cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM
ISSN : -     EISSN : 24600059     DOI : -
Core Subject : Health,
Majalah Kedokteran Gigi Klinik or abbreviated to MKGK is a scientific periodical written in Indonesian language published by Dentistry Faculty of Gadjah Mada University twice a year on every June and December. The process of manuscript submission is open throughout the year
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 2 (2022)" : 5 Documents clear
Pengaruh pasta gigi fluorida dan low-abrasive fluoridated terhadap kekasaran permukaan gigi pasca home bleaching karbamid peroksida 20% Andina Widyastuti; Pribadi Santosa; Heribertus Dedy Kusuma Yulianto; Margareta Rinastiti; Raras Ajeng Enggardipta; Novia Sari Sulistyo
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.77047

Abstract

Bleaching merupakan prosedur pemutihan gigi yang pada saat ini banyak diminati oleh masyarakat. Salah satu efek bleaching adalah terjadinya peningkatan porusitas email sehingga gigi lebih rentan terhadap terjadinya karies. Remineralisasi diperlukan untuk meningkatkan kekerasan email, salah satunya dengan pemberian pasta gigi. Terdapat beberapa jenis pasta gigi yang beredar di pasaran, namun belum diketahui pasta gigi manakah yang terbaikuntuk digunakan pada pasien pasca bleaching. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pasta gigi fluorida dan pasta gigi low-abrasive fluoridated terhadap karakteristik permukaan gigi pasca aplikasi home bleaching menggunakan karbamid peroksida 20%. Penelitian ini menggunakan spesimen berupa 20 gigi premolar rahang atas yang sudah dilakukan ekstraksi, kemudian diberi perlakuan penyikatan dengan akuades, pasta giginonfluorida, pasta gigi fluorida, dan pasta gigi low-abrasive fluoridated. Uji kekasaran permukaan dilakukan sebelum bleaching, setelah bleaching, serta penyikatan setelah bleaching. Hasil uji ANAVA dua jalur menunjukkan nilai p < 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok perlakuan penyikatan gigi dan kelompok waktu pengujian kekasaran permukaan. Uji post-hoc multiple comparison test LSD menghasilkan terdapat perbedaaan kekasaran permukaan gigi yang bermakna antara kelompok penyikatan gigi dengan pasta gigi fluorida dan pastagigi low-abrasive fluoridated. Proses bleaching pada penelitian ini menunjukkan peningkatan kekasaran permukaan email gigi secara signifikan. Perlakuan penyikatan gigi menurunkan kekasaran permukaan email secara bermakna. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa proses penyikatan dengan pasta gigi pasca bleaching dapat mengembalikan kondisi kekasaran permukaan email yang mendekati saat sebelum dilakukan bleaching.Penggunaan pasta gigi fluorida dan pasta gigi low-abrasive fluoridated direkomendasikan untuk digunakan pada pasien pasca perawatan bleaching.
Pemanfaatan komponen biologi aktif tanaman sirih hijau (Piper betle L.) sebagai antibakteri dalam pencegahan karies gigi Jeffrey Jeffrey; Vinna Kurniawati Sugiaman
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.77192

