cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. garut,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Konstruksi
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 32 Documents
Search results for , issue "Vol 14 No 1 (2016): Jurnal Konstruksi" : 32 Documents clear
ANALISIS BIDANG KERN PADA PROFIL BAJA RINGAN Eko Walujodjati
Jurnal Konstruksi Vol 14 No 1 (2016): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.492 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.14-1.293

Abstract

Material Baja Ringan sudah banyak diaplikasikan terutama untuk rangka atap bangunan. Sambungan antar batang baja ringan menyalurkan gaya normal yang terjadi akibat beban beban yang ada berupa gaya tarik dan gaya tekan sebagai gaya gaya yang terjadi pada sistem rangka batang (Truss). Analisis Tegangan dalam Bidang Kern pada penampang profil Baja Ringan yang tidak simetris ini perlu dilakukan untuk melihat kekuatan dari pada material Baja Ringan. Profil Baja Ringan adalah material baja tipis dengan kekuatan tarik yang tinggi memungkinkan dimanfaatkan sebagai elemen struktur dengan kebutuhan melayani beban tarik dan beban tekan. Bidang Kern adalah suatu daerah dengan titik titik gaya normal berada dimana tegangan yang terjadi pada penampang tersebut adalah sejenis. Beban Normal Eksentris adalah beban normal yang bekerja diluar titik berat penampang. Analisis tegangan yang dilakukan sama dengan analisis tegangan pada beban sentris dan momen lentur yaitu σ = P / A ± Me . y / Ix. Momen tahanan Wax = Ix / y, Wbx = Ix / y, momen inersia Ix = 1/12. b.h3 + b.h.y2 Wkr y = Ix / c, Wkn y = Ix / y, batas atas sumbu x Ka x = Wbx / A, batas bawah sumbu x Kb x = Wax / A, batas kiri sumbu y Kkr y = Wkn y / A, batas kanan sumbu y Kkn y = Wkr y /A. Dari analisis yang sudah dilakukan diperoleh bidang kern yang tidak jauh berbeda dengan profil penampang bentuk C pada umumnya, yaitu Ka x = 25,29 mm Kb x = 25,29 mm Kkr y =18,775 mm Kkn y = 7,559 mm. Perbedaan mencolok diperoleh nilai Kkr y atau batas sebelah kiri dari sumbu y yang lebih jauh dibanding pada bentuk C. Hal ini dikarenakan adanya luasan tambahan dari bentuk kait pada profil tersebut.
PENGENDALIAN BANJIR PADA SISTEM DRAINASE SUB DAS CIOJAR CIMANUK KIRI Erwin Nadinoor; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 14 No 1 (2016): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.573 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.14-1.304

Abstract

Perencanaan dan pelaksanaan pembuatan jalan telah lama menyadari bahwa kehadiran air di dalam dan disekitar badan perkerasan jalan akan mempercepat turunnya kekuatan/kehancuran jalan, setiap alur drainase baik darainase jalan maupun drainse perumahan hendaknya terdapat canal/saluran pembuangan yang mengarahkan aliran ke sungai yang lebih besar. Pengendalian banjir ini dilakukan peninjauan terhadap data existing dilapangan dengan memperhitungkan rumus-rumus perhitungan yang ada. Adapun langkah langkah pengendalian banjir ini dilakukan dengan cara menganalisis data curah hujan dan data penduduk kabupaten garut. Untuk perencanaan hidraulis saluran rumus yang digunakan adalah rumus Strickler  yaitu Q  = K . R 2/3 .I 1/2 . F  dimana kesimpulan dari hasil perhitungan tersebut sebagai berikut : Debit Rencana Q = 0,214 m³ / det, Kecepatan Air Disaluran V = 0,54 m / det, Lebar Saluran = 2 m, Tinggi Air Disaluran h = 0,2 m, Kemiringan Saluran I = 0.0018, Kekasaran Saluran K = 42.50, Kemiringan Talud Saluran m = 0 (Tegak). Hasil dari perhitungan pengendalian banjir yang telah dianalisis merupakan bagian yang tak terpisahkan dari penerapan prinsif-prinsif dalam pengendalian banjir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadinya banjir bukan karena faktor alamiah saja tetapi sangat dipengaruhi oleh faktor manusia, sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan alam dan keadaan manusia dalam mengendalikan banjir saling berkaitan.
ANALISIS OPERASIONAL WADUK IR.H.DJUANDA Tintin Kartini; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 14 No 1 (2016): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.78 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.14-1.330

