Bambang Supriyadi
Dosen Magister Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Published : 22 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA SEMARANG DENGAN KONSEP HEALING ENVIRONMENT dwi, indah; wijayanti, wijayanti; supriyadi, bambang
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2461.24 KB)

Abstract

Kota Semarang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah, jumlah penduduk Kota Semarang menurut Profil Kependudukan Kota Semarang oleh BPS sampai dengan akhir Desember 2012 sebesar 1.559.198 jiwa, terdiri dari 775.793 jiwa penduduk laki-laki dan 783.405 jiwa penduduk perempuan, dan 151.138 perempuan yang termasuk dalam kelompok wanita usia subur yang berpotensi menjadi ibu hamil. (Kota Semarang Dalam Angka 2012,BPS). Dengan jumlah potensi sebesar itu Kota Semarang belum memiliki fasilitas kesehatan khusus bagi ibu dan anak yang memadai. Rumah Sakit Ibu dan Anak merupakan salah satu jenis rumah sakit khusus yang memberikan pelayanan kesehatan bagi Ibu dan Anak dengan pendekatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (PerMenKes No. 340/Menkes/PER/III/2010).
RELOKASI KANTOR BANK MANDIRI AREA YOGYAKARTA arrasy, riska; adji, bambang; supriyadi, bambang
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.476 KB)

Abstract

Sebagai kota yang terus berkembang, Yogyakarta dalam proses pembangunannya terus meningkatkan pertumbuhan pembangunan di berbagai sektor, seperti : sektor ekonomi, perindustrian, pertanian, perhubungan, dan sektor jasa yang keberadaan satu dengan yang lain diharapkan dapat saling mendukung. Menanggapi dari berbagai fenomena yang terjadi, maka tidak berlebihan jika PT. Bank Mandiri mengambil sebuah kebijakan untuk merelokasi sebuah kantor area yang dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan oleh para nasabah khususnya para difable sehingga mereka dapat mengakses kebutuhan perbankan mereka tanpa bantuan orang lain. Selain itu penambahan ATM center dan Atm drive thru sebagai sarana penunjang.
PENGEMBANGAN GALERI NASIONAL INDONESIA DI JAKARTA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KONTEMPORER Rachmaputra, dimas; supriyadi, bambang; wijayanti, wijayanti
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2953.3 KB)

Abstract

Galeri Nasional Indonesia (GNI) merupakan salah satu lembaga kebudayaan berupa museum khusus dan pusat kegiatan seni rupa, sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang bertugas melaksanakan pengkajian, pengumpulan, registrasi, perawatan, pengamanan, penyajian dan pameran karya seni rupa. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Galeri Nasional Indonesia menyelenggarakan fungsi pelaksanaan pengkajian, pengumpulan dan registrasi, perawatan dan pengamanan, penyajian dan pameran, kemitraan, layanan edukasi, pendokumentasian, publikasi, dan pelaksanaan urusan ketatausahaan Galeri Nasional Indonesia. Sejalan dengan perkembangan zaman, dapat terlihat bahwa Galeri Nasional Indonesia mempunyai banyak koleksi dan kegiatan yang cukup banyak dan padat, sementara kondisi GNI saat ini masih menggunakan bangunan eksisting peninggalan sekolah yang dirasa kurang untuk menampung segala aktivitas dalam GNI. Maka untuk mendukung proses terwujudnya kegiatan tersebut, serta dalam menyelaraskan visi dan misi GNI, maka perlu diadakannya perubahan berupa pengembangan bangunan Galeri Nasional Indonesia dengan tetap memperhatikan kaidah kaidah konservasi pada bangunan eksistingnya. Dengan adanya suatu fasilitas Gedung Galeri yang telah diperbaiki, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan aktifitas di dalam Galeri yang nyaman dan representatif.
PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN MODERN AL-HAMID DI JAKARTA TIMUR Ariebowo, Anggono; supriyadi, bambang; murtomo, bambang adji
IMAJI Vol 4, No 1 (2015): IMAJI Jurnal Desain Arsitektur
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (932.645 KB)

