cover
Contact Name
Eko Ariwidodo
Contact Email
eko.ariwidodo@iainmadura.ac.id
Phone
+6285231042871
Journal Mail Official
jurnalkarsa@iainmadura.ac.id
Editorial Address
Gedung Rektorat Lt.2, Institut Agama Islam Negeri Madura, Jl. Raya Panglegur km.4 Pamekasan 69371
Location
Kab. pamekasan,
Jawa timur
INDONESIA
KARSA: Jurnal Sosial dan Budaya Keislaman (Journal of Social and Islamic Culture)
ISSN : 24423289     EISSN : 24424285     DOI : https://doi.org/10.19105/karsa
KARSA is a peer-reviewed national journal published by Institut Agama Islam Negeri Madura. It has been nationally accredited SINTA 2 since 2017 by Ministry of Research Technology and Higher Education of Republic Indonesia. It is published twice a year (June and December). It publishes articles of research results, applied theory studies, social issues, cultural studies, and Islamic culture issues. The aim of KARSA is to disseminate cutting-edge research that explores the interrelationship between social studies and (including) culture. The journal has scope and seeks to provide a forum for researchers interested in the interaction between social and cultural aspects across several disciplines. The journal publishes quality, original and state-of-the-art articles that may be theoretical or empirical in orientation and that advance our understanding of the intricate relationship between social science and culture. KARSA accepts manuscript with a different kind of languages are Indonesian, English, Arabic, or French.
Articles 14 Documents
Search results for , issue "MADUROLOGI 1" : 14 Documents clear
TIPOLOGI KIAI MADURA (Telaah Terhadap Silsilah dan Keberagamaan Prilaku Kiai-Kiai di Pamekasan) Muhlis Sholichin, Muhlis Sholichin
KARSA: Journal of Social and Islamic Culture MADUROLOGI 1
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/karsa.v11i1.147

Abstract

  M. Muhlis Sholichin   (Dosen tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan dan Peserta Program Doktor IAIN Sunan Ampel Surabaya) Abstrak : Ulama adalah waratsatul anbiya', karena itu predikat ulama tidaklah dapat diperoleh oleh sembarang orang. Secara sosiologis, fungsi ulama di Indonesia kususnya di Madura diperankan oleh Kiai baik sebagai penyampai ajaran maupun pemimpin umat. Karena itu, untuk memperoleh predikat ulama atau kiai, seseorang harus memiliki kharisma, integritas dan kapasitas keilmuan yang tinggi. Apabila dilihat dari prilaku dan keberagamaan mereka, terdapat beberapa tipe kiai mulai dari kiai nasab dan bukan nasab, kiai pesantren dan bukan pesantren, kiai politik dan kiai tarekat. Orang yang mendapatkan predikat ini mendapatkan kedudukan dan perlakuan yang sangat istimewa dalam masyarakat khususnya di kalangan masyarakat Pamekasan Madura. Kata Kunci : Ulama, Kiai, Nasab, Pesantren, Tarekat dan Politik   M. Muhlis Sholichin   (Dosen tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan dan Peserta Program Doktor IAIN Sunan Ampel Surabaya)       Abstrak : Ulama adalah waratsatul anbiya',  karena itu predikat ulama tidaklah dapat diperoleh oleh sembarang orang. Secara sosiologis, fungsi ulama di Indonesia kususnya di Madura  diperankan oleh  Kiai baik sebagai penyampai ajaran maupun pemimpin umat. Karena itu, untuk memperoleh predikat ulama atau kiai, seseorang harus memiliki kharisma, integritas  dan kapasitas keilmuan yang tinggi. Apabila dilihat dari prilaku dan keberagamaan mereka, terdapat beberapa tipe kiai mulai dari kiai nasab dan bukan nasab, kiai pesantren dan bukan pesantren, kiai politik dan  kiai tarekat. Orang yang mendapatkan predikat ini mendapatkan kedudukan dan perlakuan yang sangat istimewa dalam masyarakat khususnya di kalangan masyarakat Pamekasan Madura. Kata Kunci : Ulama, Kiai, Nasab, Pesantren, Tarekat dan Politik
IDENTITAS BUDAYA MADURA Taufiqurrahman, Taufiqurrahman
KARSA: Journal of Social and Islamic Culture MADUROLOGI 1
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/karsa.v11i1.143

