Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

Perencanaan Perkuatan Dinding Kolam Pelabuhan dan Penggunaan Material Dredging Sebagai Material Timbunan Pada Area Perluasan Dermaga Proyek RDMP-RU V Balikpapan Muhammad Ivan Adi Perdana; Yudhi Lastiasih; Noor Endah
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (665.203 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.24919

Abstract

Proyek RDMP-RU V PT. Pertamina Balikpapan meliputi pembangunan sisi darat dan laut. Di sisi darat akan digunakan sebagai perluasan dermaga untuk lahan parkir kendaraan, yang dibangun diatas tanah clayey silt. Tanah tersebut memiliki pemampatan yang cukup besar dan berlangsung sangat lama serta memiliki daya dukung yang kecil. Sedangkan kawasan sisi laut terdapat dredging area yang menghasilkan material kerukan. Material tersebut biasanya tidak dipergunakan lagi dan dibuang disuatu tempat. Hal ini akan lebih menguntungkan apabila dimanfaatkan sebagai material timbunan disisi darat. Dalam tugas akhir ini akan direncanakan penimbunan tanah pada sisi darat yang dibangun di atas tanah lunak, sehingga diperlukan perencanaan perbaikan tanah. Metode yang dapat digunakan dalam perencanaan perbaikan tanah adalah metode preloading dengan prefabricated vertical drain (PVD) untuk mempercepat pemampatan. Dengan adanya timbunan tersebut perlu dibangun konstruksi dinding penahan tanah untuk mencegah kelongsoran. Berdasarkan hasil analisis pada tugas akhir ini disimpulkan bahwa kondisi tanah dasar memiliki tebal lapisan mampu mampat sedalam 25 m. Material dredging dapat digunakan sebagai material timbunan. Tinggi awal timbunan (H-Inisial) yaitu 5.28 m (Zona 1) dan 4.59 m (Zona 2). Besarnya pemampatan konsolidasi (Sc) adalah 1.42 m (Zona 1) dan 1.23 m (Zona 2). Pemasangan PVD direncanakan menggunakan pola segiempat dengan spasi 1.2 m yang ditanam sedalam 25 meter dengan waktu pemampatan konsolidasi (U) 90 % selama 23 minggu. Alternatif perkuatan dinding menggunakan secant pile dengan panjang 27.6 m (zona 1) dan 26.3 m (zona 2). Total biaya konstruksi penimbunan hingga perencanaan secant pile sebesar Rp8.135.487.283,-.
Alternatif Perkuatan Timbunan Existing Railway Track Sta 141+100 - 141+600 "Bojonegoro - Surabaya Pasar Turi" Yudha Pratama Narra Putra; Yudhi Lastiasih; Putu Tantri Kumala Sari
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (524.292 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.25873

