Atiek Suprapti
Magister Teknik Arsitektur Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Published : 17 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

FRAGRANCE GARDEN CITY HOTEL DI KOTA SURAKARTA charisma, galing; pandelaki, edward; suprapti, atiek
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2288.017 KB)

Abstract

Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang menjadi barometer di Jawa Tengah. Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari, yang terdiri dari 51 kelurahan yang mencakup 592 RW, 2.645 RT dan 129.380 KK. Sebagian besar lahan dipakai sebagai permukiman sebesar 65%. Sedangkan untuk kegiatan ekonomi memakan ruang yang cukup besar pula yakni berkisar antara 16% dari luas lahan yang ada. (Bappeda, 2013) Kota Surakarta pada tahun 2012 memiliki penduduk sebanyak 578.892 jiwa dengan kepadatan penduduk sebanyak 13.144 jiwa/km2. Dengan penduduk yang sebanyak itu, maka Kota Surakarta memerlukan banyak lapangan kerja. Sedangkan Kota Surakarta sendiri tidak memiliki lahan pertanian sehingga sebagian besar penduduk di kota ini menggantungkan pendapatan dari sektor perdagangan dan jasa, terutama di bidang pariwisata, seperti hotel dan restoran. Pada tahun 2011 kunjungan wisatawan ke obyek-obyek wisata di Surakarta mulai mengalami peningkatan setelah tahun 2010 seiring dengan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. (Biro Pusat Statistik Kota Surakarta, 2013).
PERPUSTAKAAN HIBRIDA DI KOTA BOGOR DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR EKSPRESIONIS rachmat, gumelar; suprapti, atiek; pandelaki, edward
IMAJI Vol 3, No 4 (2014): jurnal IMAJI - Oktober 2014
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.74 KB)

Abstract

Pada saat ini perpustakaan daerah Kota Bogor belum mengalami perkembangan yang menggembirakan, terutama dalam beberapa tahun terakhir malah pengunjung perpustakaan cenderung menurun. Tanggal November 2013 pengunjung di Perpusatakaan Kota Bogor di Jl. Juanda, tak kurang dari 500 orang (pos kota 8 nov 2013), padahal target yang direncanakan oleh oleh pemda Kota Bogor pada tahun 2014 masyarakat yang berkunjung ke perpustakaan harusnya berjumlah 40.000 pengunjung. Ditenggarai rendahnnya masyarakat yang mengunjungi perpustakaan ini di antaranya, perkembangan teknologi yang semakin canggih, sehingga hampir setiap masyarakat memiliki akses langsung mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan via internet. Salah satu cara untuk memecahkan permasalahan di atas yaitu dengan membangun suatu perpustakaan yang memiliki konsep baru, yang tidak hanya menjadikan perpustakaan hanya sebagai tempat membaca dan mencari buku, namun tempat tersebut dirancang untuk tujuan rekreatif sekaligus edukatif. Perpustakaan yang dapat menampung kegiatan edukatif dan rekreatif di Kota Bogor ini disebut Perpustakaan Hibrida. Dengan konsep arsitektur ekspresionis diharapkan bangunan yang dirancang tidak kaku dan membuat masyarakat lebih tertarik untuk mengunjungi perpustakaan Kota Bogor.
SMP-SMA ALAM AR-RIDHO SEMARANG Arif, Nur; pandelaki, edward; suprapti, atiek
IMAJI Vol 4, No 1 (2015): IMAJI Jurnal Desain Arsitektur
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1195.808 KB)

