Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Reliability of Estimation Pile Load Capacity Methods Lastiasih, Yudhi; Sidi, Indra Djati
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol 46, No 1 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.62 KB) | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2014.46.1.1

Abstract

None of numerous previous methods for predicting pile capacity is known how accurate any of them are when compared with the actual ultimate capacity of piles tested to failure. The author’s of the present paper have conducted such an analysis, based on 130 data sets of field loading tests. Out of these 130 data sets, only 44 could be analysed, of which 15 were conducted until the piles actually reached failure. The pile prediction methods used were: Brinch Hansen’s method (1963), Chin’s method (1970), Decourt’s Extrapolation Method (1999), Mazurkiewicz’s method (1972), Van der Veen’s method (1953), and the Quadratic Hyperbolic Method proposed by Lastiasih et al. (2012). It was obtained that all the above methods were sufficiently reliable when applied to data from pile loading tests that loaded to reach failure. However, when applied to data from pile loading tests that loaded without reaching failure, the methods that yielded lower values for correction factor N are more recommended. Finally, the empirical method of Reese and O’Neill (1988) was found to be reliable enough to be used to estimate the Qult of a pile foundation based on soil data only.
Usulan Metoda Perhitungan Interaktif Struktur Pondasi di Atas Tanah Lunak dengan Menyertakan Pengaruh Penurunan Konsolidasi Jangka Panjang Lastiasih, Yudhi; Mochtar, Indrasurya B.
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Tahun 16, Nomor 2, JUNI 2008
Publisher : Department of Civil Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.848 KB) | DOI: 10.14710/mkts.v16i2.3691

Abstract

Calculation of shallow foundation, as mat foundation or other types of raft foundation, on soft soil has never included any consideration of soil consolidation. Generally in calculation, the upper structure is considered separate from the lower structure. If long term consolidation is included, the problem will occur when a relatively very rigid structure (on shallow foundation) is assumed to cause relatively uniform settlement, so as to assume no differential settlement. Whereas, uniform consolidation settlement is induced only by non-uniform soil reaction, so that this problem can never be solved with the assumption of separate upper-lower structures. In this paper, a method of structural calculation is suggested so that building may undergo uniform settlement as long as the soil consolidation occurs, without causing any damage to the building. The calculation is performed using special program with assumption that the induced soil reaction is always to cause uniform settlement. From this method, a procedure of soil –structure interaction is proposed that building on soft soil may experience large settlement without damage. Keywords: Method of foundation design, Soil-structure interaction, Consolidation settlement, Shallow foundation, Soft soil problem ABSTRAK Perhitungan pondasi dangkal seperti pondasi pelat penuh ( mat foundation) atau tipe pondasi rakit lainnya di atas tanah lunak belum ada yang memasukkan unsur penurunan konsolidasi tanah dasar dalam perhitungan. Umumnya dalam perhitungan yang ada, struktur atas dan bawah dianggap terpisah. Untuk memasukkan konsolidasi jangka panjang, masalah akan terjadi ketika gedung yang relatif sangat kaku diasumsikan menyebabkan penurunan yang merata,sehingga dianggap tidak ada beda penurunan. Padahal untuk penurunan konsolidasi yang merata dibutuhkan reaksi tanah yang tidak merata, sehingga masalah ini tidak akan pernah dapat diselesaikan dengan sistem perhitungan terpisah. Pada uraian ini diupayakan suatu metoda perhitungan struktur yang dapat mengalami penurunan secara merata selama konsolidasi tanah berlangsung, tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan pada strukturnya. Perhitungan dilakukan dengan program khusus dengan asumsi reaksi tanah selalu menghasilkan penurunan yang merata. Dari metode ini diusulkan cara perhitungan interaksi tanah – gedung di tanah lunak yang menyebabkan gedung dapat mengalami settlement tanpa rusak. Kata kunci: Metoda perencanaan pondasi, Interaksi tanah-gedung, Penurunan konsolidasi, Pondasi dangkal, Masalah tanah lunakPermalink: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkts/article/view/3691[How to cite: Lastiasih, Y. dan Mochtar, I.B. (2008), Usulan Metoda Perhitungan Interaktif Struktur Pondasi di Atas Tanah Lunak dengan Menyertakan Pengaruh Penurunan Konsolidasi Jangka Panjang, Jurnal Media Komunikasi Teknik Sipil, Tahun 16, Nomor 2, pp. 160-170]
Reabilitas Daya Dukung Pondasi Tiang Bor Berdasarkan Formula Reese & Wright dan Usulan Load Resistance Factor Design dalam Perencanaan Pondasi Tiang Bor Studi Kasus Proyek Jakarta Lastiasih, Yudhi; Irsyam, Masyhur; Sidi, Indra Djati; Toha, FX
MEDIA KOMUNIKASI TEKNIK SIPIL Volume 19, Nomor 2, DESEMBER 2013
Publisher : Department of Civil Engineering, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.78 KB) | DOI: 10.14710/mkts.v19i2.8422

