Sanjaya, Purba
Department Of Agro-technology, Faculty Of Agriculture, Universitas Lampung, Indonesia

Published : 17 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PERTUMBUHAN BIBIT LADA (Piper nigrum), MELADA (Piper colubrinum), DAN LADA SAMBUNG PADA SISTEM PEMBIBITAN JENUH AIR Rusdi Evizal; Puput Azizah; Sarno Sarno; Maria Viva Rini; Liska Mutiara Septiana; Sugiatno Sugiatno; Purba Sanjaya
Jurnal Agrotek Tropika Vol 10, No 2 (2022): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 10, MEI 2022
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v10i2.5721

Abstract

Lada sambung merupakan hasil grafting tanaman lada dengan melada sebagai batang bawah yang memiliki keunggulan dari segi ketahanan terhadap penyakit busuk pangkal batang lada, cekaman kelebihan air, dan pertumbuhan yang kuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pertumbuhan antara bibit lada biasa, melada, dan lada sambung, mengetahui pengaruh sistem pembibitan jenuh air terhadap pertumbuhan bibit lada (Piper nigrum), melada (Piper colubrinum), dan lada sambung, serta mengetahui interaksinya terhadap pertumbuhan bibit lada. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2020 hingga Maret 2021 di Desa Air Kubangan, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama jenis lada terdiri dari jenis lada biasa, lada sambung, dan melada; faktor kedua sistem pembibitan jenuh air terdiri dari polybag tanpa digenang, digenang, dan digenang + pupuk daun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit melada memberikan respon pertumbuhan yang baik terhadap kondisi jenuh air yaitu perlakuan polybag digenang air dan polybag digenang air yang ditambah pupuk daun yang ditunjukkan oleh variabel tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, bobot kering tunas, dan indeks kualitas bibit. Bibit melada dalam polybag yang digenang air + pupuk memberi pertumbuhan yang paling baik. Perakaran bibit lada sambung (lada/melada) tumbuh lebih cepat daripada lada biasa (tanpa sambung) yaitu pada variabel jumlah akar dan bobot segar akar. Perakaran bibit lada sambung dan melada menunjukkan sifat yang lebih toleran terhadap cekaman jenuh air. Sebagai interaksi batang bawah dan batang atas, pertumbuhan akar lada sambung berada di antara pertumbuhan akar lada biasa dan melada.
PENGARUH PUPUK KANDANG DAN PUPUK HAYATI PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) Purba Sanjaya; Novi Kurnia; Kushendarto Kushendarto; Fitri Yelli
Jurnal Agrotek Tropika Vol 9, No 1 (2021): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 9, JANUARI 2021
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v9i1.4895

Abstract

Produktivitas tanaman tomat di Provinsi Lampung terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Pada Tahun 2017 tercatat produktivitas tomat mencapai 13.46 ton/ha, sedangkan pada tahun 2019 hanya mencapai 10.52 ton/ha. Bahkan nilai ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata rata nasional yang mencapai 18.63 ton/ha. Untuk mengatasi hal tersebut peningkatan produktivitas mutlak dibutuhkan, salah satunya adalah dengan penambahan pupuk kandang dan pupuk hayati. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Januari - Mei 2020. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) secara faktorial 4 x 3 dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah pemupukan dengan menggunakan beberapa jenis pupuk kandang (ayam, kambing dan sapi) sebanyak 1/3 bagian media tanam, sedangkan faktor kedua adalah aplikasi pupuk hayati dengan dosis, 0 l/ha, 4 l/ha, dan 8 l/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap seluruh variabel pengamatan. Dari ketiga jenis pupuk kandang, pupuk kandang kambing memberikan hasil yang paling baikdibandingkan pupuk kandang lainnya. Aplikasi pupuk hayati dengan dosis 4 l/ha berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah cabang primer dan jumlah bunga tanaman tomat dan merupakan perlakuan terbaik untuk pupuk hayati. Tidak terjadi interaksi antara perlakuan pupuk kandang dan pupuk hayati.
PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI STEK POHON INDUK LADA SAMBUNG (Piper nigrum/Piper colubrinum) Rusdi Evizal; Ermia Citra Esatika; Liska Mutiara Septiana; Abdul Kadir Salam; Purba Sanjaya; Sudi Pramono
Jurnal Agrotek Tropika Vol 10, No 1 (2022): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 10, JANUARI 2022
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v10i1.5460