Abstract

Padatnya lalu lintas kereta api di utara pulau jawa menyebabkan Pemerintah memrintahkan PT. KAI untuk membangun jalur rel ganda. Setelah beberapa hari pemasangan perkuatan di samping timbunan rel baru, terjadi tanda-tanda pergerakan tanah pada timbunan rel lama berupa tiang yang miring dan kelongsoran. Melihat kondisi lapangan maka PT. KAI juga meminta adanya uji stabilitas lereng pada timbunan rel lama. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa SF di beberapa lokasi kurang dari 1, dimana kondisi ini menyebabkan terjadinya kelongsoran. Oleh karena itu, untuk mencegah kelongsoran dan mencegah kerusakan rel maka perlu direncanakan perkuatan timbunan rel lama tanpa membongkar rel yang sudah ada. Alternatif perkuatan yang direncanakan tidak boleh membongkar rel lama. Maka ditawarkan 4 alternatif yang pertama menggunakan perkuatan dengan cerucuk (micropile), timbunan tambahan (counterweight), dan turap beton (free standing dan berjangkar) di sisi timbunan rel lama. Pada tahap akhir dilakukan analisis perbandingan biaya material antara 4 alternatif untuk system perkuatan timbunan. Dari hasil analisis keempat perkuatan, diketahui alternatif pertama yaitu menggunakan cerucuk Prestressed Concrete Spun Pile diameter 300 mm dari PT Wijaya Karya Beton. Untuk zona 1 kedalaman cerucuk 10 m dengan jarak 1 m dan berjumlah 603 buah. Untuk zona 2 dan zona 3 kedalaman cerucuk 10 m, jarak 1 m dan jumlah 300 buah. Alternatif kedua menggunakan counterweight sebanyak 4256 m3 pada zona 1, 2430 m3 pada zona 2 dan 2162 m3 pada zona 3. Alternatif perkuatan ketiga menggunakan turap beton freestanding Corrugated Type W600 A1000 sedalam 21m untuk ketiga zona. Alternatif keempat turap berjangkar dengan teknik grouting menggunakan turap beton Corrugated Type W400 A1000 sedalam 10 m, diameter baja angker berukuran 6 cm panjang 7.5 m, dan beton grouting fcā€™ 50 Mpa diameter 0.3 m tinggi 1 m di ketiga zona. Dilihat dari biaya material yang ekonomis maka dipilih perkuatan cerucuk (micro pile) dengan total biaya material yang dibutuhkan pada zona 1 adalah Rp 223.688.434, untuk zona 2 adalah Rp 111.287.778, dan untuk zona 3 Rp 111.287.778. Jumlah semua biaya material cerucuk adalah Rp 446.263.990.
Perbandingan Pondasi Bangunan Bertingkat Untuk Pondasi Dangkal Dengan Variasi Perbaikan Tanah Dan Pondasi Dalam Studi Kasus Pertokoan Di Pakuwon City Surabaya Adrian Hartanto; Indrasurya Budisatria Mochtar; Yudhi Lastiasih
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.293 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i1.28985

Abstract

Proyek yang diambil dalam Tugas Akhir ini adalah komplek pertokoan Pakuwon Town Square (PATOS) yang berada di komplek perumahan Pakuwon City Surabaya. Komplek pertokoan ini telah didirikan setinggi 2 hingga 3 lantai dengan menggunakan pondasi dalam micropile sedalam 21 meter. Penulis merencanakan ulang pondasi komplek pertokoan ini dengan variasi ketinggian 3 lantai, 4 lantai, 5 lantai dan 6 lantai dengan menggunakan pondasi dangkal dan dua metode perbaikan tanah. Kawasan proyek Pakuwon Town Square ini memiliki jenis tanah lunak dengan tebal lapisan compreesible sedalam 15 meter dengan jenis tanah lempung lunak. Dengan kondisi tanah seperti itu, pemampatan tanah yang terjadi cukup besar. Untuk mempercepat proses konsolidasi tanah, dilakukan perbaikan tanah menggunakan metode preloading dengan PVD (Prefabricated Vertical Drain) dan metode vacuum preloading yang kemudian akan dibandingkan dan diambil alternatif yang termurah. PVD akan dipasang sedalam lapisan compressible yaitu sedalam 15 meter. Dengan adanya perbaikan tanah menggunakan PVD, waktu pemampatan primer terjadi sangat cepat sehingga terjadinya pemampatan sekunder menjadi lebih awal. Oleh karena itu pemampatan sekunder diperhitungkan dalam Tugas Akhir ini. Pemampatan sekunder yang terjadi dalam perencanaan di Tugas Akhir ini cukup besar sehingga dilakukan penambahan beban timbunan dalam perbaikan tanah menggunakan PVD untuk menghilangkan pemampatan sekunder yang diasumsikan terjadi 5 tahun setelah pemampatan primer selesai. Sehingga setelah perbaikan tanah selesai, proses pemampatan primer dan sekunder juga telah selesai. Pada Tugas Akhir ini direncanakan struktur pondasi 3 lantai, 4 lantai, 5 lantai dan 6 lantai dengan menggunakan 3 alternatif, yaitu pondasi tiang pancang, pondasi rakit dengan perbaikan tanah menggunakan PVD serta pondasi rakit dengan perbaikan tanah menggunakan vacuum preloading. Perencanaan pondasi rakit dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan geoteknik dengan permodelan struktur 3 dimensi untuk mendapatkan struktur pondasi yang kaku sehingga tidak menyebabkan differential settlement. Dari hasil perhitungan dalam Tugas Akhir ini maka didapatkan alternatif yang termurah untuk gedung 3, 4 dan 5 lantai adalah penggunaan pondasi dangkal dengan metode perbaikan tanah vacuum preloading dengan biaya Rp.2,963,207,662 untuk gedung 3 lantai, Rp.4,160,933,839 untuk gedung 4 lantai, Rp.6,039,707,940 untuk gedung 5 lantai , sedangkan untuk gedung 6 lantai adalah penggunaan pondasi tiang pancang dengan biaya Rp.7,884,668,852 untuk gedung 6 lantai.
Perbandingan Perencanaan Pondasi Tiang Pancang Menggunakan Metode Konvensional dan Metode P-Z Curve pada Modifikasi Gedung Apartemen Puncak MERR Surabaya Riky Dwi Prasetyo; Indrasurya Budisatria Mochtar; Yudhi Lastiasih
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.915 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i2.34318