Abstract

Manusia merupakan makhluk Tuhan yang memiliki akal dan budi. Hal tersebut yang mampu membedakan manusia dengan makhluk Tuhan yang lain. Dalam mengembangkan atau mengasah akal dan budinya manusia membutuhkan suatu proses untuk menjadi lebih baik. Proses inilah yang sering disebut dengan belajar. Dalam proses belajar ini dibutuhkan suatu wadah yang khusus bergerak dalam bidang pendidikan. Salah satu bentuk sarana pendidikan adalah sekolah. Sekolah merupakan wadah untuk mendidik masyarakat agar mampu mengembangkan kemampuan dan melatih akal serta budi manusia. Di era saat ini, sekolah memiliki peranan penting dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan konagtif para siswa. Namun pada umumnya sekolah yang ada saat ini memprioritaskan untuk mengembangkan aspek kognitif para siswa saja dalam proses belajar mengajar. Kebanyakan sekolah lebih memprioritaskan evaluasi pada kemampuan akademis semata, karena telah terdapat pedoman penilaian yang jelas dan dapat mudah dipahami oleh orang tua. Padahal untuk menghadapi dunia yang selalu berubah saat ini kemampuan menghafal saja masih dianggap kurang. Ada hal yang lebih penting dari itu yaitu kemampuan dalam memperoleh informasi atau data, memahami, mengelola dan memanfaatkanya agar dapat menjawab tantangan dan memecahkan persoalan kehidupan.Kajian diawali dengan mempelajari pengertian tentang sekolah alam, pengertian dan standar-standar mengenai fasilitas-fasilitas sekolah alam serta studi banding beberapa sekolah alam yang telah ada. Dilakukan juga tinjauan mengenai Kota Semarang, perkembangan fasilitas di kota tersebut . Pendekatan perancangan arsitektural dilakukan dengan konsep ekologis. Selain itu dilakukan pendekatan fungsional, kinerja, teknis, dan konstekstual. Pemilihan tapak dilakukan pada 2 alternatif lokasi dengan menggunakan matriks pembobotan. Sebagai kesimpulan, uraian program ruang yang diperlukan, serta gambar-gambar 2 dimensi dan 3 dimensi sebagai ilustrasi desain.
APARTEMEN DI KOTA SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN GREEN ARCHITECTURE Ayundari, Iratasya Rizky; purwanto, edi; suprapti, atiek
IMAJI Vol 4, No 1 (2015): IMAJI Jurnal Desain Arsitektur
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1272.526 KB)

Abstract

Kota Semarang merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah yang memiliki posisi geostrategic karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi Pulau  Jawa. Ketersediaan sarana transportasi di kota ini mulai dari bandara, pelabuhan, stasiun, hingga terminal menjadikan Kota Semarang dijuluki sebagai KotaTransit Regional Jawa Tengah. Fasilitas sarana transportasi yang memadahi, membuat Kota Semarang dapat dengan mudah dijangkau oleh para investor, sehingga perekonomian di kota ini pun terus berkembang pesat. Berkembangan ekonomi Kota Semarangturut memberikan dampak pada peningkatanjumlah kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga kerja  di kota ini sehingga jumlah migrasi  pun semakin bertambah. Pesatnya pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang juga dapat terlihat dari maraknya pembangunan yang dilakukan kota ini.Meningkatnya jumlah migrasi di Kota Semarang akibat petumbuhan ekonomi di kota ini membuat kebutuhan akan tempat tinggal yang dekat dengan pusat kota semakin meningkat, terutama di area pusat perekonomian. Memiliki tempat tinggal dekat dengan pusat kotadinilai lebih efisien dan mudah sehingga tidak membuang-buang waktu. Sayangnya ketersediaan lahan kosong sebagai tempat untuk bermukimyang dekat dengan pusat kota saat ini sangat sedikit. Untuk menjawab permasalahan tersebut, apartemen merupakan sebuah solusi untuk menjawab permasalahan kebutuhan tempat tinggal dengan keterbatasan lahan yang ada.Apartemen Di Kota Semarang dengan Penerapan Green Architecture, merupakan sebuah hunian vertikal yang menerapkan ilmu arsitektur untuk menangulangi masalah pemakaian energy yang berlebihan. Menurut  Steele (dalam Subadra, 2007:128), 50% dari seluruh konsumsi energi lingkungan buatan merepresentasikan keterkaitannya dengan industri konstruksi. Pembangunan yang dilakukan dengan mengkonsumsi energi secara terus menurus akan menimbulkan dampak global warming.Oleh karena itu penerapan Green Architecture diharapkan dapat mengurangi pemakaian energy bagi pembangunan apartemen maupun dalam pemeliharaannya kedepan, sehingga pembangunan tidak hanyadapat memenuhi kebutuhan manusia tetapi juga kebutuhan alam dan kebutuhan manusia di masa mendatang.Kota Semarang merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah yang memiliki posisi geostrategic karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi Pulau  Jawa. Ketersediaan sarana transportasi di kota ini mulai dari bandara, pelabuhan, stasiun, hingga terminal menjadikan Kota Semarang dijuluki sebagai KotaTransit Regional Jawa Tengah. Fasilitas sarana transportasi yang memadahi, membuat Kota Semarang dapat dengan mudah dijangkau oleh para investor, sehingga perekonomian di kota ini pun terus berkembang pesat. Berkembangan ekonomi Kota Semarangturut memberikan dampak pada peningkatanjumlah kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga kerja  di kota ini sehingga jumlah migrasi  pun semakin bertambah. Pesatnya pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang juga dapat terlihat dari maraknya pembangunan yang dilakukan kota ini.Meningkatnya jumlah migrasi di Kota Semarang akibat petumbuhan ekonomi di kota ini membuat kebutuhan akan tempat tinggal yang dekat dengan pusat kota semakin meningkat, terutama di area pusat perekonomian. Memiliki tempat tinggal dekat dengan pusat kotadinilai lebih efisien dan mudah sehingga tidak membuang-buang waktu. Sayangnya ketersediaan lahan kosong sebagai tempat untuk bermukimyang dekat dengan pusat kota saat ini sangat sedikit. Untuk menjawab permasalahan tersebut, apartemen merupakan sebuah solusi untuk menjawab permasalahan kebutuhan tempat tinggal dengan keterbatasan lahan yang ada.Apartemen Di Kota Semarang dengan Penerapan Green Architecture, merupakan sebuah hunian vertikal yang menerapkan ilmu arsitektur untuk menangulangi masalah pemakaian energy yang berlebihan. Menurut  Steele (dalam Subadra, 2007:128), 50% dari seluruh konsumsi energi lingkungan buatan merepresentasikan keterkaitannya dengan industri konstruksi. Pembangunan yang dilakukan dengan mengkonsumsi energi secara terus menurus akan menimbulkan dampak global warming.Oleh karena itu penerapan Green Architecture diharapkan dapat mengurangi pemakaian energy bagi pembangunan apartemen maupun dalam pemeliharaannya kedepan, sehingga pembangunan tidak hanyadapat memenuhi kebutuhan manusia tetapi juga kebutuhan alam dan kebutuhan manusia di masa mendatang.
PENGARUH AKTIVITAS PENUNJANG WISATA TERHADAP PERUBAHAN TATA RUANG DESA DAN TATA RUANG RUMAH TINGGAL STUDI KASUS: DESA WISATA BEJIHARJO, YOGYAKARTA (The Influence of Tourism Supporting Activity toward The Spatial Changes in Village and houses, Case Study Fajari, Safinta Rhosa; Suprapti, Atiek; Supriyadi, Bambang
Tesa Arsitektur Vol 12, No 2 (2014)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Yogyakarta is the Indonesia’s province that has strong traditional tourism attractions. One of them is tourism villages. This study was taken place in Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. The purpose of this study was to know the spatial change that has occured in Dusun Glaran I and Dusun Bulu as a result of the addition of new activities as tourism villages, and further to know the factors that has affected to the changes. This study used the qualitative rationalistic method with spatial and socio-cultural theory as the grand theory based on related theory. Data collection was done by observation and purposive sampling interview. Data analysis was done based on the variables formulated. In conclusion, the spatial space in Desa Bejiharjo has changed. The spatial space in Dusun Glaran I have changed because of the growing tourism activities which concentrated in certain area. As a result, the village patterns has changed and developed closer to the certain facilities. In the contrary, the spatial space in Dusun Bulu tend to be static because the lack of tourism activities. For ‘gotong royong’ aspect, it was found that in both villages, it has well established. However, if modernity and individualistic aspects began to affect Dusun Glaran I, the keguyuban’ aspect will begin to disappear
COMMUNITY CENTER DI BSD CITY Hasyyati, Almesa Yuli; Prianto, Eddy; Suprapti, Atiek
IMAJI Vol 1, No 2 (2012): IMAJI
Publisher : IMAJI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2633.345 KB)