Abstract

Provinsi Lampung merupakan sentra produksi lada hitam Indonesia. Upaya penanaman baru dan rehabilitasi kebun lada memerlukan penyediaan bahan stek yang bersumber dari pohon induk unggul dan sehat yaitu pohon induk lada sambung (Piper nigrum/Piper colubrinum) yang bersifat tahan terhadap penyakit busuk pangkal batang lada. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk NPK yang terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi setek pohon induk lada sambung.  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2020 – Maret 2021 yang bertempat di kebun lada sambung di Desa Air Kubangan, Air Naningan, Kabupaten Tanggamus. Propinsi Lampung. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri dari pemberian pupuk pada lada sambung dengan dosis NPK (15:15:15) 0 g/pohon, 75 g/pohon, 150 g/pohon, 225 g/pohon, 300 g/pohon, dan lada non-sambung tanpa pupuk NPK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK pada pohon induk lada sambung berpengaruh nyata pada variabel pertambahan tinggi tanaman, jumlah cabang panjat, jumlah cabang buah, diameter cabang panjat, produksi setek pendek, dan produksi setek panjang. Pemberian pupuk NPK dengan dosis 228,9 g/tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif pohon induk lada sambung dan menghasilkan produksi stek tertinggi yaitu 48 stek/pohon.
PERTUMBUHAN AKAR STEK SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) HASIL PENGERATAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENGERAT BIBIT SINGKONG (RABIKONG) Sandi Asmara; R. A. Diana Widyastuti; Purba Sanjaya
Jurnal Agrotek Tropika Vol 10, No 2 (2022): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 10, MEI 2022
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v10i2.5969

Abstract

Umumnya bahan tanam Singkong berasal dari stek batang yang diambil dari sisa panen penanaman sebelumnya. Jumlah akar yang tumbuh pada stek batang dan menjadi umbi adalah salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya produksi singkong. Beberapa literatur menyatakan bahwa beberapa sistem pelukaan batang atau pengeratan akan mempegaruhi pertumbuhan dan jumlah akar yang tumbuh dari batang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengeratan pada pertumbuhan akar (panjang dan jumlah) dan produksi umbi Singkong. Peneltian ini berlangsung pada bulan Juli sampai November 2020 di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perlakuan pengeratan akan meningkatkan panjang akar, dan jumlah akar singkong hingga umur 8 minggu setelah tanam, tetapi kemudian menurun pada 16 miggu setelah tanam. Pertumbuhan akar singkong optimum yang terjadi pada umur 8 minggu ditandai dengan panjang akar maksimum sepanjang 17.97 cm dan jumlah akar sebanyak 41,42 buah. Dalam aspek produksi, pada minggu ke 16 setelah tanam terjadi penurunan jumlah umbi singkong dari 7,25 buah pada perlakuan kontrol menjadi 4,375 buah pada perlakuan keratan. Hal ini diduga karena penerapan teknik budidaya yang kurang tepat terutama pada kegiatan pemupukan dan pemangkasan.
PENGARUH PEMBERIAN DOSIS PUPUK NPK DAN PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) R.A Diana Widyastuti; Yohanes C Ginting; Purba Sanjaya; Hayane Adeline Warganegara; M Hafidz Yugo
Jurnal Agrotek Tropika Vol 10, No 3 (2022): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 10, AGUSTUS 2022
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v10i3.6304

Abstract

Produktivitas cabai merah mengalami penurunan setiap tahunnya hal ini disebabkan oleh kesuburan tanah yang semakin rendah. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu melakukan pemupukan dengan pupuk NPK dan pupuk hayati. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar, Gedong Tataan, Pesawaran padai bulan November 2020 sampai April 2021. Metode penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 4x3 dengan 3 ulangan dan terdapat 12 kombinasi perlakuan. Faktor pertama yaitu perlakuan dosis pupuk NPK 0, 10, 20, dan 30 g/tanaman. Faktor kedua yaitu konsentrasi pupuk hayati Grikulan Plus 0, 15, 30 ml/l. Setiap perlakuan diambil 2 sampel. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett dan aditivitas menggunakan uji Tukey, dan uji lanjut dengan BNT padai taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan dosis pupuk NPK 30 g/tanaman menghasilkan bobot buah cabai merah paling tinggi yaitu sebesar 521,44 g/tanaman. Pengaplikasian pupuk hayati Grikulan Plus konsentrasi 30 ml/l menghasilkan bobot cabai merah yang lebih tinggi sebesar 415,21 g/tanaman. Interaksi antara dosis pupuk NPK 30 g/tanaman dengan pupuk hayati Grikulan Plus konsentras 30 ml/l menghasilkan bobot cabai merah yang tertinggi yaitu sebesar 657,67g/tanaman atau setara dengan 13,15 ton/ha.
The growth of 'Crystal' guava seedling in response to pinching and dormancy breaking chemicals Raden Ajeng Diana Widyastuti; Setyo Dwi Utomo; Darwin H. Pangaribuan; Purba Sanjaya; Hayane Adeline Warganegara; Widia Agustin
Kultivasi Vol 21, No 3 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i3.40791

