cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. serang,
Banten
INDONESIA
Jurnal Furnace
ISSN : 25551801     EISSN : -     DOI : -
Core Subject :
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2017)" : 9 Documents clear
PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU TAHAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA BAJA TAHAN KARAT MARTENSITIK 13Cr3Mo3Ni hadi perdana
Jurnal Furnace Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.548 KB)

Abstract

Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang paling banyak digunakan. Pembangkit listrik tenaga uap merupakan salah satu tempat yang dapat menghasilkan energi listrik. Turbin adalah komponen terpenting dalam pembangkit listrik tenaga uap, terutama pada bagian sudu turbin. Komponen sudu turbin berfungsi mengubah energi potensial uap menjadi energi kinetik yang selanjutnya diubah menjadi energi mekanik untuk memutar poros turbin dan menghasilkan energi listrik.[1] pada umumnya bahan baku untuk membuat sudu turbin adalah baja tahan karat martensitik tipe 410, akan tetapi baja tahan karat tipe 410 mudah terjadi kegagalan dikarenakan lingkungan kerja yang korosif dan putaran yang tinggi. Salah satu cara menanggulangi hal ini adalah dengan cara memodifikasi baja tahan karat tipe 410 tersebut. Baja yang telah di modifikasi diberikan proses hot forging yang kemudian di anil. Setelah itu sampel di preparasi dan dipotong menjadi ukuran 1x1x0,5 cm. Setetlah itu sampel tersebut di austenisasi pada temperatur 10500C dan quenching dengan media oli. Setelah itu sampel di tempering dengan variasi temperatur 300-7000C dan waktu tahan 1,3 dan 6 jam untuk mengetahui karakterisasi yang terbentuk. Sampel tersebut di uji kekerasan, analisa struktur mikro dan analisa laju korosi dengan acuan ASTM A276. Strukur mikro yang terbentuk adalah fasa martensit lath, austenit sisa, ferit delta, ferit dan senyawa karbida. Kekerasan tertinggi yang dihasilkan sampel ada pada temperatur 5000C dengan waktu tahan 1 jam sebesar 50,6 HRC. Laju korosi terendah sebesar 0,1717 mmpy Sampel baja tahan karat yang dimodifikasi terbukti memiliki sifat kekerasan dan laju korosi yang lebih baik jika dibandingkan sampel 410 tanpa modifikasi.
KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT Vanessa Intan Zelatifany Nadeak
Jurnal Furnace Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (56.017 KB)

Abstract

Titanium dioksida (TiO2) merupakan oksida logam yang paling luas digunakan sebagai pigmen. Penggunaan TiO2 dalam bidang industri sudah menyebar secara global. Hal ini disebabkan dengan sifat yang dimiliki oleh logam Titanium itu sendiri yaitu memiliki ketahanan korosi yang tinggi. Teknologi ekstraksi yang telah dilakukan pada iron sand atau bisa disebut juga sebagai mineral titanoferrous, hanya bisa diekstrak dengan menggunakan alkali sehingga muncul proses baru yaitu dengan metode alkali fusion. Tahapan dari proses pemanggangan alkali, yaitu senyawa Na2O direaksikan dengan mineral titanoferrous menggunakan jalur roasting, dilanjutkan dengan pelindian air  serta pelindian menggunakan asam. Pelindian air dilakukan selama 1 jam, hasil endapan dari pelindian air (frit) kemudian dilakukan pelindian asam dengan kondisi pH sebesar 3 (toleransi ±0,5) menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4). Pelindian asam dilakukan pada range suhu 70-80ºC selama 4 jam. Diharapkan pada proses pelindian asam seluruh senyawa-antara Na, Fe serta unsur-unsur pengotor lainnya akan larut sehingga akan didapati residu pelindian asam dengan kadar TiO2 yang tinggi. Analisa endapan hasil pelindian menggunakan X-Ray Fluorescence (XRF) sedangkan unsur Fe yang terlarut menggunakan Atomic Absorption Spectophotometer (AAS). Dari serangkaian penelitian dan analisis diperoleh kadar TiO2 tertinggi yaitu 31,26% dan unsur Fe yang terdapat pada residu sebesar 67,05%.
PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING Kisnandar Kisnandar
Jurnal Furnace Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.402 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang  aging pada paduan berbasis kobalt. Penelitian ini menggunakan paduan Co-Cr-Mo (ASTM F75) hasil invesment casting dengan memvariasikan penambahan karbon 0,15 dan 0,25%C serta penambahan nitrogen 0,2% N. Spesimen hasil coran tersebut kemudian dipreparasi untuk dilakukan proses solution treatment dengan temperatur pemanasan 1250oC dan dilakukan proses quenching dengan media air es. Setelah itu dilakukan proses aging dengan variasi temperatur 500, 600 dan 700 (oC) dan variasi waktu tahan 0; 7,2; 21,6; 43,2; dan 86,4 (ks). Kemudian spesimen dilakukan analisa struktur mikro dengan pengujian metalografi menggunakan mikroskop optik untuk mengamati struktur mikro yang terbentuk pada spesimen tersebut. Selajutnya spesimen dilakukan uji kekerasan dengan metode Rockwell C, dan untuk analisa fasa yang terbentuk dilakukan proses XRD dengan metode electrolytic extracted dengan menggunakan larutan H2SO4 10% , hasil ekstrak kemudian di saring dengan menggunakan membran saring dalam keadaan vakum untuk mendapatkan presipitatnya. . Presipitat yang terbentuk selama proses  aging  yakni fasa karbida (M23X6) dan juga fasa fasa  di paduan 0.25C0N pada temperatur aging 700oC. Kadar karbon juga mempengaruhi kekerasan, nilai kekerasan tertinggi pada paduan Co-Cr-Mo dengan kadar karbon 0,25 %C waktu tahan aging 6 jam sebesar 38,9 HRC
PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUIPROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR Muhammad Ikhwanul Hakim
Jurnal Furnace Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.991 KB)