Abstract

Surabaya merupakan kota dengan pertumbuhan ekonomi besar yang selalu di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Banyak penduduk dari luar Surabaya datang ke kota ini sebagai pendatang tiap tahunnya untuk melaksanakan kegiatan ekonomi. Keterbatasan lahan yang ada menuntut perlunya pembangunan bangunan vertikal untuk tempat tinggal, salah satunya adalah Apartemen Puncak MERR yang memiliki kedalaman tanah keras yang cukup dalam sehingga biaya yang harus dikeluarkan untuk pondasi dalam cukup besar. Pada pembangunan gedung dengan pondasi dalam, semakin dalam pondasi maka semakin mahal biaya sehingga tidak ekonomis. Pada metode perencanaan konvensional, perletakan untuk kolom struktur atas terhadap pondasi dianggap jepit dan tidak ada penurunan (settlement) pada tanah. Pada tanah lempung yang bersifat compressible, pengaruh beban akan menyebabkan terjadinya penurunan tanah sehingga muncul konsep perhitungan tiang pancang yang memperhatikan penurunan tanah dan menganggap perletakan struktur atas berupa perletakan pegas dengan metode P-Z curve. Dengan memperhatikan adanya penurunan tanah akan menyebabkan kedalaman tiang pancang berkurang. Metode perencanaan yang digunakan yaitu konvensional (perletakan jepit) dan P-Z curve (perletakan pegas/ spring). Variasi daya dukung yang digunakan pada perencanaan ini yaitu SF = 3 untuk metode konvensional dan Qizin = 0,3 Qult, Qizin = 0,5 Qult, Qizin = 0,7 Qult, dan Qizin = 0,9 Qult pada metode P-Z curve. Perencanaan pondasi tiang pancang pancang menggunakan spun pile diameter 60 cm. Kedalaman tanah daya dukung yaitu 21 meter untuk pondasi end bearing dan 16 meter untuk pondasi friction. Hasil dari Tugas Akhir ini adalah mendapatkan variasi alternatif hasil analisis metode perencanaan pondasi dalam dengan metode konvensional dan metode P-Z curve. Dari hasil perhitungan didapat jumlah kebutuhan tiang pancang pada metode P-Z curve lebih sedikit dibandingkan dengan metode konvensional. Untuk menghemat biaya pembangunan gedung modifikasi Apartemen Puncak MERR maka digunakan pondasi tiang pancang dengan metode P-Z curve tumpuan end bearing dengan Qizin = 0,9 Qult.
Perencanaan Struktur Bawah Dan Approach Jembatan Joyoboyo Surabaya, Jawa Timur Indra Giri Angga Kusuma; Yudhi Lastiasih; Putu Tantri Kumala Sari
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.417 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i1.38972