Abstract

AbstractPinching and dormancy breaking chemicals (DBC) application are potentially used to regulate the growth of plant. This study aims to evaluate the growth response of ‘Crystal’ guava (Psidium guajava L.) seedling in response to pinching and DBC application. This experiment was carried out in the Integrated Field Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Lampung from March to June 2021, with a randomized completely block design (RCBD) with 2 factors (pinching and DBC) and repeated four times. The results showed that pinching could reduce the increase of height of guava seedling. The combination of pinching with DBC could significantly increase the number of new emerging leaves, branches, and shoots as well as the length of new shoots. The leaf area on new emerging leaves was not affected by pinching and DBC factors. The application of DBC to non-pinched plants inhibited vegetative growth and precisely increased generative growth, as indicated by the increase of the number of flowers produced. The most recommended treatment to improve the vegetative growth of guava plant seedlings was a combination of pinching and KNO3 40 g L-1.Keywords: 'Crystal' guava, KNO3, vegetative growth, pinching, dormancy breaking chemicals. AbstrakPinching dan pemberian zat pemecah dormansi berpotensi untuk digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengevalusi respon pertumbuhan bibit tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) 'Kristal' terhadap perlakuan pinching dan pemberian zat pemecah dormansi (ZPD). Percobaan ini dilaksanakan di lahan Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Maret hingga Juni 2021, dengan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial (pinching dan ZPD) yang diulang sebanyak 4 kali. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa teknik pinching dapat menurunkan pertambahan tinggi tanaman jambu. Namun hal ini justru dapat memperbaiki pertumbuhan bibit jambu. Kombinasi pinching dengan ZPD dapat meningkatkan jumlah daun, cabang, dan tunas baru serta panjang tunas baru secara signifikan. Luas daun baru tanaman jambu tidak dipengaruhi oleh faktor pinching dan ZPD. Pemberian ZPD pada tanaman yang tidak dipinching menghambat pertumbuhan vegetatif, sebaliknya meningkatkan pertumbuhaan generatif dengan indikator peningkatan jumlah bunga yang diproduksi. Perlakuan yang paling direkomendasikan untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif bibit tanaman jambu adalah kombinasi antara pinching dan KNO3 40 g L-1.Kata kunci: jambu biji ‘Kristal’, KNO3, pertumbuhan vegetatif, pinching, zat pemecah dormansi
Teknik fermentasi campuran bahan organik sebagai sumber nutrisi organik pada sayuran sawi yang ditanam dengan hidroponik Darwin H. Pangaribuan; Yohannes Cahya Ginting; Rugayah Rugayah; Purba Sanjaya; Agus Karyanto; Kurnia Cahyani Dewi; Intan Puspita Sari
Kultivasi Vol 21, No 3 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i3.38509

Abstract

AbstrakNutrisi organik untuk budidaya sistem sumbu hidroponik merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kendala mahalnya harga pupuk anorganik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode ekstraksi terbaik antara metode air hangat, air dingin, dan fermentasi kemudian menentukan waktu fermentasi terbaik dari unsur hara organik campuran rumput laut, sabut kelapa dan daun kelor yang diharapkan memiliki kandungan nutrisi organik yang mendekati dengan formula nutrisi anorganik. Penelitian ini terdiri atas 2 percobaan: (i) percobaan pertama meneliti jenis metode ekstraksi, dan (ii) percobaan kedua meneliti waktu fermentasi terbaik. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal dan diulang sebanyak 6 kali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa unsur hara organik yang dicampur dengan rumput laut, sabut kelapa dan daun kelor belum mampu menyamai unsur hara campuran AB Mix pada budidaya tanaman sawi secara hidroponik. Bobot segar tanaman sawi pada sub percobaan metode ekstraksi menunjukkan bahwa metode fermentasi menghasilkan 11,28 g atau 52,22% dari bobot segar tanaman hasil perlakuan nutrisi AB Mix yang mencapai 21,60 g. Bobot segar tanaman sawi pada sub percobaan waktu fermentasi menunjukkan bahwa fermentasi 20 hari menghasilkan 1,83 g atau 50,8% dari bobot segar tanaman hasil perlakuan hara AB Mix yang mencapai 3,60 g. Waktu fermentasi terbaik diperoleh pada 20 hari fermentasi.Kata Kunci: anorganik, bahan segar, metode ekstraksi, waktu fermentasi Abstract Organic nutrition for the wick hydroponic system is an alternative solution to overcome the high cost of inorganic fertilizers. This study aims to determine the best extraction method between warm water, cold water, and fermentation, then determine the best fermentation time from the organic nutrient mixture of seaweed, coconut husk and Moringa leaves which are expected to have the same organic nutrient content as the inorganic nutrition formula. This study consisted of 2 experiments, the first experiment examined the type of extraction method and the second experiment examined the best fermentation time. The experimental design used was a randomized block design (RBD) with a single factor and was repeated 6 times. The results of this study indicate that the organic nutrients mixed with seaweed, coconut husk and Moringa leaves have not been able to equal to the AB-mix nutrients in hydroponic mustard cultivation. Fresh weight of mustard in the extraction method sub-experiment showed that the fermentation method was only able to produce 11.28 g or 52.22% of the fresh weight of plants produced by AB Mix nutrition which reached 21.60 g. Fresh weight of mustard plants in the sub-experiment of fermentation time showed that 20 days of fermentation was only able to produce 1.83 g or 50.8% of the fresh weight of plants treated with AB Mix nutrients which reached 3.60 g. The best fermentation time was obtained at 20 fermentation days.Keywords:  inorganic, fresh weight, extraction method, fermentation time
Pelatihan Pembuatan Mikroorganisme Lokal untuk Mendukung Rumah Pangan Lestari di Desa Sidodadi-Wates, Kabupaten Pringsewu Raden Ajeng Diana Widyastuti; Kus Hendarto; Hayane A. Warganegara; Purba Sanjaya; Indah Listiana; Helvi Yanfika
Open Community Service Journal Vol. 1 No. 1 (2022): Open Community Service Journal
Publisher : Research and Social Study Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.708 KB) | DOI: 10.33292/ocsj.v1i1.2

Abstract

Kegiatan Rumah Pangan Lestari merupakan suatu upaya menuju ketahanan pangan yang perlu digalakkan mulai dari rumah tangga. Pemanfaaatan lahan pekarangan yang dilakukan di daerah pedesaan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga serta memberikan pangan bergizi untuk keluarga. Bahan makanan yang diperoleh dari lahan pekarangan juga harus sehat dan bergizi. Pertanian yang sehat dapat diwujudkan dengan penerapan pertanian organik. Sisa tanaman dari lahan pekarangan merupakan alternatif yang dapat digunakan untuk menunjang kegiatan pertanian organik. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah pembuatan pupuk mikroorganisme lokal sebagai media tanam yang berasal dari bonggol pisang dan rebung bambu. Pembuatan pupuk Mikroorganisme Lokal (MOL) merupakan langkah pengaplikasian teknologi tepat guna yang diharapkan dapat menjadi solusi bagi Kelompok Wanita Tani Berkah Mandiri Desa Sidodadi Wates, Kabupaten Pringsewu. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tahapan sosialisasi, pelatihan dan pendampingan hingga tahap akhir dalam pembuatan pupuk Mikroorganisme Lokal. Peserta pelatihan merupakan bagian dari Kelompok Wanita Tani Berkah Mandiri Desa Sidodadi Wates, Kabupaten Pringsewu. Adanya program Rumah Pangan Lestari dan pembuatan pupuk Mikroorganisme Lokal adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mewujudkan pertanian organik dengan bahan yang mudah didapatkan. Masyarakat berharap kegiatan pemberdayaan ini dapat berkelanjutan.
Pemanfaatan PETOKONG (Pemotong Bibit Singkong) Untuk Menciptakan Bibit Singkong Seragam dan Meningkatkan Produksi Sandi Asmara; Sapto Kuncoro; Raden Ajeng Diana Widyastusi; Purba Sanjaya
Open Community Service Journal Vol. 1 No. 2 (2022): Open Community Service Journal
Publisher : Research and Social Study Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.577 KB) | DOI: 10.33292/ocsj.v1i2.6