Abstract

Jakarta  sebagai  ibukota  Negara, merupakan sebuah  kota  dan  sebagai  kota  yang  semakinberkembang sekarang ini dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi dan mayoritas penduduknyaadalah beragama Islam. Selain sebagai pusat pemerintahan Negara, Jakarta juga merupakan pusatpendidikan  yang  seharusnya  kota  ini  memiliki wadah  yang  dapat  menampung  kebutuhanmasyarakat akan pendidikan khususnya yang bernafaskan islami.Sebagai kota  Jakarta  yang  berkembang,  pendidikan  yang  bernafaskan  islami  sangatdiperlukan untuk dijadikan salah satu pemebentukan moral dan mental SDM. Salah satu pendidikanyang  bernafaskan  islami  adalah  dengan  metode pondok  pesantren,  akan  tetapi anggapanmasyarakat  tentang  pondok  pesantren  jauh  dari  anggapan  pencetakan  kualitas  SDM  yang  baik.Sehingga  untuk menghadapi tantangan jaman  yang semakin  dan terus  berkembang, diperlukannapembaharuan-pembaharuan  yang dapat  meningkatkan  kualitas  SDM,  baik  secata  imtaq  maupunipteknya.  Selain  itu  juga  mampu mengahadapi  tantangan  globalisasi  khusunya dalam  bidangkewirausahaan.Jakarta  sebagai  ibukota  Negara, merupakan sebuah  kota  dan  sebagai  kota  yang  semakinberkembang sekarang ini dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi dan mayoritas penduduknyaadalah beragama Islam. Selain sebagai pusat pemerintahan Negara, Jakarta juga merupakan pusatpendidikan  yang  seharusnya  kota  ini  memiliki wadah  yang  dapat  menampung  kebutuhanmasyarakat akan pendidikan khususnya yang bernafaskan islami.Sebagai kota  Jakarta  yang  berkembang,  pendidikan  yang  bernafaskan  islami  sangatdiperlukan untuk dijadikan salah satu pemebentukan moral dan mental SDM. Salah satu pendidikanyang  bernafaskan  islami  adalah  dengan  metode pondok  pesantren,  akan  tetapi anggapanmasyarakat  tentang  pondok  pesantren  jauh  dari  anggapan  pencetakan  kualitas  SDM  yang  baik.Sehingga  untuk menghadapi tantangan jaman  yang semakin  dan terus  berkembang, diperlukannapembaharuan-pembaharuan  yang dapat  meningkatkan  kualitas  SDM,  baik  secata  imtaq  maupunipteknya.  Selain  itu  juga  mampu mengahadapi  tantangan  globalisasi  khusunya dalam  bidangkewirausahaan.
PENGARUH AKTIVITAS PENUNJANG WISATA TERHADAP PERUBAHAN TATA RUANG DESA DAN TATA RUANG RUMAH TINGGAL STUDI KASUS: DESA WISATA BEJIHARJO, YOGYAKARTA (The Influence of Tourism Supporting Activity toward The Spatial Changes in Village and houses, Case Study Fajari, Safinta Rhosa; Suprapti, Atiek; Supriyadi, Bambang
Tesa Arsitektur Vol 12, No 2 (2014)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Yogyakarta is the Indonesia’s province that has strong traditional tourism attractions. One of them is tourism villages. This study was taken place in Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. The purpose of this study was to know the spatial change that has occured in Dusun Glaran I and Dusun Bulu as a result of the addition of new activities as tourism villages, and further to know the factors that has affected to the changes. This study used the qualitative rationalistic method with spatial and socio-cultural theory as the grand theory based on related theory. Data collection was done by observation and purposive sampling interview. Data analysis was done based on the variables formulated. In conclusion, the spatial space in Desa Bejiharjo has changed. The spatial space in Dusun Glaran I have changed because of the growing tourism activities which concentrated in certain area. As a result, the village patterns has changed and developed closer to the certain facilities. In the contrary, the spatial space in Dusun Bulu tend to be static because the lack of tourism activities. For ‘gotong royong’ aspect, it was found that in both villages, it has well established. However, if modernity and individualistic aspects began to affect Dusun Glaran I, the keguyuban’ aspect will begin to disappear
Perilaku Geser pada Keadaan Layan dan Batas Balok Beton Bertulang Berlubang Memanjang Krasna, Wiku A; Sulistyo, Djoko; Supriyadi, Bambang
Jurnal Semesta Teknika Vol 13, No 2 (2010): NOVEMBER 2010
Publisher : Jurnal Semesta Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