Abstract

Waduk serbaguna Jatiluhur dengan kapasitas penampungan sebesar 3.000 juta m3, yang diselesaikan dalam tahun 1967, memberikan berbagai manfaat sebagai berikut: (1) Penyediaan air minum, (2) Penyediaan air irigasi (3) Pembangkitan tenaga listrik (4) Pengendali terjadinya banjir. Permasalahan seringkali terjadi muncul, sehingga tata kelola dan pengaturan distribusi air perlu dianalisis.Dalam studi ini, analisis hanya mencakup menganalisis fungsi operasional waduk sebagai penyedia air irigasi, air baku, PLTA dan kondisi hidrologi waduk. Kapasitas tampungan Waduk Ir.H.Djuanda pada TMA normal 2448 juta m3. Tingkat laju sedimen rata-rata dari tahun 1995-2000 sebesar 0,43 m/tahun. Ketersediaan air rata-rata tahunan Waduk Ir.H.Djuanda 6144 juta m3/tahun. Limpasan air Tahun 2014 hanya terjadi di bulan April-Juli 2014, dan limpasan terbesar terjadi pada tanggal 25 bulan April 2014 dan ada pada ketinggian TMA 108,05 mdpl. Kebutuhan air rata-rata bulanan di hilir Waduk Ir.H.Djuanda adalah 373,445 juta m3/bulan, dan untuk kebutuhan air rata-rata tahunan adalah sebesar 6026,308 juta m3/tahun. Semakin besar air keluar melalui Turbin maka semakin besar pula Produksi Listrik yang dihasilkan. Air yang keluar dimaksimalkan keluar melalui turbin agar dapat menghasilkan energi listrik. Tidak ada skala prioritas dalam pembagian air terutama pada musim kemarau.
ANALISA UJI KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAHAN BATU BATA MERAH Ahmad Syarif; Chandra Setyawan; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 14 No 1 (2016): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (718.328 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.14-1.349

Abstract

Bata merah merupakan material umum yang dipakai pada bangunan. Bata merah dalam penelitian ini di tujukan untuk pemanfaatan limbah. Limbah batu bata merah dalampenelitian pembuatan beton untuk menghasilkan beton bermutu tinggi.Metode penelitian yang dipakai adalah metode percobaan yang dilakukan di laboratorium STT-Garut, yaitu denganmelakukan pemeriksaan atau percoban secara fisik pada uji beton, yang menggunakan bahan tambahan limbah batu bata merahsebanyak 27 benda uji (10%, 25%, 50%) dankuat tekan beton normal K-200 sebanyak 9 benda uji (200kg/cm 2). Tujuannya untuk mengetahui kuat tekan beton dengan menggunakan bahan tambahan limbah batu bata merah sebanyak 27 benda uji (10%, 25%, 50%) dan kuat tekanbeton normal K-200 sebanyak 9 benda uji (200kg/cm 2 ) sebagai acuan pembanding.Dari hasil penelitian, diketahui beton dengan menggunakan campuran 10%, 25% dan 50% hasil rata-rata sesuai dengan acuan beton pembanding (K-200). Hasil uji kuat tekan limbah batu bata merah 50% campurannya tidak lebih dari 10% dan 25%. Sehingga beton untuk campuran 10% dan 25% menjadi acuan kedepannya sebagai campuran limbah tambahan yang baik untuk pembuatan beton.
KAJIAN PENGARUH TINGGI BUKAAN PINTU AIR TEGAK (SCLUICEGATE) TERHADAP BILANGAN FROUDE Jani Albas; Sulwan Permana
Jurnal Konstruksi Vol 14 No 1 (2016): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (966.114 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.14-1.366

