cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Perspektif : Review Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 14128004     EISSN : 25408240     DOI : -
Core Subject : Education,
Majalah Perspektif Review Penelitian Tanaman Industri diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan yang memuat makalah tinjauan (review) fokus pada Penelitian dan kebijakan dengan ruang lingkup (scope) komoditas Tanaman Industri/perkebunan, antara lain : nilam, kelapa sawit, kakao, tembakau, kopi, karet, kapas, cengkeh, lada, tanaman obat, rempah, kelapa, palma, sagu, pinang, temu-temuan, aren, jarak pagar, jarak kepyar, dan tebu.
Arjuna Subject : -
Articles 3 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2005): Juni 2005" : 3 Documents clear
Peluang Pembudidayaan Tanaman Echinacea (Echinacea purpurea) di Indonesia MONO RAHARDJO
Perspektif Vol 4, No 1 (2005): Juni 2005
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v4n1.2005.%p

Abstract

ABSTRAKEchinacea purpurea tergolong famili Asteracea yang banyak ditemukan tumbuh liar di Amerika Utara. Saat ini dikenal sebagai tanaman yang berkhasiat meningkatkan ketahanan tubuh paling penting di dunia, dan akhir-akhir ini telah diuji juga untuk terapi kanker, AIDS dan mengatasi kelelahan kronis. Karena manfaatnya tersebut, industri obat tradisional di Indonesia mengimpor bahan baku Echinacea. Seluruh bagian tanaman mempunyai khasiat sebagai obat. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa E. purpurea yang diintroduksi dari Australia, tumbuh baik di lingkungan tropis Indonesia pada ketinggian 450 - 1.100 m di atas permukaan laut.  Tanaman ini mampu menghasilkan bunga dan biji ketika ditanam di Cipanas (Jawa Barat) dan di Ungaran (Jawa Tengah). Biji  yang  dihasilkan    mempunyai  daya  kecambah 91,1%,  kecepatan tumbuh 77,5%, dan  percepatan tumbuh 12,0%. Laju pertumbuhan tanaman dan serapan hara N, P, K, Ca, Mg, dan S meningkat dengan bertambahnya umur tanaman, dengan akumulasi biomas kering terbesar pada bagian tajuk (batang dan daun) dan terendah pada bagian akar. Akumulasi biomas kering dapat mencapai 65,5 g per tanaman yang ditanam di lokasi Pacet dengan ketinggian tempat 1.100 m dpl, dan mencapai 35,4 g per tanaman di lokasi Ungaran dengan ketinggian tempat 450 m dpl. Mutu simplisia E. purpurea telah memenuhi standar yang telah ditentukan berdasarkan Standar Internasional. E. purpurea potensial untuk dibudidaya-kan di Indonesia, mengingat banyaknya manfaat tanaman tersebut.Kata  kunci  :  E. purpurea, tanaman obat, budidaya, kekebalan tubuh. ABSTRACTPotency  of  Echinacea  purpurea  cultivation  in IndonesiaPurple coneflower (Echinacea purpurea) belongs to the Asteraceae family which is naturally grown in North America. This crop is wellknown as the important-immune herbs in the world. Recently, Echinacea has also  been  evaluated  as  an  adjuvant  in  the  cancer therapy, AIDS and chronic recovery. Echinacea have been imported by the Indonesian Traditional-Herbs Companies for their invaluable purposes. The plant-parts used for medical purposes are the whole plant. Studies  on  introduced  E.  purpurea  from  Australia  showed that this crop grow well in Indonesia at 450-1.100 m asl. The plants could produce flowers and seeds in Cipanas (West Java) and Ungaran (Central Java) as well. The seed viability was 91,1%, growth rate was 77,5%, and daily growth rate was 12,0%.  Growth rate and nutrients uptake of N, P, K, Ca, Mg, and S linearly increased according to  the plant age. The highest dry weight was  accumulated at the aerial parts of plant (stem and leaf), and the lowest was on the root. Dry matter acumulation of plant  at Pacet-Cipanas location (1100  m  asl)  was  higher  than  dry  matter acumulaion of plant at Ungaran location (450 m asl). Nevertheles ,the quality of E. purpurea fullfilled the International Standard.  Therefore,  E.  purpurea  is potential  to  be  cultivated  in  Indonesia  for  their invaluable purposes.Key words: E. purpurea, medicinal plant, cultivation, immune system.
Budidaya Peremajaan Tebang Bertahap pada Usahatani Polikultur Kelapa MALIANGKAY RONNY BENHDARD
Perspektif Vol 4, No 1 (2005): Juni 2005
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v4n1.2005.%p