I cross-section of reinforced concrete reduces weight and concrete needs, but the reduction in strength is not considerably large. In addition, I section reinforced concrete beam is relatively complicated and takes much longer time for manufacturing. Another geometric cross-section which results in equivalent weight reduction with that of I cross-section concrete beam may be hollow square crosssections of reinforced concrete beams. This research was conducted to identify and compare the behavior of the shear and dynamic effects of hollow core reinforced concrete beam with an I cross-section beam that equivalent with its. The specimens being tested were four reinforced concrete beams, of 2000 mm length, consisted of a T beam with bottom flange as control beam (BK) possessing dimensions of bfa = 600 mm, bw = 125 mm, bfb = 200 mm, h = 300 mm, tf = 100 mm, and three hollow core T beams as tested beam (BB1, BB2 and BB3) possessing dimensions of bf = 600 mm, bw = 200 mm, blubang = 75 mm h = 300 mm, tf = 100 mm. Static loading was applied by means of a hydraulic jack in a four-point loading system, were. Dynamic loading test was carried out by vibrating the beams to obtain the natural frequency, where the vibrating load were produced by a mechanical vibrator. Whilst the data on the static load carrying capacity was recorded at the first crack and at each initial additional crack until the ultimate fracture, those on dynamic loading was recorded on the solid block, at the first crack and at yield. The parameters being used was the magnitude of deflection, strain of the reinforcing steel and concrete, crack pattern and natural frequency. It can be concluded that the hollow core reinforced concrete beam can be used as an alternative to I section reinforced concrete beam. It was noticed that the difference in shear load carrying capacity between control beam (BK) and hollow beam (BB) was not considerably significant, where the difference between BK (299.3 kN) and BB1 (337.6 kN) is 12.79%, that with BB2 (350, 6 kN) or 17.14%, and that with BB3 (289.4 kN) or −3.31%. The natural frequency of BK is 58.594 Hz, 15.769% larger than the natural frequency of BB3 with 49.354 Hz. The natural frequencies of tested beam decreased with the increased of damage to the beam.
Perilaku Lentur Panel Beton Semi-Precast pada Daerah Lapangan Tanpa Metode Perkuatan Elemen Pracetak: Tinjauan pada 1, 2 dan 3 Panel Khoiroh, Umi; Siswosukarto, Suprapto; Supriyadi, Bambang
Jurnal Semesta Teknika Vol 12, No 2 (2009): NOVEMBER 2009
Publisher : Jurnal Semesta Teknika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A slab where only the lower portion of the floor slab is prefabricated and receives the top layer of floor slab which is cast in situ, in the context of this research is called semi-precast. For small projects, the transportation, storage, and installation of precast units can be a problem. There will be more problem if it is located in congested urban area. For this reason, precast slab panel system in smaller size and weight was introduced. The precast concrete element which is has a rough surface was predicted capable to act as composite, although no shear reinforcement method was used. The objective of this research is to study the characteristic behavior of semi-precast panel without shear reinforcement method on its interface. The characteristic investigated includes flexural capacity, stiffness, ductility, and failure mode of the slab. In this study, the specimens were divided into two groups. The first group is monolith slab that consists of one, two, and three panel(s). Each panel has 120 mm thickness, 3000 mm span length, and 200 mm width of concrete slab. The second group is semi-precast slab that consists of one, two, and three panel(s). Each panel has 70 mm thick precast slab that serves as formwork for 50 mm in situ concrete layer, to form a 120 mm thick of concrete slab. Dimension and shape between semi-precast and monolith slabs are identical. All specimens were tested under static load and failure load. Experimental results revealed that the stiffness of semi-precast slabs is lower than the monolith slab. More number of panels reduced stiffness differences between semi-precast and monolith slab. It also increases the value of stiffness and flexural capacity of the slabs. The failure mode and crack pattern is classified as flexure. Existence of interface plane which is using no shear reinforcement method can decrease the value of stiffness and flexural capacity of the slab. From the results, it is shown that the slip occurred on the semi-precast slab’s interface. It is predicted that the slip was due to the influence of no shear reinforcement on the interface.
RENTAL OFFICE DI SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN GREEN ARCHITECTURE Alifiani, Amalia,; Supriyadi, Bambang; Prianto, Eddy
IMAJI Vol 1, No 2 (2012): IMAJI
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1580.462 KB)