Abstract

Dalam mengoptimalisasikan peranan bangunan pintu air sebagai pengatur debit dan pengatur tinggi muka air dihulu bangunan pintu air, sering dihadapkan pada masalah gerusan local (Local Scouring) di sebelah hilir bangunan pintu air. Berbagai penanganan masalah tersebut telah dilakukan, diantaranya dengan pembuatan landasan kolam olak atau dikombinasikan dengan pemasangan ambang peredam energi (End Sill). Bilangan Froude adalah sebuah parameter non-dimensional yang menunjukkan efek relative dari efek inersia terhadap efek gravitasi. Aliran subkritis kadang-kadang disebut aliran tenang, sedang aliran cepat juga digunakan untuk menyatakan aliran super kritis. Faktor-faktor yang mempengaruhi bertambahnya ketinggian aliran pada energi spesifik adalah  ketinggian muka air dan harga kecepatan masing-masing keadaan debit.Dari percobaan perhitungan yang dilakukan didapat hasil sebagai berikut: Percobaan pertama, A = (Yg 0,25 Fr 2,72), B = (Yg 0,50 Fr 0,96), C = (Yg 1,00 Fr 0,35). Percobaan kedua, A = (Yg 0,25 Fr 2,72), B = (Yg 0,50 Fr 0,96), C = (Yg 0,75 Fr 0,52.  Percobaan ketiga, A = (Yg 0,25 Fr 2,72), B = (Yg 0,50 Fr 0,96), C = (Yg 0,75 Fr 0,52. Hasil Perhitungan bahwa bilangan Froude ada hubungannya dengan tinggi bukaan pintu air, semakin tinggi bukaan pintu air maka semakin kecil bilangan Froude yang dihasilkan.
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN CEMPAKA – WANARAJA KECAMATAN GARUT KOTA Aceng Badrujaman
Jurnal Konstruksi Vol 14 No 1 (2016): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (941.564 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.14-1.384

Abstract

Jalan merupakan sarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam pengembangan suatu wilayah. Perkembangan suatu wilayah akan meningkatkan kebutuhan sarana dan prasarana transportasi. Kondisi tersebut apabila tidak diantisipasi sedini mungkin, dikhawatirkan akan terjadinya permasalahan transportasi seperti, kemacetan, kerusakan jalan, dan sebagainya. Pada perencanaan geometrik jalan untuk wilayah Cempaka – Sucinaraja – Wanaraja ini memliki panjang rencana yaitu 11,41 km, pembangunan jalan ini merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi kemacetan yang sering terjadi di depan pasar wanaraja dan untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan lalu lintas, serta sebagai alternatif untuk menghindari permasalahan yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang. Pembangunan geometrik jalan merupakan pekerjaan yang kompleks dan perlu mempertimbangkan berbagai aspek dan membutuhkan kajian yang mendalam agar mampu menghasilkan produk perencanaan sesuai dengan kriteria-kriteria teknis di bidang jalan yang berlaku dan merujuk kepada standar peraturan perundangan yang berlaku. Untuk mengawali rencana perencanaannya maka perlu dilakukan studi kelayakan yang meliputi: kelayakan teknis operasional, kelayakan sosial dan ekonomi, kelayakan finansial, serta kelayakan lingkungan. Berdasarkan kajian tersebut baru dapat ditetapkan lokasi untuk perencanaan fisik jalan. Pada perencanaan galian dan timbunan pada pembangunan jalan ini mempunyai panjang rencana 11,041 km dan kelandaian rata-rata datar, terdapat volume galian dan timbunan tanah yang cukup besar. Dari hasil perhitungan didapat total volume untuk galian yaitu: 188.035,6175 m3 dan total volume untuk timbunan yaitu: 83.507,4050 m3, dengan total biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan galian dan timbunan tanah adalah Rp. 14.132.590.852,75.
EVALUASI KONDISI STRUKTURAL PADA JALAN BERDASARKAN HUBUNGAN ANTARA KETIDAKRATAAN PERMUKAAN JALAN (IRI) DAN INDEKS KONDISI JALAN (RCI) (Studi Kasus Ruas Jalan Selajambe-Cibogo-Cibeet, Cianjur) Rangga Mandala Utama; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 14 No 1 (2016): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (634.596 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.14-1.386