Abstract

emerintah Surabaya berencana membangun jembatan baru yang menghubungkan Jalan Raya Wonokromo ke bangunan Terminal Joyoboyo yang kelak akan berfungsi juga sebagai park and ride untuk angkutan masal cepat (trem). Jembatan baru yang direncanakan adalah Jembatan Joyoboyo. Jembatan Joyoboyo merupakan jembatan yang mempunyai dua jalur. Tiap jalur mempunyai 2 lajur dengan lebar lalu lintas 20 m yang terdiri dari lebar jalan 4 m dan bahu jalan 3 m pada tiap sisi. Jembatan ini dibangun diatas sungai Surabaya. Jembatan ini direncanakan memiliki panjang 130 meter dan menggunakan struktur utama berupa cable stay yang menumpu pada dua abutmen. Pada pangkal jembatan sisi kanan terdapat rencana oprit jembatan dengan timbunan tertinggi sebesar 3,5 meter. Jembatan ini dibangun di atas tanah dengan kedalaman tanah keras berada di kedalaman 16 m. Kondisi tanah dasar dilapangan sangat mempengaruhi daya dukung tanah untuk menerima beban sehingga pada perencanaan struktur bawah dan approach jembatan ini perlu adaanya perencanaan yang tepat untuk menentukan alternatif perencanaan yang efektif dan efisien. Makalah kali ini membahas tentang perencanaan struktur bawah meliputi perencanaan abutmen dan pondasi tiang pancang serta akan menganalisa 2 alternatif perencanaan perkuatan tanah yaitu penggunaan geotextile wall dan penggunaan geogrid kombinasi dengan keystone-wall. Kemudian dari hasil analisa perhitungan perencanaan dinding penahan tanah didapatkan hasil bahwa perencanaan oprit menggunakan alternatif pertama memerlukan biaya material total sebesar Rp 755.234.150,00 dan untuk alternatif kedua memerlukan biaya material total sebesar Rp 721.376.150,00. Untuk perencanaan abutment direncanakan abutment dengan tinggi 4 meter dan pilecap berukuran 6 meter x 20 meter dan ditopang oleh 30 buah pondasi tiang pancang, dimana pondasi tiang pancang yang digunakan berdiameter 50 cm sedalam 27 m.
Alternatif Perencanaan Pondasi Dangkal pada Runway dan Gedung Terminal dengan Memperhatikan Pengaruh Likuifaksi (Studi Kasus: Bandara Internasional Yogayakarta) Tsasca Dewi Arsyia Asyiffa; Herman Wahyudi; Yudhi Lastiasih
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.55263

Abstract

Bandara Internasional Yogyakarta berlokasi di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Kabupaten Kulon Progo memiliki Peak Ground Acceleration (PGA) hingga sebesar 0,4 g. Di samping itu, lokasi bandara tersebut memiliki kondisi tanah yang didominasi tanah pasir. Mengingat kondisi tanah yang didominasi oleh tanah pasir dan nilai PGA yang cukup tinggi, lokasi tersebut memungkinkan memiliki potensi terjadinya likuifaksi. Akibat potensi likuifaksi tersebut, dalam pembangunan bandara telah dilakukan pemadatan tanah. Saat ini, gedung terminal bandara setinggi 3 lantai dan 1 basement telah dibangun menggunakan pondasi bored pile sepanjang 26 meter serta runway telah dibangun dengan panjang 3250 meter dan lebar 45 meter. Makalah ini membahas perhitungan lapisan tanah yang berpotensi likuifaksi pada data tanah sebelum dan sesudah perbaikan tanah, evaluasi pondasi eksisting pada gedung terminal, dan perencanaan alternatif pondasi cakar ayam pada area runway serta perencanaan pondasi cakar ayam dan pondasi sarang laba-laba (KSLL) di gedung terminal. Berdasarkan hasil analisis, diketahui lapisan tanah yang berpotensi likuifaksi dengan data tanah sebelum pemadatan pada area runway sedalam 2 meter dan pada area gedung terminal sedalam 4 meter. Namun, hasil kedalaman lapisan tanah yang berpotensi likuifaksi berdasarkan data tanah sesudah pemadatan pada area runway sedalam 1 meter dan tidak ditemukan potensi likuifaksi pada area gedung terminal. Berdasarkan hasil analisis evaluasi pondasi eksisting gedung terminal, diketahui tidak semua pondasi memiliki hasil evaluasi yang memuaskan dari segi beban aksial dan lateral. Perencanaan pondasi cakar ayam pada area runway memiliki dimensi panjang 3250 meter, lebar 45 meter dengan tebal 0,30 meter serta panjang pipa diketahui sebesar 10 meter dengan diameter 1,2 meter. Perencanaan alternatif pondasi dangkal, baik pondasi cakar ayam dan KSLL, pada gedung terminal tidak dapat dilaksanakan karena SF bearing capacity kurang dari satu (1) dan settlement yang terjadi melampaui settlement maksimum yang disyaratkan.
Perencanaan Bored Pile dengan dan Tanpa Perbaikan Tanah dengan Memperhatikan Potensi Likuifaksi (Studi Kasus: Apartemen Grand Sagara) Savira Amelia Ramadhan; Yudhi Lastiasih; Noor Endah Mocthtar
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.55509

Abstract

Apartemen Grand Sagara terletak di Jalan Tambak Wedi, Surabaya. Apartemen ini direncanakan terdiri atas 50 lantai tanpa basement. Nilai SPT rata-rata pada tanah kedalaman 0 ā€“ 15 meter di lokasi proyek adalah sebesar 9 sehingga dapat dikategorikan sebagai tanah pasir lepas. Kondisi ini menyebabkan tanah pada lokasi proyek berpotensi mengalami likuifaksi apabila terjadi gempa, dimana pada lokasi tersebut diketahui nilai PGA adalah sebesar 0,322 g (puskim.pu.go.id). Untuk itu diperlukan perencanaan pondasi dengan memperhatikan potensi likuifaksi dan perencanaan perbaikan tanah yang dapat mengurangi potensi likuifaksi. Dari analisis yang dilakukan, diketahui bahwa tanah pada kedalaman 0.0ā€“15.0 meter berpotensi mengalami likuifaksi. Perbaikan tanah sedalam 15 (lima belas) meter dengan menggunakan metode vibrokompaksi jenis alat BJV130 dengan spacing sebesar 2,5 meter dapat menghasilkan peningkatan nilai SPT rata-rata dari 9 (sembilan) dengan konsistensi tanah pasir lepas menjadi 20 (dua puluh) dengan konsistensi tanah pasir medium. Jenis pondasi bored pile yang dikombinasi dengan pondasi rakit direncanakan untuk masing-masing bagian gedung. Hasil perencanaan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kedalaman dari bored pile yaitu lebih dalam 1.0 meter untuk kondisi tanah yang tanpa perbaikan. Hanya saja, biaya perbaikan tanah yang mahal menyebabkan pondasi bored pile tanpa perbaikan tanah tetap lebih murah dari pada pondasi bored pile dengan perbaikan tanah. Total biaya pekerjaan pondasi tanpa perbaikan tanah adalah Rp 23.502.896.918,00, sedangkan biaya pekerjaan pondasi dengan perbaikan tanah adalah sebesar Rp 28.991.248.358,00.
Perencanaan Reklamasi & Shore Protection pada Proyek Perpanjangan Runway Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Kautsar Rizki Nashrullah; Yudhi Lastiasih; Herman Wahyudi
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.69821