Abstract

Semarang sebagai pusat bisnis eksklusif di Jawa Tengah memiliki potensi yang paling mewadahi yaitupada sektor perdagangan dan jasa. Sarana perkantoran merupakan suatu wadah bagi masyarakat yangbergerak pada sektor perdagangan dan jasa yang di dalamnya menjadi suatu pusat pengolahan informasi,pengambilan keputusan dan kebijaksanaan bisnis. Di sisi lain, pekerja jasa, pekerja profesi, dan pekerja bisnisatau sering disebut freelancer lebih cenderung memilih membangun kantor-kantor pribadi dan ditempati pulasecara pribadi. Akibatnya terjadi persaingan pemanfaatan ruang kota dan penampilan fisik fasilitas-fasilitaskota yang menyebabkan lahan semakin terbatas dan harga semakin mahal.Oleh karena itu perlu suatu upayaperencanaan dan perancangan ke arah Green Architecture yang dapat meminimalkan dampak negatif yangditimbulkan oleh suatu bangunan. Konsep perancangan ditekankan desain Green Architecture yaitu demi menciptakan kenyamanan danpola hidup sehat bagi pengguna dan lingkungan bangunan tersebut.Konsep dan filosofi Green Architectureditampilkan secara eksplisit dalam bentuk dan penampilan bangunan. Melihat potensi yang ada pada tapak,maka penekanan konsep desain lebih difokuskan pada aspek tepat guna lahan (appropriate site development).Untuk konsep fisik bangunan Rental Office itu sendiri mengadaptasi dari potensi lingkungan yang ada denganmengambil filosofi keteduhan dari vegetasi yang sangat dominan pada tapak sehingga semaksimal mungkindipertahankan keberadaannya. Kajian diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai Rental Office, standarstandarmengenai tata ruang dalam Rental Office, studi banding beberapa Rental Office di Semarang dan diJakarta yang sesuai dengan konsep perkantoran yang dibutuhkan para freelancer yaitu perkantoran yangstategis dan eksklusif namun dengan harga terjangkau sesuai dengan alokasi dana masing-masing instansiatau perusahaan tersebut. Dilakukan juga tinjauan mengenai lokasi Rental Office. Tapak yang digunakanadalah lahan kosong yang diperuntukkan sebagai kawasan bisnis sesuai kebutuhan lahan sesuai dengan hasilstudi ruang. Selain itu juga dibahas mengenai tata massa dan ruang bangunan, penampilan bangunan,struktur, serta utilitas yang dipakai dalam perancangan “Rental Office di Semarang dengan penekanan desainGreen Architecture”. 
PENATAAN KAMPUNG SENTRA INDUSTRI PERKALENGAN BUGANGAN PENEKANAN DESAIN ECO ARCHITECTURE Fadhilah, arief; Murtini, Titien Woro; Supriyadi, Bambang
IMAJI Vol 1, No 2 (2012): IMAJI
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1348.44 KB)

