cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol 18, No 1 (2016)" : 14 Documents clear
Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Unit Kerja/Departemen dengan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif pada Tenaga Kesehatan Rumah Sakit Hasan Sadikin Ariani Ariani; Kusnandi Rusmil; Tetty Yuniati
Sari Pediatri Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.893 KB) | DOI: 10.14238/sp18.1.2016.45-49

Abstract

Latar belakang. Faktor yang memengaruhi pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja adalah pengetahuan, sikap, dan dukungan institusi. Petugas kesehatan berperan ganda, yaitu sebagai ibu bekerja dan panutan praktek pemberian ASI.Tujuan. Memperoleh hubungan antara pengetahuan, sikap, dukungan unit kerja terhadap praktek pemberian ASI eksklusif oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Dr. Hasan Sadikin (RSHS).Metode. Penelitian cross-sectional dengan metode consecutive sampling, dilakukan pada bulan Januari-Maret 2016 pada peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS), peserta program pendidikan profesi dokter (PSPD), perawat, dan bidan wanita; berusia ≤37 tahun; bekerja atau belajar di RSHS; memiliki anak lahir tunggal berusia 6−24 bulan; mengisi kuesioner dan dianalisis dengan multivariatHasil. Pengetahuan (OR IK95%=3,7; p=0,013) dan dukungan tenaga kesehatan (OR IK95%=3,45; p=0,031) berhubungan dengan praktek pemberian ASI eksklusif.Kesimpulan. Pengetahuan ibu berhubungan dengan praktek pemberian ASI eksklusif, sementara dukungan unit kerja/departemen dan sikap tidak berhubungan dengan hal itu. Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor perancu yang berhubungan dengan hal tersebut.
Hubungan Asupan Nutrisi dengan Kadar Vitamin D pada Tuberkulosis Anak Roza Erisma; Gustina Lubis; Finny Fitry Yani
Sari Pediatri Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp18.1.2016.40-44

Abstract

Latar belakang. Vitamin D dapat meningkatkan aktivitas antimikrobial makrofag terhadap Mycobacterium tuberculosis. Defisiensi vitamin D diindikasikan sebagai salah satu faktor risiko penyakit tuberkulosis (TB). Kekurangan asupan nutrisi yang mengandung vitamin D dapat memengaruhi kadar vitamin D dalam darah sehingga akan memengaruhi imunitas terhadap infeksi TB. Tujuan. Mengetahui hubungan asupan nutrisi yang mengandung vitamin D dengan kadar vitamin D darah pada anak yang terinfeksi TB. Metode. Penelitian cross sectional pada bulan Oktober 2014 sampai Maret 2015 di Poliklinik Anak RS Dr M Djamil dan Puskesmas kota Padang. Subyek penelitian anak usia 1-14 tahun yang kontak serumah dengan TB dewasa BTA positif, dengan hasil tuberculin skin test positif. Asupan vitamin D diperoleh melalui food recall 2x24 jam dengan standar normal > 600 International Unit menurut Recommended Dietary Allowance (RDA) dan diolah menggunakan program Nutri-Survey Indonesia. Kadar vitamin D darah berupa 25(OH)D diukur dengan metode Cheluminescent Immunoassay, kategori nilai normal >30-50 ng/mL, insufisiensi >10-30 ng/mL, dan defisiensi <10 ng/mL. Hasil. Total subjek penelitian 57 anak. Asupan vitamin D di bawah RDA 54 (94,7%), 45 (83,3%) di antaranya mengalami insufisiensi vitamin D dan 9 (16,7%) memiliki kadar vitamin D cukup. Anak dengan asupan vitamin D sesuai RDA 3 (5,3%), tetapi hanya 1 (33,3%) di antaranya memiliki kadar vitamin D darah normal (p=0,446). Kesimpulan. Sebagian besar anak yang terinfeksi TB mengalami insufisiensi vitamin D meskipun secara statistik tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan asupan nutrisi.
Kadar Interferon Gamma Kultur Sel Limfosit pada Anak yang Mendapat Vaksinasi BCG Liza Fitria; Andani Eka Putra; Finny Fitry Yani; Darfioes Basir
Sari Pediatri Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp18.1.2016.21-26

