cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental
Published by Universitas Airlangga
ISSN : 25280104     EISSN : 25285181     DOI : -
Core Subject : Health,
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental adalah terbitan berkala yang menyajikan kajian empirik, kajian teoritik dan ulasan buku yang berkaitan dengan isu-isu terkini dalam kajian psikologi dan kesehatan mental. INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental awalnya bernama INSAN Media Psikologi. Namun pada tahun 2016, INSAN Media Psikologi berubah namanya menjadi INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental dengan tujuan mencakup kajian Kesehatan Mental secara spesifik, sekaligus mendukung keunggulan Fakultas Psikologi Unair, yaitu kajian Kesehatan Mental.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 5 No 1 (2020): INSAN JURNAL PSIKOLOGI DAN KESEHATAN MENTAL" : 7 Documents clear
Proses Kematangan Emosi Pada Individu Dewasa Awal yang Dibesarkan dengan Pola Asuh Orang Tua Permisif Dina Rahma Adila; Afif Kurniawan
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 5 No 1 (2020): INSAN JURNAL PSIKOLOGI DAN KESEHATAN MENTAL
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V5I12020.21-34

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran proses kematangan emosi individu dewasa awal yang dibesarkan dengan pola asuh orang tua permisif dilihat dari manifestasi kematangan emosi dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses kematangan emosi individu. Kematangan emosi termanifestasi melalui tiga dimensi yaitu kontrol emosi, pemahaman diri, dan fungsi kritis mental serta dipengaruhi faktor individu, lingkungan dan pengalaman dalam proses pencapaiannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik studi kasus intrinsik yang melibatkan empat individu dewasa awal. Teknik penggalian data menggunakan wawancara kualitatif dengan pedoman umum. Teknik analisis data menggunakan metode analisis tematik theory driven. Pemantapan kredibilitas penelitian dilakukan dengan membercheck. Hasil penelitian menunjukkan pola asuh orang tua permisif berdampak pada proses kematangan emosi individu dewasa awal baik secara positif maupun negatif, ditandai dengan keadaan serta pengelolaan emosi yang terganggu, proses pencapaian pemahaman diri yang terbangun dari faktor di luar keluarga, dan fungsi kritis mental yang berkembang.
Coping Stress Pascacerai: Kajian Kualitatif Pada Ibu Tunggal Ario Chandra Jonathan; Ike Herdiana
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 5 No 1 (2020): INSAN JURNAL PSIKOLOGI DAN KESEHATAN MENTAL
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V5I12020.71-87

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika stress pasca perceraian dan strategi coping yang digunakan ibu tunggal yang bekerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Partisipan dalam penelitian ini adalah tiga orang. Ketiga partisipan menjadi ibu tunggal akibat bercerai dengan suami dan memiliki hak asuh penuh atas anak mereka. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan pemberian kuesioner gejala stress.Hasil penelitian menunjukan dinamika stress pada ibu tunggal melibatkan gejala stress, sumber stress, dan respon terhadap stress. Pasca bercerai dengan suami ibu tunggal menunjukan gejala stress berupa meningkatnya tekanan darah, mudah marah, sering menunda pekerjaan, perubahan pola makan, peningkatan pola konsumsi rokok, dan gangguan tidur. Sumber stress pada ketiga partisipan adalah hadirnya ‘orang ketiga’ dalam rumah tangga mereka. Respon terhadap stress yang ditunjukan ketiga partisipan adalah anxiety, anger and aggression, dan cognitive impairment. Pada penelitian ini juga ditemukan perbedaan penghayatan emosi terhadap stressor perceraian antar ibu tunggal. Partisipan 1 dan 3 memiliki penghayatan emosi yang cenderung negatif terhadap perceraiannya dan menganggap stressor tersebut sebagai traumatic event. Sedangkan partisipan 2 memiliki penghayatan emosi yang positif terhadap perceraiannya dan hanya menganggap stressor minor sehingga bisa cepat bangkit dari keterpurukan. Coping stress pasca perceraian yang dilakukan ibu tunggal yang bekerja meliputi planfull problem solving, confrontative, seeking for social support, distance, escape/avoidance, positive reappraisal, self-control, dan acceptance responsibility. Dari hasil penelitian ini ditemukan pula kompleksitas stressor pada partisipan yang menyebabkan multiple stress. Temuan ini berbanding lurus dengan penelitian Chinaveh (2013) dimana individu yang gagal mengatasi tekanan-tekanan akan mengalami kelelahan mental dan fisik atau terserang penyakit.
Cyberbullying Victimization dan Kesehatan Mental pada Remaja Fifyn Srimulya Ningrum; Zaujatul Amna
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 5 No 1 (2020): INSAN JURNAL PSIKOLOGI DAN KESEHATAN MENTAL
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V5I12020.35-48

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cyberbullying victimization dengan kesehatan mental pada remaja. Sampel penelitian sebanyak 209 partisipan (102 laki-laki dan 107 perempuan) dengan rentang usia 16-18 tahun yang dipilih menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara cyberbullying victimization dan kesehatan mental pada remaja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa remaja yang memiliki pengalaman lebih rendah sebagai korban cyberbullying memiliki kesehatan mental yang positif. Sebaliknya, remaja yang memiliki pengalaman lebih tinggi sebagai korban cyberbullying memiliki kesehatan mental yang negatif. Kesimpulannya, hasil menunjukkan bahwa korban cyberbullying di media sosial dikaitkan dengan kesehatan mental pada remaja, baik berdampak positif maupun negatif.The aim of the study was to determine the relationship between cyberbullying victimization and mental health in adolescents. A total of 209 adolescents, consisting of 102 males and 107 females, with age ranges 16-18 years, were selected using purposive sampling technique as research participants. The result has shown that there was a negative significant correlation between cyberbullying victimization and mental health in adolescents. The result also showed that adolescent with less experience as cyberbullying victim would have positive mental health while adolescent with more experience as cyberbullying victim have negative mental health. In conclusion, this result showed that a cyber-victim on social media was associated with mental health, whether it's a positive effect or negative affect.
Pengaruh Organizational Constraints dan Kepribadian Terhadap Work Engagement Pada Relawan Fermansyah Bagus Yudha Pratama; Dewi Syarifah
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 5 No 1 (2020): INSAN JURNAL PSIKOLOGI DAN KESEHATAN MENTAL
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V5I12020.1-12

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh organizational constraints dan kepribadian terhadap work engagement pada relawan. Penelitian mengenai work engagement pada konteks pekerjaan tidak dibayar seperti relawan masih terbatas (Vecina, Chacon, Sueiro, & Barron, 2012). Adanya turnover yang terjadi pada relawan di organisasi non-profit mengindikasikan rendahnya work engagement pada relawan (Scherer, Allen, & Harp, 2015). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan jumlah subjek 141 relawan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Organizational Constraints Scale (OCS) (Liu, Nauta, Li, & Fan, 2010), Big Five Inventory (BFI) versi Indonesia (Ramdhani, 2012), dan Utrecth Work Engagement Scale (UWES) versi relawan (Vecina, Chacon, Sueiro, & Barron, 2012). Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji regresi berganda dalam IBM SPSS 22 for Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan organizational constraints dan kepribadian berpengaruh terhadap work engagement relawan. Sementara dimensi yang berpengaruh terhadap work engagement relawan yaitu dimensi interpersonal constraints dan agreeableness.
Pengalaman Mempertahankan Komitmen Berpasangan pada Perempuan Dewasa Awal yang Menjalani Hubungan dengan Laki-Laki yang Memiliki Penyakit Kronis Ida Ayu Gede Kusumaastuti Widihapsari; Syntia Agung Liana Puspita; Ni Made Dyah Sathya Pradnyadari; Dian Rakhmawati; I Dewa Ayu Maythalia Joni
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 5 No 1 (2020): INSAN JURNAL PSIKOLOGI DAN KESEHATAN MENTAL
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V5I12020.49-60

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman mempertahankan komitmen berpasangan pada perempuan dewasa awal yang menjalani hubungan dengan laki-laki yang memiliki penyakit kronis. Komitmen merupakan segala kekuatan baik positif maupun negatif yang berfungsi untuk mempertahankan individu dalam suatu hubungan. Orang yang merasa terikat pada suatu hubungan dengan orang lain akan senantiasa berada bersama-sama dengan orang itu dalam suka maupun duka (Taylor, Peplau, & Sears, 2009). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian fenomenologi. Penelitian ini melibatkan satu orang subjek perempuan dewasa awal berusia 31 tahun yang menjalani hubungan berpasangan selama 13 tahun dengan laki-laki yang memiliki penyakit kronis. Teknik penggalian data pada penelitian ini menggunakan wawancara dengan pertemuan sebanyak dua kali dengan partisipan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis interpretative phenomenological analysis (IPA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipan memiliki pandangan yang berbeda mengenai komitmen berpasangan. Selama menjalani hubugan berpasangan, partisipan juga menghadapi beragam tantangan yang memengaruhi komitmennya. Faktor-faktor yang memperkuat komitmen berpasangan yang didapatkan melalui penelitian ini juga bervariasiPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman mempertahankan komitmen berpasangan pada perempuan dewasa awal yang menjalani hubungan dengan laki-laki yang memiliki penyakit kronis. Komitmen merupakan segala kekuatan baik positif maupun negatif yang berfungsi untuk mempertahankan individu dalam suatu hubungan. Orang yang merasa terikat pada suatu hubungan dengan orang lain akan senantiasa berada bersama-sama dengan orang itu dalam suka maupun duka (Taylor, Peplau, & Sears, 2009). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian fenomenologi. Penelitian ini melibatkan satu orang subjek perempuan dewasa awal berusia 31 tahun yang menjalani hubungan berpasangan selama 13 tahun dengan laki-laki yang memiliki penyakit kronis. Teknik penggalian data pada penelitian ini menggunakan wawancara dengan pertemuan sebanyak dua kali dengan partisipan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis interpretative phenomenological analysis(IPA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipan memiliki pandangan yang berbeda mengenai komitmen berpasangan. Selama menjalani hubugan berpasangan, partisipan juga menghadapi beragam tantangan yang memengaruhi komitmennya. Faktor-faktor yang memperkuat komitmen berpasangan yang didapatkan melalui penelitian ini juga bervariasi
Resiliensi pada Remaja Tunadaksa yang Mengalami Bullying Melinda Oviyanti; Wiwin Hendriani
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 5 No 1 (2020): INSAN JURNAL PSIKOLOGI DAN KESEHATAN MENTAL
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V5I12020.13-20

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiliensi yang ditinjau dari teori Grotberg. Sumber resiliensi, sebagaimana dinyatakan oleh Grotberg, dibagi menjadi 3 dimana terdapat sumber I am, I have, dan I can. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus intrinsik. Pemilihan partisipan menggunakan purposive sampling dengan metode screening resilience. Partisipan berjumlah 3 remaja perempuan yang terdiri dari seorang remaja berusia 14 tahun dan 2 remaja berusia 15 tahun. Proses pengambilan data menggunakan wawancara dan dianalisis menggunakan analisis tematik theory-driven. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga partisipan memiliki bentuk coping stress yang berbeda untuk menuju resiliensi. Partisipan 3 memiliki resiliensi paling menonjol di antara partisipan lain, dan meskipun terdapat banyak adversity yang dialami, partisipan 3 menunjukkan resiliensi yang tinggi melalui indikator I am. This study aimed to overview the Grotberg's resilience theory. The source of resilience, as stated by Grotberg, is divided into 3 which include "I am", "I have", and "I can". This was qualitative intrinsic case study. The participants were chosen by purposive sampling with resilience screening methods. There were 3 female adolescent participants; one aged 14 years old and the other two aged 15 years old. The data were collected using interviews and analyzed using theory-driven thematic analysis. The result of this study indicated that the participants had different forms of coping stress towards resilience. Participant 3 was the most prominent among other participants, and although participant 3 experienced adversity, the participant demonstrated a high resilience as evidenced through the "I am" indicator.
Etos Kerja Pada Anggota Kepolisian Ditinjau dari Persepsi Dukungan Organisasi dan Dukungan Sosial Keluarga Ekshalanty Permata; Aditya Nanda Priyatama; Pratista Arya Satwika
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 5 No 1 (2020): INSAN JURNAL PSIKOLOGI DAN KESEHATAN MENTAL
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V5I12020.61-70

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan antara persepsi dukungan organisasi dan dukungan sosial keluarga dengan etos kerja, 2) hubungan persepsi dukungan organisasi dengan etos kerja,  3) hubungan dukungan sosial keluarga dengan etos kerja. Sampel penelitian ini berjumlah 61 orang anggota kepolisian. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Analisis data penelitian dilakukan menggunakan analisis regresi ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan nilai F(61)=27.420, df=2, nilai p=.000, R=.697, yang berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi dukungan organisasi dan dukungan sosial keluarga dengan etos kerja. Secara parsial, terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi dukungan organisasi dengan etos kerja (rx|y= 0,410; p=0,001) dan terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan etos kerja (rx|y= 0,334; p=0,009). Nilai R2 dalam penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi dukungan organisasi dan dukungan sosial keluarga secara bersama-sama memberikan sumbangan efektif sebesar 48,6% terhadap etos kerja.Kata kunci: dukungan sosial keluarga, etos kerja, persepsi dukungan organisasi                                                                                                                                                                                ABSTRACTThis study aims to identify: 1) relation between perceived organizational support and family social support with work ethos, 2) relation between perceived organizational support with work ethos 3) relation between family social support with work ethos. This study was conducted on 61 active police department officers, selected by using cluster random sampling method. This study was using quantitative approach. Data analysis used multiple regression analysis technique. Result shows the score of F(61)=27.420, df=2, p=.000, R=.697, which means that there is a significant, positive correlation between perceived organizational support and family social support with work ethos. Partially, there is a significant, positive correlation between perceived organizational support with work ethos (rx|y= 0,410; p=0,001 < 0,05) and also between family social support with work ethos (rx|y= 0,334; p=0,009 < 0,05). R2 score shows that both perceived organizational support and family social support give effective contribution until 48,6% to work ethos. Keywords: family social support, perceived organizational support, work ethos

Page 1 of 1 | Total Record : 7