cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur´an dan Tafsir
ISSN : 25281054     EISSN : 25408461     DOI : -
Core Subject : Religion,
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir [2528-1054] is peer-reviewed journal dedicated to publish the scholarly study of Qur’an from many different perspectives. Particular attention is paid to the works dealing with: Qur’anic Studies, Qur’anic sciences, Living Qur'an, Qur’anic Stuides accros different areas in the world (The Middle East, The West, Archipelago and other areas), Methodology of Qur’an and Tafsir studies. publishes twice in the year (June and December) by Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 2 (2022): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir" : 5 Documents clear
EPISTEMOLOGI DAN TENDENSI PENAFSIRAN DALAM TAFSIR MELAYU-JAWI: STUDI TAFSIR Q.S. AL-FA>TIH}AH DALAM TARJUMA>N AL-MUSTAFI>D KARYA ABDUL RAUF AL-SINGKILI DAN TAFSIR NU>R AL-IH}SA>N KARYA SAID BIN UMAR AL-KEDAH Wendi Parwanto
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 7, No 2 (2022): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-bayan.v7i2.16748

Abstract

Adagium perbedaan domisili, generasi dan latarbelakang keilmuan akan berpengaruh dalam penafsiran yang dilakukan. Demikian juga Al-Singkili dan Said b. Umar adalah dua mufasir berbeda dari segi domisili dan generasi. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji bagaimana penafsiran keduanya terhadap QS. Al-Fa>tih}ah. Penelitian ini adalah jenis kepustakaan dengan fokus studi mengungkap kecenderungan penafsiran dan epistemologi tafsir atas QS. Al-Fa>tih}ah. Kesimpulan artikel ini adalah: Pertama, kecenderungan Penafsiran Al-Singkili cenderung menafasirkan secara literal-tekstual dan bertendensi pada qiraat. Sedangkan Said b. Umar cenderung literal-semi kontekstual dan bertendensi pada tasawuf. Kedua, Epsitemologi Tafsir, Al-Singkili menggunakan sumber Qiraat dan menggunakan metode tafsir tekstual, sedangkan Said b. Umar mengguanakan ra’yi, dengan model tafsir tekstual. Kemudian aspek validitas tafsir, tafsir Tarjuma>n Al-Mustafi>d dan Nu>r al-Ih}sa>n  cukup berkontribusi dalam pengembangan pengetahuan Islam di ruang kesultanan Aceh dan Kedah.
RELASI KUASA DALAM TERJEMAHAN THE MESSAGE OF THE QUR’AN: TAFSIR AL-QUR’AN BAGI ORANG-ORANG YANG BERPIKIR KARYA MUHAMMAD ASAD Muhammad Khoirul Anwar Muhammad Khoirul Anwar
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 7, No 2 (2022): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-bayan.v7i2.16823

Abstract

Terjemahan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia sangat banyak sekali, tetapi masih sedikit yang melakukan riset lebih jauh terkait penerjemahan karya-karya tersebut. Padahal ada banyak aspek yang perlu dilihat sebagai konteks buku-buku hasil terjemahan. Tujuan dari artikel ini adalah melakukan eksplorasi terhadap terjemahan dari karya tafsir The Message of The Qur’an: Tafsir Al-Qur’an bagi Orang-orang yang Berpikir karya Muhammad Asad yang publikasikan versi Bahasa Indonesianya oleh penerbit Mizan dari Bahasa Inggris. Hasil terjemahan ini melengkapi terjemahan-terjemahan karya tafsir yang berasal dari teks berbahasa Arab dan juga terjemahan Al-Qur’an ke bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Teori yang digunakan dalam riset ini adalah relasi kuasa Michel Foucault untuk menganalisa kerja penerjemah dari obyek yang diterjemahkan. Hasil riset ini mendukung pendapat Fawcett bahwa penerjemah berkuasa melakukan sensor terhadap bahasa dan juga menguatkan temuan Riddel dan Rohmana bahwa penerjemahan dapat digunakan untuk tujuan membentuk konteks sosial tertentu. Hasil dari riset ini menunjukkan bahwa tim penerjemah berperan secara dominan penyajikan bahasa pilihan sebagai terjemahan yang dinilai tepat dari bahasa asli sambil menegaskan bahwa bahasa yang dipilih di satu sisi taat aturan dengan standar dari sumber asli, tetapi di sisi yang lain harus disesuaikan dengan bahasa populer di Indonesia agar bisa dipahami oleh pembaca Indonesia.
PENGARUH PEMBAHARUAN TERHADAP PERKEMBANGAN TAFSIR DI INDONESIA TAHUN 1900-1945 Dadang Darmawan
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 7, No 2 (2022): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-bayan.v7i2.25193