Abstract

Latar belakang. Vaksinasi BCG mempunyai efek proteksi yang bervariasi, menurun dengan bertambahnya umur anak. Perkembangan pengetahuan di bidang biologi molekuler telah mengembangkan pemeriksaan IFN-γ untuk mendeteksi respon vaksinasi.Tujuan. Mengetahui lamanya efek proteksi BCG dan hubungan kadar IFN-γ dengan umur, status gizi, umur mendapatkan vaksinasi BCG dan sarana kesehatan tempat vaksinasi.Metode. Suatu studi cross sectional, stratified random sampling, pada anak yang telah mendapat vaksinasi BCG. Kadar IFN-γ diukur dari sel limfosit yang telah dikultur. Analisis statistik menggunakan uji Anova dan Independent sample t tes.Hasil. Kadar IFN-γ tertinggi pada kelompok umur 4-11 bulan. Terdapat perbedaan bermakna kadar IFN-γ antara kelompok umur 4-11 bulan dengan 1-4 tahun dan 1-4 tahun dengan 5-9 tahun. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara status gizi, umur mendapatkan vaksinasi BCG, sarana kesehatan tempat vaksinasi BCG dengan kadar IFN-γ.Kesimpulan. Kadar IFN-γ yang tinggi menunjukkan vaksinasi BCG efektif pada anak, tetapi efektifitasnya menurun seiring dengan pertambahan umur. Sari
Profil Lipodistrofi dan Dislipidemia pada Pasien Prepubertas dengan HIV yang Mendapat Terapi ARV di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Yessi Yuniarti; Aryono Hendarto; Nia Kurniati; Djajadiman Gatot; Pramita Gayatri; Mulya Rahma Karyanti
Sari Pediatri Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.896 KB) | DOI: 10.14238/sp18.1.2016.55-62

Abstract

Latar belakang. Terapi antiretroviral (ARV) kombinasi telah berhasil menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pasien HIV, tetapi menimbulkan efek samping jangka panjang berupa sindrom lipodistrofi.Tujuan. Mengidentifikasi adanya lipodistrofi dan dislipidemia pada pasien prepubertas dengan HIV yang mendapatkan terapi ARV jangka panjang.Metode. Penelitian potong lintang dilakukan pada 76 pasien HIV usia prepubertas di Poli Alergi Imunologi RSCM. Pemeriksaan klinis lipodistrofi dilakukan oleh tenaga klinis, tebal lipatan kulit (TLK) triceps dan subscapular, lingkar pinggang serta rasio lingkar pinggang-panggul. Data kadar CD4 awal, status gizi awal terdiagnosis, jenis terapi ARV, dan lama terapi ARV didapatkan dari rekam medis. Subyek juga dilakukan analisis diet, pemeriksaan profil lipid, dan gula darah puasa.Hasil. Subyek prepubertas dengan HIV yang mendapatkan terapi ARV yang mengalami lipodistrofi dan dislipidemia berturut-turut 47% dan 46%. Subyek lipodistrofi berupa lipohipertrofi 35%, lipoatrofi 5%, dan tipe campuran 7%. Mayoritas subyek lipodistrofi memiliki massa lemak tubuh, serta TLK triceps dan subscapular normal. Subyek lipohipertrofi dan tipe campuran seluruhnya memiliki rasio lingkar pinggang-panggul meningkat. Terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan regimen ARV 2NRTI + PI meningkatkan risiko 6,9 kali untuk terjadinya dislipidemia (p=0,001 IK95%: 2,03-23,7) dibandingkan regimen 2NRTI+ NNRTI.Kesimpulan. Prevalensi lipodistrofi dan dislipidemia cukup tinggi pada pasien prepubertas dengan HIV yang mendapatkan terapi ARV. Mayoritas subyek yang mengalami lipodistrofi memiliki massa lemak tubuh, TLK triceps dan subscapular yang normal.
Apakah Hipertensi Arteri Pulmonal Merupakan Faktor Risiko Malnutrisi pada Penyakit Jantung Bawaan Asianotik dengan Pirau Kiri ke Kanan Arief Handiarsa; Sasmito Nugroho; Endy Paryanto Prawirohartono Prawirohartono
Sari Pediatri Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp18.1.2016.12-16

