cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Geografi Indonesia
ISSN : 02151790     EISSN : 2540945X     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia" : 7 Documents clear
Evaluasi Potensi Erosi Tanah Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi di DAS Bodri Hulu Sukristiyanti Sukristiyanti; Hartono Hartono; Suyono Suyono
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1051.399 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13351

Abstract

ABSTRAK Erosi tanah menimbulkan dampak negatif baik terhadap lingkungan atau aspek ekonomi. DAS sebagai unit yang tepat untuk mempelajari erosi membuat data penginderaan jauh memiliki peran penting dalam penelitian ini. Kawasan ini diteliti DAS Bodri atas seluas 501,81 km persegi. Beberapa tujuan dalam penelitian ini adalah mengevaluasi potensi erosi tanah dalam skala moderat dengan menggunakan model erosi dan metode kualitatif, dan memvalidasi peta mengakibatkan erosi tanah. Data utama Landsat ETM + gambar direkam pada tanggal 29 Juni 2006 dan data DEM dari RBI (Rupa Bumi Indonesia) peta pada skala 1:25,000. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah interpretasi visual dari jenis penggunaan lahan dan vegetasi transformasi indeks pada citra Landsat ETM +, kemiringan gradien turunan berdasarkan data DEM, dan analisis spasial untuk mengevaluasi erosi potensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua peta erosi tanah potensial kelas menyerupai mewakili evaluasi mereka di kelas dari 79%. Daerah yang diteliti didominasi oleh kelas ringan potensi erosi tanah dengan nilai pada 0-20 mm / tahun. Tingkat detail data DEM berasal dari peta RBI dan SRTM (Shuttle Radar Topografi Misi) 30 m tidak sama dengan tingkat detail dari peta kelas erosi tanah potensial. Ini berarti bahwa data DEM tidak dapat digunakan sebagai bahan validasi bagi mereka peta. Validasi kepada mereka peta dengan menggunakan data tanah memeriksa menunjukkan bahwa peta erosi tanah kelas potensial yang dihasilkan oleh metode kualitatif yang lebih mencerminkan dari yang lain. Hal ini disebabkan bahwa metode kualitatif lebih banyak variabel yang terlibat.  ABSTRACT Soil erosion causes negative impact either on the environment or economic aspect. Watershed as an appropriate unit to study erosion makes remote sensing data have an essential role in this study. This researched area was upper watershed of Bodri covering an area of 501.81 square km. Some goals in this research were evaluating potential soil erosion in moderate scale by using an erosion model and a qualitative method, and validating the resulted soil erosion maps.The main data were Landsat ETM+ image recorded on 29 June 2006 and DEM data of RBI (Rupa Bumi Indonesia) map at the scale of 1:25,000. Methods used  in this  research  were  visual  interpretation  of landuse  type  and  vegetation index transformation on Landsat ETM+ image, slope gradient derivation based on DEM data, and spatial analysis for evaluating potential soil erosion.Results indicated that both potential soil erosion class maps are resemble in representing   their  evaluation  at  the  grade  of  79%.  The  researched  area  is dominated by light potential soil erosion class with value at 0 – 20 mm/year. The detail  level  of  DEM  data  derived  from  RBI  map  and  SRTM  (Shuttle  Radar Topography  Mission)  30 m is not equal with detail  level of those potential  soil erosion class maps. It means that the DEM data cannot be used as a validation material  for those  maps.  Validation  to those  maps  by using  ground  check  data showed that the potential soil erosion class map resulted by qualitative method is more representative than the other. It is caused that the qualitative method involved more variables.
Kajian Luas Hutan Kota Berdasarkan Kebutuhan Oksigen, Karbon Tersimpan, dan Kebutuhan Air di Kota Yogyakarta Muchammad Chusnan Aprianto; Sudibyakto Sudibyakto; Chafid Fandeli
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.223 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13344

Abstract

ABSTRAK KotaYogyakartaadalahkotayangberkembang.Perkembangankotaini sejalandenganjumlahpenduduk.Semakinbertambahjumlahpenduduk  maka akan semakin meningkat ke­­­butuhan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan pendu­duk,makadibuatfasilitassepertiken­­daraanbermotor,jalandangedung. Fasi­litas ini akhirnya menggeser ruang terbuka hijau perkotaan. Akibatnya me­ning­­katkankonsumsioksigen,produksikarbondanber­ku­rangnyaareaserapan airhujan.Salahsatucarauntukmengatasimasalahiniadalahdenganmenjagadan meningkatkanruangterbukahijauyangberupahutankota. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsumsi dan produksi kebu­tuhanoksigen,karbon,dankebutuhanairsertamemberikanrekomendasiluas hutankotayangharusditambahkanuntukmemenuhikebutuhanoksigen,karbon ter­simpan, dan kebutuhan air. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukandis­tribusihutankotadanjenispohonyangharusditambahkanpada tingkatkeca­matan,menentukankesesuaianluashutankotaberdasarkanUndang- UndangNo­mor26Tahun2007dengankebutuhanoksigen,karbonter­simpandan kebutuhanairdanmemperkirakankebutuhanluashutankotapadatahun2010.KotaYogyakartadipilihsebagailokasipenelitian.Sampeldiambilsecara purposif. Variabelyangdiukurlangsungpadapenelitianadalahproduksioksigen pa­da daun dan biomassa pohon. Variabel yang tidak diukur langsung adalah kon­sumsioksigen, produksikarbon, kebutuhan air penduduk dan serapan air hu­tanko­ta.Analisadatapadaperhitunganluashutankotaberdasarkankebutuhan ok­si­gendankarbontersimpanmenggunakanMetodeGerarkis.Sedangkanuntuk kebutuhanairmenggunakanpersamaananalitik.KotaYogyakartamengalamikekuranganpasokanoksigen,areaserapan kar­bondanairdarihutankota.Hutankotaperluditingkatkanmenjadi22%dari luaswilayahuntukme­me­nuhiketigakebutuhanini.Terdapat7kecamatanyang perlu ditambahkan luas hutan ko­tanya yaitu Danurejan, Gedongtengen, Gond­oma­nan, Jetis, Kraton, Ngampilan, dan Pakua­laman dengan  jenis  pohon yangditanamadalah akasia,beringin,danbungur.ABSTRACT Yogyakarta is a growing city. Urban development is in line with the population. The increasing number of people will increase their needs. To meet the needs of the population, then made facilities such as vehicles, roads and buildings. This facility is finally shifting the urban green open space. As a result, increases oxygen consumption, carbon production and reduced water absorption area of rain. One way to overcome this problem is to maintain and increase green open space in the form of urban forest. This study aimed to determine the consumption and production needs oxygen, carbon, and water requirements and provide recommendations urban forest area which must be added to meet the needs of oxygen, carbon stored, and water needs. In addition, this study aims to determine the distribution of urban forest and tree species should be added to the district level, determine the suitability of forest area of the city is based on Law Number 26 Year 2007 needs oxygen, carbon stored and the need for water and estimating the needs of the city in the forest area Yogyakarta 2010.Kota year chosen as the study site. Samples taken purposif.Variabel measured directly in the research is the production of oxygen at the leaves and tree biomass. The variables are not measured directly is oxygen consumption, carbon production, the water needs of the population and water uptake urban forest. Analysis of data on the urban forest area calculation based on the need of oxygen and carbon stored using methods Gerarkis. As for the water needs using equation analitik.Kota Yogyakarta deficient supply of oxygen, carbon and water absorption area of the urban forest. Urban forest needs to be increased to 22% of the area for the third meet this need. There are seven districts that need to be added to its forest area is Danurejan, Gedongtengen, Gondomanan, Jetis, Kraton, Ngampilan, and Pakualaman with the type of trees planted are acacia, banyan, and bungur. KotaYogyakartaadalahkotayangberkembang.Perkembangankotaini sejalandenganjumlahpenduduk.Semakinbertambahjumlahpenduduk  maka akan semakin meningkat ke­­­butuhan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan pendu­duk,makadibuatfasilitassepertiken­­daraanbe<span style="letter-spacing:
Kajian Potensi Air Rawa dan Kearifan Lokal sebagai Dasar Pengelolaan Air Rawa Yomoth sebagai Sumber Air Bersih di Distrik Agats Kabupaten Asmat Provinsi Papua Yoseph Kamun; Su Ritohardoyo; Langgeng Wahyu Santosa
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.094 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13354

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji kebutuhan air bersih penduduk dan sumber- sumber air bersih di daerah penelitian, (2) mengkaji karasteristik potensi air rawa Yomoth sebagai sumber air bersih dan (3) menyusun kerangka dasar pengelolaan air rawa Yomoth sebagai sumber air bersih yang berbasis kearifan lokal. Metode penelian adalah survey, dengan data diperoleh dan wawancara terhadap koresponden yang di tentukan secara purposive sampling. Data di analisis secara deskriptip kuantitatif untuk mendapatkan gambaran tentang jumlah angka dan pembahasan objek kesimpulan secara keruangan (spasial).Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kebutuhan air bersih di Kota Agats Kabupaten Asmat berdasarkan sampel 30 KK yang diperoleh adalah sebesar rata-rata 60 ltr3/hari maka total kebutuhan air 92.46 ltr3/hari dengan jumlah penduduk Kota Agats 1541 orang. Maka kebutuhan air bersih pada 5 tahun mendatang adalah 14736 ltr dengan tingkat penduduk 1615 orang, pada 10 tahun mendatang adalah 31171 ltr dengan tingkat penduduk 1708 orang, pada 15 tahun mendatang adalah 49411 ltrdengan tingkat penduduk 1805 orang, pada 20 tahun mendatang adalah 69058 ltr dengan tinkat penduduk 1892 orang dan pada 25 tahun medatang adalah 88147 ltr dengan tingkat penduduk 1932 orang. (2) Air rawa Yomoth sebagai sumber air bersih mempunyai kapasitas daya dukung 2.302.140 m dengan kualitas baik untuk dikelola sebagai sumber cadangan air bersih, walaupun terdapat pembatas berupa sifat fisik air rawa, kandungan unsur kimia dan biologisnya.(3) Upaya pengelolaan air rawa Yomoth dilakukan dengan cara perlindungan, penyelamatan dan pelestarian terhadap hutan dan sumberdaya air rawa, dengan melakukan tindakan perlindungan kearifan lokal dan peraturan daerah sebagai suatu dasar hukum dalam pengambilan kebijakan dan keputusan. Mengingat secara arif telah melalui perlindungan dan pengelolaan air rawa Yomoth dengan cara selalu di hindari dari pencemaran dan pengerusakan sehingga dapat di manfaatka secara bersama-sama. Pemilik dusun dan hak ulayat orang suku Asmat kampung Yepem dan pemerintah kampung Yepem dan masyarakat adat tidak mengijinkan orang dari luar kampong masuk ke dalam dusun, hutan dan rawa mereka untuk mengambil hasil dan mengeksplorasi sumberdaya alam yang ada di tempat mereka.ABSTRACT The goals of this research were to (1) investigate need of population clean water and clean water sources in research area; (2) investigate characteristics of swamp water potential of Yomoth as clean water sources; and (3) arrange basic framework of swamp water management of Yomoth as clean water sources based on local wisdom. Method of research was survey, where data were collected and interview with respondents was conducted by purposive sampling. The data were analyzed descriptively- quantitatively to gain illustration on amount of numbers and conclusion objects were discussed spatially. Results of research indicated that (1) need of clean water in City of Agats, Regency of Asmat based on obtainable samples of 30 households were average 60 lt/day, total need of water of 92.46 lt/day with total population of Agats City of 1541 persons. So, need of clean water in future 5 years would be 14736 lt3 with population rate of 1615 persons; in future 10 years, it would be 31171 lt3 with population rate of 1708 persons; in future 15 years, it would be 49411 lt3 with population rate of 1805 persons; in future 20 years, it would be 69058 lt3 with population rate of 1892 persons; and in future 25 years, it would be 88147 lt3 with population rate of 1932 persons. (2) swamp water of Yomoth as clean water source had supportive force capacity of 2,302,140 m3 with good capacity to manage as clean water reserve source, although there were limits, physical characteristic of swamp water, chemical and biological element contents. (3) Effort of Yomoth swamp water management was made by protection, saving, and preservation of forest and swamp water resources, taking action of local wisdom protection and local law as legal basis in policy and decision making. It was considered that the swamp water of Yomoth was managed and protected wisely by continuously avoiding pollution and damage as to be used together. Village owner and community rights of Asmat ethnic persons of Yepem village and the government of Yepem village and traditional society did not allow persons outside village to enter the village, their forest and swamp to take products and explore natural resources existing in their location. Tujuanpenelitianiniadalah (1) mengkajikebutuhanairbersihpenduduk dansumber- sumber air bersih di daerah penelitian, (2) mengkaji  karasteristik  potensi  air  rawa Yomoth sebagaisumberairbersihdan(3)menyusun  kerangkadasarpengelolaan airrawaYomoth sebagaisumberair bersihyangberbasiskearifanlokal. Metode penelian adalah survey, dengan data diperoleh dan wawancara terhadap koresponden  yangditentukan  secarapurposive  sampling.  Datadianalisis  secara  deskriptip kuantitatif untuk mendapatkan gambaran tentang jumlah angka dan   pembahasan  objek kesimpulansecarakeruangan(spasial).Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa:(1)KebutuhanairbersihdiKotaAgatsKabupaten Asmatberdasarkansampel30KKyangdiperolehadalahsebesarrata-rata60ltr/harimakatotal kebutuhanair92.46ltr3/haridenganjumlah pendudukKotaAgats1541orang.Makakebutuhan airbersihpada5tahunmendatangadalah14736ltr3dengantingkatpenduduk1615orang,pada 10tahunmendatang  adalah31171ltr3  dengantingkatpenduduk1708orang,pada15tahun mendatangadalah49411ltr3  dengantingkatpenduduk1805orang,pada20tahunmendatang adalah69058ltr3dengantinkatpenduduk1892orangdanpada25tahunmedatangadalah88147 ltr3   dengan  tingkat  penduduk  1932  orang.  (2)  Air  rawa  Yomoth  sebagai  sumber  air  bersih mempunyaikapasitasdayadukung2.302.140m3 dengankualitasbaikuntukdikelolasebagai sumbercadanganairbersih,walaupunterdapatpembatasberupasifatfisikairrawa,kandungan unsurkimiadanbiologisnya.(3)UpayapengelolaanairrawaYomothdilakukandengancara perlindungan,penyelamatandanpelestarianterhadaphutandansumberdayaairrawa,dengan melakukan  tindakan  perlindungan  kearifan  lokal  dan  peraturan  daerah  sebagai  suatu  dasar hukum dalam pengambilan kebijakan dan keputusan.Mengingat secara ariftelah  melalui
Kajian Foto Udara dan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Kondisi Peresapan Air Sub DAS Wedi Kabupaten Klaten, Jawa Tengah Agus Anggoro Sigit; Dulbahri Dulbahri; Suyono Suyono
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.377 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13343