Abstract

Kerusakan-kerusakan pada perkerasan jalan atau lapisan penutup aspal harus diprioritaskan perbaikannya, karena di daerah dengan curah hujan yang tinggi seperti di Indonesia, perkerasan dapat lebih cepat rusak apabila pekerjaan struktur jalan tidak sesuai dengan ketentuan. Tingkat kerataan jalan (International Roughness Index, IRI) merupakan salah satu faktor/fungsi pelayanan (functional performance) dari suatu perkerasan jalan yang sangat berpengaruh pada kenyamanan pengemudi (riding quality). Kualitas jalan yang ada maupun yang akan dibangun harus sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku. Syarat utama jalan yang baik adalah kuat, rata, kedap air, tahan lama dan ekonomis sepanjang umur yang direncanakan. Pengukuran tingkat kerataan permukaan jalan belum banyak dilakukan di Indonesia mengingat kendala terbatasnya peralatan sehingga persyaratan kerataan dalam monitoring dan evaluation terhadap konstruksi jalan yang ada tidak dapat dilakukan secara baik menurut standar nasional bidang jalan. Untuk mengetahui tingkat kerataan permukaan jalan dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan berbagai cara/metode yang telah direkomendasikan oleh Bina Marga maupun AASHTO. Salah satu cara pengukuran tingkat kerataan jalan yang direkomendasikan oleh Bina Marga yaitu dengan cara form survei kerusakan jalan sesuai pedoman pelaporan nilai kondisi jalan tahun 2015.Tingkat kerusakan jalan rata-rata Ruas Jalan Selajambe-Cibogo-Cibeet sebesar 5,130 %. Lokasi Km.Bdg. 63+000-64+000 memiliki nilai IRI yang paling tinggi yaitu 12, didominasi oleh kerusakan berupa lubang dangkal sebanyak 8.916,56 m2 yang penanganannya direncanakan dengan tambal sulam dengan hotmix, oleh karena itu pengamat Jalan harus sigap dan rutin melaporkan kerusakan-kerusakan jalan tiap bulannya sehingga kemantapan dan kondisi jalan tetap terjaga dengan baik, guna memperlancar menunjang arus/laju perekonomian. Penanganan yang tepat dan sesuai akan membuat jalan berada pada kondisi yang baik berdasarkan kemantapan jalan yang direncanakan.
ANALISIS HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA JALAN (STUDI KASUS JALAN GUNTUR GARUT) Iman Hilmanudin; Ida Farida
Jurnal Konstruksi Vol 14 No 1 (2016): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (821.557 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.14-1.387

Abstract

Ruas Jalan Guntur merupakan salah satu ruas  jalan yang cukup padat. Hal ini disebabkan karena ruas jalan tersebut berada dikawasan petokoan yang dimana banyak masyarakat yang bertransaksi jual beli di sekitar ruas Jalan Guntur ini, dengan wilayah seperti ini banyak aktivitas masyarakat yang terjadi di samping jalan, seperti pejalan kaki, kendaraan parkir, kendaraan lambat dan kendaraan keluar masuk dari atau ke Jalan Guntur. Penelitian ini dilakukan di ruas Jalan Guntur dengan mengambil batas dari Bundaran Guntur sampai Pertigaan Ciwalen. Data yang diambil dilapangan adalah data primer seperti kondisi geometrik jalan, volume lalu lintas, kecepatan dan kepadatan kendaraan, dan faktor-faktor hambatan samping di sekitar lokasi penelitian. Sedangkan data sekunder adalah jumlah penduduk dan peta lokasi. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, hambatan samping tertinggi pada ruas Jalan Guntur ini adalah dengan frekwensi bobot kejadian 553,63, nilai tersebut masuk ke dalam kelas hambatan samping tinggi (High). Hambatan samping tersebut berpengaruh terhadap arus lalu lintas, kecepatan menjadi berkurang, volume berkurang dan kepadatan tinggi. Pengaruh hambatan terhadap kapasitas bisa dilihat dari penurunan kapasitas sebelum adanya hambatan samping sebesar 3107,64 smp/jam dan dengan hambatan samping menjadi 2865,20 smp/jam. Tingkat pelayanan Jalan Guntur dalam kondisi B yaitu arus stabil, volume sedang dan kepadatan rendah, berdasarkan nilai DS = 0,48. Sedangkan nilai DS dengan hambatan samping dalam kondisi C yaitu arus stabil, volume sesuai untuk jalan kota tetapi kecepatan dipengaruhi oleh lalu lintas, berdasarkan nilai DS = 0,50.
PENGARUH PARKIR PADA BADAN JALAN TERHADAP KINERJA RUAS JALAN (STUDI KASUS: RUAS JALAN CILEDUG KOTA GARUT) Ricky Muhammad Yany; Ida Farida; Eko Walujodjati
Jurnal Konstruksi Vol 14 No 1 (2016): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.365 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.14-1.388

Abstract

Permasalahan transportasi didaerah perkotaan seringkali disebabkan tingginya kebutuhan pergerakan yang tidak bisa diimbangi dengan ketersediaan jaringan jalan yang ada. Akibat dari adanya kegiatan on-street parking adalah menimbulkan kemacetan, oleh karena itu penanganan parkir di badan jalan sudah barang tentu menjadi sangat penting dan mempunyai dampak positif terhadap pemecahan masalah kemacetan, permintaan akan parkir akibat adanya pertokoan dan pasar juga terjadi di  Jalan Ciledug Kabupaten Garut. Masalah parkir ini sangat berhubungan dengan pola pergerakan arus lalu lintas kota dan apabila pengoperasian parkir tidak efektif akan mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Oleh karena itu, fasilitas parkir harus cukup memadai sehingga semua pengoperasian arus lalu lintas dapat berjalan dengan lancar. Berdasarkan penelitian pada ruas Jalan Ciledug, tingkat pelayanan jalan pada hari Senin berada pada nilai C, D dan E pada jam puncak pagi, siang dan sore. Sedangkan kinerja pada hari Kamis sedikit lebih baik dimana tingkat pelayanan jalan pada jam-jam puncak pagi, siang dan sore berada pada tingkat C, C dan D. Pada hari Sabtu tingkat pelayanan jalan sampai pada titik terburuknya, dimana pada jam puncak pagi, siang dan sore tingkat pelayanan jalan berada pada tingkat E, E dan E, hal ini diakibatkan Kota Garut yang banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik untuk berakhir pekan.
ANALISIS ALIRAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI CIMANUK HULU (STUDI KASUS CIMANUK-BOJONGLOA GARUT) Ali Rahman
Jurnal Konstruksi Vol 14 No 1 (2016): Jurnal Konstruksi
Publisher : Institut Teknologi Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (834.719 KB) | DOI: 10.33364/konstruksi/v.14-1.391

Abstract

Secara umum wilayah daerah aliran Sungai Cimanuk-Bojongloa terletak di Kabupaten Garut, adapun luas DAS 292 km² yang berlokasi di kampung Bojongloa, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat. Adapun Sungai Cimanuk berhulu dikaki Gunung Papandayan di Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut pada ketinggian + 1350 diatas permukaan laut, yang mengalir kearah timur laut sepanjang 180 km dan bermuara di Laut Jawa di Kabupaten Indramayu. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan rata-rata tahun 2006-2007 dengan tahun 2012-2013. Serta cara peningkatan ketersediaan data dan informasi sumber daya air, dan mengendalikan kondisi DAS yang rusak. Dalam penelitian ini pada tahun 2006 didapat debit 4,515 m3/det, dan 2013 didapat debit 15,27 m3/det. Berdasarkan penelitian perbandingan rata-rata debit pada tahun 2006 dan 2013 ada peningkatan yang lumayan signifikan dikarenakan di tahun 2013 sungai sudah mulai rusak banyaknya penebangan hutan, berubahnya saluran drainase dan sebagainya. Dari DAS Cimanuk-Bojongloa hutan di kawasan tersebut sudah mulai rusak karena banyak penebangan hutan liar dan intensitas curah hujan yang tinggi sehingga debit air setiap tahunnya meningkat.

Page 1 of 4 | Total Record : 32