cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 2 (2017)" : 10 Documents clear
Pola Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Pasien Unit Perawatan Intensif Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta Riza Mansyoer; Ivan R. Widjaja
Sari Pediatri Vol 19, No 2 (2017)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp19.2.2017.103-7

Abstract

Latar belakang. Pasien di unit perawatan intensif (UPI) anak (pediatric intensive care unit/PICU) merupakan pasien dengan penyakit kritis sehingga sebagian besar pasien menggunakan antibiotik. Profil resistensi bakteri akan membantu untuk pemilihan terapi empirik yang akan digunakan pada suatu unit.Tujuan. Untuk mendapatkan profil bakteri di PICU RSUD Koja berdasarkan hasil kultur, Metode. Hasil kultur yang dilakukan pada seluruh pasien yang masuk ke PICU pada periode Mei 2015 – April 2016 pada hari kerja pertama dikumpulkan dari departemen patologi klinik RSUD KojaHasil. Didapatkan 486 hasil kultur, 410 di antaranya tidak menunjukkan pertumbuhan kuman. Hasil positif terdapat pada 64 bakteri Gram-positif dan 12 Gram-negatif. Bakteri Gram positif terbanyak ditemukan adalah Staphylococcus hominis (19), Staphylococcus epidermidis (18), Staphylococcus haemolyticus (13), dan Staphylococcus aureus (9). Sementara itu, bakteri Gram negatif terbanyak ditemukan adalah Salmomella typhi (6) dan Acinetobacter baumanii (2). Pada kelompok bakteri Gram positif, antibiotik yang paling sensitif adalah vancomisin (95,2%), gentamisin (68,3%), cotrimoxazole (44,4%), cefotaxime (31,7%), dan ceftriaxone (31,7%). Pada kelompok bakteri Gram negatif, antibiotik yang paling sensitif adalah meropenem (84,6%), cotrimoxazole (84,6%), amikasin (61,5%), gentamisin (53,8%), and cefepime (46,2%).Kesimpulan. Vankomisin merupakan antibiotik yang paling poten untuk digunakan. Cefotaxime dan gentamicin kami pilih untuk digunakan sebagai antibiotik empirik di unit kami, dengan meropenem sebagai lini berikutnya. Vankomisin kami gunakan hanya pada kasus khusus.
Pengaruh Pemberian Probiotik pada Anak dengan Dermatitis Atopik Terhadap Kadar Imunoglobulin E Total Ardentry Sumobaskoro; Ganung Harsono; Bambang Soebagyo
Sari Pediatri Vol 19, No 2 (2017)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp19.2.2017.71-5

Abstract

Latar belakang. Dermatitis atopik merupakan penyakit kulit yang memberikan reaksi kulit yang didasari oleh imunoglobulin E (IgE) dan mempunyai kecenderungan menderita asma, rinitis, atau keduanya di kemudian hari. Pemberian probiotik merupakan upaya perbaikan homeostasis sistem biologis penderita yang ditujukan pada imunomodulasi respon imun dengan menyeimbangkan respon imun Thelper 1(Th1) dan Th2 sehingga diharapkan terjadi penurunan kadar IgE total.Tujuan. Menganalisis pengaruh pemberian probiotik pada anak dengan dermatitis atopik terhadap kadar imunoglobulin E total. Metode. Uji klinis dengan randomisasi dilakukan pada bulan Oktober 2016–Maret 2017 di Surakarta (Jawa Tengah) dan Depok (Jawa Barat). Sebanyak 48 anak usia 9-15 tahun dengan dermatitis atopik diambil secara konsekutif dibagi dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (probiotik). Data dianalisis menggunakan uji t independen dan Mann Whitney dengan program SPSS 17.0.Hasil. Terdapat perbedaan yang signifikan perubahan IgE total antara kelompok pasien dengan probiotik dan plasebo. Kadar IgE total pada kelompok probiotik mengalami penurunan yang lebih banyak dibandingkan dengan plasebo; penurunan kadar IgE total kelompok perlakuan (probiotik) dengan mean -89.76 + 357.66 dan kelompok kontrol (plasebo) 91,53 +474,75 nilai p=0,010. Kesimpulan. Terdapat pengaruh pemberian probiotik pada anak dengan dermatitis atopik terhadap kadar imunoglobulin E total.
Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap dan Faktor yang Memengaruhi Ika Citra Dewi Tanjung; Lili Rohmawati; Sri Sofyani
Sari Pediatri Vol 19, No 2 (2017)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.777 KB) | DOI: 10.14238/sp19.2.2017.86-90