Abstract

Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras yang paling sering terjadi di rongga mulut dan menjadi masalah kesehatan, terutama pada anak-anak berumur antara 5-12 tahun, baik di negara maju maupun negara berkembang. Proses pembentukan karies gigi disebabkan oleh Streptococcus mutans yang berkoloni membentuk biofilm pada permukaan gigi dan melakukan metabolisme sukrosa. Hal ini dapat menurunkan pH di rongga mulut karena bersifat asam sehingga menyebabkan terjadinya demineralisasi pada permukaan email gigi dan selanjutnya membentuk kavitas. Pengendalian biofilm umumnya menggunakan bahan dasar Chlorhexidine gluconate namun sayangnya memiliki berbagai efek samping maka perlu dikembangkan suatu upaya pencegahan sehingga mendapat alternatif bahan alami potensial dalam jangka panjang, ideal, dan aman dengan efek samping yang minimal serta dapat menggantikan bahan kimia. Tujuan naratif review ini adalah memaparkan sirih hijau sebagai salah satu bahan alam pengganti bahan kimia pengendali biofilm. Komponen biologi aktif daun sirih hijau seperti minyak atsiri golongan fenol, flavonoid, dan tanin memiliki sifat antibakteri yang bermanfaat untuk mencegah bau mulut, memelihara kesehatan gigi, memperkuat gusi, dan memperbaiki sistem pencernaan. Daun sirih hijau (Piper betle L.) dapat bermanfaat sebagai agen pencegahan karies karena kemampuannya dalam menghambat pembentukan biofilm pada permukaan gigi. Kesimpulan: daun sirih hijau aman dengan efek samping minimal sehingga dapat digunakan sebagai alternatif antibakteri dalam pencegahan pembentukan biofilm dan karies gigi.
Hidrofobisitas bakteri Pseudomonas aeruginosa ATCC 10145 setelah dipapar dengan ekstrak lidah buaya (Aloe vera) M. Eric Brilian; Regina Titi Christinawati Tandelilin; Tetiana Haniastuti; Alma Linggar Jonarta; Heribertus Dedy Kusuma Yulianto
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.77604

Abstract

Pseudomonas aeruginosa merupakan salah satu mikroorganisme dengan kemampuan melekat dan membentuk biofilm pada dental unit waterline yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial dan infeksi sekunder periapikal terutama pada pasien yang memiliki sistem imun yang rendah dan tidak stabil. Hidrofobisitas merupakan sifat fisikokimiawi utama yang berperan pada tahap awal adhesi bakteri dan pembentukan biofilm. Tanaman lidah buaya (Aloe vera) berpotensi menghambat perlekatan bakteri karena mengandung komponen aktif seperti tanin, flavonoid,saponin dan terpenoid. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak lidah buaya terhadap hidrofobisitas P. aeruginosa ATCC 10145. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris yang menggunakan sampel berjumlah 24 yang terbagi dalam empat kelompok yaitu satu kelompok kontrol negatif dan tiga kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok terdiri dari enam sampel. Lidah buaya diekstraksi denganmenggunakan metode maserasi kemudian diencerkan dengan menggunakan akuades. Pengamatan hidrofobisitas P. aeruginosa ATCC 10145 menggunakan metode pengukuran sudut kontak. Suspensi bakteri dicampur dengan akuades pada kelompok kontrol dan ekstrak lidah buaya pada subkelompok perlakuan dengan konsentrasi masingmasing 8,5%, 17%, dan 34%. Suspensi yang telah tercampur diinkubasi, kemudian didepositkan ke dalam membranfilter selulosa asetat. Pada membran filter selulosa asetat dilakukan drop-profile analysis dan dilanjutkan dengan pengukuran sudut kontak menggunakan software Image-J. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji One-way ANOVA dan dilanjutkan post hoc LSD (p < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks hidrofobisitas tertinggi terlihat pada kontrol negatif dan indeks hidrofobisitas terendah terlihat pada kelompok ekstrak lidah buaya dengankonsentrasi 34%. Hasil One-way ANOVA menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya pada semua kelompok signifikan dalam menurunkan hidrofobisitas P. aeruginosa ATCC 10145. Hasil LSD test menunjukkan bahwa ekstrak lidah buaya dengan konsentrasi 34% merupakan konsentrasi yang paling efektif dalam menurunkan hidrofobisitas P. aeruginosa ATCC 10145. Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak lidah buaya bermakna menurunkan hidrofobisitas P. aeruginosa ATCC 10145 dan konsentrasi 34% memiliki efek tertinggi dalam menurunkan hidrofobisitas P. aeruginosa ATCC 10145 dibandingkan dengan konsentrasi 8,5% dan 17%.
Proporsi klasifikasi maloklusi angle mahasiswa angkatan 2015 dan 2016 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Fadila Khairunnisa; N.R. Yuliawati Zenab; Deni Sumantri Latif
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.77745

