cover
Contact Name
Aqil Luthfan
Contact Email
walisongo@walisongo.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
aqilluthfan@walisongo.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan
ISSN : 08527172     EISSN : 2461064X     DOI : -
Core Subject : Humanities, Social,
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan is an international social religious research journal, focuses on social sciences, religious studies, and local wisdom. It is intended to communicate original research and current issues on the subject. The subject covers literary and field studies with various perspectives i.e. philosophy, culture, history, education, law, art, theology, sufism, ecology and much more.
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan" : 20 Documents clear
THE RECONSTRUCTION OF ISLAMIC THEOLOGY IN THE UNITY OF SCIENCES Yusriyah, Yusriyah
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.2.286

Abstract

As a result of the processes of thinking on theological concept, Islamic theology may change according to its social dynamics. In the contemporary, theology can be studied by interdisciplinary sciences, which eventually theology became the source of the birth of some sciences. Hence, the science produced by the understanding of monotheism will produce peaceful religion for the universe (raḥmatan li ’l-‘ālamīn). The data presented in this article derived from the study applying literature review on the related topics of writing. Applying qualitative approach, this article showed that religion and science have a point of tangency. Science helps to facilitate human beings in their religious living. Concerning to faith, science activities can strengthen the faith and arise the motivation to express something in recognizing more toward God as the center of unity of existence (tawḥīd). In order to integrate the belief and sciences, it is needed the effort of islamization of science and the effort to reconstruct theology into a format that make it possible to dialogue with the reality of current development of thinking.***Sebagai hasil dari pemikiran konsep teologis teologi Islam dapat berubah sesuai dengan dinamika sosial. Dalam era kontemporer teologi dapat dikaji oleh ilmu-ilmu interdisipliner, yang akhirnya teologi merupakan sumber lahirnya beberapa ilmu sehingga ilmu yang dihasilkan oleh pemahaman tawḥīd akan menghasilkan agama damai bagi alam semesta (raḥmatan li ’l-‘ālamīn). Data yang disajikan dalam artikel ini berasal dari penelaahan terhadap literatur yang terkait dengan topik penulisan. Dengan pendekatan kualitatif artikel ini menunjukkan bahwa agama dan sains memiliki titik singgung. Ilmu membantu memfasilitasi manusia dalam kehidupan keagamaannya. Dengan iman, kegiatan ilmiah dapat memper­kuat iman dan mem­buat motivasi untuk mengekspresikan sesuatu yang dapat menambah peng­akuan terhadap Allah sebagai pusat kesatuan eksistensi (tawḥīd). Untuk me­wujudkan ketersinggungan antara iman dan ilmu maka perlu islamisasi ilmu pengetahuan dan juga dalam upaya untuk merekonstruksi teologi ke format yang dapat berdialog dengan realitas perkembangan pemikiran yang berlangsung hari ini.
INDONESIAN ISLAMIC EDUCATION: TOWARDS SCIENCE DEVELOPMENT Ja'far, Handoko
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.2.309

Abstract

Education as the root of civilization has an important role in preparing human resources toward the effort of developing sciences. Nowadays, Moslem in the world are are divided into two attitudes: resisting and refusing the development of sciences. Both of the attitutes are needed to bridge wisely. It meant no one is burdened in facing modern sciences by the ways of appreciating the modern sciences, applying them appropriately and learning from the history of the development of knowledge in the glory age of Islam. This article tried to confirm that science as a result of education, is not only the representation of civilization but also the demonstration of the high value of civilization. In Indonesia, the idea to reconstruct the model of Islamic education is getting stronger in accordance with the development of modern education. In this context, the clasical knowledge as heritance needed to be transformed into the modern one. Transformation is something unavoidable by the institutions of Islamic education.***Pendidikan -sebagai akar peradaban- memiliki peran penting dalam menyiapkan sumber daya manusia menghadapi perkembangan ilmu. Saat ini, sikap umat Islam terbelah menjadi dua: menolak dan menerima perkembangan ilmu. Kedua sikap ini perlu ditengahi secara bijaksana. Caranya, merasa tidak terbebani dalam menghadapi sains modern dengan memberikan apresiasi dan menerapkannya secara benar. Di samping itu, dengan cara belajar dari sejarah perkembangan ilmu di masa kejayaan Islam. Artikel ini berusaha menegaskan bahwa ilmu penge­tahu­an sebagai buah dari pendidikan, tidak hanya menjadi representasi peradaban tetapi juga mampu menunjukkan tingginya nilai peradaban. Di Indonesia, gagasan untuk merekonstruksi model pendidikan Islam menguat seiring dengan per­kembangan pendidikan modern. Dengan demikian, meskipun pengetahuan klasik merupakan warisan, namun perlu dilakukan transformasi ilmu yang selaras dengan dunia modern. Perubahan merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh lembaga pendidikan Islam.
PESANTREN SAINS: EPISTEMOLOGY OF ISLAMIC SCIENCE IN TEACHING SYSTEM Yusuf, Mohamad Yasin
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.2.280