Abstract

Oleh : Almesa Yuli Hasyyati, Eddy Prianto, Atiek Suprapti Budiarto BSD City yang berada di Kota Tangerang Selatan di mana mayoritas penduduknya adalah wargapendatang atau kaum urban diprediksi akan terus meningkat dan tentunya komunitas-komunitas yang ada dikota ini pun akan semakin beragam. Oleh karena itu, dengan semakin bertambahnya penduduk BSD,kebutuhan masyarakat pun makin beragam sehingga dibutuhkan suatu Community Center untuk menampungaktivitas-aktivitas masyarakat yang beragam untuk mewadahi komunitas-komunitas yang berada di dalamnya. Kajian diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai Community Center,persyaratan perencanaan dan perancangan Community Center, studi banding beberapa fasilitas yang serupadengan Community Center seperti Club House dan referensi Community Center di beberapa negara. Tapakterpilih dari beberapa alternatif tapak yaitu tapak yang berada di Jl. BSD Boulevard Barat BSD City. Selain itujuga dibahas mengenai tata massa dan ruang bangunan, penampilan bangunan, struktur, serta utilitas yangdipakai dalam perancangan “Community Center di BSD City”. Konsep perancangan menggunakan penekanan desain Green Architecture sesuai dengan konsep yangdiusung BSD City, yaitu sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadaplingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yangdilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energy dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.Penerapan konsep ini dapat terlihat dari fasad bangunan-bangunan di Community Center yang menggunakanbambu sebagai material utamanya serta penerapan rain water harvesting hampir di seluruh bangunannya.
MAKNA RUMAH CARAHULU KOMERING SEBUAH KAJIAN SEMIOTIK Iskandar, Iskandar Iskandar; Suprapti, Atiek; Rukayah, R Siti
Jurnal Arsir Vol 1, No 2 (2017): ARSIR
Publisher : Jurnal Arsir

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah Carahulu Komering merupakan salah satu rumah vernakular yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Rumah ini merupakan rumah asli Suku Komering. Rumah Carahulu bentuknya memiliki kekhasan tersendiri salahsatunya atapnya berbentuk pelana segitiga menjulang tinggi, memiliki bentuk bidang ruang berbentuk kubus, pintu utama dan jendela utama berbentuk gerbang bermahkota serta memiliki ragam hias ukiran yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk mencari makna dari unsur-unsur bentuk Rumah Carahulu melalui pendekatan Semiotik. Metode penelitian yang dipakai yaitu metode penelitian kualitatif melalui pendekatan metode Rasionalistik atau Post Positivistik dengan landasan teori tentang Makna dan teori tentang Semiotik.Pengambilan data primer dilakukan dengan cara mengamati secara seksama terhadap objek rumah, melakukan wawancara dengan keturunan pemilik rumah, tokoh masyarakat, wawancara dan sesepuh desa. Pengambilan data sekunder melalui data sejarah Suku Komering berupa buku penelitian terdahulu. Rumah Carahulu Komering memiliki makna dari unsur-unsur bentuknya yaitu makna nostalgia akan tanah leluhur sebagai Mountain People (Manusia Gunung) dan makna regenerasi hidup, makna keyakinan Suku Komering terhadap akidah Islam bahwa dakwah Islam untuk Keluarga hal yang mutlak, makna filosofis hidup Suku Komering bahwa kejadian di muka bumi selalu berpasangan serta makna pesan moral melalui sifat karakter flora, geometris dan kaligrafi. Rekomendasi untuk Pemerintah supaya Rumah Carahulu Komering dimasukan sebagai Benda Cagar Budaya. Rekomendasi untuk Iptek, agar Rumah Carahulu Komering dilakukan penelitian lebih lanjut bidang Arsitekur lainnya, bidang Building Science dan Bidang Struktur Konstruksi. Komering house is one of the vernacular houses in the South Sumatra province. This house is a home to Komering native tribes . The house has a peculiarities shape one of them saddle-shaped roof towering triangle, has a cube-shaped space field, the main door and windows have an ornament like the crown-shaped with a decorative unique carving. This study aimed to explore the meaning of form elements Carahulu house through a semiotic approach. The research used a qualitative method with Rationalistic Research approach or Post positivistic methods with the theoretical basis of the meaning and the theory of semiotics. The primary data is collect by carefully observing of the house, doing interviews with the descendants of homeowners, community leaders, interviews and village elders. Secondary data retrieval through the historical data from a book and Parts Komering previous research. The Carahulu Komering house has the meaning of the elements of shape that is nostalgia for the ancestral lands as Mountains Man and the meaning of regeneration of life, the meaning of Komering Tribe faith against the Islamic religion that Islamic missionary for Family absolutes right, the philosophical meaning of Komering Tribe that everything happens on earth are always in pairs and meaning of moral messages through character of floral, geometric and calligraphy. Recommendations for the Government to Komering Carahulu house included as Objects of Cultural Property. Recommendations for science and technology, to conduct Carahulu Komering house further research especially in architectural fields, Building Science and Structure Construction
Transformation of Settlement caused by Housing Development in Suburbs of Semarang Muladica, Nur; Murtini, Titien Woro; Suprapti, Atiek
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol 20, No 2 (2018): Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan
Publisher : Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jtsp.v20i2.15171