Abstract

Latar belakang. Imunisasi merupakan salah satu upaya perlindungan kesehatan yang paling efektif untuk anak-anak terhadap beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Keberhasilan pelaksanaan program imunisasi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain, usia ibu, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, tingkat pengetahuan ibu dan urutan kelahiran anak. Tujuan. Mengetahui cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak dan menilai faktor-faktor yang memengaruhinya.Metode. Penelitian ini deskriptif analitik dengan desain cross sectional yang dilakukan di Divisi Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial, Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP H. Adam Malik Medan, mulai bulan Oktober 2015 sampai April 2016. Data diambil dari rekam medis pasien rawat jalan dan rawat inap. Data diolah dengan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan faktor yang memengaruhi kelengkapan imunisasi dasar dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.Hasil. Di antara 113 sampel penelitian didapatkan 46 orang (40,7%) memiliki status imunisasi dasar lengkap. Faktor yang memengaruhi kelengkapan imunisasi dasar adalah pemberian ASI eksklusif (p=0,017). Jenis kelamin, status nutrisi, cara lahir, berat badan lahir, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, urutan kelahiran, jumlah anak dan usia ibu tidak memengaruhi kelengkapan imunisasi dasar anak.Kesimpulan. Cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak 40,7% dan faktor yang memengaruhi kelengkapan imunisasi dasar adalah pemberian ASI eksklusif.
Korelasi Kadar Feritin dengan Jumlah CD4, CD8, dan Rasio CD4/CD8 pada Penyandang Talasemia Mayor Anak Bonnie Arseno; Djatnika Setiabudi; Susi Susanah
Sari Pediatri Vol 19, No 2 (2017)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (120.834 KB) | DOI: 10.14238/sp19.2.2017.76-80

Abstract

Latar belakang. Pada talasemia mayor, peningkatan penyerapan besi dan transfusi darah regular mengakibatkan penumpukan besi pada berbagai organ dan gangguan sistem imun melalui berbagai mekanisme. Keadaan ini berkaitan dengan risiko infeksi pada penyandang talasemia mayor anak.Tujuan. Untuk menganalisis korelasi kadar feritin dengan jumlah CD4, CD8, dan rasio CD4/CD8 pada penyandang talasemia mayor anak.Metode. Penelitian observasional analitik menggunakan rancangan potong lintang, subjek 30 anak yang memenuhi kriteria penelitian. Analisis data menggunakan uji korelasi.Hasil. Didapatkan jumlah CD4 absolut, CD4%, CD8 absolut dan rasio CD4/CD8 menurun. Selain itu, terdapat jumlah CD4 absolut, CD8 absolut dan CD8% meningkat. Pada kelompok usia ≤5 tahun, korelasi kadar feritin dengan CD8 absolut, CD8%, dan rasio CD4/CD8 berturut-turut menghasilkan koefisien korelasi 0,691, 0,557, -0,680, dan p<0,05. Sementara pada kelompok lama terapi ≤5 tahun korelasi kadar feritin dengan CD8 absolut, CD8%, dan rasio CD4/CD8 menghasilkan koefisien korelasi 0,709, 0,571, -0,726 dengan p<0,05. Kesimpulan. Tidak terdapat korelasi antara kadar feritin dengan jumlah CD4, CD8, rasio CD4/CD8. Peningkatan kadar feritin akan diikuti dengan peningkatan jumlah CD8 absolut dan CD8%, serta penurunan rasio CD4/CD8 pada penyandang talasemia mayor anak berdasar atas usia dan lama terapi ≤5 tahun.
Hiponatremia pada Anak Pasca Tindakan Operasi : Etiologi dan Faktor-faktor yang Berhubungan Angelina Arifin; Antonius H. Pudjiadi; Setyo Handryastuti; Idham Amir; Evita B. Ifran; Mulya R. Karyanti
Sari Pediatri Vol 19, No 2 (2017)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.149 KB) | DOI: 10.14238/sp19.2.2017.63-70

Abstract

Latar belakang. Kejadian hiponatremia pada anak pasca-operasi berkisar antara 20-40%. Hiponatremia yang tidak terdeteksi dapat meningkatkan mortalitas dan menyebabkan luaran neurologis yang buruk. Beberapa mekanisme yang berperan adalah sindrom hormon antidiuretik tidak tepat (SHATT) dan sick cell syndrome (SCS). Tujuan. Mengetahui insidens hiponatremia pada anak pasca-operasi, kemungkinan penyebab yang melatarbelakangi, serta faktor yang berhubungan.Metode. Penelitian potong lintang analitik dilakukan di ruang perawatan intensif terhadap anak berusia 1 bulan sampai 18 tahun yang menjalani tindakan operasi mayor dan masuk ruang perawatan intensif pediatrik RSCM selama bulan Mei sampai Desember 2016.Hasil. Terdapat 65 subyek menjalani operasi mayor, 87,69% dilakukan secara elektif, jenis operasi terbanyak adalah hepato-gastrointestinal (38,46%) dan muskuloskeletal (20,00%). Kadar natrium plasma pasca-operasi turun, kejadian hiponatremia 43,07% dan 26,16% pada 12 dan 24 jam pasca-operasi. Nilai osmolalitas plasma yang normal atau meningkat dan osmolalitas urin >100 mOsm/kg. Sebanyak 70% subyek hiponatremia memiliki natrium urin >30 mEq/L. Faktor yang berhubungan dengan hiponatremia 12 jam pasca-operasi adalah status kegawatdaruratan operasi (p=0,007) dan perdarahan intraoperatif (p=0,024), sedangkan pada 24 jam pasca-operasi hanya status kegawatdaruratan operasi (p=0,001).Kesimpulan. Terdapat 43,07% dan 26,16% subyek yang mengalami hiponatremia pada 12 dan 24 jam pasca-operasi mayor. Sindrom hormon antidiuretik tidak tepat tidak terbukti menjadi penyebab utama terjadinya hiponatremia, dan hiponatremia translokasional pada SCS mungkin berperan. Hiponatremia pasca-operasi berhubungan dengan status kegawatdaruratan operasi dan jumlah perdarahan intraoperatif.
Hubungan Jumlah Koloni Escherichia Coli dengan Derajat Dehidrasi pada Diare Akut Felicia Halim; Sarah M. Warouw; Novie H. Rampengan; Praevilia Salendu
Sari Pediatri Vol 19, No 2 (2017)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.687 KB) | DOI: 10.14238/sp19.2.2017.81-5

Abstract

Latar belakang. Escherichia coli (E. coli) penyebab kedua terbanyak diare setelah rotavirus. Diare E. coli sering disertai dengan dehidrasi yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas anak.Tujuan. Mengetahui peran jumlah koloni E. coli terhadap beratnya derajat dehidrasi diare akut.Metode. Penelitian potong lintang dilakukan di RSUP Manado. Subyek umur 7 bulan-13 tahun dengan diare akut, dinilai derajat dehidrasi, dilakukan kultur tinja dan hitung jumlah koloni. Perbandingan jumlah koloni dan derajat dehidrasi dilakukan uji korelasi Gamma (p<0,05). Hasil. Terdapat 50% Escherichia coli dari 50 anak diare akut. Dehidrasi berat (2/25 anak), dehidrasi ringan sedang (13/25 anak) jumlah koloni >105 CFU dan tanpa dehidrasi (10/25 anak) jumlah koloni <105 CFU. Analisis korelasi Gamma menyatakan hubungan bermakna jumlah koloni dengan derajat dehidrasi (rG=0,870, nilai p=0,008).Kesimpulan. Jumlah koloni Escherichia coli berperan terhadap derajat dehidrasi diare akut.
Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi dan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Anak Usia 7-12 Bulan di Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang Agung Dirgantara Namangboling; Bhisma Murti; Endang Sutisna Sulaeman
Sari Pediatri Vol 19, No 2 (2017)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp19.2.2017.91-6

Abstract

Latar belakang. Adanya penyakit infeksi membuat kondisi kesehatan anak menurun sehingga berdampak pada nafsu makan dan akan mengurangi jumlah asupan makanannya dan zat gizi ke dalam tubuh. Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah terjadinya diare yang disebabkan karena infeksi pada bayi serta dapat mempertahankan status gizi bayi. Tujuan. Mengetahui hubungan antara riwayat penyakit infeksi, pemberian ASI eksklusif dan status gizi anak usia 7-12 bulan di Kupang, Nusa Tenggara Timur.Metode. Penelitian analitik obsevasional dengan desain Case Control, dilakukan di Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang pada bulan April-Juli 2017. Subjek penelitian adalah anak usia 7-12 bulan, 116 anak dipilih dengan fixed disease sampling. Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi logistik ganda. Hasil. Hasil uji bivariat chi square menunjukkan adanya hubungan riwayat penyakit dengan status gizi (p;0,024) dan pemberian ASI eksklusif (p;0,026), sedangkan hasil regresi logistik ganda, riwayat penyakit infeksi merupakan faktor dominan penentu status gizi pada anak usia 7-2 bulan di Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang (p;0,025 dengan OR;2,38 dan CI;1,11-5,08).Kesimpulan. Terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit infeksi dan pemberian ASI eksklsuif dengan status gizi. Riwayat penyakit infeksi adalah faktor dominan penentu status gizi anak usia 7-12 bulan.
Pengaruh Pemberian Obat Antiepilepsi terhadap Kadar Vitamin D pada Anak Penderita Epilepsi Narulita Laksmia Tantri; Fadhilah Tia Nur; Harsono Salimo
Sari Pediatri Vol 19, No 2 (2017)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp19.2.2017.97-102

Abstract

Latar belakang. Pengobatan epilepsi dengan obat antiepilepsi (OAE) merupakan pengobatan jangka panjang dan berisiko terhadap berbagai efek samping, salah satunya defisiensi vitamin D. Selain berkaitan dengan permasalahan tulang, defisisensi vitamin D juga berhubungan dengan banyak penyakit yang lain.Tujuan. Menganalisis pengaruh pemberian obat antiepilepsi terhadap kadar vitamin D pada anak penderita epilepsi.Metode. Penelitian potong lintang dilakukan pada bulan Oktober–Desember 2016 di poliklinik anak RS Dr. Moewardi Surakarta. Subyek penelitian 40 anak diambil secara konsekutif. Data dianalisis menggunakan statistik uji t independen, Mann Whitney, dan Chi square dengan program SPSS 22.0.Hasil. Rerata kadar vitamin D 22,80±7,58 ng/ml. Angka kejadian defisiensi vitamin D 27,5%. Usia ≥ 5 tahun dan lama terapi ≥ 2 tahun berpengaruh terhadap kejadian defisiensi vitamin D (p< 0,05) pada anak penderita epilepsi.Kesimpulan. Terdapat penurunan kadar vitamin D pada anak penderita epilepsi yang mengonsumsi OAE.
Perbandingan Keamanan Aminofilin dan Kafein pada Bayi Prematur dengan Apne Prematuritas Dian Artanti; Rinawati Rohsiswatmo; Rosalina Dewi Roeslani
Sari Pediatri Vol 19, No 2 (2017)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp19.2.2017.108-13

Abstract

Latar belakang. Apne berulang sering terjadi pada bayi prematur. Kejadian ini dapat menimbulkan hipoksemia dan bradikardi , bila keadaannya semakin memburuk maka membutuhkan resusitasi dengan ventilasi tekanan positif. Obat golongan metilxantin (kafein dan teofilin) telah digunakan untuk mencegah apne.Tujuan. Untuk mengetahui efek dan keamanan kafein dibandingkan teofilin pada bayi preamtur dengan periodik apne.Metode. Penelusuran pustaka database elektronik : Pubmed, Cochrane, dan HighwireHasil. Hasil telaah sistematis menunjukkan kejadian takikardia dan intoleransi minum lebih sedikit pada kelompok kafein dengan Relative Risk (RR) 0,17; 95 % Interval kepercayaan (IK) 0,04, 0,72; risk difference (RD) -0,29; 95 % IK -0,47, - 0,10. Studi klinis acak mendapatkan Tidak ada hubungan bermakna antara dosis pemberian kafein dan aminofilin pada konsentrasi plasma keduanya, kecuali pada kelompok kafein pada hari tertentu.Kesimpulan. Aminofilin dan kafein memiliki efektivitas yang sama dalam mengatasi apne pada bayi prematur. Efek toksisitas kafein lebih rendah dibandingkan aminofilin.
Necrotizing pneumonia pada anak Heda Melinda Nataprawira; Vanda Elfira; Sang Ayu Kompiyang Indriyani; Ery Olivianto
Sari Pediatri Vol 19, No 2 (2017)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp19.2.2017.114-8

Abstract

Pneumonia merupakan penyakit dengan angka morbiditas dan mortalitas tinggi pada anak usia di bawah 5 tahun, terutama negara berkembang. Necrotizing pneumonia (NP)  merupakan komplikasi yang jarang dan berat dari community acquired pneumonia (CAP). Destruksi parenkim paru normal disertai nekrosis multipel, abses, kavitas atau pneumatokel sebagai akibat oklusi trombotik kapiler alveolus di area konsolidasi terjadi pada NP. Pneumonia yang dalam perjalanannya terlihat lebih sesak, respon yang tidak adekuat dengan antibiotik konvensional, demam yang menetap dapat diperkirakan terjadi NP. Diagnosis ditegakkan dengan CT-scan toraks dengan kontras. Komplikasi berupa fistula bronkopleura, empiema, dan abses paru. 

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2017 2017


Filter By Issues
All Issue Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue