cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
JURNAL ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN
ISSN : 02160897     EISSN : 25026267     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
The journal is published by the Center for Social Research and Economy, Policy and Climate Change, Agency for Research, Development and Innovation, Ministry of Environment and Forestry. The name of the publisher has changed because of the merger of the Ministry of Forestry with the Ministry of Environment, becoming the Ministry of Environment and Forestry, Republic of Indonesia (Presidential Decree No. 16/2015). The publisher logo also changes to adjust the Logo of the Ministry of Environment and Forestry.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2005): JURNAL ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN" : 5 Documents clear
PELUANG USAHA EKOWISATA CAGAR ALAM/TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO Elvida Yosefi Suryandari
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 2, No 1 (2005): JURNAL ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN
Publisher : Centre for Research and Development on Social, Economy, Policy and Climate Change

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (524.867 KB) | DOI: 10.20886/jakk.2005.2.1.13-26

Abstract

Cagar Alam/Taman Wisata Alam Kawah Ijen di Taman Nasional Alas Purwo memiliki kekayaan dan daya tarik yang beranekaragam sehingga dapat dijadikan modal besar dalam pengembangan ekowisata dengan obyek yang dapat dipasarkan kepada konsumen baik dalam maupun luar negeri. Analisa SWOT dilaksanakan untuk menyusun strategi peluang usaha ekowisata di kawasan konservasi ini. Membangun kerjasama antara pengelola taman nasional, pemerintah daerah dan pengusaha swasta, sangat diperlukan dalam meningkatkan peluang usaha ekowisata. Disamping itu adanya kebijakan khusus diharapkan dapat mendukung usaha ekowisata, sehingga menciptakan keseimbangan yang positif antara tujuan komersial usaha, lingkungan yang baik dan peningkatan nilai ekonomi bagi masyarakat lokal.
STRATEGI PENGAMANAN JANGKA PANJANG PENGGUNAAN LAHAN DAN AIR Agustinus Pudjiharta
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 2, No 1 (2005): JURNAL ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN
Publisher : Centre for Research and Development on Social, Economy, Policy and Climate Change

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (643.624 KB) | DOI: 10.20886/jakk.2005.2.1.27-44

Abstract

Air adalah bagian dari lingkungan dan tidak dapat dipisahkan dari sumber daya alam lainnya, seperti lahan, iklim, sumber daya hutan dan lingkungan sosial budaya masyarakat.  Dari kenyataan tersebut perencanaan mengenai penggunaan dan pengelolaan sumber daya lahan dan air tidak dapat dipisahkan dari perencanaan tata ruang dan penataan kawasan pada sistem daerah aliran sungai yang didasarkan atas karakteristik biofisik, hidrologi, iklim, sosial budaya dan persediaan serta kebutuhan akan sumber daya alam.  Penggunaan terpadu lebih diutamakan untuk pengendalian banjir, konservasi dan rehabilitasi daerah resapan air dan daerah hulu, pembangunan pedesaan, perhutanan sosial, fasilitas penyediaan air, dan fasilitas drainase.
KAJIAN KONSERVASI Pinus merkusii strain Tapanuli DI SUMATERA Hendi Suhendi
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 2, No 1 (2005): JURNAL ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN
Publisher : Centre for Research and Development on Social, Economy, Policy and Climate Change

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.946 KB) | DOI: 10.20886/jakk.2005.2.1.45-57

Abstract

Di Indonesia, Pinus yang tumbuh secara alami hanyalah Pinus merkusii di Sumatera yang terdiri dari strain Tapanuli, strain Kerinci dan strain Aceh. Berdasarkan persebarannya, strain Tapanuli tidak banyak dijumpai karena tercampur dengan jenis-jenis kayu daun lebar. Secara alami, strain Tapanuli ditemukan di Cagar Alam Dolok Sipirok dan Cagar Alam Dolok Saut. Dalam bentuk hutan tanaman, strain Tapanuli dibuat oleh masyarakat atau rakyat dengan anakan alam dan diambil secara cabutan di Tegakan Benih Dolok Tusam, dan sekarang sudah habis ditebang karena digantikan oleh tanaman kopi. Di wilayah kerja Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara hampir tidak pernah didapatkan informasi tentang keberadaan strain Tapanuli. Konservasi in situ dalam bentuk Cagar Alam perlu dilengkapi dengan konservasi ex situ. Sebagai langkah awal konservasi, terlebih dahulu perlu dikaji permudaan alamnya. Di samping itu, analisis kebijakan berkaitan dengan pentingnya eksplorasi dengan metode sensus pada semua kawasan konservasi di Sumatera perlu dipertimbangkan, dan pertemuan formal antar pengambil kebijakan di Departemen Kehutanan perlu direkomendasikan
KAJIAN EFISIENSI PEMANFAATAN KAYU MERBAU DAN RELOKASI INDUSTRI PENGOLAHANNYA Bagian 1: Propinsi Papua Sebagai Penghasil Kayu Merbau dan Tujuan Relokasi Jamaludin Malik; Osly Rachman; Jamal Balfas; Achmad Supriadi
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 2, No 1 (2005): JURNAL ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN
Publisher : Centre for Research and Development on Social, Economy, Policy and Climate Change

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16078.58 KB) | DOI: 10.20886/jakk.2005.2.1.59-76

