cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Forum Penelitian Agro Ekonomi
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 02164361     EISSN : 25802674     DOI : -
Forum penelitian Agro Ekonomi (FAE) adalah media ilmiah komunikasi penelitian yang berisi review, gagasan, dan konsepsi orisinal bidang sosial ekonomi pertanian, mencakup sumber daya, agribisnis, ketahanan pangan, sosiologi, kelembagaan, perdagangan, dan ekonomi makro.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 28, No 1 (2010): Forum Penelitian Agro Ekonomi" : 5 Documents clear
Tinjauan Konseptual Mikro-Makro Daya Saing dan Strategi Pembangunan Pertanian nFN Saptana
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v28n1.2010.1-18

Abstract

EnglishPolicy makers and economists are interested in competitiveness concept and try to implement in the economic development. Competitiveness has several perspectives, i.e. economic perspective, business, and politic. Competitivess could also be reviewed in a micro perspective (company level) and macro perspective (national level). This paper examines the competitiveness concept in terms of micro and macro perspectives. The micro perspective would be useful in agricultural development, especially in crop selection and in endeavor to change comparative to competitive advantages. The macro perspective should be useful to improve national competitiveness trough various fiscal policies of real sector. The study revealed that several agricultural commodities have competitive and comparative advantages, but the competitiveness susceptible to external fluctuation. The changes from comparative to competitive advantage require government intervention to control market distortion and to reduce the high transaction cost economy. Meanwhile, the changes from competitiveness at company level to competitiveness at national level need an integrated macro economic policies and micro economic activities.  IndonesianPakar ekonomi dan pengambil kebijakan telah memberikan perhatian besar terhadap konsep daya saing dan mencoba mengoperasionalkan dalam pembangunan ekonomi. Konsep daya saing dimaknai dari berbagai perspektif, antara lain perspektif ekonomi, bisnis, dan politik (kebijakan). Di samping itu, ada yang memaknai dalam perspektif mikro (perusahaan) dan perspektif makro (nasional). Tulisan ini berusaha mengkaji konsep daya saing dalam perspektif ekonomi baik mikro maupun makro.  Kajian dari perspektif mikro diharapkan berguna dalam pembangunan pertanian terutama untuk menentukan pilihan komoditas dan upaya mewujudkan keunggulan komperatif menjadi keunggulan kompetitif. Sementara itu, dari kajian dalam perspektif makro diharapkan berguna membangun daya saing nasional melalui berbagai kebijakan makro terutama melalui kebijakan fiskal di sektor riil.  Secara mikro beberapa komoditas pertanian Indonesia mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif, namun keunggulan yang dimiliki rentan terhadap gejolak eksternal. Untuk mewujudkan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif diperlukan adanya kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk menghilangkan adanya distorsi pasar dan menekan tingginya biaya transaksi. Sementara itu, untuk mewujudkan daya saing di tingkat mikro (perusahaan) menjadi daya saing di tingkat makro (nasional) diperlukan adanya keterpaduan antara kebijakan makro dan kegiatan ekonomi mikro.
Agribisnis Tembakau di Indonesia : Kontroversi dan Prospek Muchjidin Rachmat; Rizma Aldillah
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v28n1.2010.69-80