Abstract

Latar belakang masalah dari penelitian ini adalah kegiatan penafsiran yang secara tiba-tiba bermunculan pada awal abad ke-20 setelah vakum selama hampir tiga abad. Studi awal menunjukkan bahwa semua karya tafsir yang lahir pada awal abad ke-20 ternyata ditulis oleh tokoh-tokoh pembaharuan Islam. Penelitian bertujuan untuk membuktikan apakah ada hubungan antara gerakan pembaharuan Islam dengan munculnya kegiatan penulisan tafsir Alquran di Indonesia pada awal abad ke-20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pembaharuan Islam terhadap tafsir di Indonesia dapat dilihat dalam tiga hal: Pertama, adanya momentum yang sama antara kebangkitan gerakan pembaharuan Islam dan tafsir di Indonesia. Kedua, para mufasir pada awal abad ke-20 umumnya adalah para pembaharu.. Ketiga, pada awal abad ke-20 telah terjadi perubahan-perubahan yang sangat signifikan dalam struktur tafsir di Indonesia. Perubahan tersebut diakibatkan oleh --atau sesuai dengan-- agenda-agenda gerakan pembaharuan Islam terutama dengan agenda utamanya “kembali kepada Alquran dan Sunah”. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, penelitian ini menyimpulkan bahwa pembaharuan Islam pada paruh pertama abad ke-20 memang telah mempelopori dan mempengaruhi perkembangan tafsir Alquran di Indonesia. Pengaruh ini begitu besar sehingga sulit untuk membayangkan bahwa tafsir di Indonesia akan mencapai tingkat yang sekarang, tanpa gerakan pembaharuan Islam
PREFERRED WORD CHOICE: VARIATION OF TRANSLATIONS IN SUNDANESE QUR’ANIC TRANSLATION AND TAFSIR Irma Riyani
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 7, No 2 (2022): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-bayan.v7i2.25210

Abstract

Translating the Qur’an into other languages is an urgent task following the spread of Islam not only to Arabic-speaking countries but also all over the world including Indonesia. The purpose of this article is to examine the process of the Qur’anic translation in the Sundanese Qur’anic translation and tafsir. This article investigates various preferred words choices by ulama in four Sundanese Translation and Tafsir namely: Qur’an Miwah Terjemah Dina Basa Sunda (QMTDBS, hereafter) published by the team members of West Java Ministry of Religious Affairs in 2005; 2) Tafsir Al Qur’an Basa Sunda (TQBS, hereafter), also published by West Java Ministry of Religious Affairs in 1981, 3) Tafsir Ayat Suci Lenyepaneun (TASL, hereafter); and 4) Roudhatul Irfan (RI, hereafter) written by K.H. Ahmad Sanoesi. Special attention is directed to investigating three aspects namely: 1) The procedure of using plural forms; 2) The usage of language levels; and 3) The preference of word choices for the translation of the same Arabic word. This research employs a qualitative method with content analysis of the text of Sundanese tafsir from different eras to accommodate the use of the Sundanese language in the changing society. The philological analysis also utilizes to scrutinize different word–by–word translations in these three texts. This research shows that: (1) There are differences in using plural forms from the source language into the targeted language in these Sundanese tafsir. For QMTDBS, they mostly eschewed the plural structure systematized in the Sundanese language. To our analysis, the shifting usage of the first aspect (1-plural) related to formulating the simple translation (uncomplicated) by eliminating one of the plural forms. The second aspect (2- language level) from coarse/refined to more refine language is associated with the changing society in Sundanese. The Qur’an which is positioned as sacred text represented high society and therefore uses more refined language. The third category (3) of various dictions usage is connected to territorial and context conventions which certainly influence the meaning-making of the translation process. Some Sundanese-translated words may not represent the equivalent meaning of the source language and it becomes one of the limitations in the translation process. 
AMTSAL AL-QUR’AN DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN NILAI Izzah Faizah Siti Rusydati Khaerani
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 7, No 2 (2022): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/al-bayan.v7i2.25062

Abstract

Perumpamaan (Amtsal) salah satu gaya bahasa yang digunakan al-Qur’an untuk menyampaikan pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an. Kajian ini selalu menarik karena banyak yang mengkajinya dalam berbagai prespektif, namun demikian  belum ditemukan amtsal dibaca dengan perspektif pendidikan nilai. Melalui metode analisis isi, penelitian ini menemukan bahwa penggunaan simbol-simbol yang dijadikan alat perumpamaan atau yang diserupakan (musyabbah) dalam amtsal Al-Qur’an bersifat universal.  Ia mampu dimengerti, dipahami dan disepakati oleh setiap orang, baik konkret maupun abstrak. Ada tiga model pendidikan nilai yang ditemukan dalam amtsal Al-Qur;an, Pertama,  teknik mengungkap nilai melalui perumpamaan (amtsal), nilai-nilai abstrak yang sulit dipahami menjadi nilai-nilai konkrit yang dapat divisualisasikan dalam bentuk prilaku. Kedua, model analis nilai; penggunaan alat yang diserupakan (musyabbah) menjadi instrumen untuk menganalisis nilai, agar nilai itu terungkap, selanjutnya menimbulkan kesadaran untuk mengetahui baik buruk dan benar sakah. Ketiga, model pengembangan kognitif, melalui amtsal Al-Qur’an pengetahuan tentang nilai terus berkembang menjadi kesadaran untuk betindak.  Secara tidak langsung amtsal Al-Qur’an mengajarkan untuk menggunakan simbol-simbol universal dalam  menyampaikan pesan terutama dalam bentuk perumpamaan. Ini penting agar mudah dalam mengungkap nilai, menganalisis dan dijadikan landasan untuk bertindak.

Page 1 of 1 | Total Record : 5