cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. kampar,
Riau
INDONESIA
Jurnal Ushuluddin
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Religion, Social,
Ushuluddin (Online ISSN 2407-8247 | Print ISSN 1412-0909) adalah jurnal yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Jurnal Ushuluddin terbit pertama kali pada Bulan Desember 1998 dengan nama Jurnal Ushuluddin Cendikia. Pada tahun 2000 namanya berganti menjadi Jurnal Ushuluddin. Jurnal Ushuluddin memuat kajian-kajian dasar keislaman (islamic studies), baik dalam bentuk kajian kepustakaan maupun riset lapangan. Fokus utama Jurnal Ushuluddin meliputi aqidah, pemikiran Islam, filsafat agama, tasawuf, tafsir dan studi al-Qur'an, kajian Hadits, dan perbandingan agama. Jurnal ini diterbitkan dalam upaya mengkomunikasikan berbagai kajian yang terkait dengan Islam, baik klasik maupun kontemporer yang ditinjau dari berbagai perspektif. Dengan demikian, baik para sarjana Indonesia maupun sarjana asing yang fokus dengan kajian tersebut dapat memperkaya artikel yang dimuat dalam jurnal ini. Artikel yang masuk akan dinilai oleh peer-review, dan jika dipandang layak baru akan diterbitkan. Jurnal Ushuluddin diterbitkan dua kali dalam setahun, dan selalu menempatkan kajian Islam dan kajian tentang umat Islam sebagai fokus utama.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue " Vol 19, No 1 (2013): Januari - Juni 2013" : 8 Documents clear
KAUM SHABI’IN DALAM AL-QUR’AN Kajian atas pluralitas Agama berdasarkan kata kunci Ahl al-Kitab Jamarudin, Ade
Jurnal Ushuluddin Vol 19, No 1 (2013): Januari - Juni 2013
Publisher : Jurnal Ushuluddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Shabi’in merupakan orang yang keluar dari agamanya yang asal, dan masuk ke dalam agama lain, sama juga dengan arti asalnya ialah murtad. Mereka adalah orang yang menyembah malaikat, shalatnya tidak menghadap kiblat dan mereka membaca Zabur.Ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa Sabiin ini termasuk Ahli Kitab dan oleh karena itu dihalalkan memakan sembelihan mereka dan mengawini wanita mereka. Namun sebagian yang lain mengatakan bahwa Sabiin ini bukan Ahli Kitab, oleh karena itu umat muslim dilarang memakan sembelihan mereka dan dilarang mengawini wanita mereka. Golongan Shabiin itu memanglah satu golongan dari orang-orang yang pada mulanya memeluk agama Nasrani, lalu mendirikan agama sendiri. Orang-orang Sabiin adalah suatu kaum yang tinggal di sebelah negeri Irak. Mereka kaum yang suka menangis, beriman kepada semua nabi serta puasa selama tiga puluh hari setiap tahunnya, dan mereka salat menghadap negeri Yaman setiap harinya sebanyak lima kali. Kaum shabi’in yang merupakan penggambaran tokohahl al-kitab walau keberadannnya tidak seperti kaum Yahudi ataupun Nasrani, saat ini adalah tantangan bagi kaum muslim sendiri untuk meningkatkan kesalehan sosial. ahl al-kitab, tidak terbatas pada penganut agama Yahudi dan Nasrani. Dengandemikian, bilaadasatukelompok yang hanyapercayakepadasuhuf Ibrahim atauZabur (kitabDaud As) saja, makaia pun termasukdalamjangakauanpengertianahl al-kitab.Begitu pula dengankaummajusi, Shabiindanpengikut agama kunolainnya.Kesalehan sosial yang dibangun dari pengakuan akan adanya pluralitas agama (bukan pluralisme) dapat dibangun dengan tanpa mencampuradukan sisi akidah.
RASIONALITAS DAN RELIGIUSITAS KAUM PEDAGANG DI PEDESAAN ( Studi Terhadap Problema Dilematis Kaum Pedagang Tentang Hubungan antara Logika dan Keimanan di Pasar Teratak Buluh, Kec. Siak Hulu, Kab. Kampar, Riau) SAIFULLAH, SAIFULLAH
Jurnal Ushuluddin Vol 19, No 1 (2013): Januari - Juni 2013
Publisher : Jurnal Ushuluddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini adalah ihktiar untuk menelusuri konflik batiniah para pedagang di desa Teratak Buluh menyangkut problema dilematis antara keimanan dan trik serta logika dagang. Logika dagang mengharuskan mencari keuntungan ynag sebesar-besarnya, sementara keimanan Islam mengharuskan sifat amanat, jujur dan nashihah bagi kaum pedagang. Di bidang perdagangan, rasionalitas diaktualisasikan dengan pengetahuan yang logis tentang perdagangan secara menyeluruh, meliputi informasi yang akurat tentang fluktuasi harga barang-barang, sumber-sumber permodalan, sistem distribusi modern, sistem pengkreditan, organisasi pedagang yang rasional dan sebagainya. Bahkan rasionalisme perdagangan juga mengesahkan sifat-sifat pragmatis dan kapitalisme yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya, tanpa menghubungkannya dengan sistem keimanan. Melalui penulisan yang dilakukan dipasar desa ini, para pedagang lokal (Local Traders) belum bisa di kategorikan sebagai suatu kelas pedagang karena belum terdapat perorganisasian diri secara formal dan rasional. Para pedagang di desa ini umumnya adalah beragama Islam dan sangat meyakini bahwa rezki manusia dan ajalnya adalah telah ditetapkan oleh Allah SWT dan tidak dapat lagi dirubah oleh manusia. Bangkrut atau majunya usaha dagang dan larisnya jualan adalah berasal dari Allah dan merupakan ketetapan yang harus diterima secara tawakal. Terdapat pedagang lokal yang tidak berusaha merubah pola berniaganya dari tahun ketahun. Pedagang kios, pedagang kedai dan kaki lima masih tetap dengan pemahaman kaum jabariah tentang tawakal, sehingga tidak berusaha mengembangkan pola perniagaan yang lebih rasional dan menguntungkan. 2 Persaingan dengan pedagang luar atau pedagang jarak jauh (Long Distance Traders), membuat mereka secara perlahan-lahan kehilangan pola kepemilikan (Power of Ownership) atas akses pasar, pola pengelolaan (Power of Management) dan penataan pasar, serta pola pengambilan pemanfaatan dan keuntungan (Power of Utility) dari arus jual beli di pasar desa mereka sendiri. Rasionalitas dan pemahaman keimanan, tentang tawakal, rezki dan ikhtiar pada komunitas pedagang tradisional di desa Teratak Buluh merupakan studi yang sangat penting dalam rangka menselaraskan antara keimanan dan ikhtiar yang rasional bagi kaum pedagang di pedesaan.
INTERAKSI RASIONALITAS TEKNIS DALAM PEMIKIRAN HADIS KONTEMPORER Hasbi, M. Ridwan
Jurnal Ushuluddin Vol 19, No 1 (2013): Januari - Juni 2013
Publisher : Jurnal Ushuluddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Transmisi periwayatan hadis dari Rasulullah sampai pada tahap kodifikasinya merupakan sebuah realitas yang berkaitan dengan redaksionalisasi wahyu, kewenangan dan validitasnya. Tahap selanjutnya aplikasi hadis dalam ajaran Islam dengan pemahaman yang berputar antara tekstual dan kontekstual yang berformulasi pada penggunaan rasio secara terbatas terikat dengan kaidahkaidah dan atau liberal. Kontek pemikiran hadis kontemporer menjelaskan perlunya rasio dalam pemahaman hadis yang disebabkan perubahan kondisi sosio-historis, mobilitas sosial, dan kemajuan zaman. Dinamika pemikiran ini dipola pada rasionalitas teknis, yakni penggunaan akal terhadap hadis dalam merealisasikan ajaran Islam yang “sholeh likulli zamanin wa makanin” dengan memilih sarana yang terbaik dalam menggapai tujuan tersebut tapi tidak keluar dari kaidah yang mu`tabarah. Konstruksi interaksi pemikiran ini dihadapkan pada maqashid dan maslahah, juga `umum al-lafzi dan khusus al-Sabab, kedua masalah ini dipolarisasi pada dinamika bahwa penjabaran dan pemahaman rasionalitas teks bersifat teknis dengan sarana dua sayap akal dan teks yang tidak beroposisi untuk sampai pada pemikiran yang flekisibel, variasi dan tidak statis.
STUDI HADIS-HADIS TENTANG POSISI KENCING BERDIRI ; Kajian Mukhtalaf Hadis Arifin, Johar
Jurnal Ushuluddin Vol 19, No 1 (2013): Januari - Juni 2013
Publisher : Jurnal Ushuluddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berbagai macam pendapat yang berkaitan dengan posisi kencing, dimana hadis-hadis yang menjelaskan tentang kedudukan posisi kencing dalam Islam nampaknya bertentangan, pada sisi lain terdapat hadis yang membolehkan kencing berdiri dan di lain sisi ditemukan pula hadis yang melarang. Kontroversi yang terjadi dalam pelbagai hadis, menimbulkan pertanyaan tentang kebolehan dan ketidak bolehan kencing berdiri. Tulisan ini berupaya menjelaskan kualitas hadis-hadis tentang posisi kencing berdiri, dan menjawab kemusykilan hadis tersebut yang mana pada satu kesempatan Rasulullah kencing dengan cara duduk disisi lain Rasulullah Saw kencing dengan posisi berdiri. Dari sini nanti nya penulis menggunakan metode para ahli Hadis dalam menyikapi dua hadis yang bertentangan secara zahir sehingga teks-teks hadis Rasulullah Saw tersebut dapat dipahami secara tekstual dan konstektual.
HAK WARIS ANAK LAKI-LAKI DALAM AL-QUR`AN DAN AL-HADIS Darussamin, Zikri
Jurnal Ushuluddin Vol 19, No 1 (2013): Januari - Juni 2013
Publisher : Jurnal Ushuluddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dari perspektif gender ahli waris dapat dibedakan kepada dua kelompok, yaitu; ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan. Ahli waris perempuan termasuk dalam kelompok zawil furudh, yaitu hak bagiannya dalam pewarisan sudah ditentukan secara pasti. Sementara hak kewarisan laki-laki, khususnya anak laki-laki dikelompokkan kedalam ‘ashabat, yaitu ahli waris yang bagiannya tidak pasti. Isyarat tentang bagian yang akan diperoleh ashabat hanya terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 11 dan dalam hadis Rasulullah riwayat Ibnu Abbas. Akan tetapi, ketika kedua nash tersebut diselaraskan telah menimbulkan diskusi panjang di kalangan ulama sejak masa sahabat dan sampai sekarangpun diskusi itu masih belum selesai.
THE SYMBIOSES BETWEEN WUJŪD AND WAL YAH IN IBN ‘ARABĪ’S THOUGHT Arnel, Iskandar
Jurnal Ushuluddin Vol 19, No 1 (2013): Januari - Juni 2013
Publisher : Jurnal Ushuluddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

perspektif Ibn ‘Arabī, yaitu simbiosis antara wujud dan walayah. Berangkat dari asumsi bahwa kedua konsep ini berdiri di atas pandangannya tentang Tuhan sebagai Wujud Mutlak dan Wali Sejati dalam artian yang sebenarnya, simbiosis di antara keduanya dilacak melalui pemikiran Ibn ‘Arabī tentang pertolongan Tuhan, kemunculan yang banyak dari yang Satu, dan cara Tuhan dalam mengatur semua wujud yang mungkin (mumkin al-wujūd). Di akhir pembahasan didapati, bahwa simbiosis tersebut memang ada, dan bahkan tanpa campur tangan walayah-Nya semua wujud yang mungkin tidak akan pernah mengalami manifestasi luaran (outward manifestation).
Gerakan Tarekat Abad ke-19 Serantau Melayu Wahab Rokan, Syekh Abdul
Jurnal Ushuluddin Vol 19, No 1 (2013): Januari - Juni 2013
Publisher : Jurnal Ushuluddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menelusuri jejak Syek4h Abdul Wahab Rokan, berarti kita diajak memahami kondisi Melayu Serantau (Pesisir Timur Sumatera, Malaysia dan Thailand) abad 19. Usia Abdul Wahab yang lebih satu abad yakni 115 tahun (Lahir di Rantau Binuang Sakti, Kepenuhan, Rokan Hulu, RIau 19 Rabiulakhir 1230 H/28 September 1811 M. Wafat di Babussalam, Langkat, Sumatera Utara pada hari Jumat, 21 Jamadilawal 1345 H/27 Desember 1926 M) merupakan anugerah bagi dirinya, sebab dia bisa bertemu dengan tokoh-tokoh besar di wilayah Sumbar, Riau, Malaysia dan Thailand Selatan. Banyak hal yang bisa digali dari sosok Tuan Guru Tarekat Naqsabadiyah ini. Mulai dari sisi jaringan ulama di wilayah Melayu Serantau, usaha beliau mengembangkan ajaran tasauf sampai karakteristik tasauf yang dikembangkannya. Tulisan ini terutama menekankan sisi peran pengembangan tarekat Naqsabandiyah yang telah dilaksanakan oleh tuan guru ini semasa hidupnya. Selain itu makalah ini akan menyoroti beberapa percikan pemikiran sufistik Syekh Abdul Wahab yang berkisar seputar zuhud, tarekat dan suluk dalam syair-syair, wasiat dan khutbah-khutbahnya
Syekh Abdul Wahab Rokan khairiah, Kahiriah
Jurnal Ushuluddin Vol 19, No 1 (2013): Januari - Juni 2013
Publisher : Jurnal Ushuluddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menelusuri jejak Syekh Abdul Wahab Rokan, berarti kita diajak memahami kondisi Melayu Serantau (Pesisir Timur Sumatera, Malaysia dan Thailand) abad 19.Usia Abdul Wahab yang lebih satu abad yakni 115 tahun (Lahir di Rantau Binuang Sakti, Kepenuhan, Rokan Hulu, Rlau 19 Rabiulakhlr 1230 H/28 September 1811 M. Wafat diBabussalam, Langkat,Sumatera Utara pada hari Jumat, 21 Jamadil awal 1345 H/27 Desember 1926 M) merupakan anugerah bagi dirinya, sebab dia bisa bertemu dengan tokoh-tokoh besar di wilayah Sumbar, Riau, Malaysia dan Thailand Selatan. Banyak hal yang bisa digali dari sosok Tuan Guru Tarekat Naqsabadiyah ini. Mulai dari sisi jaringan ulama diwilayah Melayu Serantau, usaha beliau mengembangkan ajaran tasawuf sampai karakiteiristik tasauf yang dikembangkannya. Tulisan ini terutama menekankan sisi peran pengembangan tarekat Naqsaban diyah yang telah dilaksanakan oleh tuan guru ini semasa hidupnya. Selain itu makalah ini akan menyoroti beberapa percikan pemikiran sufistik Syekh Abdul Wahab yang berkisar seputar zuhud, tarekat dan suluk dalam syair-syair,wasiat dan khutbah-khutbahnya

Page 1 of 1 | Total Record : 8