Abstract

Muslims around the world mostly was under the domination of the West in the mastery of science and technology. Establishing educational institutions that are based on science and technology is one of the ways to solve the problem.This study had the purpose to examine the epistemology of science in the teaching system in SMA Trensains boarding school Tebuireng Jombang. Applying the method of field research through qualitative approach and philosophical analyses, this study revealed that SMA Trensains Tebuireng Jombang applied "Islamic Science" in which science is constructed based on the revelation of God. It is meant that in Islamic epistemology, revelation and the Sunnah are the sources which are inspiring for building sciences. It is hoped that the building the Islamic epistemology of science will bear pious Muslim generation in religious field and proficient in science and technology, and it will impact to the glory of Islamic civilization in the future.***Pada umumnya, umat Islam di dunia ini berada di bawah dominasi Barat dalam penguasaan ilmu dan teknologi. Pendirian lembaga pendidikan yang didasarkan pada ilmu dan teknologi merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut. Kajian ini bertujuan untuk meneliti epistemologi ilmu dalam sistem pengajaran di SMA Trensains di pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Dengan menggunakan metode penelitian lapangan dan dengan pendekatan penelitian kualitatif serta analisis filosofis, kajian ini menemukan bahwa SMA Trensains Tebuireng Jombang menerapkan Sains Islam, di mana ilmu dibangun berdasar wahyu Tuhan. Maksudnya adalah bahwa dalam epistemologi Islam wahyu dan sunnah adalah sumber yang memberikan inspirasi bagi pembangunan ilmu pengetahuan. Diharapkan pembangunan epistemologi Islam untuk ilmu penge­tahuan akan melahirkan generasi Muslim yang shalih dalam bidang agama dan ahli dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, yang pada gilirannya akan memberikan dampak bagi kejayaan peradaban Islam di masa yang akan datang.
THE DEVELOPMENT OF SCIENCES IN AL-QUR'AN PERSPECTIVES Soleha, Soleha; Adrian, Adrian
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.2.287

Abstract

This research applied the method of interpretation and bi ’l-ra'y approach. It tried to reinvent the spirit of the Qur'an and Hadith to push humankind to develop science integratively and to make it beneficial for human beings and nature. The research confirmed that human beings as khalīfah fi ’l-arḍ, was given the right and freedom to explore what is on this earth and its contents with all its potential. Even in the Qur'an, Allah has made available all materials for the development of science, al ayah al-kawniyyah verses. Al-Qur'an as a resource of knowledge in Islam stated that one of the advantages human beings from the others is that they were endowed reason to search and explore science for the progress of human beings.***Penelitian ini dengan menggunakan metode interpretasi dan pendekatan bi ’l-ra'y, mencoba untuk menciptakan kembali semangat Qur'an dan Hadits untuk men­dorong manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan secara integratif dan membantu untuk manusia dan alam. Penelitian ini menegaskan bahwa manusia sebagai khalīfah fi ’l-arḍ, diberi hak dan kebebasan untuk dieksplorasi apa yang ada di bumi ini dan isinya dengan semua potensinya. Bahkan dalam al-Qur'an Allah telah menyediakan bahan-bahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, yang tentunya di sisi lain dengan ayat kawniyyah. Al-Qur'an sebagai sumber pengetahuan dalam Islam yang menyatakan bahwa salah satu keuntungan manusia dibandingkan makhluk yang lain adalah diberikan pikiran untuk men­cari dan mengeksplorasi ilmu pengetahuan untuk kemajuan manusia.
UNITY OF SCIENCES ACCORDING TO AL-GHAZALI Muhaya, Abdul
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.2.281