Abstract

Kayu Merbau (Intsia spp.) pernah menjadi isu penting karena Pemerintah Propinsi Papua meminta dispensasi dari Pemerintah Pusat untuk mengekspor log kayu tersebut. Argumentasi yang dikemukakan adalah kekerasan kayu tersebut, sehingga tidak bisa diolah di dalam negeri. Apabila tidak diekspor berarti sumberdaya alam yang dimiliki Propinsi Papua tidak dimanfaatkan secara optimal untuk pembangunan daerah. Sementara itu, Inpres No. 7 tahun 2002 menawarkan paket relokasi industri dari wilayah Jawa Timur ke Papua. Untuk mengevaluasi kondisi obyektif pemanfaatan kayu merbau dan urgensi relokasi industrinya, dilakukan kajian ilmiah komprehensif yang meliputi potensi bahan baku, alokasi penggunaan, tenaga kerja dan peraturan yang terkait dengan pemanfaatan kayu merbau. Tulisan ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, kajian difokuskan terhadap wilayah Papua sebagai sumber bahan baku dan tempat tujuan relokasi industri pengolahan kayu merbau, mencakup pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan instansi terkait di wilayah Jakarta, Banten dan Papua. Bagian kedua akan disajikan pada tulisan terpisah, yang akan mengkaji industri kayu merbau di Jawa Timur dan sekitarnya yang akan direlokasi. Hasil observasi di Papua diketahui bahwa potensi kayu merbau yang dapat dimanfaatkan masih cukup 3besar , yaitu 2,662 juta m/tahun. Untuk menunjang pengelolaan hutan lestari, perlu dilakukan perhitungan ulang atas potensi kayu. Di Papua terdapat 9 industri besar yang mengolah kayu merbau dan 66 unit industri kecil/menengah yang mengalami kekurangan bahan baku kayu merbau. Sebagian besar industri mengolah kayu merbau menjadi kayu gergajian, S2S dan S4S. Banyak kilang penggergajian kecil di areal hutan menggergaji kayu bulat merbau menjadi balok kasar dengan menggunakan gergaji rantai. Evaluasi terhadap data dan informasi yang tersedia dapat disimpulkan bahwa relokasi industri bukan merupakan alternatif yang tepat. Pembinaan yang lebih tepat adalah peningkatan kemampuan teknis industri dan pemasaran kayu merbau di Papua, sehingga mampu memproduksi barang jadi (finished products) dan langsung dapat memasarkannya.
KAJIAN PERSAINGAN USAHA ANTAR INDUSTRI KECIL MEBEL ROTAN DI KABUPATEN KOTA PALU, SULAWESI TENGAH Triyono Puspitojati
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 2, No 1 (2005): JURNAL ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN
Publisher : Centre for Research and Development on Social, Economy, Policy and Climate Change

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (581.903 KB) | DOI: 10.20886/jakk.2005.2.1.1-12

Abstract

Studi ini bermaksud untuk mengkaji sejauhmana persaingan usaha antar 5 industri kecil mebel rotan di kabupaten Kota Palu mempengaruhi pendapatan pemilik dan pengembangan industri. Hasil studi menunjukkan bahwa pasar mebel rotan adalah terbatas. Pada kondisi permintaan normal, produksi mebel rotan adalah sekitar 40 - 50 set mebel per bulan dan meningkat menjadi 150 - 200 set mebel per bulan pada kondisi permintaan tinggi. Selain itu,  persaingan usaha antar industri sangat tinggi. Akibatnya, pendapatan yang diperoleh pemilik industri sangat rendah, sekitar Rp 393.095 - Rp 1.836.604  per industri per bulan. Di masa mendatang, persaingan usaha diperkirakan masih tetap tinggi, jumlah industri tidak banyak berubah dan pengembangan usaha sulit dilakukan. Pemerintah daerah dapat membantu pengembangan industri mebel dengan cara memperluas pasar mebel antara lain melalui peningkatan belanja mebel daerah.

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2005 2005


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2023): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 19, No 2 (2022): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 19, No 1 (2022): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 17, No 2 (2020): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 17, No 1 (2020): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 16, No 1 (2019): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 15, No 2 (2018): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 15, No 1 (2018): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 14, No 2 (2017): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 14, No 1 (2017): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 13, No 3 (2016): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 13, No 2 (2016): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 13, No 1 (2016): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 12, No 2 (2015): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 11, No 2 (2014): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 10, No 3 (2013): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 10, No 2 (2013): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 10, No 1 (2013): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 9, No 3 (2012): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 9, No 2 (2012): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 9, No 1 (2012): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 8, No 3 (2011): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 8, No 2 (2011): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 8, No 1 (2011): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 7, No 3 (2010): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 7, No 2 (2010): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 7, No 1 (2010): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 6, No 3 (2009): JURNAL ANALISIS KEBIJAKAN Vol 6, No 2 (2009): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 5, No 3 (2008): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 5, No 2 (2008): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol 4, No 1 (2007): JURNAL ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN Vol 3, No 2 (2006): JURNAL ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN Vol 3, No 1 (2006): JURNAL ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN Vol 2, No 2 (2005): JURNAL ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN Vol 2, No 1 (2005): JURNAL ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN More Issue