cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. serang,
Banten
INDONESIA
Jurnal Furnace
ISSN : 25551801     EISSN : -     DOI : -
Core Subject :
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2022): MEI 2022" : 7 Documents clear
Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Implan Magnesium Berpori Hasil Proses Metalurgi Serbuk dengan Variasi SrCO3 dan Temperatur Sinter
Jurnal Furnace Vol 5, No 1 (2022): MEI 2022
Publisher : Department of Metallurgical Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Implan Magnesium berpori memiliki potensi yang besar sebagai aplikasi scaffold berdasarkan sifat mampu luruh, biocompetible dan sifat mekaniknya yang mendekati tulang manusia. Kombinasi Mg dan Sr dalam implan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan tulang. Optimalisasi parameter untuk membuat logam berpori dengan SrCO3 sebagai foaming agent adalah dengan melakukan variasi temperatur sintering 650, 675 dan 700°C dengan waktu tahan konstan selama 3 jam serta komposisi %berat SrCO3 pada 5, 10 dan 20. Karakterisasi struktur mikro paduan Mg dilakukan dengan menggunakan scanning electron microscope (SEM), persebaran unsur dilakukan dengan mapping EDS dan juga x-ray diffraction analysis (XRD). Dilakukan pengujian tekan untuk mengetahui nilai kekuatan paduan serta %porositas dengan metode Archimedes. Porositas tertinggi Mg didapat pada 20% berat SrCO3 pada temperatur sinter 700°C, yaitu 29,63% porositas, serta kekuatan kompresi 283,28 MPa pada 5% berat SrCO3 pada temperature sinter 700°C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pori serta sifat mekanik yang dihasilkan mendekati kesesuaian dengan cortical bone dan consellous bone.
Pengaruh Perbandingan TiO2 dan Reduktor Natrium Bikarbonat terhadap Pembentukan Tipe Fasa Natrium Titanat Ratna Yuliani; Soesaptri Oediyani; Suratman Suratman
Jurnal Furnace Vol 5, No 1 (2022): MEI 2022
Publisher : Department of Metallurgical Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Titanium dioksida (TiO2) merupakan senyawa yang mempunyai nilai jual yang tinggi. TiO2 ditemukan dalam mineral ulvite (Fe2TiO4) dengan kandungan 2-20% TiO2. Salah satu usaha untuk meningkatkan kadar TiO2 dari mineral ulvit dengan deposit pasir besi adalah melewati jalur pemanggangan alkali. Proses pemanggangan alkali bertujuan untuk membentuk senyawa natrium titanat dan natrium ferrat sebagai produk dari pemanggangan yang nantinya bersifat insoluble dan soluble. Variasi suhu yang digunakan adalah 900 dan 950°C, sedangkan untuk variasi rasio natrium bikarbonat antara lain, kebutuhan stoikiometri, ekses 20%, ekses 30%, ekses 50%, dan ekses 80%. Analisis mineralogi dan hasil percobaan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD), sedangkan untuk analisis kimia menggunakan X-Ray Fluorosence (XRF). Dari serangkaian penelitian dan analisis terbentuk tipe senyawa natrium titanat (Na2TiO3) pada suhu terbaik 950°C saat keadaan stoikiometri. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan ekses tidak memberikan dampak yang maksimal pada pembentukan tipe fasa natrium titanat.
Pengaruh Variasi Temperatur dan Waktu Tahan Quenching Tempering terhadap Sifat Mekanik Baja Tulangan
Jurnal Furnace Vol 5, No 1 (2022): MEI 2022
Publisher : Department of Metallurgical Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Baja KS 1330N merupakan salah satu inovasi yang diluncurkan oleh perusahan baja nasional guna menjawab kebutuhan baja tulangan tahan gempa. Target sifat mekanik baja tulangan KS 1330N berupa nilai minimal tegangan luluh dan tegangan tarik sebesar 70 kg/mm2 dan 87,5 kg/mm2 , serta nilai minimal regangan sebesar 16%. Baja tulangan KS 1330N yang dibentuk melalui proses TMCP (Thermo Mechanical Control Process) akan menghasilkan struktur mikro ferit-perlit sehingga kekuatan tidak mencapai target. Kekuatan baja tulangan dapat ditingkatkan melalui kehadiran fasa martensit temper melalui proses QST (Quenching and Self Tempering). Tegangan luluh dan tegangan tarik meningkat hingga 38,73% dan 30,66% akibat penerapan QST. Kenaikan temperatur QST menyebabkan tegangan luluh dan tegangan tarik berkurang hingga 21,75 kg/mm2 dan 18,89 kg/mm2 namun regangan bertambah hingga 3,5%. Bertambahnya waktu tahan QST menyebabkan tegangan luluh dan tegangan tarik berkurang hingga 1,33 kg/mm2 dan 2,17 kg/mm2 namun regangan meningkat hingga 0,75%. Temperatur mempengaruhi sifat mekanik secara signifikan dibandingkan dengan waktu tahan karena temperatur mempengaruhi jenis dan fraksi fasa sedangkan waktu tahan hanya mempengaruhi fraksi fasa.
