cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal Mahsiswa Fakultas Ilmu Budaya.
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 5 (2015)" : 11 Documents clear
TABOO WORDS FOUND IN NOVEL ENTITLED “RONGGENG DUKUH PARUK” BY AHMAD TOHARI ANGGRAINI, DINI LUSIDA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 3, No 5 (2015)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keywords: Taboo Words, Novel, Ronggeng Dukuh Paruk. Taboo word is one of language phenomena that exist in society although these words are forbidden to be spoken. Taboo words can be found not only in everyday conversation, but also in literary works such as novels. This study examines the taboo words that exist in the novel entitled Ronggeng Dukuh Paruk.Ronggeng Dukuh Paruk novel written by Ahmad Tohari tells about the life of aronggeng, and the culture of Dukuh Paruk. In this study, the writer analyzed twoproblems namely; (1) The types of taboo words found in novel entitled Ronggeng Dukuh Paruk, and (2) The purposes of taboo words found in novel entitled Ronggeng Dukuh Paruk.In this study, the writer uses the theory from Wijana and Rohmadi (2013)to answer the first problem of the study about the types of taboo words. Besides, the writer also uses the theory from Liedlich (1973) to answer the second problem of the study about the purposes of taboo words found in the novel. This study used qualitative methods and document analysis.In this study, the writer found four types of taboo words, namely situation (25 words), animals (41 words), spirits (one word), and professions (19 words). The writer also found the six purposes of taboo words in the novel. The purposesof the use of taboo in this novel are to create attention, to discredit, to provokeviolent confrontation, to show endearment, to create strong personal identification, and to provide catharsis.In the process of research, the writer concludes that the mostly kind of taboo word used in Ronggeng Dukuh Paruk novel is taboo word using animal. It is because the influence of the environment, which is still attached to the life of ‘Dukuh Paruk’ people, that is still very natural. People in ‘Dukuh Paruk’ always connect natural events with the events that will happen. Therefore, they curse the interlocutor by using the names of animal that they think are similar to theattitude, behavior, or the look of their interlocutors.The writer suggests for the next researchers who will conduct research on taboo word to use other theories. The writer also suggest the next researchers to analyze taboo words not only in novel or movie, but also in other objects such asdaily conversation, poem, or talk show in television.
KONSEP SHUUDAN SHUGI PADA FILM CROWS ZERO KARYA SUTRADARA TAKASHI MIIKE WANDIRA, RAMITA ARI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 3, No 5 (2015)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.477 KB)

Abstract

Kata Kunci : Antropologi Sastra,  mise-en-scene,  Paham  Berkelompok.Salah satu kebiasaan masyarakat  di Jepang  yang menjadi sebuah  konsep hubungan sosial masyarakat Jepang  adalah  konsep  berkelompok. Hubungan sosial masyarakat Jepang yang juga dipengaruhi oleh paham  berkelompok salah satunya adalah di dalam remaja di Jepang. Shuudan shugi adalah budaya masyarakat Jepang yang mempunyai sifat terikat pada kelompoknya. Mempunyai nilai kebersamaan yang kuat sebagai akibat dari merasa dan menjadi bagian dari kelompoknya. Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini, penulis meneliti bagaimana  konsep  berkelompok dalam serial film crows zero karya Takashi Miike.Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan pendekatan antropologi sastra dan  konsep  berkelompok yang mencakup orientasi berkelompok, kehidupan berkelompok, dan kesadaran berkelompok. Dalam meneliti film crows zero ini, penulis juga menggunakan teknik mise-en-scene. Hasil penelitian kali ini menunjukkan bahwa dalam film Crows Zero ini terdapat dialog serta adegan yang mencerminkan  paham  berkelompok, orientasi berkelompok, kehidupan berkelompok dan kesadaran berkelompok yang ada pada remaja di Jepang.  
KEBUTUHAN NEUROTIK TOKOH UTAMADALAM FILM LA MÔME: KAJIAN PSIKOLOGI SOSIAL DEASTUTI, NI MADE PIPIT
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 3, No 5 (2015)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (160.2 KB)

Abstract

Kata Kunci : Biopic, Manifestasi, Neurotik, Kebutuhan Biopic merupakan suatu film yang mengangkat kembali kehidupan tokoh-tokoh terkenal. Salah satu film yang bergenre biopic adalah film Prancis yang berjudul La Môme. Film ini menceritakan tentang seorang penyanyi pop legendaris yang berasal dari Prancis bernama Edith Piaf yang semasa kecil kurang mendapatkan kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya. Kurangnya kasih sayang tersebut mengakibatkan seseorang berusaha mewujudkan kebutuhan neurotiknya di masa depan. Fenomena tentang kebutuhan neurotik tokoh utama dimunculkan dalam film ini. Oleh karena itu penulis akan menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu manifestasi kebutuhan neurotik dan kecenderungan neurotik dominan tokoh utama dalam film La Môme.Penelitian ini menggunakan teori psikologi sosial milik Karen Horney (1942) melalui pendekatan psikologi. Metode yang digunakan adalah kualitatif karena bertujuan untuk mendeskripsikan data dalam bentuk verbal guna menghasilkan pemaparan mengenai manifestasi kebutuhan neurotik dan kecenderungan neurotik dominan pada tokoh utama.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan neurotik yang dimiliki tokoh utama disebabkan oleh pengalaman masa kecil yang kurang mendapatkan kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya. Dari 10 kebutuhan neurotik, terdapat 6 kebutuhan neurotik yang direpresentasikan melalui film ini, yakni kebutuhan neurotik akan kasih sayang dan penerimaan diri, rekan yang kuat, kekuasaan, penghargaan sosial atau gengsi, ambisi dan pencapaian pribadi, dan kesempurnaan dan ketidakmungkinan untuk salah. Dalam pemenuhan kebutuhan neurotiknya, tokoh utama memiliki kecenderungan neurotik dominan yakni tipe mendekati orang lain.Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan agar peneliti menganalisis objek material yang sama namun dengan objek kajian yang berbeda misalnya tentang perubahan status sosial, pengkajian lirik lagu yang digunakan sebagai backsound, dan sebagainya.
ARTI KESEDIHAN DALAM LIRIK LAGU FUYU NO MABOROSHI KARYA ACID BLACK CHERRY CAHYONO, IMAN PUJI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 3, No 5 (2015)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.359 KB)

Abstract

Kata kunci  : Fuyu No Maboroshi, Arti Kesedihan, Strata Norma Roman Ingarden, lirik lagu sebagai puisi Di era modern ini banyak lagu pop Jepang yang beredar di tanah air. Akan tetapi tidak semua lagu tersebut memiliki nilai lapis-lapis kepuitisan yang memiliki arti mendalam. Salah satu lagu pop Jepang yang pernah menduduki peringkat pertama pada Oricon Chart pada tahun 2008 dan memiliki lapisan kepuitisan yaitu Fuyu No Maboroshi. Dalam surat pengarang terhadap penggemarnya mengklarifikasi bahwa lagu ini bernuansa kesedihan, yaitu mengenai seseorang yang ditinggal mati oleh kekasihnya.Dalam penelitian ini terdapat rumusan masalah yaitu bagaimana kesedihan yang terdapat dalam lirik Fuyu No Maboroshi, serta bertujuan mengetahui arti kesedihan dalam lirik tersebut dengan metode penelitian deskriptif analisis. Penelitian ini menggunakan teori Strata Norma Roman Ingarden. Selain itu penulis menggunakan teori majas dan citraan yang tujuannya untuk memperjelas arti lirik lagu ini yang tidak dapat di analisis langsung menggunakan teori Strata Norma Roman Ingarden.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa arti kesedihan yang terdapat dalam lirik lagu Fuyu No Maboroshi ialah mengenai rasa rindu seseorang yang ditinggal mati oleh kekasihnya. Selain itu muncul pula halusinasi yang dialami orang tersebut mengenai kekasihnya yang meninggal pada musim dingin. Terdapat beberapa frase yang memegang peran penting dalam mendeskripsikan makna kesedihan dari lirik lagu Fuyu no Maboroshi, antara lain “perjalanan ke surga”, “aku cengeng dan pengecut”, serta “butiran salju jangan berhenti turun”. Frase tersebut merupakan gambaran kesedihan akibat sosok yang tak tergantikan dalam hidupnya telah tiada.
PENGGUNAAN PREFIKS 不 (FU), 非 (HI), DAN 無 (MU) PADA ASAHI SHINBUN EDISI 29 AGUSTUS 2014 ROKHMAN, ABDUL
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 3, No 5 (2015)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (636.591 KB)