Abstract

Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai terus dikembangkan dari tahun ke tahun. Hal tersebut dilakukan demi mendukung kenaikan jumlah pesawat yang sejalan dengan jumlah kenaikan penumpang yang keluar masuk Bandara Ngurah Rai setiap tahunnya. Oleh karena itu, pihak pengelola Bandara Ngurah Rai langsung mengambil langkah konkret dengan melakukan pengembangan air side Bandara. Rencana pengembangan yang akan dilakukan adaalah perpanjangan runway yang semula memeliki dimensi 3000x45 m akan diperpanjang 400 m sehingga menjadi 3400x45 m. Namun, keterbatasan lahan pada area bandara memaksa pengembangan harus dilakukan mengarah ke sisi pantai sebelah barat Bandara Ngurah Rai. Pengembangan dilakukan dengan membuat daratan baru dari dasar laut atau yang lebih dikenal reklamasi. Dalam penelitian ini dilakukan perencanaan reklamasi tersebut. Perencanaan reklamasi akan dilakukan dengan memperhatikan likuifaksi karena tanah di daerah reklamasi didominasi oleh tanah pasir ditambah lagi Pulau Bali pernah dilanda gempa dengan kekuatan 7,5 M. Selain itu, untuk menjaga tanah dibelakangnya agar tidak terbawa oleh arus dan gelombang ke laut lepas maka perlu direncanakan shore protectionnya juga. Saat ini telah direncanakan perbaikan tanah untuk mengantisipasi likuifaksi dengan metode dynamic compaction dan stone column. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada area yang berpotensi mengalami likuifaksi pada tanah lapisan 0-5 m zona D. Maka dari itu direncanakan perbaikan tanah alternatif untuk mengantisipasi likuifaksi tersebut berupa soil mixing dan compaction grouting. Semua variasi alternatif perbaikan tersebut dibandingkan dengan hasil perencanaan eksisting, ternyata metode perbaikan yang paling efektif untuk mengantisipasi likuifaksi pada Proyek Perpanjangan Runway Bandar Udara Ngurah Rai adalah dynamic compaction. Selanjutnya untuk shore protection dalam penelitian ini direncanakan menggunakan tetrapod dan revetment batu pecah. Hasil perbandingan dari kedua perencanaan shore protection tersebut menunjukan bahwa revetment batu pecah merupakan shore protection yang paling efektif.
Reliability of Estimation Pile Load Capacity Methods Yudhi Lastiasih; Indra Djati Sidi
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol. 46 No. 1 (2014)
Publisher : Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2014.46.1.1

Abstract

None of numerous previous methods for predicting pile capacity is known how accurate any of them are when compared with the actual ultimate capacity of piles tested to failure. The author's of the present paper have conducted such an analysis, based on 130 data sets of field loading tests. Out of these 130 data sets, only 44 could be analysed, of which 15 were conducted until the piles actually reached failure. The pile prediction methods used were: Brinch Hansen's method (1963), Chin's method (1970), Decourt's Extrapolation Method (1999), Mazurkiewicz's method (1972), Van der Veen's method (1953), and the Quadratic Hyperbolic Method proposed by Lastiasih et al. (2012). It was obtained that all the above methods were sufficiently reliable when applied to data from pile loading tests that loaded to reach failure. However, when applied to data from pile loading tests that loaded without reaching failure, the methods that yielded lower values for correction factor N are more recommended. Finally, the empirical method of Reese and O'Neill (1988) was found to be reliable enough to be used to estimate the Qult of a pile foundation based on soil data only.
Analisis Kebutuhan Perkuatan Geotextile untuk Tinggi Timbunan Badan Jalan yang Bervariasi di atas Tanah Lunak Pada Kondisi dengan dan tanpa Pemasangan PVD (Prefabricated Vertical Drain) Rohmahillah Aviskanasya Septiandri; Indrasurya B. Mochtar; Yudhi Lastiasih
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 19, No 3 (2021)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1403.577 KB) | DOI: 10.12962/j2579-891X.v19i3.9504

Abstract

Kebutuhan perkuatan geotextile dipengaruhi oleh kondisi tanah dasar itu sendiri. Perbedaan kondisi tanah dasar ketika dengan pemasangan PVD (Prefabricated Vertical Drain) dan tanpa pemasangan PVD terletak pada daya dukungnya. Daya dukung tanah dasar dengan pemasangan PVD lebih tinggi daripada tanpa pemasangan PVD, hal tersebut dikarenakan kenaikan harga Cu sebagai akibat pemampatan konsolidasi sehingga mempengaruhi jumlah kebutuhan perkuatan geotextile. Pada geotextile dengan Tult yang sama, kebutuhan jumlah perkuatan geotextile dengan pemasangan PVD lebih sedikit daripada tanpa pemasangan PVD, sedangkan pada geotextile dengan Tult yang bervariasi terdapat batasan untuk kondisi tanpa pemasangan PVD. Pada kondisi tanpa pemasangan PVD, semakin tinggi timbunan maka Tult geotextile yang digunakan semakin tinggi, sedangkan untuk kondisi dengan pemasangan PVD, Tult geotextile yang digunakan untuk semua variasi tinggi timbunan dalam penelitian ini minimal 50 kN.