Abstract

Design bored pile foundation often use formulae of Reese and wright (1977) on projects heild in Jakarta. The safety factor often use on the design foundation on project in Jakarta are generally 2 or 3. By using advance First Order Liability Method to analysis design foundation, the result showed that the design was very conservative. Proven by the safety index for this design is 2.68 where’s the equivalent of failure probably 3.72 x 10-3, this result is less than requirement of failure probability 1 x 10-2. Lastiasih (2012) propose the use of multiple safety factors by applying Load Resistance Factor Design (LRFD) in accordance with the design of building age so as not to use single safety factor again. Further more the design of bored pile foundation become more efficient.
Consolidation Coefficient in Horizontal Direction (Ch) Determined from Field Settlement Data By Using Terzaghi, Asaoka, and Finite Element Methods Lastiasih, Yudhi; Mochtar, Noor Endah; Nasya, Farah
IPTEK Journal of Proceedings Series No 6 (2017): The 3rd International Conference on Civil Engineering Research (ICCER) 2017
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23546026.y2017i6.3260

Abstract

In order to predict the consolidation period in the field, consolidation coefficient in vertical direction (Cv) parameter is needed. When vertical drains installed in the compressible layer in order to shortened the consolidation period, it needs consolidation coefficient in horizontal direction (Ch). This Ch parameter has to be determined from the field settlement that usually obtained from the trial embankment.  However, it is very expensive to carry out the trial embankment; therefore, it is usually assumed to be 2 till 5xCv. In this paper, the assumption of the Ch value will be proven by using field settlement data taken from the trial embankment at the reclamation area for container yard at Kuala Tanjung, Medan, By choosing the Ch value, the compression vs time curves were predicted by adopting the Terzaghi, Asaoka, and Finite Element methods. Afterwards, these predicted settlement curves were plotted with the field settlement curves; from this plotting, it could be figured out the predicted curves which has Ch value the same with the field Ch value. The results show that from three methods adopted in this study, only the Terzaghi and the Asaoka methods give satisfactory results in settlement prediction. Consequently, only the Terzaghi and Asaoka methods are adopted to determine the Ch value. The Ch value obtained is about the same, that is 3Cv until 5Cv. When that Ch value used back to predict the settlement, the Asaoka method gives better result than the Terzaghi method.
Perencanaan Perbaikan Tanah dan Perkuatan Tanggul Lepas Pantai Teluk Jakarta Apriana Hanggara Dewi; Yudhi Lastiasih; Herman Wahyudi
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.135 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i2.48493

Abstract

Jakarta merupakan Ibukota Indonesia. Jakarta terletak di pantai utara Pulau Jawa. Berada pada perairan laut Jawa menyebabkan Teluk Jakarta menjadi tempat bermuaranya sungai-sungai yang membelah kota Jakarta. Wilayah Jakarta mengalami penurunan tanah antara 10 cm sampai 180 cm, tergantung pada letak wilayahnya, sehingga mengancam kawasan Jakarta tergenang secara permanen. Salah satu solusi untuk menangani ancaman tergenangnya kawasan Jakarta adalah akan dibuat tanggul laut. Sehingga dilakukan  penyelidikan tanah disepanjang Teluk Jakarta dimana susunan dan karakteristik lapisan tanahnya akan dikelompokan atas 15 (lima belas) ruas sungai dengan parameter kedalaman diukur dari MTS (Muka Tanah Setempat) dan pantai. Hasil dari penyelidikan tanah tersebut menyatakan bahwa sebagian besar kondisi tanah dasar dari Teluk Jakarta merupakan tanah lunak dengan nilai N-SPT < 10 dengan ketebalan yang bervariasi. Berdasarkan kondisi tanah seperti yang dijelaskan  di atas, untuk mendapatkan tanggul yang stabil serta aman terhadap longsor dan juga gelombang air laut, maka pada Tugas Akhir ini perlu direncanakan dan dibandingkan tanggul dengan menggunakan sistem lereng dengan armour, secant pile dan SUPW (Sistem Urug dengan Perkuatan Wadah). Sedangkan untuk mengatasi permasalahan yang mungkin terjadi pada tanah dasar lunak yang harus menerima beban urugan, direncanakan perbaikan tanah tanah dengan metode pre-loading dan juga PVD (Prefabricated Vertical Drain). Dari hasil perencanaan PVD didapatkan hasil jarak pemasangan PVD masing-masing zona adalah antara 0,5 m-1,0 m dengan menggunakan pola pemasangan segitiga. Sedangkan untuk perkuatan lereng dengan armour, kemiringan lereng adalah 1:2 dengan tebal lapisan primer 1,2 m, lapisan sekunder 0,6 m dan berm 1,2 m. Besar angka keamanan untuk masing-masing zona adalah antara 1,5-1,96.. Selanjutnya perkuatan tanggul dengan secantpile, besar diameter secantpile masing-masing zona antara 1,6 m -2,0 m. Angka keamanan dari perkuatan secantpile adalah antara 5,74-8,7. Selanjutnya perkuatan SUPW, lebar pemasangan SUPW untuk masing-masing zona antara 11 m – 24,2 m. Angka keamanan yang didapatkan dari perkuatan SUPW adalah antara 1,54 – 1,9.
Perbandingan Hasil Analisa Stabilitas Lereng 2D dan 3D terhadap Jumlah Kebutuhan Perkuatannya Nur &#039;Arfiati Shoffiana; Putu Tantri Kumala Sari; Yudhi Lastiasih
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.65353

Abstract

Analisa stabilitas lereng umumnya dilakukan para perencana berdasarkan Limit Equilibrium Method (LEM) dua dimensi (2-D) karena kesederhanaannya. Pada analisa stabilitas lereng 2-D, bidang longsor yang terjadi diasumsikan memiliki panjang tidak terbatas atau menerus, kenyataannya longsor yang terjadi di lapangan seringkali tidak menerus dan setempat. Oleh karena itu, asumsi yang digunakan pada analisa stabilitas lereng 2-D menjadi kurang tepat dan kondisi tiga dimensi (3-D) menjadi lebih sesuai untuk digunakan saat perencanaan. Analisa stabilitas lereng 3-D telah diusulkan oleh berbagai peneliti sejak tahun 1960-an. Sebagian besar hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa rasio faktor keamanan 3-D dan 2-D adalah lebih dari satu untuk tanah kohesif dan kurang dari satu untuk tanah non kohesif. Faktor keamanan akan mempengaruhi jumlah kebutuhan perkuatan lereng sehingga perbedaan faktor keamanan yang diperoleh dari analisa 2-D dan 3-D akan menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah kebutuhan perkuatan yang diperoleh. Berdasarkan permasalahan diatas, maka dilakukan analisa perbandingan stabilitas lereng 2-D dan 3-D terhadap jumlah kebutuhan perkuatannya. Analisa stabilitas lereng 2-D dilakukan menggunakan metode LEM yaitu metode irisan biasa yang dikemukakan oleh Fellenius (1936). Sedangkan analisa stabilitas lereng 3-D dilakukan menggunakan perumusan yang dikemukakan oleh Hovland (1977). Metode ini memperluas metode irisan biasa (Fellenius, 1936) sehingga dapat dibandingkan dengan analisa stabilitas 2-D. Perbandingan jumlah kebutuhan perkuatan dalam research ini dilakukan menggunakan geotextile dengan Tult = 200 kN/m. Hasil yang diperoleh adalah pada tanah homogen, jumlah kebutuhan perkuatan dengan geotextile antara analisa 2D dan 3D relatif sama. Sedangkan untuk tanah heterogen jumlah kebutuhan perkuatan dengan geotextile antara analisa 2D dan 3D berbeda-beda. Pada kondisi tertentu, kebutuhan perkuatan 2D lebih besar daripada 3D dan pada kondisi tertentu lainnya kebutuhan perkuatan 2D lebih sedikit daripada 3D. Perbedaan jumlah kebutuhan perkuatan analisa 2D dan 3D adalah antara 1-8 lapis geotextile yang tergantung dari parameter tanah, kemiringan lereng, dan panjang bidang longsor.
Alternatif Perencanaan Pondasi Tiang untuk Gedung Tinggi di Atas Tanah Lunak pada Proyek Pembangunan Kota Baru Summarecon-Bandung Ali Kurniawan Ngunaidi; Indrasurya Mochtar; Yudhi Lastiasih
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (612.654 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.16885

Abstract

Proyek pembangunan Kota Baru-Summarecon Bandung terletak pada kawasan Gedebage Bandung Timur. Kawasan ini merupakan area bekas sawah sehingga memiliki jenis tanah yang sangat lunak (dominan lempung) dengan NSPT rata-rata sebesar 2. Proyek tersebut masih dalam pelaksanaan konstruksi tahap 1, sehingga belum diketahui desain konstruksi pada gedung yang akan dibangun. Untuk itu perlu adanya permodelan struktur atas yang diklasifikasikan sebagai gedung tinggi 10 Lt, 15 Lt, dan 20 Lt, dengan fungsi bangunan sebagai gedung perkantoran. Dalam tugas akhir ini, dilakukan perencanaan dengan beberapa alternative perencanaan pondasi, yaitu dengan menggunakan metode konvensional dan metode P-y curve. Perencanaan pondasi yang dilakukan adalah sebagai berikut; permodelan struktur gedung menggunakan Program Bantu SAP 2000, perhitungan daya dukung tanah untuk pondasi dengan perumusan Meyerhoff & Bazaara, perhitungan kebutuhan jumlah tiang dalam kelompok, efisiensi tiang, daya dukung tiang kelompok, safety factor, analisa penurunan tiang menggunakan software allpile, konstanta pegas, perbandingan antara metode konvensional dengan P-y curve, serta perencanaan biaya. Berdasarkan hasil perencanaan pada tugas akhir ini, didapatkan bahwa, dengan nilai Safety Factor (SF) yang sama yaitu 2, penggunaan metode P-y curve akan lebih efisien karena kebutuhan jumlah tiang pancang lebih sedikit sehingga biaya lebih murah.
PERENCANAAN PONDASI TIANG PANCANG DENGAN MEMPERHITUNGKAN PENGARUH LIKUIFAKSI PADA PROYEK PEMBANGUNGAN HOTEL DI LOMBOK MUHAMMAD ILHAM GUMILANG SYAFEI; Indrasurya B. Mochtar; Yudhi Lastiasih
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (765.547 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.19111

Abstract

Indonesia merupakan kawasan rawan gempa. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi letak geografis Indonesia, bahwa Indonesia merupakan tempat bertemunya 4 lempeng dunia yaitu, lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Filipina dan lempeng Pasific. Bukti lainnya adalah banyaknya jumlah gunung berapi yang aktif di Indonesia. Jika mendesain sebuah bangunan pada lokasi tanah yang dominan pasir, maka salah satu bahaya yang dihadapi adalah likuifaksi. Likuifaksi adalah suatu kondisi berubahnya perilaku tanah dari padat menjadi cair akibat adanya getaran atau beban sklik. Salah satu penyebab dapat terjadinya likuifaksi adalah gempa. Maka jika mendesain bangunan yang berada pada kondisi tanah pasir serta daerah gempa tinggi, harus dilakukan analisa zona likuifaksi. Saat ini terdapat sebuah proyek pembangunan hotel di Pantai Malimbu, Lombok. Proyek tersebut berada di tanah dominan pasir dan juga termasuk daerah dengan resiko gempa tinggi. Pada perencanaan yang telah dilakukan, pihak perencana tidak melakukan analisa terhadap zona likuifaksi dan pengurangan daya dukung pondasi tiang pancang akibat dari likuifaksi. Untuk menangggulangi adanya bahaya akibat likuifaksi, hanya dilakukan dengan menggunakan angka keamanan (safety factor) = 5. Pada tugas akhir ini akan dilakukan perencanaan pondasi tiang pancang dengan membandingkan kondisi likuifaksi dan kondisi tidak likuifaksi. Perencanaan pondasi dilakukan terhadap 4 kondisi. Kondisi 1 adalah kondisi eksisting proyek, dimana tidak meninjau terhadap kemungkinan likuifaksi, meninjau beban gempa, dan safety factor = 5. Kondisi 2 adalah kondisi dimana meninjau kemungkinan likufaksi dan penggunaan safety factor = 1.5. Kondisi 3 adalah kondisi tidak meninjau adanya kemungkinan likuifaksi, meninjau beban gempa dan safety factor = 2. Kondisi 4 adalah kondisi tidak meninjau kemungkinan likuifaksi, tidak meninjau beban gempa dan safety factor = 3. Struktur bangunan atas akan di modelkan dengan program bantu SAP 2000. Tujuannya untuk mengetahui reaksi pada dasar bangunan. Permodelan struktur bangunan atas terdri atas 2 jenis, yaitu permodelan pada kondisi likuifaksi dan tidak likuifaksi. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan maka didapatkan jumlah kebutuhan pondasi tiang pancang untuk masing-masing kondisi.Kondisi 1 menggunakan PC spun pile diameter 1000 mm sejumlah 192 buah. Kondisi 2 menggunakan bored pile diameter 800 mm sejumlah 192 buah. Kondisi 3 dan kondisi 4 menggunakan PC spun pile diameter 600 mm sejumlah 192 buah dan 256 buah untuk masing-masingnya.
Analisis Peningkatan Tahanan Geser Tanah Lunak akibat adanya Cerucuk Berdasarkan Permodelan di Laboratorium Isti Qomariyah; Indrasurya B. Mochtar; Yudhi Lastiasih
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1129.65 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i1.21612

Abstract

Berbagai metode telah dikembangkan dalam analisa perkuatan talud yang menggunakan cerucuk. Salah satunya adalah Teori Cerucuk oleh Mochtar (2000). Teori ini didasarkan pada Manual Design NAVFAC DM-7 [3]. Kemudian dilakukan pembaharuan rumus oleh Mochtar & Arya [2] yang didasarkan pada pemodelan di laboratorium. Dan pembaruan rumus yang terbaru oleh Rusdiansyah (2015) yang memperoleh faktor koreksi gabungan terhadap rumus Mochtar (2000) yakni koreksi terhadap panjang tancap, spasi pemasangan, diameter, serta jumlah dan efisiensi. Namun teori cerucuk oleh Rusdiansyah (2015) [4] masih memiliki batas perhitungan. Sehingga perlu diadakan penelitian lanjut untuk memperluas batas tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan cara sampling tanah lalu sampel tersebut di uji geser di Laboratorium untuk mengetahui gaya maksimum yang bisa ditahan oleh tanah maupun tanah yang ditancapi cerucuk mini. Gaya inilah yang diolah menjadi persamaan pengaruh variasi cerucuk. Hasil perhitungan perumusan menghasilkan persamaan tambahan pada Rumus Cerucuk 2015. Pada variasi rasio tancap cerucuk diperoleh persamaan Yt=0.001(Xt)2 + 0.051(Xt) – 0.180. Pada variasi spasi pemasangan didapat persamaan untuk rasio spasi terhadap diameter (S/D) lebih dari 5, Ys=-0.027(Xs)+1.138. pada variasi jumlah cerucuk didapat persamaan baru yakni Yn = 0.0055(Xn)2 – 0.0892(Xn) + 1.1001. Sedangkan untuk variasi diameter diperoleh persamaan Yd=1.337(Xd)+0.869 untuk rasio diameter terhadap kekakuan (D/T) kurang dari 0.098. Dengan rata-rata koefisien pengali adalah 2.095.
Perencanaan Perkuatan Dinding Kolam Pelabuhan dan Penggunaan Material Dredging Sebagai Material Timbunan Pada Area Perluasan Dermaga Proyek RDMP-RU V Balikpapan Muhammad Ivan Adi Perdana; Yudhi Lastiasih; Noor Endah
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (832.857 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.28013

Abstract

Proyek RDMP-RU V PT. Pertamina Balikpapan meliputi pembangunan sisi darat dan laut. Di sisi darat akan digunakan sebagai perluasan dermaga untuk lahan parkir kendaraan, yang dibangun diatas tanah clayey silt. Tanah tersebut memiliki pemampatan yang cukup besar dan berlangsung sangat lama serta memiliki daya dukung yang kecil. Sedangkan kawasan sisi laut terdapat dredging area yang menghasilkan material kerukan. Material tersebut biasanya tidak dipergunakan lagi dan dibuang disuatu tempat. Hal ini akan lebih menguntungkan apabila dimanfaatkan sebagai material timbunan disisi darat. Dalam tugas akhir ini akan direncanakan penimbunan tanah pada sisi darat yang dibangun di atas tanah lunak, sehingga diperlukan perencanaan perbaikan tanah. Metode yang dapat digunakan dalam perencanaan perbaikan tanah adalah metode preloading dengan prefabricated vertical drain (PVD) untuk mempercepat pemampatan. Dengan adanya timbunan tersebut perlu dibangun konstruksi dinding penahan tanah untuk mencegah kelongsoran. Berdasarkan hasil analisis pada tugas akhir ini disimpulkan bahwa kondisi tanah dasar memiliki tebal lapisan mampu mampat sedalam 25 m. Material dredging dapat digunakan sebagai material timbunan. Tinggi awal timbunan (H-Inisial) yaitu 5.28 m (Zona 1) dan 4.59 m (Zona 2). Besarnya pemampatan konsolidasi (Sc) adalah 1.42 m (Zona 1) dan 1.23 m (Zona 2). Pemasangan PVD direncanakan menggunakan pola segiempat dengan spasi 1.2 m yang ditanam sedalam 25 meter dengan waktu pemampatan konsolidasi (U) 90 % selama 23 minggu. Alternatif perkuatan dinding menggunakan secant pile dengan panjang 27.6 m (zona 1) dan 26.3 m (zona 2). Total biaya konstruksi penimbunan hingga perencanaan secant pile sebesar Rp8.135.487.283,-.