Monitoring Flotasi Kolom dengan Menggunakan Kamera dengan Variasi Ukuran Partikel dan Laju Alir Udara terhadap Recovery
Jurnal Furnace Vol 5, No 1 (2022): MEI 2022
Publisher : Department of Metallurgical Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Flotasi adalah proses pemisahan mineral berharga dengan pengotornya berdasarkan sifat permukaannya. Flotasi kolom merupakan flotasi yang tidak menggunakan agitasi secara mekanis pada prosesnya namun menggunakan prinsip counter current antara bijih dengan gelembung. Karakteristik gelembung, ukuran partikel, dan laju alir udara pada proses flotasi kolom merupakan variabel yang menentukan performa metalurgis. Interaksi antara gelembung dengan partikel hanya dapat diamati pada sumbu aksial (z). Selama ini proses flotasi diamati dengan machine vision yang tidak dapat mengamati proses flotasi pada arah sumbu aksial karena hanya dapat diamati sumbu x dan y (permukaan froth) dimana tidak terjadi interaksi proses pemisahan. Oleh karena itu, dilakukan monitoring flotasi kolom dengan kamera 960 fps beresolusi tinggi yang mampu mengamati proses pemisahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh ukuran partikel dan laju alir udara terhadap performa metalurgis yang dilihat dari besaran gas holdup. Penelitian dilakukan dalam flotasi kolom (tinggi kolom 150 cm, diameter 4,6 cm) dengan variasi proses laju alir udara 2,0-4,0 l/menit dengan interval 0,5 l/menit dan variasi ukuran partikel -80+100#; 100+140#; −140+200#; - 200#. Kolom flotasi diamati dengan kamera 960 fps pada ketinggian 50 cm guna didapatkan nilai gas holdup pada collection zone dari gambar yang diperoleh. Hasil dari video yang didapat diekstrak menjadi gambar lalu diolah dengan image processing. Semakin tinggi nilai gas holdup maka recovery juga semakin tinggi sampai titik tertentu lalu mengalami deviasi setelah terjadinya aliran turbulen. Pada laju alir 2-3 l/menit diperoleh aliran yang laminar sedangkan pada laju alir udara 3,5-4 l/menit aliran sudah menjadi turbulen. Gas holdup memiliki hubungan kecenderungan yang sama dengan recovery. Pada laju alir 2,5 l/menit gas holdup memiliki nilai tertinggi pada ukuran partikel sedang -140+200# sebesar 15,8 dan nilai recovery juga tertinggi pada ukuran -140+200# sebesar 85,6%.
Pengaruh Kecepatan Putar Vertikal terhadap Pembentukan Segregasi Makro pada Paduan Sn-Bi
Jurnal Furnace Vol 5, No 1 (2022): MEI 2022
Publisher : Department of Metallurgical Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Segregasi makro adalah ketidakseragaman komposisi kimia pada unsur paduan saat logam menjadi padat yang dapat mempengaruhi kualitas produk coran. Segregasi makro terjadi disetiap pengecoran logam yang membuat aliran interdendritik melambat yang disebabkan oleh penyusutan geometri, deformasi padatan atau gravitasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecepatan putar terhadap pembentukan segregasi makro pada paduan Sn 43% wt –Bi, mengetahui pengaruh kecepatan putar pada temperatur yang berbeda terhadap pembentukan segregasi makro pada paduan Sn 43% wt – Bi, dan mengetahui rasio segregasi makro. Pada penelitian ini, sampel dibuat dengan memadukan Bi dan Sn dengan teknik pengecoran. Kemudian dilakukan proses putaran dengan variasi kecepatan 50 rpm, 85 rpm, dan 120 rpm. Putaran dilakukan pada temperatur 150 oC dan 170 oC selama 5 menit dan kemudian didiamkan hingga padat. Ingot hasil putaran kemudian dilakukan analisa makro dan mikro dengan menggunakan kamera makro dan SEM EDX. Hasil menunjukkan bahwa kecepatan 85 rpm dapatmendistribusikan kumpulan dendrit Sn rich. Hasil analisa SEM EDS pada ingot menunjukkan bahwa putaran pada temperatur 150 oC menghasilkan kestabilan komposisi Sn %wt dari bagian bawah hingga bagian atas ingot, kemudian didapatkan rasio segregasi yang lebih rendah dari ingot tanpa perlakuan yang semula 0,12 menjadi 0,08.