Abstract

ABSTRAKLuas pertanaman dan produksi kelapa Indonesia tercatat 3,7 juta ha dengan produktivitas yang masih rendah yaitu 1,1 ton kopra/ha/tahun. Tingkat produktivitas kelapa yang rendah tersebut merupakan akibat dari 50% tanaman kelapa telah berumur diatas 50 tahun.  Selain itu, sebagian besar tanaman kelapa diusahakan dengan pola monokultur dan bersifat subsisten. Berdasarkan kondisi tersebut, telah dilaksanakan penelitian metode peremajaan kelapa secara terencana di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman  Kelapa  dan  Palma Lain,  Sulawesi Utara. Pada tahun 1978 dilakukan penelitian metode peremajaan kelapa tebang bertahap (pola monokultur). Hasil   penelitian   menunjukkan   bahwa   peremajaan dengan penebangan kelapa tua sebesar 20% tiap tahun adalah cara yang terbaik.  Kemudian mulai tahun 1985, 1988 dan 1995 dilakukan berbagai penelitian perema-jaan dengan pola campuran dan merubah jarak dan sistem tanam kelapa yang biasa digunakan.  Dari hasil-hasil yang diperoleh ternyata pilihan yang paling baik adalah peremajaan tebang bertahap 20% tiap tahun dengan pola usahatani  campuran  dan  jarak tanam kelapa pengganti menjadi 6 x 16 m.Kata kunci : Kelapa, Cocos nucifera, polikultur, pene- bangan  bertahap,  tanaman  sela,  jarak tanam. ABSTRACTGradual cutting technigue on polyculture coconut farming systemThe coconut area in Indonesia is around 3,7 million ha, but the productivity is low 1,1 tons of copra equivalent per ha per year.  The low productivity is  caused by the coconut palm age, more than 50% of coconut palms are above 50 years old and the planting system is still monoculture.  To solve this problem a good planning of coconut  replanting  method  was  implemented  in ICOPRI   experimental   garden.   Coconut   replanting method through gradual cutting of old coconut palms in monoculture planting system was done in 1978.  The result showed that coconut replanting through annual cutting of 20% of old coconut palms was the best.  The improvement of coconut replanting method with other planting system by considering the planting space and polyculture system were conducted in 1985, 1988 and 1995. Research results indicated that coconut replanting method through annual cutting of 20% of old coconut palms, polyculture farming system, and planting space 6 x 16 m was technically the best choice.Key  word  :  Coconut,  Cocos  nucifera,  polyculture, gradual  cutting, intercrops,  plant spacing.
Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman Perkebunan di Indonesia IKA MUSTIKA
Perspektif Vol 4, No 1 (2005): Juni 2005
Publisher : Puslitbang Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/p.v4n1.2005.%p