Abstract

Maloklusi merupakan kondisi oklusi yang menyimpang dari keadaan normal, ditandai dengan ketidaksesuaian hubungan antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah. Maloklusi dapat dicegah dan diperbaiki melalui perawatan ortodonti. Studi epidemiologi mengenai prevalensi maloklusi merupakan hal penting dalam merencanakan tingkat perawatan ortodonti yang tepat. Metode klasifikasi angle relevan untuk dokter dan mencakup sebagian besar maloklusi yang diamati pada pasien. Angle mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan hubungan oklusal molar pertama menjadi tiga kelas, yaitu kelas I, kelas II, dan kelas III. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi klasifikasi maloklusi angle mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Penelitian observasional deskriptif dengan desain cross-sectional untuk mengetahui proporsi klasifikasi maloklusi angle mahasiswa angkatan 2015 dan 2016 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran dengan memeriksa relasi gigi molar rahang atas dan rahang bawah. Populasi penelitian berjumlah 188 model studi dan didapatkan sampel sebanyak 120 model studi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan maloklusi kelas I sebanyak 82 sampel (68,33%), kelas II sebanyak 5 sampel (4,17%), kelas II subdivisi sebanyak 17 sampel (14,17%), kelas III sebanyak 9 sampel (7,5%), dan kelas III subdivisi sebanyak 7 sampel (5,83%). Maloklusi kelas I paling banyak terjadi diikuti dengan kelas II subdivisi, kelas III, kelas III subdivisi, dan kelas II pada mahasiswa angkatan 2015 dan 2016 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.
Replantasi intensional fraktur gigi vertikal menggunakan mineral trioxide aggregate dan self adhesive resin cement terhadap pembentukan kolagen tipe I Tri Endra Untara; Yulita Kristanti; Andina Widyastuti
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.81868

Abstract

Replantasi intensional merupakan salah satu cara untuk mempertahankan gigi yang mengalami fraktur vertikal. Replantasi gigi dengan fraktur vertikal memerlukan kerapatan pada sisi fraktur dengan baik. Hal ini dapat dicapai dengan cara penempatan perekat fragmen fraktur yang tepat yang dapat diterima tubuh agar dicapai penyembuhan yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui reaksi regenerasi jaringan periradikuler dengan indikator pembentukan kolagen tipe I pada penggunaan self-adhesive resin cement dan mineral trioxide aggregate (MTA) sebagai bahan penutup garis fraktur. Penelitian menggunakan 27 ekor kelinci New Zealand jantan yang dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan. Kelompok I tanpa aplikasi bahan (kontrol), kelompok II dengan aplikasi MTA dan kelompok III dengan aplikasi self-adhesive resin cement. Pengamatan pembentukan kolagen tipe I dilakukan pada hari ke-7 (minggu I), hari ke-14 (minggu II) dan hari ke-21 (minggu III). Serum diambil dari darah kelinci melalui vena auricularis. Kadar kolagen tipe I diamati dengan rabbit collagen type I kit menggunakan teknik ELISA. Data dianalisis dengan analisis variansi dan post hoc LSD dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji statistik dengan analisis variansi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan (p < 0,05) penggunaan self-adhesive resin cement dan MTA sebagai penutup garis fraktur pada replantasi intensional fraktur gigi vertikal terhadap pembentukan kolagen tipe I. Pembentukan kolagen tipe I kelompok dengan aplikasi MTA lebih tinggi dari kelompok kontrol maupun kelompok self-adhesive resin cement pada pengamatan minggu II dan minggu III (p < 0,05). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pembentukan kolagen tipe I pada aplikasi MTA lebih tinggi daripada self-adhesive resin cement.

Page 1 of 1 | Total Record : 5