Abstract

Taufiqurrahman   (Dosen tetap pada Jurusan Syari’ah Prodi Ahwal Al-Syahsiyah STAIN Pamekasan dan Pengapu Matakuliah Islam dan Budaya Madura)       Abstrak : Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang khas, unik, stereotipikal, dan stigmatik. Identitas budayanya itu dianggap sebagai deskripsi dari generalisasi jatidiri individual maupun komunal etnik Madura dalam berperilaku dan berkehidupan. Kehidupan mereka di tempat asal maupun di perantauan kerapkali membawa dan senantiasa dipahami oleh komunitas etnik lain atas dasar identitas kolektifnya itu. Akibatnya, tidak jarang di antara mereka mendapat perlakuan sosial maupun kultural  secara fisik dan/atau psikis yang dirasakan kurang proporsional. Berbagai deskripsi perilaku absurd orang-orang Madura terbiasa diungkap dan ditampilkan  misalnya, dalam forum-forum pertemuan komunitas intelektual (well-educated) sehingga kian mengukuhkan generalisasi identitas mereka dalam nuansa tersubordinasi, terhegemonik, dan teralienasi dari “pentas budaya” berbagai etnik lainnya sebagai elemen pembentuk budaya nasional.Dalam konteks religiusitas, masyarakat Madura dikenal memegang kuat (memedomani) ajaran Islam dalam pola kehidupannya kendati pun menyisakan “dilema,” untuk menyebut adanya deviasi/kontradiksi antara ajaran Islam (formal dan substantif) dan pola perilaku sosiokultural dalam praksis keberagamaan mereka itu. Pengakuan bahwa Islam sebagai ajaran formal yang diyakini dan dipedomani dalam kehidupan individual etnik Madura itu ternyata tidak selalu menampakkan linieritas pada sikap, pendirian, dan pola perilaku mereka. Kata Kunci : Madura, etnografi,identitas, perilaku,
EPISTEMOLOGI CAROK (Refleksi terhadap Struktur Dasar Kesadaran dalam Aktivitas Manusia Mengetahui) Hidayat, Ainurrahman
KARSA: Journal of Social and Islamic Culture MADUROLOGI 1
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/karsa.v11i1.148

Abstract

EPISTEMOLOGI CAROK (Refleksi terhadap Struktur Dasar Kesadaran dalam Aktivitas Manusia Mengetahui)
KEPEMIMPINAN [KHARISMATIK] KYAI DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT MADURA Edi Susanto, Edi Susanto
KARSA: Journal of Social and Islamic Culture MADUROLOGI 1
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/karsa.v11i1.146

Abstract

Edi Susanto   (Dosen tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan dan Peserta Program Doktor IAIN Sunan Ampel Surabaya)       Abstrak : Dalam hirarki sosial masyarakat Madura tradisional, kyai adalah elit sosial sekaligus elit keagamaan, sehingga menjadi figur sentral dan memainkan peran vital dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan dinamika sosial masyarakat Madura yang bergerak -secara lambat namun pasti- pada bandul progresivisme dan modernitas, fungsi kyai menjadi semakin terbatas dan berkurang, sehingga ia tidak lagi menjadi satu-satunya agent of social change. Dalam kondisi demikian, kepemimpinan kyai bukan lagi berada pada aras religio-paternalis-kharismatik, tetapi berpindah pada aras persuatif-partisipatif-rasional, sehingga reorientasi peran kyai di tengah dinamika masyarakat Madura merupakan hal yang mesti dilakukan. Kata Kunci : kepemimpinan Kyai, religio-paternalistik, persuatif partisipatif,
MASYARAKAT MADURA DAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTN; PERSPEKTIF TEOLOGI A'la, Abd.
KARSA: Journal of Social and Islamic Culture MADUROLOGI 1
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/karsa.v11i1.151

Abstract

Abd A’la   (Staf pengajar pada program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel dan Asiten Direktur Bidang Akademik pada lembaga yang sama)       Abstrak : Setiap pemanfaatan energi selalu memiliki resiko environmental. Resiko dalam dunia ilmu dapat ditolelir jika hal itu telah terkalkulasikan sehingga merupakan caculable risk. Sementara untuk energi nuklir, sampai saat ini, belum dapat dilakukan terutama terkait dengan teknologi pengamannya sehingga Fitjof Capra menyebutnya sebagai rasionalitas yang tidak bertanggung jawab. Masyarakat Madura merupakan komunitas Sunny dan dalam merespon setiap perkembangan selalu berjangkar pada prinsip-prinsip Sunny yang dicirikan dengan kehati-hatian dan moderasi. Terkait dengan rencana PLTN madura, masalah data tentang kebutuhan hal itu harus segera diperoleh untuk menjawab perlu tidaknya PLTN di Madura. Kekhwatiran bahwa kebutuan itu hanya merupakan rekayasa perusahaan reaktor nuklir patut di pertimbangkan karena memang sangat beralasan Kata Kunci : masyarakat madura, nuklir, PLTN
IDENTITAS BUDAYA MADURA Taufiqurrahman Taufiqurrahman
Karsa: Journal of Social and Islamic Culture MADUROLOGI 1
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/karsa.v11i1.143