Abstract

Abstract. The development of the region towards the outskirts of the city has become a common phenomenon of cities in Indonesia. The area that was formerly a deserted area is now a sought-after area of urban society. This is due to limited land in the city center causing the start of the spread of occupancy in the suburbs. The development of suburban areas that will undergo a transition causes a change of space in the region This phenomenon can be found in the city of Semarang. One of them is the district of Mijen Semarang. The area that was formerly a small settlement with the potential of rubber forest farming has changed into one of the elite areas in the city of Semarang. The emergence of housing Bukit Semarang Baru (BSB) as a catalyst has a great impact on the development of the surrounding environment. Bukit Semarang Baru (BSB) in Mijen District, Semarang City is a new city concept housing that provides housing, education, industry, recreation and other commercial facilities. The transfer of land from rubber plantation to BSB housing is estimated to cause the transformation of space related to the function and land use in the surrounding settlements, especially the area directly adjacent to the village of Wonolopo. This research uses a rationalistic approach with qualitative paradigm, which in this study aims to understand and know the pattern of settlement transformation in settlements that occur in the village Wonolopo, Mijen, Semarang. Through this research is expected to be able to analyze and know how big the change of settlement space
MAKNA RUMAH CARAHULU KOMERING SEBUAH KAJIAN SEMIOTIK Iskandar, Iskandar Iskandar; Suprapti, Atiek; Rukayah, R Siti
Arsir Vol 1, No 2 (2017): Arsir
Publisher : Universitas muhammadiyah palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32502/arsir.v1i2.878

Abstract

Rumah Carahulu Komering merupakan salah satu rumah vernakular yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Rumah ini merupakan rumah asli Suku Komering. Rumah Carahulu bentuknya memiliki kekhasan tersendiri salahsatunya atapnya berbentuk pelana segitiga menjulang tinggi, memiliki bentuk bidang ruang berbentuk kubus, pintu utama dan jendela utama berbentuk gerbang bermahkota serta memiliki ragam hias ukiran yang unik. Penelitian ini bertujuan untuk mencari makna dari unsur-unsur bentuk Rumah Carahulu melalui pendekatan Semiotik. Metode penelitian yang dipakai yaitu metode penelitian kualitatif melalui pendekatan metode Rasionalistik atau Post Positivistik dengan landasan teori tentang Makna dan teori tentang Semiotik.Pengambilan data primer dilakukan dengan cara mengamati secara seksama terhadap objek rumah, melakukan wawancara dengan keturunan pemilik rumah, tokoh masyarakat, wawancara dan sesepuh desa. Pengambilan data sekunder melalui data sejarah Suku Komering berupa buku penelitian terdahulu. Rumah Carahulu Komering memiliki makna dari unsur-unsur bentuknya yaitu makna nostalgia akan tanah leluhur sebagai Mountain People (Manusia Gunung) dan makna regenerasi hidup, makna keyakinan Suku Komering terhadap akidah Islam bahwa dakwah Islam untuk Keluarga hal yang mutlak, makna filosofis hidup Suku Komering bahwa kejadian di muka bumi selalu berpasangan serta makna pesan moral melalui sifat karakter flora, geometris dan kaligrafi. Rekomendasi untuk Pemerintah supaya Rumah Carahulu Komering dimasukan sebagai Benda Cagar Budaya. Rekomendasi untuk Iptek, agar Rumah Carahulu Komering dilakukan penelitian lebih lanjut bidang Arsitekur lainnya, bidang Building Science dan Bidang Struktur Konstruksi. Komering house is one of the vernacular houses in the South Sumatra province. This house is a home to Komering native tribes . The house has a peculiarities shape one of them saddle-shaped roof towering triangle, has a cube-shaped space field, the main door and windows have an ornament like the crown-shaped with a decorative unique carving. This study aimed to explore the meaning of form elements Carahulu house through a semiotic approach. The research used a qualitative method with Rationalistic Research approach or Post positivistic methods with the theoretical basis of the meaning and the theory of semiotics. The primary data is collect by carefully observing of the house, doing interviews with the descendants of homeowners, community leaders, interviews and village elders. Secondary data retrieval through the historical data from a book and Parts Komering previous research. The Carahulu Komering house has the meaning of the elements of shape that is nostalgia for the ancestral lands as Mountains Man and the meaning of regeneration of life, the meaning of Komering Tribe faith against the Islamic religion that Islamic missionary for Family absolutes right, the philosophical meaning of Komering Tribe that everything happens on earth are always in pairs and meaning of moral messages through character of floral, geometric and calligraphy. Recommendations for the Government to Komering Carahulu house included as Objects of Cultural Property. Recommendations for science and technology, to conduct Carahulu Komering house further research especially in architectural fields, Building Science and Structure Construction
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP ALUN-ALUN KOTA BANDUNG SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK Wibowo, Heru; Rukayah, R. Siti; Suprapti, Atiek
TEKNIK Vol 36, No 1 (2015): (Juli 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (782.505 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i1.7268