Pengaruh Temperatur Pemanasan dan Laju Pendinginan Terhadap Struktur Mikro dan Modulus Elastisitas Paduan Ti6Al4V untuk Aplikasi Biomedis
Jurnal Furnace Vol 5, No 1 (2022): MEI 2022
Publisher : Department of Metallurgical Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Paduan Ti6Al4V merupakan salah satu paduan titanium tipe α + β yang telah banyak digunakan dalam aplikasi biomedis, baik untuk pengganti tulang maupun basis gigi tiruan. Namun paduan tersebut memiliki nilai modulus elastisitas yang tidak sesuai dengan nilai modulus elastisitas tulang manusia. Dalam penelitian ini menjelaskan cara menurunkan nilai modulus elastisitas Ti6Al4V dengan proses heat treatment dan quenching. Proses heat treatment dan quenching bertujuan untuk merubah struktur mikro dan menurunkan modulus elastisitas paduan Ti6Al4V. As-cast Ti6Al4V dipanaskan dengan temperatur 700oC, 950oC, dan 1050oC selama 60 menit kemudian didinginkan dengan media pendingin udara, air es, dan nitrogen cair. Setelah proses heat treatment dan quenching dilakukan pengujian metalografi, pengujian SEM, pengujian XRD, dan pengujian ultrasonik untuk mengetahui perubahan struktur mikro dan nilai modulus elastisitas Ti6Al4V. Dalam penelitian ini intensitas fasa α tertinggi dicapai pada temperatur pemanasan 950oC, yaitu 65,32% dengan intensitas fasa β terendah, yaitu 13,16%. Sedangkan intensitas fasa α terendah dicapai pada temperatur pemanasan 1050oC, yaitu 42,46% dengan intensitas fasa β tertinggi, yaitu 35,53%. Laju pendinginan yang cepat menghasilkan α lath yang kecil dan tipis, sedangkan laju pendinginan yang lambat menghasilkan α lath yang lebih besar. Nilai modulus elastisitas tertinggi berada pada pemanasan dengan temperatur 1050oC dengan pendinginan udara sebesar 104,34 GPa. Nilai modulus elastisitas terendah berada pada pemanasan dengan temperatur 1050oC dengan pendinginan nitrogen cair sebesar 79,08 GPa
Pengaruh Temperatur Pemanasan Dan Laju Pendinginan Terhadap Struktur Mikro Dan Modulus Elastisitas Paduan Ti6al4v Untuk Aplikasi Biomedis
Jurnal Furnace Vol 5, No 1 (2022): MEI 2022
Publisher : Department of Metallurgical Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Paduan Ti6Al4V merupakan salah satu paduan titanium tipe α + β yang telah banyak digunakan dalam aplikasi biomedis, baik untuk pengganti tulang maupun basis gigi tiruan. Namun paduan tersebut memiliki nilai modulus elastisitas yang tidak sesuai dengan nilai modulus elastisitas tulang manusia. Dalam penelitian ini menjelaskan cara menurunkan nilai modulus elastisitas Ti6Al4V dengan proses heat treatment dan quenching. Proses heat treatment dan quenching bertujuan untuk merubah struktur mikro dan menurunkan modulus elastisitas paduan Ti6Al4V. As-cast Ti6Al4V dipanaskan dengan temperatur 700oC, 950oC, dan 1050oC selama 60 menit kemudian didinginkan dengan media pendingin udara, air es, dan nitrogen cair. Setelah proses heat treatment dan quenching dilakukan pengujian metalografi, pengujian SEM, pengujian XRD, dan pengujian ultrasonik untuk mengetahui perubahan struktur mikro dan nilai modulus elastisitas Ti6Al4V. Dalam penelitian ini intensitas fasa α tertinggi dicapai pada temperatur pemanasan 950oC, yaitu 65,32% dengan intensitas fasa β terendah, yaitu 13,16%. Sedangkan intensitas fasa α terendah dicapai pada temperatur pemanasan 1050oC, yaitu 42,46% dengan intensitas fasa β tertinggi, yaitu 35,53%. Laju pendinginan yang cepat menghasilkan α lath yang kecil dan tipis, sedangkan laju pendinginan yang lambat menghasilkan α lath yang lebih besar. Nilai modulus elastisitas tertinggi berada pada pemanasan dengan temperatur 1050oC dengan pendinginan udara sebesar 104,34 GPa. Nilai modulus elastisitas terendah berada pada pemanasan dengan temperatur 1050oC dengan pendinginan nitrogen cair sebesar 79,08 GPa

Page 1 of 1 | Total Record : 7