Abstract

Pertumbuhan Kota Semarang sebagai kota perdagangan, industri dan jasa memberikan tawarankepada masyarakat akan segala macam usaha baik skala kecil maupun besar dengan harapan dapat terusmeningkatkan ekonomi masyarakat. Namun tanpa dibarengi dengan perencanaan dan perancangan yang baik,maka harapan tersebut tidak akan tercapai. Sebut saja sebuah sentra industri di Kelurahan BuganganSemarang Timur yang terkenal dengan produksi kompor sumbunya, salah satu diantara banyak usaha mikroyang sudah ada sejak tahun 1970-an. Semakin tingginya tingkat aktivitas di kampung sentra industri tersebuttanpa diimbangi dengan fasilitas yang memadai menyebabkan berbagai permasalahan baik dari aspekproduksi, kebutuhan pemasaran, hunian, dan limbah yang mempengaruhi ekologi lingkungan. Oleh sebab itu,kampung sentra industri yang berada di bantaran sungai Banjir Kanal Barat ini memerlukan penataan kembaliyang dapat mengakomodir aktivitas produksi, pemasaran, dan hunian yang tetap memperhatikan aspekekologi lingkungan. Mengenali lokasi adalah hal utama yang dilakukan penulis, melalui observasi langsung, pendekatanpelaku secara natural dan pengumpulan data sebagai dasar utama dalam merumuskan program perancangan.Untuk melengkapi dasar perancangan, dilakukan studi banding kebeberapa objek sentra industri di Kota Solodan Yogyakarta seperti Kampung Blangkon, Kampung Shuttlecock, Kampung Batik, dan lainnya. Pendalamankonsep ekologi sebagai dasar perancangan yang merespon lingkungan dilakukan dengan studi literatur.Penataan dilakukan pada lokasi tapak yang sama dan perhitungan kebutuhan luas lahan didasarkan pada studiruang dan bangunan yang dibutuhkan dengan memperhatikan regulasi seperti Garis Sepadan Bangunan (GSB),KDB, KLB, dan Garis Sepadan Sungai (GSS). Tata massa bangunan, tampilan, struktur, dan utilitas lingkungandirancang dengan tetap memperhatikan lingkungan sekitar yang tidak dapat dipisahkan dalam prosesperancangan. Banjir Kanal Timur Semarang adalah salah satu potensi kampung ini yang saat ini tidak mendapatperhatian. Menjadikan sungai sebagai orientasi perancangan menjadi pelengkap konsep eko arsitektur yangakan mendasari penataan kawasan hingga dalam skala mikro (bangunan, manajemen limbah, dansebagainya). Memperhatikan potensi angin, respon terhadap matahari, pemanfaatan air hujan, pemakaianbahan-bahan bekas, penghematan energi, dan manajemen lingkungan adalah suatu sistem holistik yang akandiperhatikan dalam penataan kampung sentra industri perkalengan di Bugangan Semarang.
MUSEUM KEBUDAYAAN DI CIREBON Nufus, Faisal; Trilistyo, Hendro; Supriyadi, Bambang
IMAJI Vol 1, No 3 (2012): IMAJI
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1227.118 KB)

Abstract

Cirebon yang merupakan border land atau daerah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan kebudayaan yang berbeda antara budaya jawa peninggalan kerajaan Mataram dan budaya Sunda peninggalan Kerajaan Sunda Kelapa dan Padjadjaran. Cirebon menjelma menjadi suatu daerah yang memiliki heterogenitas budaya yang cukup kompleks. Borderland menghasilkan suatu komunitas unik, yang jika ditilik dari sejarahnya sudah merupakan sarumban (campuran) antara Arab, India dan China. Hal ini terlihat dari salah satu kereta kencana yang paling terkenal yaitu Paksi Naga Liman yang merupakan gabungan dari tiga ekor binatang yang dianggap agung dari Arab, India dan China yang memiliki ilustrasi fiktif dan makna yang sangat luar biasa. Dari semua fenomena yang terjadi itulah, maka perlu adanya suatu penanganan untuk menjadikan kebudayaan Cirebon lebih dikenal baik itu di seluruh Indonesia maupun di mancanegara. Oleh karena itu, demi menjaga kelestarian dan kesinambungan benda- benda seni dan benda-benbda peninggalan bagi masyarakat dimasa mendatang, untuk itu perlu dilestarikan dan dijaga keberadaannya. Salah satu wadah yang dapat menjadi icon kota adalah adanya museum budaya yang representatif.Kajian diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai permuseuman baik itu cara pengumpulan benda cagar budaya, penilaian kelayakan, pemeliharaan dan pameran pameran. hal dasar ini sangat berpengaruh terhadap bentuk ruang dan tata sisrkulasi museum nantinya. Dilakukan juga tinjauan mengenai lokasi Museum Kebudayaan di Cirebon dan pembahasan konsep perancangan dengan penekanan desain Arsitektur Dekonstruksi yang akan membuat desain Museum tersebut lebih menarik dan atraktif.Konsep arsitektur Dekonstruksi merupakan penerjemahan dari beberapa filosofi kebudayaan Cirebon dimana konsep dan filosofi Kebudayaana ditampilkanbaik secara jelas maupun hanya esensinya saja ke dalam bentuk dan penampilan bangunan. Bangunan seolah-olah membentuk motif batik mega mendung dan wadasan terpisah satu sama lain sehingga memungkinkan terbentuknya susunan void dan solid yang tidak beraturan.