Abstract

Bandung merupakan sebuah kota yang strategis yang memiliki nilai sejarah yang cukup panjang dalam masa perjuangan. Alun alun Bandung merupakan hasil warisan ciri kota tradisional yang dibangun oleh penguasa kolonial yang merupakan pusat ruang terbuka kota. Dari masa kemasa Alun-alun kota Bandung telah mengalami beberapa kali perubahan, baik bentuk maupun fungsinya sehingga mengakibatkan degradasi makna terhadap fungsinya bagi masyarakat Kota Bandung itu sendiri. Maka fenomena tersebut mengarahkan kepada pertanyaan penelitian yaitu bagaimana persepsi masyarakat terhadap Alun-alun Kota Bandung ditinjau sebagai ruang terbuka publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap Alun-alun Kota Bandung. Dari tujuan tersebut maka sasaran yang dilakukan adalah mengidentifikasi karakter dan fungsi ruang terbuka publik yaitu fungsi ekologis, arsitektural, dan sosial. Dari hasil analisis dengan menggunakan kuesioner yaitu uji sampel dengan regresi linear sederhana dengan pendekatan analisis pengguna dan analisis karakteristik ruang terbuka publik. Hasil penelitian ini menghasilkan penilaian baik terhadap korelasi variabel bebas yaitu persepsi masyarakat terhadap variabel terikat yaitu Alun-alun Kota Bandung, setiap kali pertanyaan yang berkenaan dengan Persepsi masyarakat terhadap Alun-alun Kota Bandung akan mempengaruhi nilai hasil pengujian yang cenderung meningkat akan keberadaan Alun-alun itu sendiri. Hasil penelitian ini bisa dimanfaatkan untuk mengangkat kembali citra Alun-alun Kota Bandung sebagai ruang publik atau (Central Square).[Public Perception of The Alun-alun Bandung as Public Open Space] Bandung is a city that has a value that strategic long history in the struggle. Alun Bandung square is the result of inherited traits of traditional town built by the colonial rulers which is the center of the city open space. Over time, Bandung town square has undergone several changes, both form and function, resulting in degradation of the meaning of the function for the city of London itself. The phenomenon then leads to the research question is how the public perception of the square is the city of Bandung reviewed as public open space for the present study tries to analyze the function of the existence of Bandung City Square as a public space. The purpose of this study was to determine the public perception of the square is the city of Bandung. From these objectives, the target does is identify the character and function of public open space that is the function of ecological, architectural and social. From the analysis by using a questionnaire that test samples with a simple linear regression analysis approach and analysis of the characteristics of users of public open space. The results of this study resulted in better assessment of the correlation of the independent variable is the public perception of the dependent variable is the town square of Bandung, every time queries regarding the public's perception of the town square Bandung will affect the value of the test results are likely to increase in the existence Square itself. the results of this study can be used to lift the image of Bandung city square as a public space or (Central Square).Â