Abstract

Taufiqurrahman   (Dosen tetap pada Jurusan Syari’ah Prodi Ahwal Al-Syahsiyah STAIN Pamekasan dan Pengapu Matakuliah Islam dan Budaya Madura)       Abstrak : Masyarakat Madura dikenal memiliki budaya yang khas, unik, stereotipikal, dan stigmatik. Identitas budayanya itu dianggap sebagai deskripsi dari generalisasi jatidiri individual maupun komunal etnik Madura dalam berperilaku dan berkehidupan. Kehidupan mereka di tempat asal maupun di perantauan kerapkali membawa dan senantiasa dipahami oleh komunitas etnik lain atas dasar identitas kolektifnya itu. Akibatnya, tidak jarang di antara mereka mendapat perlakuan sosial maupun kultural  secara fisik dan/atau psikis yang dirasakan kurang proporsional. Berbagai deskripsi perilaku absurd orang-orang Madura terbiasa diungkap dan ditampilkan  misalnya, dalam forum-forum pertemuan komunitas intelektual (well-educated) sehingga kian mengukuhkan generalisasi identitas mereka dalam nuansa tersubordinasi, terhegemonik, dan teralienasi dari “pentas budaya” berbagai etnik lainnya sebagai elemen pembentuk budaya nasional.Dalam konteks religiusitas, masyarakat Madura dikenal memegang kuat (memedomani) ajaran Islam dalam pola kehidupannya kendati pun menyisakan “dilema,” untuk menyebut adanya deviasi/kontradiksi antara ajaran Islam (formal dan substantif) dan pola perilaku sosiokultural dalam praksis keberagamaan mereka itu. Pengakuan bahwa Islam sebagai ajaran formal yang diyakini dan dipedomani dalam kehidupan individual etnik Madura itu ternyata tidak selalu menampakkan linieritas pada sikap, pendirian, dan pola perilaku mereka. Kata Kunci : Madura, etnografi,identitas, perilaku,
BHUPPA’-BHÂBHU’-GHURU-RATO (Studi Konstruktivisme-Strukturalis tentang Hierarkhi Kepatuhan dalam Budaya Masyarakat Madura) Moh. Hefni Moh. Hefni
Karsa: Journal of Social and Islamic Culture MADUROLOGI 1
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/karsa.v11i1.144

Abstract

Moh. Hefni   (Dosen tetap pada Jurusan Syari’ah Prodi Ahwal Al-Syahsiyah STAIN Pamekasan dan sedang menempuh Program Doktor Prodi Ilmu-ilmu Sosial UNAIR Surabaya)       Abstrak : Hingga saat ini, dalam kehidupan sosial-budaya masyarakat Madura terdapat referential standart kepatuhan terhadap figur-figur utama secara hierarkhis, yakni  bhuppa’-bhabhu’-ghuru-rato. Konsep bhuppa’-bhabhu’-ghuru-rato merupakan konstruksi kehidupan kolektif masyarakat Madura yang berlangsung selama periode sejarah yang relatif panjang. Karenanya, tulisan ini difokuskan pada persoalan mengapa orang Madura secara hierarkhis mematuhi figur-figur tersebut, dan sebagai manusia kreatif, bagaimana mereka merekonstruksi konsepsi kepatuhan tersebut dalam kehidupan sosialnya. Hasil analisis atas fakta-fakta yang ada terungkap bahwa terdapat determinasi struktur yang mengendap di dalam kesadaran kognitif dan mental masyarakat Madura sehingga mereka harus mematuhi figur-figur utama tersebut secara hierarkhis. Namun demikian, dalam perkembangan selanjutnya masyarakat Madura secara kreatif melakukan strukturisasi atas struktur “yang memaksa” tersebut sehingga terdapat modifikasi dalam konsep kepatuhan tersebut. Kata Kunci : bhuppa’-bhabhu’-ghuru-rato, habitus, subyektivisme, obyektivisme, agen, dan struktur.
REVITALISASI SEMANGAT BHUPPA’ BHĂBHU’ GHURU RATO DALAM MELIHAT MADURA KE DEPAN Sulaiman Sadik Sulaiman Sadik
Karsa: Journal of Social and Islamic Culture MADUROLOGI 1
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/karsa.v11i1.145