Abstract

The dichotomy of sciences caused both the positive and negative effects for development of civilizations; such as poverty, economic colonialism and dehumanization. Therefore, the unity of sciences is an interesting and important to be discussed for developing a new and prosperous civilization. This paper discussed the unity of sciences according to Imam al-Ghazali (d. 1111) and its urgency to the issue of human life. For al-Ghazali, science must be unified in the aspects of ontology, epistemology, and axiology. These three aspects of knowledge united in one entity; such as three angles in a triangle. From the pespective of ontology, knowledge comes from God and cannot be separated from God, so all sciences are commendable. Epistemologically, the nature of science is the light coming from the illumination light of God. Science can be obtained by optimizing the function of reason and through revelation or inspiration. The validity of science is depended on how and sources used to obtain it. Knowledge is not for knowledge, but knowledge for human prosperity. To realize the concept of the unity of sciences it is needed a hard work, patience and many-stage processes; namely equal treatment on scientific and religious knowledge, dialogue, integration and interconnection between science and the end is the unity of sciences..***Dikhotomi ilmu pengetahuan mengakinatkan efek positif dan negatif bagi per­kembangan peradaban, seperti kemiskinankolonialisme ekonomi, dan de­humani­sasi. Oleh karena itu kesatuan ilmu menarik dan penting untuk didiskusikan untuk pengembangan peradaban yang baru dan sejahtera. Tulisan ini membahas tentang kesatuan ilmu menurut Imam al-Ghazali (w. 1111) serta arti pentingnya bagi kehidupan manusia. Menurut Ghazali ilmu harus disatukan dalam suatu kesatuan; seperti halnya tiga sudut dalam sebuah segitiga. Dari perspektif ontologi, pengetahuan berasal dari Tuhan dan tidak dapat dipisahkan dari Tuhan, sehingga semua ilmu. Secara epistemologi, hakikat ilmu adalah cahaya yang berasal dari cahaya Tuhan. Ilmu dapat diperoleh dengan mengoptimalkan fungsi akal serta melalui wahyu atau inspirasi. Validitas ilmu tergantung pada cara serta sumber yang digunakan untuk memperolehnya. Untuk merealisasikan konsep kesatuan ilmu dibutuhkan kerja keras, kesabaran, dan proses yang bertahap; yaitu perlakuan sama terhadap ilmu pengetahuan dan ilmu agama, dialog, integrasi dan interkoneksi antara ilmu dan akhirnya adalah kesatuan ilmu.
AL-QUR’AN AND HUMAN MIND: THE FACTS OF SCIENCE DEVELOPMENT Aswirna, Prima; Fahmi, Reza
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.2.288

Abstract

The scientific facts claimed in the Qur'an are found in different discorces, including in the terms of creation, astronomy, human reproduction, oceanology, embroyology, zoology, and water cycle. This article explored the miracle of al-Qur’an on scientific knowledge, especially natural science. Applying the approach of descriptive analysis, this study was able to demonstrate the empirical facts about the miracle of al-Qur’an that have been discovered the scientific truth in science. This article also showed the limitations of human intellect to understand all the realities existing in this world, as well as advocated human beings on the importance of returning dialoging al-Qur'an and intellect in exploring science.***Fakta-fakta ilmiah yang diklaim dalam al-Qur'an ada di berbagai wacana, ter­masuk dalam hal ini penciptaan, astronomi, reproduksi manusia, oseanologi, embroyologi, zoologi, dan siklus air. Artikel ini ingin mengeksplorasi tentang keajaiban al-Qur'an dalam pengetahuan ilmiah, terutama dalam ilmu alam. Dengan pendekatan analisis deskriptif, penelitian ini mampu menunjukkan fakta empiris keajaiban al-Qur'an telah ditemukan kebenaran ilmiah dalam ilmu. Artikel ini juga menunjukkan keterbatasan kecerdasan manusia untuk me­mahami semua realitas yang ada di dunia ini. Serta mengajak kembali kepada manusia pentingnya untuk kembali mendialogkan antara al-Qur'an dan ke­cerdas­an dalam mengeksplorasi ilmu pengetahuan.
THE SIGNIFICANCE OF PHILOSOPHY OF SCIENCE FOR HUMANITY IN ISLAMIC PERSPECTIVE Zaprulkhan, Zaprulkhan
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.2.284

Abstract

In Islamic perspective, researching universe is not only investigate the universe materially but also what is behind the universe itself. So, the universe was not viewed autonomously. This paper tried to elaborate significance of philosophy of science for humanity in Islamic perspective by using three fundamental structures of knowledge, namely ontology, epistemology, and axiology. Both Islam and science have to put humanity as center for research. The paradigm of Islamic science opens up an integral-holistic thought, and can not be separated from axiological meaning, that the purposes toward the enlightenment, progress, welfare, safety, and happiness for the whole human being in this world. So, Islam and science could give the most important roles to human’s welfare and safety.***Dalam perspektif Islam, meneliti alam semesta tidaklah hanya mengkaji alam dari aspek materialnya, melainkan juga aspek spiritual di balik yang nyata sehingga alam semesta tidak dikaji secara berdiri sendiri. Tulisan ini mencoba meng­elaborasi tentang signifikansi filsafat sains untuk kemanusiaan dari perspektif Islam dengan menggunakan tiga unsur pokok pengetahuan: ontologi, episte­mo­logi dan aksiologi. Hasil kajian menunjukkan bahwa Islam dan sains sama-sama menjadikan nilai kemanusiaan sebagai objek penelitian. Paradigma ilmu penge­tahuan Islam itu membuka cakrawala berpikir yang menyeluruh dan terintegrasi, dan tidak dapat dipisahkan dari makna aksiologinya yang bertujuan untuk pencerahan, perkembangan, kesejahteraan, keselamatan, dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia di dunia. Oleh karena itu, Islam dan ilmu pengetahuan memberikan peran yang sangat penting bagi kesejahteraan dan keselamatan manusia.
CONTEXTUALIZATION OF SCIENTIFIC AND RELIGIOUS VALUES IN MULTICULTURAL SOCIETY Dalmeri, Dalmeri
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.2.285

Abstract

This paper is the result of research applying reflective philosophical approach that try to answer the the question about the integration of the values of science and the values of the Islamic religion to shape the character of college students and the contextualization of religious values in the development science and technology in the multicultural era such as Indonesia. The findings of this research is, that Islam as a religion has always advocated Muslims to always holds integration, because, religion and science are not contradictive. and controversial, but complementary. Such a perspective, factually was able to build positive character among students in Jakarta, because for them religion is seen as a driving force for the development of science and discovery in science and technology should be aligned with the values of Islam, so it is not pulled out from the roots of religious values sublime.***Tulisan hasil riset dengan pendekatan penelitian reflektif filosofis terhadap integrasi nilai-nilai sains dan nilai-nilai agama Islam ini, mencoba menjawab persoalan integrasi nilai-nilai sains dan nilai-nilai agama Islam untuk membentuk karakter mahasiswa perguruan tinggi dan kontekstulisasi nilai-nilai agama dalam perkembangan sains dan teknologi di era multikultural seperti Indonesia. Adapun temuan peneletian ini adalah, bahwa Islam sebagai sebuah agama selalu menganjurkan umatnya untuk selalu berpandangan integratif. Sebab, antara agama dan sains tidak bersifat kontradiktif dan berlawanan, melainkan saling melengkapi. Cara pandang seperti ini, ternyata mampu membentuk karakter positif di kalangan mahasiswa perguruan tinggi di Jakarta, sebab bagi mereka agama dipandang sebagai pendorong bagi perkembangan ilmu penge­tahuan dan penemuan sains dan teknologi harus diselaraskan dengan nilai-nilai Islam, sehingga tidak tercerabut dari akar nilai-nilai agama yang luhur.
THE PARADIGM OF THEO-ANTHROPO-COSMOCENTRISM: REPOSITION OF THE CLUSTER OF NON-ISLAMIC STUDIES IN INDONESIAN STATE ISLAMIC UNIVERSITIES Suharto, Toto
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.2.308

Abstract

State Islamic Universities (UIN) in Indonesia nowadays has developed their study courses by opening the faculty of social science and humanities and the faculty of the natural science. This development is constitutionally “has gone beyond” scientific mandate of UIN, which only had the authority to execute the education in the cluster of religious sciences. Applying the approach of philosiphy of knowledge, this paper tried to commit the reposition the sciences of non Islamic studies cluster in UIN so that there is no gap between the two clusters, by offering the application of the paradigm of theo-antropo-cosmosentrism. Applying content analysis on texts related to the theme of the study, this paper offered the integration model of "Triangle of Science" which is based on the paradigm of Theo-anhropo-cosmosentrism. This paradigm tried to integrate the paradigms of theocentrism, anthropocentrism and cosmocentrism.***Universitas Islam Negeri (UIN) di Indonesia dewasa ini telah mengembangkan wilayah studi Islamnya dengan membuka fakultas dalam ilmu-ilmu sosial-humaniora dan ilmu-ilmu kealaman. Perkembangan ini secara konstitusional telah “melampaui batas” mandat keilmuan UIN, yang hanya diberi kewenangan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam rumpun ilmu agama. Tulisan ini dengan pendekatan filsafat ilmu mencoba mereposisi ilmu-ilmu non-rumpun ilmu agama yang ada di UIN, sehingga tidak terjadi gap antar keduanya, dengan menawarkan penggunaan paradigma teo-antropo-kosmosentrisme. Dengan analisis isi terhadap teks-teks yang terkait dengan tema kajian, tulisan ini menawarkan model integrasi “Segitiga Ilmu” yang berbasiskan pada paradigma teo-antropo-kosmosentrisme. Paradigma ini mencoba mengintegrasikan antara paradigma teosentrisme, antroposentrisme dan kosmosentrisme.
ISLAMIC SCIENCE, NATURE AND HUMAN BEINGS: A DISCUSSION ON ZIAUDDIN SARDAR'S THOUGHTS Sa’dan, Masthuriyah
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.2.278

Abstract

Currently the development of western science has been very advanced. However, the development of western science only concerns towards big profits without any consideration about the side effects of science development itself. The western science has marginalized the aspects of metaphysics and theology so that the western science arises materialistic characteristics for human beings, ecological damage, and disharmonic situations between nature and human. This writing discussed Ziauddin Sardar thoughts about Islamic science applying descriptive analysis approach. In Sardar’s thoughts, Muslim community must not follow western science; nevertheless, Muslim community may have Islamic science, having the Islamic characteristic and value. The characteristics of Islamic science cannot be separated from the ten parameters such as tawḥīd, khilāfah, ’ibādah, ’ilm, ḥalāl, ḥarām, ’adl, ẓulm, istiṣlāḥ and diyā’.***Pada era sekarang ini perkembangan sains telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Namun kemajuan sains hanya mengambil keuntungan sebesar-besarnya, tanpa memikirkan dampak dari perkembangan sains itu sendiri. Sains telah memarginalkan sisi metafisika dan teologi sehingga sains Barat me­nimbul­kan sifat materialistis bagi manusia, kerusakan ekologi, dan ketidak­harmonisan antara alam dan manusia. Tulisan ini mengkaji pemikiran Ziauddin Sardar tentang sains Islam dengan pendekatan analisis deskriptif. Dalam pandangan Sardar, masyarakat Muslim tidak harus mengekor sains Barat, akan tetapi masyarakat Muslim bisa memiliki sains sebagai karakteristik sains yang bercorak dan bernilai Islam yakni sains Islam. Adapun karaketeristik sains Islam tidak lepas dari sepuluh parameter yang meliputi tawḥīd, khilāfah, ’ibādah, ’ilm, ḥalāl, ḥarām, ’adl, ẓulm, istiṣlāḥ dan diyā’.

Page 1 of 2 | Total Record : 20