Abstract

ABSTRACT The study was conducted in Klaten Regency at Wedi Sub Watershed, part of Dengkeng Watershed. The study aimed to: 1) study the interpretation accuracy of black and white Panchromatic Aerial Photograph scaling 1: 50.000 in identifying the soil factor, slope, landuse, vegetation density, and land conversation, related to the influences  toward  water  infiltration  condition  in  the  research  area;  2)  make  the zonation  of  infiltration  capability  and  water  infiltration  condition  based  on  land factors  the  result  of  aerial  photograph  interpretation;  and  3)  study  the  spatial distribution pattern of water infiltration condition in the research area and analyze to the distribution according to spatial. The research method used aerial photograph interpretation with supported by limited survey for field test, by sampling method was stratified sampling. The method of analysis applied spatial analysis by using Geographical Information System (GIS). The result of the study showed that: 1) the level of aerial photograph accuracy for  interpreting  determinate  factors  of  water  infiltration  in  the  research  area  is acceptable each with the accuracy level of: slope 89.47%; soil texture 82.14%; land use 90.16%; vegetation density 88.89%; and land conservation 80.88%. It mean that although the accuracy level achieved had not been included in very good category, the aerial photograph still can be used in this study; 2) the condition of water infiltration in the research area tended to be relative still good,  indicated by the of the land unit in status of ‘critical’ in the width no more than 25% (30.496 km2). The land unit in status of ‘begin to be rather critical’ in the width of 55.692 km2 or 50.97 %; while the remaining 3.154 km2 or 20.62% was in the status of ‘natural normal’ and 22.544 km2 or 20.62% had ‘good’ status; 3) In the research area, the space of land units with the condition of good infiltration had no spatial relevance to the space of land units and the great infiltration capability.
Kajian Luas Hutan Kota Berdasarkan Kebutuhan Oksigen, Karbon Tersimpan, dan Kebutuhan Air di Kota Yogyakarta Kelik Eko Susanto; Muhammad Aris Marfa&#039;i; Djati Mardiatno
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1292.475 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13348

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: a) memperkirakan kenaikan muka laut dan daerah dampak penggenangannya, b) menghitung kerentanan pesisir yang didasarkan pada kondisi fisik dan sosial-ekonomi, dan c) memperkirakan tingkat risiko peng­ge­nangan  yang didasarkan pada kerentanan pesisir dan tingkat pengge­nangan, dan memperkirakan infrastruktur yang berada pada daerah pengge­na­ngan. Penelitian ini difokuskan pada skenario kenaikan muka laut yang di­tu­runkan dari data pasang surut pelabuhan Tanjung Mas Semarang, stasiun pasang surut terdekat dengan perairan Demak. Komponen pasang surut yang dibutuhkan dalam perhitungan kenaikan muka laut dihitung menggunakan metode British Admiralty. Daerah potensi genangan diturunkan dari titik tinggi Peta RBI meng­gunakan teknik interpolasi Spline with Barriers untuk menghasilkan model per­mukaan digital (DEM). DEM tersebut bermanfaat dalam membedakan posisi ke­ting­gian lahan dari rerata muka laut. Teknik Iterasi digunakan untuk menentukan daerah potensi genangan dengan memanfaatkan data DEM pada proses sebe­lumnya. Bersamaan dengan penentuan daerah genangan juga dihitung nilai ke­ren­tanan pesisir yang menunjuk pada kelemahan internal dari proses-proses eksternal yang merusak. Kerentanan tersebut diturunkan dari kerentanan fisik dan keren­tanan sosial-ekonomi. Interaksi antara tingkat kerentanan pesisir dan tingkat peng­ge­nangan akan menghasilkan tingkat risiko pesisir. Tingkat risiko tinggi di­hasilkan dari kerentanan tinggi dengan tingkat penggenangan yang juga tinggi. Se­baliknya, tingkat risiko rendah dihasilkan dari kerentanan rendah dengan tingkat penggenangan yang rendah pula.Seluruh proses mengindikasikan bahwa selama 1999-2009 pesisir Demak telah mengalami kenaikan sebesar 0.72 mm/tahun pada kenaikan muka laut statis dan 7,9 mm/tahun pada kenaikan muka laut relatif. Peningkatan muka laut tersebut menggenangi area seluas 26,83 km² di 8 desa pada kenaikan air 60,1 cm, 41,74 km² di 16 desa pada kenaikan air 82,8 cm dan 55,58 km² di 16 desa pada kenaikan 94,1 cm.  Berdasarkan skenario kenaikan muka laut tahun 2010-2050, ditemukan bah­wa jumlah desa dengan risiko tinggi semakin meningkat dari tahun ke tahun dalam setiap skenarionya. Hal yang sama juga dialami oleh infrastuktur yang terdapat di dataran rendah. Jumlah infrastruktur yang terkena dampak semakin meningkat dari tahun ke tahun dalam setiap skenario yang digunakan. ABSTRACT This study aims to: a) estimates of sea level rise and regional impacts penggenangannya, b) calculate the vulnerability of the coast which is based on the physical conditions and socio-economic, and c) estimate the level of risk that is based on the vulnerability of flooding and coastal inundation level, and estimate the infrastructure in the region of inundation.  This study focuses on sea level rise scenarios are derived from the tidal data port of Tanjung Mas Semarang, tidal station nearest to the waters of Demak. Tidal components required in the calculation of sea level rise calculated using the method of the British Admiralty. Potential inundation areas derived from the high point of RBI Map using Spline interpolation technique with Barriers to produce a digital surface model (DEM). DEM is useful in distinguishing the position of land from the mean height of sea surface. Iteration techniques are used to determine the potential inundation areas using DEM data on the previous process. Simultaneously with the determination of inundation areas also calculated the value of coastal vulnerability refers to the internal weakness of the external processes that damage. Vulnerability is derived from the physical vulnerability and socio-economic vulnerability. The interaction between level and level of vulnerability of coastal inundation will result in the level of coastal risk. High risk levels resulting from a high vulnerability to flooding are also high level. Conversely, low risk levels resulting from low susceptibility to low levels of water inundation as well. The whole process indicates that during 1999-2009 the coastal Demak has experienced an increase of 0.72 mm per year on static sea level rise and 7.9 mm / year in relative sea level rise. Increased sea level is flooded an area of 26.83 km² in eight villages on the water rise 60.1 cm, 41.74 km² in 16 villages on the water rise 82.8 cm and 55.58 km² in 16 villages on the rise of 94.1 cm . Based on the scenario of sea level rise in 2010-2050, found that the number of villages with high risk increasing from year to year in each scenario. The same was experienced by the infrastructure contained in the lowlands. The number of affected infrastructure increasing from year to year within each scenario that is used. 
Integrasi Transformasi Spektral Citra Landsat Etm+ dan SIG untuk Pemetaan Pola Rotasi Tanam Lahan Sawah Kabupaten dan Kota Semarang serta Daerah Sekitarnya di Jawa Tengah Sri Retno Murdiyati; Projo Danoedoro; Retnadi Heru Jatmiko
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2409.839 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13350