Abstract

Latar belakang. Penyakit jantung bawaan (PJB) asianotik pirau kiri ke kanan menyebabkan terjadinya hipertensi arteri pulmonal (HAP). Malnutrisi merupakan komplikasi penting berhubungan dengan PJB, kejadiannya semakin meningkat bila disertai HAP, PJB sianotik, dan gagal jantung kongestif.Tujuan.Mengetahui HAP sebagai faktor risiko malnutrisi pada anak dengan PJB asianotik pirau kiri ke kanan.Metode. Penelitian dengan design kasus-kontrol. Subjek penelitian adalah anak berusia 6 bulan – 18 tahun dengan PJB asianotik pirau kiri ke kanan yang berobat ke Poliklinik Kardiologi Anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Juni-Juli 2013 yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel diambil secara konsekutif sampling, setelah didapatkan kelompok kasus (anak yang mengalami malnutrisi) dan kontrol (anak yang tidak mengalami malnutrisi), kemudian diidentifikasi adanya faktor risiko HAP berdasarkan data rekam medis. Analisis univariat untuk menghitung odds ratio (OR) dan interval kepercayaan 95% (IK95%) serta analisis multivariat dengan regresi logistik.Hasil. Terdapat 76 pasien diikutsertakan, sampel kelompok kasus 38 (50%), kelompok kontrol 38 (50%) anak. Analisis multivariat menunjukkan HAP tidak memiliki hubungan kuat sebagai faktor risiko terjadinya malnutrisi pada anak dengan PJB asianotik pirau kiri ke kanan dengan nilai p=0,006, OR 0,100 (IK95%: 0,020-0,512). Lama terapi >36 bulan pada PJB asianotik pirau kiri ke kanan meningkatkan risiko kejadian malnutrisi secara bermakna dibandingkan lama terapi <12 bulan dengan nilai p=0,035, OR 4,095(IK95%: 1,107-15,155).Kesimpulan. Hipertensi arteri pulmonal bukan merupakan faktor risiko terjadinya malnutrisi pada PJB asianotik pirau kiri ke kanan tetapi merupakan faktor protektif.
Mutasi Gen CYP21 dan Manifestasi Klinis pada Hiperplasia Adrenal Kongenital Ludi Dhyani; Jose RL Batubara; Setyo Handryastuti; Lamtorogung Prayitno
Sari Pediatri Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp18.1.2016.27-33

Abstract

Latar belakang. Hiperplasia adrenal kongenital (HAK) adalah suatu kelainan genetik yang disebabkan oleh mutasi gen CYP21 yang bersifat autosomal resesif. Lebih dari 90% kasus terjadi akibat defisiensi enzim 21-hidroksilase (21-OHD).Tujuan. Mengetahui manifestasi klinis mutasi CYP21 pada anak dengan HAK.Metode. Studi deskriptif retrospektif dilakukan selama Oktober-Desember 2014. Subjek adalah anak HAK yang terdaftar di Divisi Endokrinologi Anak RSCM dan pernah dilakukan pemeriksaan mutasi gen CYP21. Data diambil dari rekam medis, dan register HAK tahun 2009-2014.Hasil. Didapatkan 45 subjek HAK (37 perempuan, 8 laki-laki) yang yang telah diketahui jenis mutasinya. Manifestasi klinis yang dijumpai adalah tipe salt wasting (SW) 33 subjek, simple virilizing (SV) 10 subjek, dan non-classic (NC) 2 subjek. Median usia saat terdiagnosis HAK pada tipe SW usia 1 bulan (0-3 bulan), tipe SV usia 3 tahun (2-6 tahun), dan tipe NC usia 5 tahun. Keluhanutama terbanyak adalah genitalia ambigus (60%). Dua jenis mutasi (R356W dan I172N) ditemukan pada 21 subjek, mutasi R356W tunggal ditemukan pada 9 subjek, dan mutasi I172N tunggal ditemukan pada 15 subjek. Mutasi I172N ditemukan pada 80% alel, dan mutasi R356W pada 66,7% alel.Kesimpulan.Manifestasi klinis terbanyak pada penelitian ini adalah tipe SW yang memiliki dua jenis mutasi. Pemeriksaan mutasi gen CYP21 bermanfaat untuk konseling genetik, diagnosis prenatal dan tata laksana pada keluarga yang memiliki risiko HAK. 
Pediatric Early Warning Score: Bagaimana langkah kita selanjutnya? Rismala Dewi
Sari Pediatri Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp18.1.2016.68-73

Abstract

Pengenalan secara dini tanda dan gejala perburukan klinis pada pasien anak di ruang perawatan merupakan faktor utama demi kelangsungan hidup dan memperbaiki prognosis. Anamnesis dan pemeriksaan fisis singkat diperlukan untuk mendapatkan data yang akurat agar intervensi oleh tim medis reaksi cepat (TMRC) dapat dilakukan segera, sehingga mencegah perburukan klinis menjadi gagal sirkulasi, gagal napas, atau henti kardiopulmonal. Pediatric early warning score (PEWS) merupakan salah satu alat atau sistem skoring menggunakan karakteristik pasien yang dapat mendeteksi perburukan klinis pada anak di ruang rawat inap saat ini belum ada konsensus dan juga bukti sistem PEW yang paling berguna atau ‘optimal’ untuk kasus anak. 
Pemberian Antitrombin III pada Sepsis Neonatal Nathanne Septhiandi; Antonius Pudjiadi; Pustika Amalia
Sari Pediatri Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp18.1.2016.74-80

Abstract

Latar belakang. Kadar antitrombin III (AT III) dalam darah rendah pada pasien sakit berat dan penurunan kadarnya berkorelasi dengan derajat penyakit. Fungsi AT III sebagai antikoagulan, mempunyai peran penting untuk mencegah disfungsi mikrovaskular dan mengakibatkan kerusakan multi organ pada sepsis. Namun, peran teurapetik AT III pada sepsis masih diperdebatkan.Tujuan. Melakukan evaluasi apakah pemberian AT III pada sepsis neonatal berat memiliki prognosis yang lebih baik bila dibandingkan dengan plasebo.Metode. Penelusuran pustaka database elektronik yaitu Pubmed, Highwire, Google dan Yahoo.Hasil. Didapatkan 12 artikel yang dianggap relevan dengan rumusan masalah, terdiri atas 3 meta-analisis, 8 randomized controlled trial (RCT), dan 1 review. Hasil meta-analisis pertama menyatakan bahwa pemberian preparat AT III aman dan dapat ditoleransi dengan baik. Dilaporkan AT III menurunkan tingkat mortalitas 22,9% pada hari ke-30 pasca intervensi. Hasil meta-analisis keduamendapatkan pemberian AT III tidak menurunkan risiko mortalitas secara keseluruhan (RR 0,96, IK95%: 0,89;1,03), dan meningkatkan risiko perdarahan (RR 1,52, IK95%: 1,3;1,78). Hasil meta-analisis ketiga menunjukkan pemberian AT III mengurangi risiko mortalitas dalam 28 sampai 30 hari (OR 0,649, IK95%: 0,422; 0,998). Risiko perdarahan pada kelompok AT III tidak berbeda signifikan dengan kelompok plasebo.Kesimpulan. Secara statistik penggunaan AT III apabila dibandingkan dengan plasebo pada keadaan sepsis neonatal tidak memperbaiki prognosis dalam hal menurunkan tingkat mortalitas selama 28-30 hari. Walaupun demikian, tingkat mortalitas kelompok AT III lebih rendah dibandingkan dengan placebo. 
Kadar Neuron-Specific Enolase Serum dan Derajat Ensefalopati Hipoksik Iskemik pada Asfiksia Neonatorum Agus Wijata; Rocky Wilar; Sarah M. Warouw; Johnny Rompis
Sari Pediatri Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp18.1.2016.1-5

