri dan biasanya pula para santri mengikuti ujian negara yang diadakan oleh pemerintah. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Posisi pesantren dalam sistem pendidikan nasional memiliki tempat dan posisi yang istimewa. Karena itu, sudah sepantasnya jika kalangan pesantren terus berupaya mela-kukan berbagai perbaikan dan meningkatkan kualitas serta mutu pendidikan di pesantren.

Page 3 of 3 | Total Record : 24