Abstract

EnglishTobacco is one of the important commodities in Indonesia. The tobacco industry contributes significantly to the Indonesian economy, especially tax and excise as a source of government income, employment opportunity, source of income and regional development. However, tobacco and cigarettes has a negative impact on health and the environment. Indonesian cigarette industry is in a dilemma situation. Increasing public awareness about health and anti-smoking cigarettes causes a decrease of tobacco demand in the world and Indonesia, and its negative impact in the demand for tobacco leaf. This condition must be anticipated at the early stage with directive program in the development of tobacco crop substitution. This substitution can be carried out through the development of high value alternative crops with the application of technology and market assurances. Among these high value commodities are horticultural crops, like vegetables and ornamental plants.  To ensure market and the application of technology for such crops, it is necessary to develop a partnership relation with the market actors.   With a large number of smokers and a hereditary culture, Indonesia is considered as a potential market for the tobacco industry. This condition should allow a greater negative impact and social costs for Indonesia. To encounter such situation, Indonesia need a cigarette consumption reduction policy which could be applied through: (a) high cigarette tax and price, (b)  strictly abandon promotion, advertisement and cigarette sponsorship in various events that involve young people, and (c) well-guarded stipulation on free smoking area.IndonesianTembakau merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia. Industri tembakau memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia, terutama cukai dan  devisa sebagai sumber penerimaan negara, lapangan kerja, sumber pendapatan dan pembangunan daerah. Namun, tembakau dan rokok memiliki dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Industri rokok Indonesia berada dalam situasi dilema. Peningkatan kepedulian masyarakat tentang kesehatan dan gerakan anti-merokok menyebabkan penurunan permintaan dunia dan Indonesia pada rokok, dan berdampak kepada penurunan permintaan daun tembakau. Kondisi ini harus diantisipasi secara dini dan terprogram dalam bentuk pengembangan tanaman substitusi tembakau.  Upaya substitusi ini dapat dilakukan melalui pengembangan tanaman alternatif bernilai ekonomi tinggi dengan penerapan teknologi dan jaminan pasar. Beberapa komoditas bernilai tinggi tersebut terutama tanaman hortikultura, seperti sayuran dan tanaman hias. Untuk memberikan kepastian  pasar  dan penerapan  teknologi perlu dikembangkan pola kemitraan dengan  pelaku pasar. Dengan jumlah penduduk yang besar dan memiliki budaya merokok yang turun temurun, Indonesia dinilai merupakan pasar yang potensial bagi industri rokok.  Kondisi ini akan berakibat Indonesia  akan menerima lebih besar dampak negatif dan biaya sosial.  Untuk itu diperlukan kebijakan pengurangan konsumsi rokok melalui: (a) peningkatan  cukai dan harga rokok, (b) pengendalian/pelarangan iklan dan sponsor rokok dalam kegiatan yang melibatkan remaja, dan (c) penetapan kawasan bebas rokok.
Strategi Peningkatan Kapasitas Modal Sosial dan Kualitas Sumber Daya Manusia Pendamping Pembangunan Pertanian Sjafri Mangkuprawira
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v28n1.2010.19-34

Abstract

EnglishBased on the Human Development Index (HDI) figures, the Indonesian welfare level show that the community development process must be continuously carried out. The most important elements in the successful achievement of community development especially in rural community to support agricultural development are natural capital, technology, institutional, human capital, and social capital. The elements of social capital in this respect are mutual trustworthy on fellow members of the community, social empathy, social cohesion, social awareness, and collective cooperation. This paper examines the significance of social capital in agricultural development, as well as how the strategy to strengthening co-utilization and community development. Through a review of some study results on the role of facilitator in community development, strengthening social capital is required in the development community, particularly through the assistantship or mentoring process. Facilitators especially extension workers are needed in community development because of their function as problem analyst, group supervisor, trainer, innovator, and liaison officer. The principles of operation are (1) working group, (2) continuity, (3) self-reliance, (4) unity of target audiences, (5) growth of mutual trust, and (6) continuous learning process.  In addition, the assistantship program is highly considered as an activity enabling the optimum empowerment of the poor. For an optimum role of technical assistant, the development of quality human resources is required through participatory training-based education and development of assistantship forum. IndonesianDerajat kesejahteraan rakyat Indonesia dilihat dari angka Indeks Pembangunan Manusia membuktikan bahwa proses pengembangan masyarakat harus tetap dilaksanakan secara terarah dan bersinambung. Unsur terpenting dalam capaian keberhasilan pengembangan masyarakat khususnya di wilayah perdesaaan untuk mendukung pembangunan pertanian adalah modal alam, teknologi, kelembagaan, modal manusia, dan modal sosial.  Unsur modal sosial yang dimaksud diantaranya adalah saling percaya pada sesama anggota masyarakat, empati sosial, kohesi sosial, kepedulian sosial, dan kerja sama kolektif. Makalah ini ditujukan untuk mengkaji arti penting modal sosial dalam pembangunan pertanian, serta bagaimana strategi pemanfaatan dan penguatan pendamping (khususnya penyuluh pertanian) dalam pengembangan masyarakat. Melalui review dari beberapa hasil kajian terhadap peran pendamping dalam pengembangan masyarakat, penguatan modal sosial sangat dibutuhkan dalam pengembangan masyarakat, khususnya melalui proses pendampingan. Penyuluh pertanian sangat dibutuhkan dalam pengembangan masyarakat karena  mempunyai fungsi sebagai analis masalah, pembimbing kelompok, pelatih, inovator, dan penghubung. Prinsip kerja pengembangan masyarakat mendukung pembangunan pertanian melalui pendampingan adalah: (1) kerja kelompok, (2) keberlanjutan, (3) keswadayaan, (4) kesatuan khalayak sasaran, (5) penumbuhan saling percaya, dan (6) pembelajaran bersinambung. Disamping itu, pendampingan merupakan kegiatan yang diyakini mampu mendorong terjadinya pemberdayaan masyarakat miskin secara optimal. Agar pendamping dapat berperan optimum maka dibutuhkan pengembangan mutu sumber daya manusianya melalui pelatihan partisipatif berbasis pendidikan orang dewasa dan pengembangan forum pendampingan.
Swasembada Kedelai: Antara Harapan dan Kenyataan Gelar Satya Budhi; Mimin Aminah
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v28n1.2010.55-68

Abstract

EnglishThis paper aims to describe the state of production and consumption of soybean, the use of technology by farmers, and the factors supporting self-sufficiency in soybean. The main problem of the soybean economy is the difficulty to boost production to meet the fast growing consumption.  Stagnation of soybean production is due to incompletely technology applications and the use of low quality seeds leaving a low level of productivity.  The current price of the locally produced soybean  is not able to compete with the imported soybean.  The factors supporting self-sufficiency are the invention of high yield seed variety and better cultivation technology which necessary to transfer to the farmers to achieve the same level of productivity as that in research level.  However, invention of high yield seed needs an improvement of seeds supply system, both in terms of production and distribution.  In this context, Indonesia has huge marginal land for extensification to increase soybean production, although technology engineering for this purpose is required.  The other important supporting factor is the import tariff application for soybean with bound rate of 27 percent, although this is not currently applicable. Indonesia has a potential crop to substitute soybean.  However, efforts to promote the consumption of this alternative crop substitution are required to gradually replace soybean in the Indonesian diet.IndonesianTulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan produksi dan konsumsi  komoditas kedelai, penggunaan teknologi oleh petani, serta faktor-faktor pendukung swasembada.  Permasalahan utama dalam ekonomi kedelai adalah sulitnya memacu produksi untuk memenuhi konsumsi yang meningkat dengan pesat.  Terhambatnya produksi kedelai disebabkan antara lain karena teknologi tidak digunakan sepenuhnya dan kurangnya penggunaan benih bermutu, yang menyebabkan produktivitasnya tetap rendah.  Dengan harga yang berlaku saat ini, kedelai produksi lokal tidak mampu bersaing dengan kedelai impor. Faktor-faktor yang mendukung swasembada adalah dihasilkannya varietas kedelai yang memiliki produktivitas tinggi dan teknologi budidaya yang lebih baik, untuk ditransfer ke petani agar dapat menyamai produktivitas di tingkat penelitian.  Namun demikian ditemukannya varietas unggul perlu didukung oleh perbaikan sistem penyediaan benih bermutu, baik dari sisi produksi maupun distribusinya.  Indonesia juga memiliki lahan yang cukup luas untuk meningkatkan produksi kedelai di lahan marjinal, walaupun memerlukan rekayasa teknologi.  Faktor berikutnya yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung swasembada kedelai adalah penerapan bea masuk impor yang saat ini masih diperkenankan sampai batas 27 persen, namun saat ini tidak dimanfaatkan.  Selain itu, Indonesia juga memiliki komoditas substitusi yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pengganti kedelai.  Diperlukan promosi diversifikasi substitusi kedelai agar secara bertahap komoditas alternatif tersebut dapat menggantikan kedelai dalam konsumsi rakyat Indonesia.
Lembaga dan Organisasi Petani dalam Pengaruh Negara dan Pasar nFN Syahyuti
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v28n1.2010.35-53

Abstract

EnglishFarmer’s empowerment through formal organization is very important in Indonesia, but its achievement is quite low.  It is the state desire to formally organize the farmers and in contrary, the market tend to see the farmers, individually or in groups, to efficiently behave. Through the new institutionalism approach, such behavior could be understood on why and how the farmers organize themselves. This approach has been successfully overcome many limitations embedded in the previous approaches. With this new approach, perception on the farmer’s behavior is an awareness act and logically acceptable according to their socio-political context and various potential they have. This paper aims to describe various study results and expert thoughts on the concept and theory of “institution” and “organization”. According to the new institutionalism approach, the development of farmer’s organization need to consider principles that the formal organization is an option, give priority to function rather than bureaucracy administration, organization as a tool, reward based on farmer’s rasionality, and empowerment of farmer’s vertical relations is necessary.IndonesianPemberdayaan petani melalui organisasi formal merupakan hal yang utama di Indonesia, namun keberhasilannya sangat terbatas. Negara menginginkan petani diorganisasikan secara formal, sementara pasar cenderung menghendaki petani (secara individu dan kelompok) untuk berperilaku efisien dan menguntungkan. Melalui pendekatan paham kelembagaan baru (New Instituionalism) dapat dipahami mengapa dan bagaimana petani mengorganisasikan dirinya. Pendekatan ini telah berhasil mengatasi berbagai kekurangan pendekatan sebelumnya. Pada pendekatan baru ini perilaku petani dipersepsikan sebagai sebuah tindakan yang sadar dan rasional sesuai dengan konteks sosial politik yang mereka miliki dan berbagai kekuatan yang melingkupi mereka. Paper disusun dari berbagai hasil studi dan pemikiran ahli berkenaan dengan konsep dan teori tentang “lembaga” (institution) dan “organisasi” (organization). Sesuai dengan pendekatan paham kelembagaan baru, pengembangan keorganisasian petani perlu memperhatikan prinsip-prinsip bahwa organisasi formal adalah sebuah opsi, mengutamakan fungsi daripada administrasi birokrasi, organisasi sebagai alat, penghargaan pada rasionalitas petani, dan perlunya penguatan relasi-relasi vertikal petani.

Page 1 of 1 | Total Record : 5


Filter by Year

2010 2010


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2021): Forum penelitian Agro Ekonomi : In Press Vol 39, No 1 (2021): Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 38, No 2 (2020): Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 38, No 1 (2020): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 37, No 2 (2019): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 37, No 1 (2019): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 36, No 2 (2018): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 36, No 1 (2018): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 35, No 2 (2017): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 35, No 1 (2017): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 34, No 2 (2016): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 34, No 1 (2016): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 33, No 2 (2015): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 33, No 1 (2015): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 32, No 2 (2014): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 32, No 1 (2014): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 31, No 2 (2013): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 31, No 1 (2013): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 30, No 2 (2012): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 30, No 1 (2012): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 29, No 2 (2011): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 29, No 1 (2011): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 28, No 2 (2010): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 28, No 1 (2010): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 27, No 2 (2009): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 27, No 1 (2009): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 26, No 2 (2008): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 26, No 1 (2008): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 25, No 2 (2007): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 25, No 1 (2007): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 24, No 2 (2006): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 24, No 1 (2006): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 23, No 2 (2005): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 23, No 1 (2005): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 22, No 2 (2004): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 22, No 1 (2004): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 21, No 2 (2003): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 21, No 1 (2003): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 20, No 2 (2002): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 19, No 2 (2001): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 19, No 1 (2001): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 18, No 1-2 (2000): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 17, No 2 (1999): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 17, No 1 (1999): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 16, No 2 (1998): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 16, No 1 (1998): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 15, No 1-2 (1997): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 14, No 2 (1996): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 14, No 1 (1996): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 13, No 2 (1995): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 13, No 1 (1995): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 12, No 2 (1994): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 12, No 1 (1994): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 10, No 2-1 (1993): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 11, No 2 (1993): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 9, No 2-1 (1992): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 9, No 1 (1991): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 8, No 1-2 (1990): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 7, No 2 (1989): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1989): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 6, No 2 (1988): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 6, No 1 (1988): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 5, No 1-2 (1987): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 4, No 2 (1986): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 4, No 1 (1985): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 3, No 2 (1984): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 3, No 1 (1984): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 2, No 2 (1983): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 2, No 1 (1983): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 1, No 2 (1983): Forum Penelitian Agro Ekonomi Vol 1, No 1 (1982): Forum Penelitian Agro Ekonomi More Issue