Abstract

Keberadaan limbah batang singkong dan ketersediaan bibit yang berkualitas menjadi permasalahan yang ada di Desa Sukobinangun. Ketepatan waktu tanam akibat kurangnya bibit serta kualitas bibit yang ada menjadi fenomena yang memerlukan solusi. Mahalnya bibit dan masih rendahnya produksi singkong per hektar juga memerlukan adanya perubahan. Solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah melaksanakan diseminasi alat PETOKONG hasil penelitian Fakultas Pertanian Unila ke masayarakat untuk menghasilkan bibit singkong dengan kapasitas tinggi, berkualitas dan berdaya tumbuh tinggi. Solusi lain adalah membuktikan keunggulan pertumbuhan dan kualitas bibit hasil kinerja PETOKONG dibanding dengan bibit yang dibuat menggunakan golok. Metode yang digunakan dalam diseminasi teknologi ini ke masyarakat adalah metode “THREE IN ONE” yaitu metode penyelesaian masalah dengan menerapkan tiga bentuk pemberdayaan masyarakat yang terintegrasi dalam satu rangkaian kegiatan diseminasi. Pemberdayaan pertama, meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan masyarakat dalam menangani dan mengelola limbah batang singkong dengan penerapan teknologi PETOKONG. Pemberdayaan kedua, meningkatkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat dalam membuat produk bibit singkong berkualitas menggunakan Teknologi PETOKONG. Pemberdayaan ketiga, meningkatkan kemampuan masyarakat mengembangkan potensi dan peluang pasar pengadaan bibit singkong berkualitas sebagai upaya untuk memacu motivasi masyarakat tentang spirit kewirausahaan melalui pertambahan nilai produk turunan serta peningkatan pendapatan masyarakat Kampung Sukobinangun, khususnya Kelompok Tani mitra
KERAGAMAN TANAMAN DAN SUMBANGAN PENERIMAAN TUMPANGSARI KOPI DAN LADA DI KABUPATEN TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG Fembriarti Erry Prasmatiwi; Rusdi Evizal; Otik Nawansih; Novi Rosanti; Rommy Qurniati; Purba Sanjaya
Jurnal Agrotek Tropika Vol 11, No 1 (2023): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 11, FEBRUARI 2023 (ON PROGRESS)
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v11i1.6476

Abstract

In Tanggamus, pepper trees are commonly intercropped in coffee plantations with coffee-pepper intercropping type (dominant coffee), coffee pepper type (dominant pepper), and agroforestry type. The intercropping system plays a role in improving agro-ecosystems, increasing farm productivity and income. This study aimed to study crops diversity, productivity and income of coffee-pepper intercropping farming. This study used a survey method. The survey locations were determined purposively in two sub-districts which were centers of coffee cultivation in Tanggamus, namely Ulu Belu and Air Naningan District. In the Ulu Belu District, the villages of Sinar Banten, Sinar Galih, Petai Kayu were selected purposively, and in the Air Naningan District were Datar Lebuay Village and Air Kubang Village. Primary data was collected by visiting plantations and interviewing farmers. Sample farmers were determined randomly with a total of 137 samples. The diversity of intercrops was analyzed by calculating the Benefit Index Value and Importance Value Index. The results showed that coffee plantations were generally intercropped (79-86%) with coffee and pepper. Based on the Importance Value Index, in Ulu Belu the most important intercrops were pepper, banana, avocado and cayenne pepper, while in Air Naningan they were pepper, jengkol, cayenne pepper and durian. The income of intercropping coffee farmers could reach IDR 24 million/hectare/year. This income was obtained from both the coffee-pepper intercropping or the coffee-non-pepper intercropping. The productivity of intercropping coffee ranged from 528-1,097 kg/hectare. The productivity of pepper intercrops ranged from 0.45-0.54 kg per tree and contributed 11-29% of coffee income.