Abstract

Abstrak. Indonesia memiliki cadangan bijih laterit dalam jumlah yang melimpah, salah satunya dalam bentuk bijih limonit. Akan tetapi bijih limonit jarang dipilih oleh industri untukdijadikan sebagai bahan baku karena hanya mengandung sedikit nikel. Beberapa proses dapat digunakan untuk meningkatkankadar nikel di dalam bijih limonit, salah satunya adalah prosesreduksi.Proses reduksi merupakanproses untuk mereduksi logam oksida menjadi logam denganmenggunakan reduktor tertentu. Reduksi selektif juga berarti mereduksi logam oksida apa saja danmencegah reduksi senyawa oksida lain yang terdapat pada bijih. Proses ini diharapkan dapatmembebaskan nikel dari pengotornya sehingga akan meningkatkan kadar nikel.Salah satu daerah yang mempunyai cadanganbijih limonit dalam jumlahbesar berada di Sangaji, Halmahera Timurdengan kadar nikel 0,8-1,5% dan besi 40-50% [2] Penelitian dilakukan dengan variabel waktu 30,60, 120 dan 180 menit dengan variasi penambahan reduktor yaitu 0, 7, 14 dan 21%. Analisis awalmenggunakan XRF, XRD dan SEM-EDX. Setelah proses reduksi, sampel dianalisis akhirmenggunakan XRD, SEM-EDX dan AAS untuk mengetahui peningkatan kadar Ni pada sampeltersebut. Kadar Ni optimum yang diperoleh dari variasi waktu yaitu pada waktu 180 menit sebesar1,34% dengan persen ekstraksi sebesar 57,67%. Sedangkan kadar Ni optimum yang diperoleh darivariasi penambahan reduktor yaitu pada penambahan 14% reduktor sebesar 1,74% dengan persenperolehan sebesar 89,35%.
Simulasi Monitoring Proses Flotasi Kolom Menggunakan Electrical Capacitance Volume Tomography Hermansyah Emir Faisal
Jurnal Furnace Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (270.787 KB)

Abstract

Flotasi merupakan proses pemisahan mineral berharga dari pengotornya berdasarkan sifat permukaan mineral yaitu sifat hidrofob dan hidrofil. Monitoring proses flotasi umunya mengamati gelembung flotasi secara statis dan dinamis. Selama ini monitoring hanya mampu memonitor pada sumbu x-y. Untuk memonitoring pada sumbu x, y dan z digunakan teknologi tomografi yaitu Electrical Capasitance Volume Tomography (ECVT). Untuk melihat kemampuan sistem ECVT dalam memonitoring proses flotasi perlu dilakukan simulasi dari kedua proses tersebut dengan software komputasi OpenFOAM. Simulasi yang dilakukan bertujuan untuk memodelkan kelompok gelembung yang terbentuk saat proses flotasi kolom, dan menenentukan volume kelompok gelembung yang berada didalam kolom untuk pengembangan monitoring proses flotasi dengan ECVT. Tahapan pertama simulasi ini adalah melakukan studi literatur tentang simulasi CFD dan Simulasi ECVT untuk menentukan batasan simulasi. Tahap kedua yaitu melakukan simulasi CFD flotasi kolom dengan variabel; ukuran gelembung dan kecepatan injeksi udara atau laju alir udara. Tahap ketiga melakukan simulasi ECVT dengan objek gelembung statis dan tahap terakhir melakukan simulasi integrasi ECVT-CFD. Pada gelembung tiga, enam dan Sembilan layers didapatkan Distribusi permitivitas dari objek yang berada didalam sensor yang ditampilkan dalam bentuk peta warna. Pada daerah warna yang lebih cerah menandakan daerah gelembung. Dengan distribusi permitivitas relatif Daerah gelembung  3, 6 dan 9 layer  berturut-turut 0,2584, 0,2563, dan 0.,2495. Sedangkan daerah warna yang lebih gelap (merah) menandakan daerah air dengan dtsribusi permitivtas ralatif adalah 1. Pada simulasi gelembung dinamis untuk memodelkan  proses flotasi kolom dengan OpenFOAM. Diperoleh volume gelembung untuk setiap laju udara yang diberikan 3 liter/menit, 4 liter/menit dan 5 liter/menit yaitu 13.319 mm3, 15.733 mm3 dan 22.337 mm3. Jumlah gelembung hasil simulasi flotasi kolom pada laju alir udara 3,4 dan 5 liter/menit adalah 14,75%, 15,63% dan 19,34%. Sedangkan hasil eksperimen 14,06%, 15,23%, dan 18,55%. Berdasarkan hasil tersebut simulasi flotasi kolom yang dilakukan mampu menghasilkan gelembung dengan kondisi yang hampir sama dengan eksperimen.
PENGARUH RAPAT ARUS DAN WAKTU PADA PULSE ELECTRODEPOSITION OF NICKEL TERHADAP MIKROSTRUKTUR LAPISAN DEPOSIT DAN LAJU KOROSI AISI 410 Rivaldo Ramadhana Saputra
Jurnal Furnace Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.542 KB)

Abstract

Pada penelitian ini dilakukan pelapisan nickel dengan metode pulse electrodepostion pada AISI 410 untuk menurunkan laju korosinya karena AISI 410 pada aplikasi industri, yaitu turbin blade sering mengalami masalah korosi. Proses pelapisan dilakukan menggunakan larutan nickel sulphate 250 g/l, boric acid 50 g/l dan nickel chloride 45 g/l pada temperatur 50 – 60°C dengan variasi rapat arus 10, 15, 20 dan 25 A/dm² dan lamanya proses pelapisan 10, 15 dan 20 menit. Duty cylce yang digunakan adalah 80% dan frekuensi pulse 100 Hz. Pengujian struktur mikro dilakukan menggunakan SEM untuk melihat ukuran butir dan ketebalan lapisan nickel yang terbentuk. Pengujian laju korosi dilakukan menggunakan alat CMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar rapat arus dan semakin lama proses pelapisan maka laju korosi semakin kecil. Laju korosi paling kecil adalah 0,00027 mmpy pada rapat arus 25 A/dm² dan waktu pelapisan 20 menit.
STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN GETARAN MEKANIK VERTIKAL TERHADAP PEMBENTUKAN SEGREGASI MAKRO PADA PADUAN EUTEKTIK Sn–Bi Zaneta Zhafirah
Jurnal Furnace Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (164.094 KB)

Abstract

Segregasi makro pada produk hasil pengecoran dapat mempengaruhi penurunan kualitas benda hasil coran seperti timbulnya kegagalan dan keretakan. Diperlukannya suatu metode untuk mengurangi segregasi makro yang terbentuk pada saat proses pengecoran adalah hal yang melatar belakangi penelitian ini. Pada penelitian ini, pemberian perlakuan getaran mekanik secara vertikal diberikan pada paduan eutektik Sn-Bi yang telah dilebur menggunakan tungku peleburan dengan temperatur 150 °C dan 183 °C dengan variasi frekuensi 4 Hz, 5 Hz dan 6 Hz. Analisis SEM-EDS dilakukan untuk mengetahui struktur mikro dan distribusi komposisi unsur di dalam paduan yang telah diberi perlakuan maupun yang tidak diberi perlakuan. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa getaran dapat mengurangi pembentukan segregasi makro dan mempercepat laju pendinginan. Frekuensi getaran yang paling baik digunakan dalam menekan timbulnya segregasi makro adalah frekuensi 4 Hz pada temperatur 150 °C. Hal ini dapat terlihat dari bentuk struktur mikro yang dihasilkan lebih halus dan lebih seragam, serta rasio segregasi makro berhasil dikurangi yang semula sebesar 0,1232 menjadi 0,0879 bila dibandingkan dengan paduan yang tidak diberi perlakuan. Selain itu, pada produk coran yang mengalami perlakuan getaran dengan frekuensi 4 Hz pada temperatur 150 °C, memiliki distribusi komposisi Sn yang mendekati komposisi nominal Sn pada paduan eutektik di hampir semua bagian. Perlakuan getaran yang diberikan juga dapat meningkatkan laju kecepatan pendinginan yang terlihat pada frekuensi getaran yang semakin tinggi, maka waktu kecepatan pendinginan yang dihasilkan semakin cepat. Namun, semakin cepatnya waktu pendinginan tidak menentukan berkurangnya segregasi makro yang terbentuk.
PEMBUATAN SINTER DARI BAHAN LIMBAH MILL SCALE HASIL HOT ROLLING SEBAGAI BAHAN BAKU TAMBAHAN PEMBUATAN BESI BAJA Harry Anggoro R
Jurnal Furnace Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.943 KB)