Abstract

Latar belakang. Ensefalopati hipoksik iskemik (EHI) merupakan komplikasi asfiksia neonatorum yang mengenai sistem saraf pusat berupa disfungsi serebrovaskular dan oksigenasi, gangguan neurotransmiter, degenerasi sel-sel neuron, edema serebral yang berakhir pada kematian sel. Penelitian sebelumnya mendapatkan peningkatan kadar neuron specific enolase (NSE) cairan serebrospinal pada bayi dengan EHI. Masih belum banyak penelitian mengenai kadar NSE serum pada bayi dengan EHI.Tujuan. Mengetahui hubungan kadar NSE serum dengan derajat EHI pada asfiksia neonatorum.Metode. Penelitian analitik observasional pendekatan potong lintang dilakukan dari bulan Oktober 2015 sampai Februari 2016. Sampel adalah bayi asfiksia yang mengalami EHI, diambil secara konsekutif. Analisis statistik diuji dengan korelasi Spearman. Orang tua atau wali diminta menandatangani informed consent.Hasil. Kami mendapatkan 39 bayi asfiksia yang mengalami EHI, terdiri atas 20 bayi laki-laki dan 19 perempuan. Terdapat hubungan bermakna antara kadar NSE serum dengan derajat EHI pada asfiksia neonatorum (koefisien korelasi r =0,893 nilai p<0,001).Kesimpulan. Terdapat korelasi positif antara kadar NSE dengan derajat EHI pada asfiksia neonatorum.
Hubungan antara Kortisol Saliva dan Masalah Mental Emosional pada Anak Usia 3–5 Tahun Tommy Nugrahadi Whisnubrata; Eddy Fadlyana; Sri Endah Rahayuningsih
Sari Pediatri Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp18.1.2016.63-67

Abstract

Latar belakang. Masalah mental emosional pada anak usia prasekolah harus dideteksi dan diantisipasi sedini mungkin. Masalah mental emosional memengaruhi mekanisme aksis hipotalamus-pituitari-adrenal, menghasilkan produk akhir kortisol.Tujuan. Menentukan hubungan kadar kortisol saliva dan masalah mental emosional.Metode. Penelitian potong lintang ini dilakukan pada bulan Desember 2015 - Januari 2016 terhadap 82 anak usia 3–5 tahun yang dititipkan di tempat penitipan anak di Kota Bandung. Orangtua diminta untuk mengisi kuesioner strength and difficulties questionnaire (SDQ) untuk skrining masalah mental emosional subjek. Kortisol saliva subjek penelitian dianalisis menggunakan salivary cortisol kit dari Salimetrics®. Analisis data untuk menentukan hubungan antara kortisol saliva dan masalah mental emosional dilakukanmenggunakan analisis regresi logistik.Hasil. Terdapat hubungan bermakna antara kadar kortisol saliva dan masalah mental emosional (p=0,027; OR=3,431). Terdapat hubungan bermakna antara kadar kortisol abnormal dengan variabel conduct (p=0,001) dan emosi (p=0,017).Kesimpulan. Kadar kortisol saliva berhubungan dengan masalah mental emosional pada anak usia 3-5 tahun. Kadar kortisol berhubungan dengan variabel conduct dan emosi.

Page 1 of 2 | Total Record : 14


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue