cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal Mahsiswa Fakultas Ilmu Budaya.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 8 (2014)" : 10 Documents clear
AN ANALY ILLOCUTIONA LYZSIS OF LOCUTIONARY AND ARY ACTS APPLIED IN ROBIN HOOD MOVIE LAKSONO, FEBRI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 4, No 8 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.843 KB)

Abstract

Keywords: Pragmatics, Speech act, Locutionary Acts, Illocutionary Acts, Movie,Context, and Robin Hood MovieLanguage is the main tool used in sending a message to other person, to communicate ideas, thoughts and opinions. Pragmatics concerns with how people use language and consider how the speakers use the language in the social interaction with others. In pragmatics, there is a discussion of speech act theory basically focused on how meaning and action are related to language in communities. The researcher analyzes the types of locutionary acts and illocutionary acts based on utterances of main character in the Robin Hood (2010) movie. In this research study, there are two problems: (1) What are the locutionary acts found in the utterances of the main character in the Robin Hood 2010 movie, (2) What are the illocutionary acts performed in the utterances of the main character in Robin Hood 2010 movie. This study used qualitative approach to identify and examine the Robin Hood movie containing material that consists of types of speech act. The data used in this research were the main character utterances. The steps of analyzing data were classifying and determining the data, analyzing and describing the data, making a table and drawing conclusion.The results show 27 utterances contained speech act in scene 59 until 68 that the mostly produced was declarative sentence by 16 times while, the interrogative used 10 times and the imperative used for eight times for the type of locutionary acts.  For illocutionary acts exercitives used for 16 times, expositives used for 10 times, verdictives used for four times, behabitives used for three times and commissives used only once.There are suggestions proposed by the writer for the readers and next researchers. It helps to get further information about the importance of understanding the speech act theory and also the next researchers may analyze the objects were not only in the movie but also the other objects.
GEGAR BUDAYA TOKOH UTAMA DALAM FILM ANIMASI PRANCIS “PERSEPOLIS” Sebuah Tinjauan Psikologis ROFIYARTI, FITRI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 4, No 8 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.813 KB)

Abstract

Kata kunci : Revolusi Iran, pola kehidupan, gegar budaya, coping, pendekatan psikologis Setiap manusia memiliki pola kehidupan yang mencerminkan unsur-unsur budaya. Sifat manusia yang dinamis membuat pola kehidupan yang dijalaninya juga bisa berubah dan menimbulkan permasalahan terutama terhadap sisi psikologis, salah satunya masalah gegar budaya. Gegar budaya bisa dikaji melalui berbagai bidang dan media, salah satunya melalui film animasi Prancis berjudul Persepolis. Film yang diadaptasi dari empat jilid novel grafis: Persepolis 1, Persepolis 2, Persepolis 3, dan Persepolis 4 ini bercerita tentang seorang tokoh bernama  Marji (Marjane Satrapi) yang mengalami masalah gegar budaya akibat perpindahan yang ia lakukan ke Austria setelah terjadi revolusi di negara asalnya, Iran, yang membuatnya mengalami banyak permasalahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan, manifestasi, dan cara tokoh Marji menghadapi masalah gegar budaya yang dialaminya.Penelitian ini menggunakan teori tahapan gegar budaya W-Curve yang dikemukakan oleh Gullahorn dan Gullahorn pada tahun 1963 serta teori coping dari Folkman dan Lazarus pada tahun 1984. Penelitian ini merupakan penelitiankualitatif dengan menggunakan teknik content analysis (analisis isi) sebagai metode pengumpulan data dan analisis data deskriptif dalam proses analisis data.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh Marji mengalami gegar budaya ketika ia berada di Austria dan gegar budaya ketika ia kembali lagi ke Iran. Kedua gegar budaya ini memiliki tahapan, penyebab, dan manifestasi yang berbeda. Untuk mengatasi masalah gegar budaya yang dialaminya, tokoh Marji melakukan beberapa bentuk coping, yaitu problem-focused coping (distancing, escape, dan planfull problem solving) dan emotion-focused coping (seeking social support, positive reinterpretation, dan self criticism).Penulis menyarankan agar pada penelitian selanjutnya dilakukan pengkajian kesejajaran fakta literer mengenai unsur sejarah dan politik negara Iran yang tampak dalam film Persepolis dengan fakta yang terjadi di Iran pada masa itu. Selain itu, membandingkan film Persepolis dengan novel grafisnya juga akan menjadi sebuah penelitian yang menarik.
ABSURDITAS DALAM DIALOG ANTARTOKOH NASKAH DRAMA LES BONNES KARYA JEAN GENET MELALUI PELANGGARAN MAKSIM KUANTITAS DAN RELEVANSI ARISTANTY, TRIAS DESY
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 4, No 8 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.699 KB)

Abstract

Kata Kunci : pragmatik, pelanggaran maksim kuantitas, pelanggaran maksimrelevansi, konteks, implikatur.Salah satu bentuk penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi adalah dialog dalam drama yang menjadi kunci utama untuk menjabarkan tokoh dan penokohan, alur dan latar. Berbeda dengan aliran drama lain, ciri khas drama absurd adalah adanya ketidakjelasan dan ketidaksinambungan dalam dialog antartokohnya. Oleh karena itu, peneliti menganalisis dialog antartokoh dalam drama absurd Les Bonnes karya Jean Genet dengan fokus pada pelanggaran maksim kuantitas dan relevansi dalam prinsip kerja sama Grice. Adapun latar belakang terjadinya pelanggaran maksim dianalisis dengan menggunakan teori konteks McManis yang meliputi konteks fisik, epistemik, linguistik dan sosial dan teori implikatur yang juga digunakan untuk menganalisis pengaruh pelanggaran terhadap keberlangsungan dialog.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang dimulai dari pengumpulan data, analisis data yang dipaparkan secara deskriptif hingga penarikan kesimpulan.Setelah dilakukan pengumpulan data, terhimpun 54 data yang menunjukkan bahwa terdapat pelanggaran maksim kuantitas, maksim relevansi dan kedua maksim tersebut. Latar belakang terjadinya pelanggaran tersebut dapat dianalisis melalui konteks pembicaraan atau adanya tujuan tertentu seperti menjelaskan sesuatu, berpendapat, mempengaruhi ataupun meminta pada lawan tuturnya. Sebagian besar pelanggaran maksim dalam drama Les Bonnes tidak menghambat jalannya dialog antartokoh karena lawan tutur menangkap pesan tersirat dari penutur, mengalihkan topik pembicaraan atau melanggar maksim untuk menanggapi pelanggaran maksim atau karena adanya adegan yang dilakukan penutur atau lawan tutur untuk menanggapi ujaran yang melanggar maksim. Jean Genet berhasil menampilkan kesan absurd dengan tidak sengaja melanggar maksim kuantitas dan relevansi yang berdampak pada terhambatnya dialog atau pengalihan topik pembicaraan dalam naskah drama Les Bonnes. Ketidakjelasan ini menunjukkan bahwa karya tersebut tergolong dalam kategori drama absurd.
PERILAKU AMAE PADA TOKOH-TOKOH DALAM NOVEL SHIOSAI KARYA MISHIMA YUKIO PRIBADI, SATRIO
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 4, No 8 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.397 KB)

Abstract

Kata Kunci: Amae, Novel Shiosai, Perilaku tokoh. Amae merupakan faktor dan bagian penting sebagai media hubungan personal orang Jepang. Novel Shiosai karya Mishima Yukio adalah novel yang menggambarkan amae dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang. Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian bagaimanakah perilaku amae yang tercermin pada tokoh-tokoh dalam novel Shiosai karya Mishima Yukio.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penulis menggunakan pendekatan salah satu unsur dari kajian struktural yaitu karakterisasi penokohan, penggunaan teori penokohan dimaksudkan untuk membantu  proses mengidentifikasi perilaku tokoh-tokoh dalam novel Shiosai. Dan dengan tambahan teori konsep Amae yang akan penulis pergunakan untuk menganalisis perilaku Amae pada tokoh utama dalam novel Shiosai.Penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku ketergantungan antara Shinji dan Hatsue adalah perilaku yang berjalan positif sesuai dengan konsep amae, yaitu parasaan saling menggantungkan diri yang terbalaskan dengan baik, Perilaku Yasuo bisa dikategorikan sebagai perilaku amae yang tidak terbalas atau bukan perilaku amaeru. Sikap sombong Yasuo dan ketertarikan Yasuo terhadap Hatsue yang hanya melihat dari fisik dan materi, ditambah dengan perbuatan tidak simpatiknya terhadap Hatsue membuat Yasuo tidak akan pernah mendapatkan kesempatan untuk saling berketergantungan atau amaeru dengan Hatsue. Shinji tidak bisa membalas amae dari Chiyoko setidaknya di antara mereka masih terjalinnya tali persahabatan yang baik dengan dilandasi sikap amae, Hatsue pun menerima kenyataan tersebut dengan hati yang senang.Penelitian ini juga dapat mengetahui bagaimana pentingnya sebuah hubunganyang berjalan dengan dilandasi perilaku amae secara positif, karena tanpa dilandasi sikap amae secara positif, maka akan berdampak seperti yang terjadi dalam persahabatan antara Hatsue dengan Yasuo serta Chiyoko dengan Shinji, yang selain menimbulkan konflik dan juga mengalami kegagalan. Selanjutnya penulis menyarankan agar penelitian selanjutnya dikaji dari segi ekstrinsik dengan menitikberatkan unsur-unsur ekstrinsik yang mempengaruhi Mishima Yukio dalam menulis novel ini dengan menggunakan teori psikologi atau pendekatan sejarah. Sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan dan wawasan baru dalam dunia ilmiah kesusastraan Jepang.
THE INFLUENCE OF JAPANESE SOCIETY`S NEGATIVE STIGMA TO SHOKO TENDO`S PSYCHOLOGICAL CONDITION IN “YAKUZA MOON” WIDYATMIKO, KURNIAWAN
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 4, No 8 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.882 KB)

Abstract

Keywords: Japanese Society, Negative Stigma, Shoko Tendo, Yakuza, YakuzaMoon Society as the biggest term of family has a role to influence someone`s perspective toward a group and someone. Society`s influence can be positive or negative, depends on the track record by an individual or a group of people. Social phenomena is the one factor that influence the literary works. This also reflected in a memoir of Shoko Tendo, Yakuza Moon. Yakuza Moon is the Shoko Tendo`s first literary work which is portrayed all of Shoko Tendo`s experiences in her social life.Social psychological and biographical approaches are applied in this study because Yakuza Moon depicts how Shoko Tendo`s psychological condition is influenced by her schoolmates, neighbor, and society. Whereas biographical approach is used in this study because Yakuza Moon is the memoirs novel from Shoko Tendo. Social psychological approach leads to open the relationship between Japanese society and Shoko Tendo`s psychological condition. Then, biographical approach can be used for digging the meaning of the story of Shoko. Tendo`s life. To meet the proper analysis and interpretation, this study uses Prejudice, Discrimination, and Stereotype theory.The result of this study reveals that the negative stigma which is addressed to Shoko Tendo creates bullying, intimidation, insult, and discrimination. This study also confirms that there are different treatments of Japanese`s society toward Shoko Tendo`s family which is first when Hiroyashu serves as Yakuza boss, and second when he retires. Whereas Shoko Tendo`s behavior is influenced by two factors, that are society and family.
THE MANIFESTATION OF THE STANDARD OF 19 TH CENTURY IDEAL WOMAN IN BRITAIN PRESENTED BY SARA IN BURNETT'S A LITTLE PRINCESS KURNIAWATI, DESI EKA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 4, No 8 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.817 KB)

Abstract

Keywords: Feminism, Patriarchal, Standards of 19th Century Ideal WomenWomen emancipation is not a new issue. Nowadays, people see that women have more freedom to express themselves, especially in deciding their life path. However, that opinion is not completely right because actually women are still trapped by the society’s rules on how women should be. Those rules control women so they can be ideal ones, based on had their freedom, but women’s subservience to the society’s rules is not easy to be erased. They will follow the society’s expectations consciously or not. This phenomenon has happened since a long ago. For the analysis, the writer uses a novel entitle A Little Princess by Frances Hudgson Burnett as the object of analysis. This novel tells the reader about the efforts of young girl named Sara Crew to fulfill the standards of 19th century ideal women in Britain. Therefore, the writer makes a problem of the study, of the thesis is how Sara as the main character in A Little Princess manifests the standards of ideal woman in 19th century in Britain.The study uses qualitative approach in relation to the use of clear and systematic description about the phenomena being studied. Descriptive study in textual analysis is applied in this study to analyze the relation between the statements of Sara Crew in the novel and the ideal women standards she wants to reach.The result of this study shows the efforts of Sara Crew as the main character in fulfilling the standards of 19th century ideal women had created her on ideal women in the society. She successfully fulfills those standards in every condition. Those standards control women to be piety, patient, frugal, and industry.The writer suggests English Department students to analyze the 19th century standards of ideal women in Britain by using different object. The nextresearcher can also find an object which has different theme from this analysis.
POLITENESS STRATEGIES USED BY THE MAIN CHARACTER OF SHERLOCK HOLMES A GAME OF SHADOW MOVIE PARASAYU, MELISA DYAH
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 4, No 8 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (43.549 KB)

Abstract

Keywords: Face Threatening Act (FTA), Politeness StrategiesThis study is about FTA and politeness strategies performed by Holmes as the main character in Sherlock Holmes, “A Game of Shadow” movie. The objectives are to find out the types of face threatening act and politeness strategies performed by Holmes when he is having conversation with his interlocutors.This study was classified as a qualitative research and categorized into document analysis because it analyzed the script and conversations performed by Holmes on Sherlock Holmes, “A Game of Shadow” movie.From the result of analysis, the main character of movie entitled Sherlock Holmes, ‘A Game of Shadow’ named Sherlock Holmes performed face threatening acts (FTAs) in his utterances based on the theory of Brown and Levinson (1987). The writer found 111 utterances of Sherlock Holmes containing Face-Threatening Acts. By paying attention to the face being threatened, negative face ranked the first for 86 times and positive face ranked the second for 25 times. In performing FTA, the speaker intended to use strategies to mitigate the damage to the hearers. Holmes intended to maintain good relationship with others and did not want to impinge the hearers. Based on the data, the kinds of FTA strategies performed by Holmes are 44 negative politeness, 40 positive politeness, 18 bald on-record, and 14 off-record. Therefore, Holmes mostly performed negative politeness strategy in his conversation.Further study about politeness can be carried out to find out the factor influencing the choice of each strategy of politeness. Because politeness is very important in interaction, the writer hopes that the readers can learn more about it and explore it in the diverse culture of Indonesian ethnic group.
GENDER DIFFERENCES IN INDIRECT ASKING FOR INFORMATION IN HITAM PUTIH AND SARAH SECHAN TALK SHOWS RAHMAWATI, LAILA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 4, No 8 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.111 KB)

Abstract

Keywords: gender, indirectness, speech acts, talk shows Language is communication tool for the daily life. By means of language, people can convey messages and their intentions directly or indirectly. When we speak indirectly, we mean what we say but also mean something else, this is what we called as indirectness in speech acts. This study intends to know whether different gender influences the way in asking for information which is one of the speech acts principal employed by speaker especially interviewer in talk show to get information. There are two problems to be solved, they are: (1) How is the act of indirect asking for information shown by man and woman interviewers? and (2) What is the intended meaning of different indirect questions of man andwoman interviewers?This study was descriptive qualitative by using language application in talk shows namely Sarah Sechan and Hitam Putih, and the data were derived from the  transcript containing indirectness between the presenters and the guests. The selected topic was Lebaran edition with the average duration of 30 minutes.From the results of this study, there were some different usages of indirectness applied by male and female hosts. It showed that the female host in this study employed more indirect requests for information than the male interviewer did. These were not only influenced by sex, but also another context, such as the background knowledge of topic in conversation.The writer hopes the next researchers analyze indirect asking for information based on gender with different ages and status by using other theories and find the motives of indirectness so that the result can be more detailed and complete.
PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KONDISI PSIKOLOGIS DAN KONFLIK BERPASANGAN TOKOH DALAM CERITA PENDEK LE TAILLEUR NOIR ANGGARA, PRADITYA DIAN TAMI
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 4, No 8 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.383 KB)

Abstract

Kata Kunci: gaya hidup, kondisi psikologis, konflik berpasangan, Teori Medan Kurt Lewin.Setiap individu itu unik. Keunikan individu selain berupa bentuk fisik, juga dapat dilihat melalui gaya hidupnya. Gaya hidup yang berbeda-beda tersebut memiliki pengaruh bagi kondisi psikologis individu itu sendiri maupun kaitannya dengan kehidupan sosialnya. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian pada cerpen  “Le Tailleur Noir” karya George-André Quiniou yang memiliki kemiripan dengan kondisi kehidupan nyata untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap kondisi psikologis dan konflik berpasangan tokoh dalam cerpen tersebut.Cerpen ini menceritakan tentang kehidupan sepasang kekasih yang kurang harmonis karena rutinitas pekerjaan mereka yang ditunjukkan melalui konflikkonflik yang terjadi diantara mereka. Penelitian dengan jenis deskriptif kualitatif ini menggunakan pendekatan psikologi sastra yang diawali dengan analisis tokoh dan penokohan. Kemudian untuk menganalisis konflik yang terdapat dalam cerpen tersebut, penulis menerapkan Teori Medan Kurt Lewin.Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa gaya hidup para tokoh dalam cerpen “Le Tailleur Noir” memiliki pengaruh terhadap kondisi psikologis dan konflik yang terjadi di antara mereka. Dalam dinamika konflik tersebut, karakter masing-masing tokoh berpengaruh pada pengambilan keputusan yang mereka lakukan ketika dihadapkan pada situasi dan kondisi tertentu.Penulis menyarankan kepada peneliti berikutnya yang menggunakan cerpen “Le Tailleur Noir” sebagai objek kajian menerapkan pendekatan lain, misalnya dengan pendekatan sosiologi sastra untuk membandingkan kondisi yang tergambar dalam cerpen dengan kondisi pada kehidupan nyata di Prancis.
PRESUPPOSITIONS IN UTTERANCES OF TWO MAIN CHARACTERS, KING GEORGE VI AND LIONEL LOGUE IN THE MOVIE ENTITLED THE KING’S SPEECH SOVIANA, MIDA ALIFIA
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 4, No 8 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.619 KB)

Abstract

Kata Kunci: Praanggapan, penanda praanggapan, tuturan, film The King’s Speech.Praanggapan merupakan suatu asumsi yang dibuat oleh penutur yang dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa praanggapan yang ada dalam tuturan kedua tokoh utama dalam fim The King’s Speech, Raja George ke-6 dan Lionel Logue. Objek penelitian ini dipilih agar pembaca dapat mengetahui bahwa praanggapan bisa juga diperoleh dalam konteks komunikasi apapun termasuk di dalam bahasa lisan yang berbentuk dialog. Penelitian ini menerapkan toeri penanda praangapan dari Karttunen yang melingkupi 13 macam penanda praanggapan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan praanggapan dan juga berbagai tipenya di dalam tuturan yang dituturkan oleh kedua tokoh utama dalam film The King’s Speech.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena data yang digunakan adalah data deskripsif dalam bentuk kata-kata berdasarkan pada praanggapan yang ada di dalam film ini. Penelitian in merupakan analisa data karena data yang digunakan adalah data tertulis. Sumber data dari penelitan ini adalah dialog dari dua tokoh utama dalam bentuk tuturan dalam film The King’s Speech. Sementara itu, data dari penelitian ini adalah tuturan-tuturan dari dua tokoh utama yang mengandung praanggapan yang diusulkan oleh Karttunen (seperti yang telah disebutkan oleh Levinson, 1983).Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari data yang sudah terkoleksi, terdapat beberapa tuturan yang mengandung penanda praanggapam yang mengindikasikan adanya praanggapan. Elemen-elemen lain yang mendukung terdapatnya praanggapan antara lain adalah konteks dalam film, partisipan, dan pengetahuan bersama dari penutur dan pendengar. Dari analisa yang sudah dilakukan oleh penulis, ditemukan 9 tipe dari 13 penanda praanggapan seperti yang telah diusulkan oleh Karttunen dalam film The King’s Speech. Tipe-tipe tersebut adalah penanda praanggapan definite description, factive verbs, implicative verbs, change of state verbs, iterative, cleft sentences, comparison and contrast, counterfactual conditionals, dan penanda praanggapan questions. Sebagai tambahan, tipe praanggapan yang paling sering digunakan dalam film ini adalah penanda praanggapan pertanyaan. Tipe ini khususnya sering digunakan oleh Lionel dikarenakan dia adalah ahli terapi berbicara Bertie sehingga Lionel cenderung menanyakan beberapa pertanyaan kepada Bertie yang berhubungan dengan kegagapanya atau bahkan masalah pribadinya untuk mendekatkan diri padanya.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2014 2014


Filter By Issues
All Issue Vol 1, No 1 (2017) Vol 2, No 10 (2015) Vol 1, No 10 (2015) Vol 3, No 6 (2015) Vol 3, No 5 (2015) Vol 3, No 4 (2015) Vol 3, No 3 (2015) Vol 3, No 2 (2015) Vol 3, No 1 (2015) Vol 2, No 9 (2015) Vol 2, No 8 (2015) Vol 2, No 7 (2015) Vol 2, No 6 (2015) Vol 2, No 5 (2015) Vol 2, No 4 (2015) Vol 2, No 3 (2015) Vol 2, No 2 (2015) Vol 2, No 1 (2015) Vol 1, No 9 (2015) Vol 1, No 8 (2015) Vol 1, No 7 (2015) Vol 1, No 6 (2015) Vol 1, No 5 (2015) Vol 1, No 4 (2015) Vol 1, No 3 (2015) Vol 1, No 2 (2015) Vol 1, No 1 (2015) Vol 6, No 10 (2014) Vol 5, No 10 (2014) Vol 4, No 10 (2014) Vol 4, No 10 (2014) Vol 3, No 10 (2014) Vol 7, No 8 (2014) Vol 7, No 7 (2014) Vol 7, No 6 (2014) Vol 7, No 5 (2014) Vol 7, No 4 (2014) Vol 7, No 3 (2014) Vol 7, No 3 (2014) Vol 7, No 2 (2014) Vol 7, No 1 (2014) Vol 6, No 9 (2014) Vol 6, No 8 (2014) Vol 6, No 7 (2014) Vol 6, No 6 (2014) Vol 6, No 5 (2014) Vol 6, No 4 (2014) Vol 6, No 3 (2014) Vol 6, No 2 (2014) Vol 6, No 1 (2014) Vol 5, No 9 (2014) Vol 5, No 8 (2014) Vol 5, No 7 (2014) Vol 5, No 6 (2014) Vol 5, No 5 (2014) Vol 5, No 5 (2014) Vol 5, No 4 (2014) Vol 5, No 3 (2014) Vol 5, No 2 (2014) Vol 5, No 1 (2014) Vol 4, No 9 (2014) Vol 4, No 8 (2014) Vol 4, No 7 (2014) Vol 4, No 6 (2014) Vol 4, No 5 (2014) Vol 4, No 4 (2014) Vol 4, No 3 (2014) Vol 4, No 2 (2014) Vol 4, No 1 (2014) Vol 3, No 9 (2014) Vol 3, No 8 (2014) Vol 3, No 7 (2014) Vol 3, No 6 (2014) Vol 3, No 5 (2014) Vol 3, No 4 (2014) Vol 3, No 3 (2014) Vol 3, No 2 (2014) Vol 2, No 10 (2013) Vol 1, No 10 (2013) Vol 3, No 1 (2013) Vol 2, No 9 (2013) Vol 2, No 8 (2013) Vol 2, No 7 (2013) Vol 2, No 6 (2013) Vol 2, No 5 (2013) Vol 2, No 4 (2013) Vol 2, No 3 (2013) Vol 2, No 2 (2013) Vol 2, No 1 (2013) Vol 1, No 9 (2013) Vol 1, No 8 (2013) Vol 1, No 7 (2013) Vol 1, No 6 (2013) Vol 1, No 5 (2013) Vol 1, No 4 (2013) Vol 1, No 3 (2013) Vol 1, No 2 (2013) Vol 1, No 1 (2013) More Issue