Abstract

A. Sulaiman Sadik   (Dosen Bahasa pada Universitas Madura (UNIRA)  Pamekasan dan Budayawan Madura)       Abstrak : Di antara tugas hidup manusia ialah memuliakan diri sendiri. Dorongan untuk membawa ke kemuliaan diri sendiri  ialah iman dan akhlak. Bilamana iman dan akhlak  tidak terdapat lagi  pada diri  manusia, maka turunlah derajatnya, hatinya akan gelap, yang tentunya hal seperti itu sangat berbahaya dan bisa mengancam kebahagiaan bersama. Karena ia akan buta mengerjakan  kebaikan-kebaikan yang memberi kemaslahatan kepada dirinya dan masyarakat sekelilingnya. Kiranya mengingat tugas hidup manusia seperti itulah leluhur Madura menyusun falsafah bhuppa’ bhâbhu’ ghuru rato, agar generasinya selalu berada dalam kemuliaan  hidup. Namun di sepanjang perjalanan, falsafah bhuppa’ bhâbhu’ ghuru rato selalu dibayangi sisi negatif, sebagaimana falsafah hidup lainnya di banyak etnis. Dari sisi inilah terlihat ketidakberdayaan manusia, dalam arti manusia memiliki keterbatasan  berfikir yang nyata, dan Allah telah  menurunkan agama sebagai aturan hidup bagi manusia. Kata Kunci : bhuppa’ bhâbhu’ ghuru rato
KEPEMIMPINAN [KHARISMATIK] KYAI DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT MADURA Edi Susanto Edi Susanto
Karsa: Journal of Social and Islamic Culture MADUROLOGI 1
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/karsa.v11i1.146

Abstract

Edi Susanto   (Dosen tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan dan Peserta Program Doktor IAIN Sunan Ampel Surabaya)       Abstrak : Dalam hirarki sosial masyarakat Madura tradisional, kyai adalah elit sosial sekaligus elit keagamaan, sehingga menjadi figur sentral dan memainkan peran vital dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan dinamika sosial masyarakat Madura yang bergerak -secara lambat namun pasti- pada bandul progresivisme dan modernitas, fungsi kyai menjadi semakin terbatas dan berkurang, sehingga ia tidak lagi menjadi satu-satunya agent of social change. Dalam kondisi demikian, kepemimpinan kyai bukan lagi berada pada aras religio-paternalis-kharismatik, tetapi berpindah pada aras persuatif-partisipatif-rasional, sehingga reorientasi peran kyai di tengah dinamika masyarakat Madura merupakan hal yang mesti dilakukan. Kata Kunci : kepemimpinan Kyai, religio-paternalistik, persuatif partisipatif,
TIPOLOGI KIAI MADURA (Telaah Terhadap Silsilah dan Keberagamaan Prilaku Kiai-Kiai di Pamekasan) Muhlis Sholichin Muhlis Sholichin
Karsa: Journal of Social and Islamic Culture MADUROLOGI 1
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19105/karsa.v11i1.147

Abstract

  M. Muhlis Sholichin   (Dosen tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan dan Peserta Program Doktor IAIN Sunan Ampel Surabaya) Abstrak : Ulama adalah waratsatul anbiya', karena itu predikat ulama tidaklah dapat diperoleh oleh sembarang orang. Secara sosiologis, fungsi ulama di Indonesia kususnya di Madura diperankan oleh Kiai baik sebagai penyampai ajaran maupun pemimpin umat. Karena itu, untuk memperoleh predikat ulama atau kiai, seseorang harus memiliki kharisma, integritas dan kapasitas keilmuan yang tinggi. Apabila dilihat dari prilaku dan keberagamaan mereka, terdapat beberapa tipe kiai mulai dari kiai nasab dan bukan nasab, kiai pesantren dan bukan pesantren, kiai politik dan kiai tarekat. Orang yang mendapatkan predikat ini mendapatkan kedudukan dan perlakuan yang sangat istimewa dalam masyarakat khususnya di kalangan masyarakat Pamekasan Madura. Kata Kunci : Ulama, Kiai, Nasab, Pesantren, Tarekat dan Politik   M. Muhlis Sholichin   (Dosen tetap pada Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan dan Peserta Program Doktor IAIN Sunan Ampel Surabaya)       Abstrak : Ulama adalah waratsatul anbiya',  karena itu predikat ulama tidaklah dapat diperoleh oleh sembarang orang. Secara sosiologis, fungsi ulama di Indonesia kususnya di Madura  diperankan oleh  Kiai baik sebagai penyampai ajaran maupun pemimpin umat. Karena itu, untuk memperoleh predikat ulama atau kiai, seseorang harus memiliki kharisma, integritas  dan kapasitas keilmuan yang tinggi. Apabila dilihat dari prilaku dan keberagamaan mereka, terdapat beberapa tipe kiai mulai dari kiai nasab dan bukan nasab, kiai pesantren dan bukan pesantren, kiai politik dan  kiai tarekat. Orang yang mendapatkan predikat ini mendapatkan kedudukan dan perlakuan yang sangat istimewa dalam masyarakat khususnya di kalangan masyarakat Pamekasan Madura. Kata Kunci : Ulama, Kiai, Nasab, Pesantren, Tarekat dan Politik

Page 1 of 2 | Total Record : 14