Abstract

ABSTRAKNematoda parasit merupakan salah satu Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) penting yang menyerang berbagai jenis tanaman budidaya. Di Indonesia sudah diidentifikasi sebanyak 26 spesies nematoda parasit yang menyerang tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan (lada, nilam, jahe, tembakau, kopi). Di antara nematoda tersebut Meloidogyne, Pratylenchus, Radopholus, dan Globodera merupakan nematoda parasit yang paling merusak. Kerusakan akibat serangan nematoda parasit di seluruh dunia dapat mencapai US$ 80 milyar. Kerugian ekonomi akibat  serangan nematoda pada tanaman di Indonesia belum dapat diperkirakan, mengingat sampai saat ini data kerusakan yang ada, masih bersifat parsial, hanya berdasarkan hasil-hasil penelitian di rumah kaca dan lapang dalam luasan yang sangat terbatas. Masalah nematoda parasit di Indonesia, baru mendapat perhatian serius pada tahun 2003, sejak ditemukannya nematoda Globodera rostochiensis (nematoda sista kuning atau NSK) yang menyerang tanaman kentang di dusun Sumber Brantas, Kota Baru, Jawa Timur. Saat ini nematoda tersebut sudah menyebar di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Utara, dan menyebabkan kehilangan hasil kentang sebesar 32%-71%, atau kerugian ekonomi sebesar Rp 2 trilyun. Saat ini, sudah diperoleh berbagai komponen pengendalian nematoda pada berbagai jenis tanaman, di antaranya adalah penggunaan varietas tahan (toleran), teknik budidaya (pemupukan, bahan organik, pergiliran tanaman, penutup tanah), pestisida nabati (tepung biji mimba, bungkil jarak), agen hayati (jamur Arthrobotrys, bakteri Pasteuria penetrans),pestisida kimia, dan karantina (mencegah penyebaran nematoda dari daerah terinfeksi ke daerah lain). Sebagai bagian yang cukup penting dalam pengembangan PHT (pengendalian hama terpadu), strategi pengendalian nematoda harus didasarkan pada konsep pengendalian yang tepat dengan menggabungkan beberapa kompo-nen pengendalian yang sudah tersedia, disertai dukungan kebijakan operasional dan kebijakan teknis. Kebijakan operasional meliputi program pelatihan, penelitian dan pengkajian melalui koordinasi instansi pemerintah, swasta dan petani. Sedangkan kebijakan teknis meliputi pengawasan keberadaan (surveillance) nematoda, perkembangan penyakit yang disebabkan oleh nematoda, dan penyebarannya.Kata kunci : Tanaman perkebunan, nematoda, parasit tanaman, pengendalian nematoda terpadu, pestisida nabati, agen hayati ABSTRACTConcept and strategy for plant parasitic nematodes control on estate crops in IndonesiaPlant  parasitic  nematode  is  one  of  the  organisms continue to threaten agricultural crops. In Indonesia, 26 species of plant parasitic nematodes infecting various food,  horticulture,  and  estate  crops (black  pepper, patchouli,  ginger,  tobacco,  and  coffee)    have  been identified. Amongst those, Meloidogyne, Pratylenchus, Radopholus  and  Globodera  are  the  most  destructive nematodes in Indonesia.  World economical crop losses caused by nematodes may reach     80 billion US $. Because  of  unavailable  data,  crop  losses  due  to nematodes in Indonesia have not been  estimated. Nematodes problem in Indonesia became serious in the year 2003, when  potato plantation in Sumber Brantas, Kota Baru, East Java was attacked by golden cyst nematoda (G. rostochiensis). This nematode now has spread in the provinces of West, Central and East Java, as well as North Sumatera, and caused 32%-71% crop losses approx. of  Rp 2 trilyun. Nowadays, various components of control methods have been obtained, such as the use of resistant or tolerant varieties, cultural practices (fertilizer,  organic  matter,  rotation,  cover crops), botanical pesticides (neem seed powder, castor meal), biological agents (Arthrobotrys, Pasteuria penetrans), chemical pesticides, as well as quarantine (to protect   nematodes   spreading   from   infected   to uninfected area). As the most important part of  the development of Integrated Pest Management (IPM), control strategy of nematodes must be conducted integratedly  and  ecofriendly  based  on  the  precise concept  through  combining of  some control method components, supported by operational and technical prudents. Operational prudent includes training program, research and development through the coordination of government and  private institution as well as farmers. Technical prudent includes control of existency (surveillance) of nematodes, the development of disease caused by nematodes, and its spreading.Key words : Estate crops, nematode, plant parasitic, integrated nematode control, botanical pesticide, biological agent

Page 1 of 1 | Total Record : 3