Abstract

ABSTRAK Pengurangan daerah beras seiring dengan meningkatnya populasi memberikan dampak pada ketersediaan pangan. Yang sesuai dan optimal manajemen beras yang diperlukan dengan mempertimbangkan sumber daya iklim dan pola tanam yang tepat waktu di lahan pertanian produktif, untuk mendukung kebutuhan dasar makanan untuk masyarakat, serta memberikan dukungan untuk Ketahanan Pangan Nasional. Studi ini dimaksudkan untuk menyelidiki keakuratan penggunaan spektrum nilai proses transformasi dan GIS untuk mengidentifikasi dan inventarisasi rotasi pola tanam di sawah dengan approach.The ekologi metode penelitian terdiri dari interpretasi klasifikasi multi-temporal ETM + Landsat digital dibantu menggunakan algoritma kemungkinan maksimum diawasi, dan dibantu dengan proses transformasi nilai spektral dari Analisis Principal Component (PCA), NDVI dan Tasseled Cap Transformasi (TCT). ETM + Landsat data yang digunakan adalah 5 Desember 2000, 24 April 2001, dan 1 Juli, 2001 di 120/065 path / row. Analisis ini selesai melalui membandingkan hasil dari proses transformasi Principal Component Spectral Analysis (PCA), NDVI dan Tasseled Cap Transformasi (TCT) dan proses transformasi gabungan dari tiga dari mereka, dengan hasil yang diperoleh dari klasifikasi tutupan lahan menggunakan saluran asli. Peran GIS dalam penelitian mengumpulkan data pendukung seperti peta zona agroklimat, peta tanah, peta bentuk lahan, peta sawah irigasi, dan setelah itu dilapisinya semua dari mereka untuk pola tanam peta, dengan mengikuti tanda-tanda, untuk menghasilkan beras tanam peta rotasi pola. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara terpisah menggunakan proses transformasi nilai-nilai spektral multi-temporal yang disediakan akurasi rendah, tetapi dengan visual yang jelas, yaitu Principal Component Analysis, NDVI dan Tasseled Cap Transformasi 96,13%, 68,17%, dan 92,44% . Hasil akurasi dari proses transformasi spektral gabungan memberikan nilai 92,61%. Penggunaan multi-temporal Landsat band asli memberikan nilai akurasi 98,77%. Pola rotasi padi tanam diidentifikasi di daerah penelitian adalah 1x / tahun, 2x / tahun, bidang 3x / tahun beras, dan pertanian lahan kering. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan transformasi spektral bersama-sama tidak memberikan akurasi yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan secara individu spektral transformasi baik penggunaan saluran asli di multi-temporal. Penelitian lebih lanjut dengan menggunakan media-resolusi Remote Sensing Gambar beberapa prosedur yang berbeda dalam konteks pemantauan sawah dianggap perlu. ABSTRACT The reduction of rice area along with the increase of population gives an impact on the food availability. The appropriate and optimal management of rice are required by considering the climate resources and timely cropping pattern at the  productive  agricultural  land,  to  support  the  basic  needs  of  food  for  the communities, as well as providing support for the National Food Security. The study  intended  to  investigate  the  accuracy  of  the  use  of  the  spectral  values transformation process and GIS in order to identify and inventory the rotation of cropping pattern in rice field with an ecological approach.The research methods consist  of  the  interpretation  of  multi-temporal  classification  of  Landsat  ETM+digitally assisted using supervised  maximum likelihood algorithm, and assisted with the transformation process of the spectral value of a Principal Component Analysis (PCA), NDVI and Tasseled Cap Transformation (TCT). Landsat ETM+ data used are December 5, 2000, April 24, 2001, and July 1, 2001 at the 120/065 path/row.  The  analysis  was  finished  through  comparing  the  results  from  the transformation process of Principal Component Spectral Analysis (PCA), NDVI and  Tasseled  Cap  Transformation  (TCT)  and  the  combined  transformation process from three of them, with the results obtained from the classification of land  cover  using  the  original  channel.  The  role  of  GIS  in  the  research  are collecting  supporting  data  like  agro-climate  zones  maps,  soil  maps,  landform maps, maps of irrigated paddy fields, and afterward overlaid all of them to the cropping patterns map, by following the signs, to produce rice cropping rotation pattern maps. Results showed that the separately use of the transformation process of multi-temporal  spectral  values  provided  low accuracy,  but with an obvious visuals,   namely   Principal   Component   Analysis,   NDVI   and   Tasseled   Cap Transformation of 96,13%, 68.17%, and 92,44%. The accuracy results from the combined spectral transformation processes give a value of 92,61%. The use of multi-temporal Landsat original band gives the accuracy value of 98.77%. The rice cropping rotation patterns identified in the study area are 1x /year, 2x /year,3x /year rice fields, and upland farming. The conclusion from this research is the use of spectral transformation together does not give a higher accuracy than the use of individually spectral transformation either the use of the original channel in a multi-temporal. The further research using medium-resolution Remote Sensing Image for several different procedures in the context of rice field monitoring is considered necessary.
Tim Editor Tim Editor
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.865 KB) | DOI: 10.22146/mgi.34840

Abstract

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2010 2010


Filter By Issues
All Issue Vol 37, No 2 (2023): Majalah Geografi Indoenesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 2 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 1 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 2 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 1 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 1 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 1 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 1 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 2 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 2 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 1 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 2 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 1 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 2 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 1 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 1 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 2 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 1 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000) Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia Vol 10, No 17 (1996): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992) Vol 2, No 3 (1989) Vol 2, No 3 (1989): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988) Vol 1, No 1 (1988) Vol 1, No 1 (1988): Majalah Geografi Indonesia More Issue