Abstract

Kegiatan industri besi baja merupakan salah satu kegiatan yang dapat menimbulkan limbah B3. Limbah B3 tidak dapat ditimbun, dibakar atau dibuang begitu saja, karena mengandung bahan yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan manusia serta makhluk hidup lain. Mill scale adalah limbah industri besi baja yang masih memiliki kandungan besi cukup tinggi, yaitu sekitar 72%. Umumnya, mill scale digunakan sebagai umpan reduksi langsung dalam blast furnace yang menggunakan batubara sebagai reduktor untuk menghasilkan pig iron [1]. Pada tahun 2010, produksi limbah mill scale di Indonesia sekitar 800 ribu ton per tahun [5]. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan limbah mill scale dengan kadar 79,42% Fe. Ukuran partikel mill scale yang digunakan adalah 125 mikron. Setelah itu, dilakukan mixing dengan binder (bentonit) sebanyak 0,5 ; 2,5 ; dan 5%. Selanjutnya, dilakukan kompaksi dengan pembebanan sebesar 15 ton, dilanjutkan dengan proses sintering pada temperatur 600, 700, dan 800ºC, selama 30, 60, dan 90 menit. Untuk mengetahui kekuatan dan morfologinya maka dilakukan pengujian kuat tekan, drop test, dan optical microscope. Optical microscope (mikroskop optik) digunakan untuk mengetahui porositasnya. Semakin tinggi temperatur sintering maka nilai kuat tekan sampel akan semakin menurun. Menurunnya nilai kuat tekan dikarenakan semakin tinggi temperatur semakin banyak pori yang terbentuk akibat hilangnya moisture atau kadar air pada sinter. Semakin lama waktu tahan proses sintering, maka nilai kuat tekan sinter pun juga meningkat. Peningkatan waktu tahan sinter menyebabkan semakin besarnya pertumbuhan leher (neck growth) antar partikel yang saling berhubungan. Dengan demikian ikatan antar partikel menjadi tinggi sehingga kekuatanya pun meningkat. Sampel yang memiliki nilai kuat tekan dan shatter index paling tinggi adalah pada temperatur sintering  600ºC, selama 90 menit, dengan penambahan bentonit sebanyak 0,5% yaitu dengan nilai kuat tekan sebesar 3385,46 Kgf dan memiliki nilai shatter index sebesar 95,04%. Semakin banyak binder yang digunakan mengakibatkan penurunan nilai kuat tekan sinter karena hilangnya moisture pada sinter yang berasal dari binder selama proses sintering berlangsung. Sampel yang memiliki jumlah pori paling tinggi adalah pada temperatur 800ºC, selama 30 menit dengan penambahan bentonit sebanyak 5% yaitu sebesar 68,35% dengan besar rata rata poros sebesar 306,737µm
PENGARUH SILIKON DAN FOSFOR DISEKITAR EUTEKTIK POINT ALUMUNIUM TERHADAP PENYUSUTAN Angga Kurnia Darma
Jurnal Furnace Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Jurusan Teknik Metalurgi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.669 KB)

Abstract

Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan ingot alumunium dengan menggunakan bijih bauksit mengalami kecenderungan yang naik. Salah satu upaya untuk mengurangi pemanfaatan bijih bauksit secara terus menerus adalah mengganti raw material dengan menggunakan bahan scrap kaleng alumunium. Namun perbedaan komposisi komponen kaleng menjadi salah satu hambatan besar, terlebih lagi kecenderungan alumunium untuk menyusut. Dilatarbelakangi oleh kedua hal tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan scrap kaleng alumunium dengan preparasi untuk penghilangan kadar air pada suhu 1500C dan variabel decoating pada suhu 400, 450, 500, 5500C. 5 kaleng alumunium dilebur dengan pancingan 1 kg alumunium ingot sehingga menjadi 6 buah cetakan ingot lalu diambil 2 buah cetakan yang diguanakan untuk membuat master alloy AlSi dan AlNi. Untuk mengurangi penyusutan digunakan penambahan Si dalam bentuk variable yaitu sebesar 12, 12.3, 12.6, dan 13% dengan penambahan master alloy AlNi sebanyak 3%. Hal ini dilakukan untuk mengurangi besar susutan pada kaleng alumunium.

Page 1 of 1 | Total Record : 9