Abstract

Kata Kunci : Afiksasi, Prefiks, Kata, Kata JadianBahasa Jepang merupakan bahasa yang kaya akan huruf, dan dari sebab itu muncullah banyak kata yang digunakan dalam percakapan maupun tulisan di kehidupan masyarakat Jepang. Sehingga dalam bahasa Jepang proses pembentukan kata banyak terjadi. Salah satunya adalah afiksasi. Afiksasi terjadi apabila sebuah kata disisipi imbuhan dan akhirnya menjadi kata jadian. Salah satu afiksasi adalahpenyisipan pada bagian depan sebuah kata, yang disebut dengan prefiks. Sepertihalnya, dalam materi afiksasi dalam prefiks yang menggunakan huruf kanji 不 (fu), 非 (hi)、dan 無 (mu) yang bermakna menegatifkan sebuah kata, mengakibatkan orang yang baru belajar bahasa Jepang mengalami kesulitan. Oleh karena itu, penulis memutuskan memilih prefiks fu, hi, dan mu sebagai tema dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dari rumusan masalah, yaitu bagaimana penggunaan prefiks fu, hi, dan mu serta apakah dapat prefiks fu, hi, dan mu saling menyubtitusikan dalam Asahi Shinbun.Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Penulis akan menganalisis penggunaan serta subtitusi prefiks fu, hi, dan mu dengan cara mengidentifikasi kata-kata yang mengandung prefiks tersebut dengan menggunakan teori yang dijelaskan oleh Vance.Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh penulis, maka ditemukan terdapat 68 data yang ditemukan dalam Asahi Shinbun, diantaranya prefiks fu 31data, prefiks hi 4 data, dan prefiks mu 33 data. Dari data-data tersebut terjadi proses afiksasi dan menjadi kata jadian baru, dan dari masing-masing prefiks fu, hi, dan mu terdapat 8 data yang dapat saling disubtitusikan. Untuk selanjutnya penulis menyarankan untuk melakukan penelitian mengenai prefiks お (o) dan ご (go). Agar penelitian lebih maksimal maka bisa menambahkan teori-teori yang bisa mendukung penelitian tersebut.
FUKUGOUDOUSHI ~DASU DALAM THE DAILY JAKARTA SHIMBUN EDISI 6 FEBRUARI, 22 FEBRUARI DAN 29 MARET 2014 MARDIANA, AFIANTY
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 3, No 5 (2015)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.765 KB)

Abstract

Kata Kunci: Makna, Fungsi, Morfologi, Fukugoudoushi Dalam linguistik bahasa Jepang, terdapat istilah verba majemuk atau fukugoudoushi merupakan verba yang terbentuk dari gabungan dua kata atau lebih yang dianggap sebagai satu kata, seperti fukugoudoushi ~dasu. Penelitian ini menjawab 2 buah rumusan masalah yaitu (1) Jenis verba apa yang diikuti ~dasu yang membentuk verba majemuk (fukugoudoushi)? (2) Bagaimana Makna dan Fungsi yang dimunculkan setelah verba berkonjugasi dengan fukugoudoushi ~dasu?Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam koran The Daily Jakarta Shimbun edisi 6 februari, 22 februari, dan 29 maret 2014. Analisis data yang digunakan dengan mengelompokkan data berdasarkan makna yang dimunculkan, proses tabulasi dan analisis data.Dari hasil analisis pada penelitian ini ditemukan 18 fukugoudoushi ~dasu dengan rincian verba dasar + ~dasu. Fukugoudoushi dengan susunan pembentuk kata nomina dan adverbia + ~dasu tidak ditemukan. Kemudian pada segi makna, fukugoudoushi ~dasu yang bermakna ‘permulaan’ berjumlah 3 data. Sedangkan 9data lain yaitu fukugoudoushi  ~dasu yang bermakna ‘perpindahan’. Serta 6 dataterakhir fukugoudoushi ~dasu yang bermakna ‘keberadaan’. Selain itu, dari segifungsi fukugoudoushi ~dasu memiliki fungsi sebagai permulaan suatu kejadian,perpindahan ruang, yaitu dari dalam ke luar, dari ruang sempit ke ruang yanglebih luas, dan pendapat pribadi ke pendapat umum.
KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOREDE DAN DAKARA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 HERAWATI, DWI YULI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 3, No 5 (2015)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.552 KB)

Abstract

Kata Kunci : Kesalahan, Setsuzokushi Dalam mempelajari bahasa Jepang sebagai bahasa asing banyak dilakukan kesalahan karena dalam bahasa Jepang banyak kosakata yang memiliki kemiripan makna dan beragam pola kalimat yang penggunaannya memiliki aturan. Salah satunya adalah penggunaan setsuzokushi sorede dan dakara yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki makna sama yaitu “oleh karena itu”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesalahan fungsi penggunaan sorede dan dakara dan untuk mengetahui penyebab kesalahan yang telah dilakukan.Penelitian ini menggunakan metode penelitian campuran kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan strategi triangulasi konkuren. Metode kuantitatif digunakan untuk menjabarkan instrumen penelitian dan kualitatif digunakan untuk menganalisis data secara rinci untuk mendeskripsikan kesalahan fungsi dan penyebab kesalahan. Data yang diperoleh berupa kesalahan penggunaan setsuzokushi sorede dan dakara dengan menggunakan instrumen penelitian tes dan angket. Selajutnya kesalahan diidentifikasi berdasarkan fungsi penggunaan sorede dan dakara dan dilakukan pencarian faktor penyebab kesalahan.Hasil penelitian menunjukkan dari 10 fungsi yang ada, kesalahan tertinggi terdapat pada fungsi sorede dan dakara yang dapat disubstitusikan dan pada fungsi dakara yang digunakan untuk menyatakan bahwa kalimat yang muncul di awal menjadi alasan dilakukannya kalimat berikutnya. Penyebab utama kesalahan adalah interferensi dan kebiasaan.Diharapkan pengajar mengutamakan pemahaman pemelajar melalui penjabaran tiap fungsi beserta contohnya dan mahasiswa menganalisis tiap fungsi tersebut. Setelah pemberian materi, diberikan waktu kepada mahasiswa untuk menulis daftar fungsi dan diberikan latihan soal. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat memperluas kajian dengan menambahkan jouken no setsuzokushi yang lain, misalnya sokode, shitagatte atau penggunaan setsuzokushi lain yang memiliki kemiripan makna.
KESALAHAN PENGGUNAAN VERBA BANTU RASHII DAN MITAI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 VERDIANTI, APRILYA RENI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 3, No 5 (2015)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.09 KB)

Abstract

Kata Kunci : Kesalahan, Verba Bantu, Rashii, Mitai Kesalahan dalam penggunaan bahasa sering terjadi dalam proses mempelajari bahasa asing. Begitu juga saat mempelajari bahasa Jepang yang memiliki banyak kata yang bersinonim. Misalnya penggunaan verba bantu rashii dan mitai yang dalam bahasa Indonesia sama-sama berarti ‘seperti’. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apa saja kesalahan fungsi yang dilakukan dalam penggunaan rashii dan mitai dan mengetahui penyebab kesalahan tersebut.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif-kuantitatif. Data yang dijadikan objek analisis utuk menjawab permasalahan adalah hasil tes dan kuesioner dari 40 mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang angkatan 2012 Universitas Brawijaya. Analisis data yaitu dengan mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan, memeringkat kesalahan berdasarkan fungsi, menganalisis jawaban kuesioner dan menarik kesimpulan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 fungsi yang ada, kesalahan yang paling banyak dilakukan adalah fungsi rashii untuk menyatakan dugaan berdasarkan pada informasi yang didengar atau dibaca dari buku dan fungsi mitai untuk memberikan suatu contoh dari suatu hal. Penyebab kesalahan tertinggi adalah karena penerapan kaidah tidak sempurna.Diharapkan dalam penyampaian materi pengajar dapat dengan detail menjabarkan fungsi rashii dan mitai dan mahasiswa lebih memperhatikan konteks kalimat sehingga kesalahan penggunaannya dapat berkurang. Penulis menyarankan peneliti selanjutnya untuk meneliti penggunaan verba bantu lain yang juga memiliki arti ‘seperti’ misalnya souda dan youda. Selain itu, untuk mencari penyebab kesalahan dapat menggunakan wawancara sebagai pengganti kuesioner.
THE STUDY OF IMPLICATURE USED BY THE HOST AND JAYA SUPRANA IN ”KICK ANDY SHOW”;KELIRUMOLOGIEPISODE HIDAYAT, FADIL MUHTAD
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 3, No 5 (2015)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.278 KB)

Abstract

Keywords: implicature, Kick Andy Show, kelirumologi Consciously or not, ideal communication does not always happen in conversation. It may lead to what is called implicature. In this study, the researcher conducted a study about Implicature in Kick Andy Show, specifically on Kelirumologi episode that reveals its occurrence in the interview. The researcher uses Grice’s theory which reveals the implicit meaning found in the conversation. There are two problems in the study which need to be unraveled, those are : (1) What are the types of implicatures used in the interview between Andy F. Noya and Jaya Suprana in Kick Andy show? (2) How are the implicatures used in the interview between Andy F. Noya and Jaya Suprana inKick Andy show?This study uses descriptive qualitative method as it describes the phenomena of language that is used in the current interview. It is a qualitative study since the data are in the forms of sentences which are not statistically analyzed and directed toward determining the nature of situation, as it exists at the time of study. Qualitative study assumes that reality is socially constructed through individual or collective definitions of a situation.This study discovers that there are nineteen statements conveying implicature voiced by Andy and Jaya Supranadivided into two categories of conversational implicature; Generalized Conversational Implicature and Particularized Conversational Implicature. On its findings, implicature is often used by Andy F. Noya and Jaya Suprana as a strategy to convey implicit meaning towards audience to explain speaker’s intentions, which presents conceivable explanations of how implied meaning can be expressed by the addressee. It can be concluded that to understand particularized conversational implicature is more difficult than generalized conversational implicature. The reasons are because the hearers will (1) understand the meaning of utterance if they know the context, and (2) have background knowledge or prior knowledge.The researcher suggests the next students who intendto continue this studyto use data related to the association of Implicature and Gender by comparingimplicature used by both men and women. Next, for English Study Program toadd more references relating to this topic in order to help the next researchers intheir analysis of their study.      
KANCING BAJU SEBAGAI SIMBOL PADA GENG ANAK – ANAK DALAM FILM LA NOUVELLE GUERRE DES BOUTONS : KAJIAN SEMIOTIKA WISMOYO, FAJAR BIMA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 3, No 5 (2015)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (87.575 KB)

Abstract

Kata Kunci : Film, Semiotika, Simbol, Masyarakat, Geng.Film telah menunjukkan perkembangan yang baik dari waktu ke waktu. Hingga saat ini film disajikan melalui media digital sehingga lebih mudah diakses. Cerita yang dibawakan juga bermacam – macam dan salah satu yang menarik adalah film yang berkisah tentang kehidupan sosial masyarakat dimana terdapat simbol yang diakui secara bersama dalam masyarakat dan memiliki peran penting terhadap jalan cerita dari film tersebut. Dalam penelitian ini penulis menganalisis simbol kancing baju yang terdapat pada geng anak – anak dalam film La Nouvelle Guerre des Boutons. Selanjutnya penulis menjawab rumusan masalah terkait fenomena simbol kancing baju tersebut yaitu : (1) bagaimana kancing baju digambarkan sebagai simbol dalam film La Nouvelle Guerre des Boutons (2) makna apa yang tersirat pada kancing baju sebagai sebuah simbol bagi geng anak–anak dalam film La Nouvelle Guerre des Boutons.Lebih lanjut, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan didasarkan pada teori semiotika Peirce untuk menjawab permasalahan tersebut. Penulis secara bertahap mengelompokkan data yang diperoleh dalam film seperti potongan gambar, dialog, maupun monolog pada tokoh untuk kemudian dijelaskan melalui teori semiotika Peirce.Dari hasil penelitian ini, penulis menemukan bahwa kancing baju pada geng anak–anak dalam film La Nouvelle Guerre des Boutons digunakan sebagai simbol harga diri, simbol kemenangan, juga simbol kedudukan. Hal ini dapat terlihat dari interaksi antara dua geng berupa peperangan, yang mana mereka harus mengumpulkan lebih banyak kancing dari pada geng yang lain agar memperoleh kemenangan. Selain itu kancing baju juga disematkan di dada kiri pemimpin geng sebagai simbol kedudukan bahwa siapa yang tersematkan kancing baju di dada kirinya maka dia merupakan pimpinan dari suatu geng.Kedepan, penulis mengharapkan adanya penelitian lanjutan yang mengkaji secara mendalam film La Nouvelle Guerre des Boutons dengan menggunakan teori psikologi perilaku.

Page 1 of 2 | Total Record : 11


Filter by Year

2015 2015


Filter By Issues
All Issue Vol 1, No 1 (2017) Vol 2, No 10 (2015) Vol 1, No 10 (2015) Vol 3, No 6 (2015) Vol 3, No 5 (2015) Vol 3, No 4 (2015) Vol 3, No 3 (2015) Vol 3, No 2 (2015) Vol 3, No 1 (2015) Vol 2, No 9 (2015) Vol 2, No 8 (2015) Vol 2, No 7 (2015) Vol 2, No 6 (2015) Vol 2, No 5 (2015) Vol 2, No 4 (2015) Vol 2, No 3 (2015) Vol 2, No 2 (2015) Vol 2, No 1 (2015) Vol 1, No 9 (2015) Vol 1, No 8 (2015) Vol 1, No 7 (2015) Vol 1, No 6 (2015) Vol 1, No 5 (2015) Vol 1, No 4 (2015) Vol 1, No 3 (2015) Vol 1, No 2 (2015) Vol 1, No 1 (2015) Vol 6, No 10 (2014) Vol 5, No 10 (2014) Vol 4, No 10 (2014) Vol 4, No 10 (2014) Vol 3, No 10 (2014) Vol 7, No 8 (2014) Vol 7, No 7 (2014) Vol 7, No 6 (2014) Vol 7, No 5 (2014) Vol 7, No 4 (2014) Vol 7, No 3 (2014) Vol 7, No 3 (2014) Vol 7, No 2 (2014) Vol 7, No 1 (2014) Vol 6, No 9 (2014) Vol 6, No 8 (2014) Vol 6, No 7 (2014) Vol 6, No 6 (2014) Vol 6, No 5 (2014) Vol 6, No 4 (2014) Vol 6, No 3 (2014) Vol 6, No 2 (2014) Vol 6, No 1 (2014) Vol 5, No 9 (2014) Vol 5, No 8 (2014) Vol 5, No 7 (2014) Vol 5, No 6 (2014) Vol 5, No 5 (2014) Vol 5, No 5 (2014) Vol 5, No 4 (2014) Vol 5, No 3 (2014) Vol 5, No 2 (2014) Vol 5, No 1 (2014) Vol 4, No 9 (2014) Vol 4, No 8 (2014) Vol 4, No 7 (2014) Vol 4, No 6 (2014) Vol 4, No 5 (2014) Vol 4, No 4 (2014) Vol 4, No 3 (2014) Vol 4, No 2 (2014) Vol 4, No 1 (2014) Vol 3, No 9 (2014) Vol 3, No 8 (2014) Vol 3, No 7 (2014) Vol 3, No 6 (2014) Vol 3, No 5 (2014) Vol 3, No 4 (2014) Vol 3, No 3 (2014) Vol 3, No 2 (2014) Vol 2, No 10 (2013) Vol 1, No 10 (2013) Vol 3, No 1 (2013) Vol 2, No 9 (2013) Vol 2, No 8 (2013) Vol 2, No 7 (2013) Vol 2, No 6 (2013) Vol 2, No 5 (2013) Vol 2, No 4 (2013) Vol 2, No 3 (2013) Vol 2, No 2 (2013) Vol 2, No 1 (2013) Vol 1, No 9 (2013) Vol 1, No 8 (2013) Vol 1, No 7 (2013) Vol 1, No 6 (2013) Vol 1, No 5 (2013) Vol 1, No 4 (2013) Vol 1, No 3 (2013) Vol 1, No 2 (2013) Vol 1, No 1 (2013) More Issue