cover
Contact Name
Nanang Wiyono
Contact Email
smjfkuns@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
smjfkuns@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Smart Medical Journal
ISSN : 26211408     EISSN : 26210916     DOI : -
Core Subject : Health,
Smart Medical Journal (SmedJour) is published by Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret. SMedJour publishes original research articles or article review in the basic medical sciences, clinic medical sciences, medical education and public health.
Arjuna Subject : -
Articles 100 Documents
Pengaruh Ekstrak Etanol Umbi Bawang Dayak (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) Terhadap Kadar SGPT Tikus Wistar Induksi Parasetamol Olivia Arista Gunawan; Martini Martini; Veronika Ika Budiastuti
Smart Medical Journal Vol 3, No 1 (2020): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.74 KB) | DOI: 10.13057/smj.v3i1.38046

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Umbi bawang dayak mengandung antioksidan seperti flavonoid, saponin, isoeleutherol, proantosianidin, dan naftoquinon. Antioksidan berperan penting dalam pengobatan berbagai macam penyakit seperti diabetes, atherosklerosis dan kerusakan hepar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol umbi bawang dayak (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.) terhadap kadar SGPT tikus wistar induksi parasetamol dosis toksik.Metode: Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan posttest only control group design. Subjek dari penelitian ini adalah 25 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) galur wistar jantan, berumur ±2 bulan dengan berat ± 200 gram. Subjek dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif (KK1) diberi CMC 0,5%. Kelompok kontrol positif (KK2) diberi parasetamol dosis toksik. Kelompok perlakuan I (KP1), II (KP2), dan III (KP3) diberi ekstrak umbi bawang dayak dengan dosis 6 mg/200gr BB, 12 mg/200gr BB, dan 18 mg/200gr BB.  Ekstrak umbi bawang dayak diberikan selama 13 hari berturut-turut, sedangkan parasetamol diberikan pada hari ke-11, 12 dan 13. Hari ke-14 dilakukan pengukuran kadar SGPT dengan cara pengambilan darah tikus putih melalui plexus vena orbita. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan uji one way ANOVA dan Post Hoc.Hasil: Hasil rerata kadar SGPT pada kelompok kontrol negatif sebesar 53,18±2,61 U/I, kelompok kontrol positif sebesar 367,161±59,84 U/I, kelompok perlakuan I sebesar 126,08±18,68 U/I, kelompok perlakuan II sebesar 114,78±14,69 U/I, dan kelompok perlakuan III sebesar 95,08±9,95 U/I. Hasil uji one way ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan antar 5 kelompok dengan nilai p=0,000. Selanjutnya, uji Post Hoc menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara KK1-KK2 (p=0,000), KK1-KP1(p=0,000), KK1-KP2(p=0,000), KK1-KP3(p=0,000), KK2-KP1 (p=0,000), KK2-KP2 (p=0,000), KK2-KP3 (p=0,000) sedangkan perbedaan yang tidak bermakna antar KP1-KP2 (p=0,697), KP1-KP3 (p=0,144) dan KP2-KP3 (p=0,274).Kesimpulan: Pemberian ekstrak umbi bawang dayak secara statistik signifikan untuk mencegah kenaikan kadar SGPT tikus putih yang dipapar parasetamol. Tidak ada perbedaan pengaruh pemberian ekstrak umbi bawang dayak yang secara statistik signifikan antara dosis 6 mg/200gr BB, 12 mg/200gr BB, dan 18 mg/200gr BB.Kata kunci: ekstrak umbi bawang dayak; SGPT; Rattus norvegicus; parasetamol.  ABSTRACTIntroduction: Bawang dayak bulbs are a kind of plants containing antioxidant such as flavonoid, saponin, isoeleutherol, proantosianidin, and naftoquinon. Antioxidant has an important role in a treatment of various diseases such as diabetes, atherosclerosis and liver damage. This research aimed to find out the effect of bawang dayak bulbs extract to reduce SGPT levels of wistar rat inducted by toxic dose of paracetamol.Methods: This research was a laboratory experimental method with the posttest only control group design. The subject of research was 25 male white rats (Rattus norvegicus) wistar type, age ±2 months, weight ± 200 grams. The white rats were divided into 5 groups. Negative control group (KK1) was given CMC 0,5%. Positive control group (KK2) was given toxic dose of paracetamol. The treated group I (KP1), II (KP2), and III (KP3) was given bawang dayak bulbs extract at 6 mg/200gr BW, 12 mg/200gr BW, and 18 mg/200gr BW. Bawang dayak bulbs extract has given for 13 days, while paracetamol was given on the 11th day, 12th, 13th. On the 14th day, rat’s blood was taken from orbitalis plexus vena to measure SGPT level. The result was analyzed with one way ANOVA continued with Post Hoc test.Results: The rate of SGPT level of negative control group was 53,18±2,61 U/I, on the positive control group was 367,161±59,84 U/I, on treated group I was 126,08±18,68 U/I, on the treated group II was 114,78±14,69 U/I, and on the treated group III was 95,08±9,95 U/I. The result of one way ANOVA test showed the significant different among the four groups with p=0,000. The result of Post Hoc test showed that there was a significant difference between KK1-KK2 (p=0,000), KK1-KP1(p=0,000), KK1-KP2(p=0,000), KK1-KP3(p=0,000), KK2-KP1 (p=0,000), KK2-KP2 (p=0,000), KK2-KP3 (p=0,000), meanwhile there was no significant difference between KP1-KP2 (p=0,697), KP1-KP3 (p=0,144) dan KP2-KP3 (p=0,274).Conclusion: Bawang dayak bulbs extract given to the subject has significantly to avoid of increasing SGPT level of white rats induced by paracetamol. There is no significant difference between doses of 6 mg/200gr BW, 12 mg/200gr BW, and 18 mg/200gr BW dose.Keywords: bawang dayak bulbs extract; SGPT; Rattus norvegicus; paracetamol
Komplikasi Neurologis dan Non-Neurologis Prosedur Digital Subtraction Angiography Serebral di RSUD Dr. Moewardi Periode Juni 2013-Mei 2018 Subandi Subandi; Pepi Budianto; Stefanus Erdana Putra; Wahyu Gusti Randa
Smart Medical Journal Vol 3, No 1 (2020): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v3i1.38356

Abstract

Pendahuluan: Digital subtraction angiography (DSA) serebral menjadi gold standard untuk memeriksa penderita dengan gangguan serebrovaskular. Banyak kemajuan yang telah diperoleh untuk meningkatkan keamanan penggunaan DSA serebral, seperti kontras yang lebih aman, kateter yang lebih kecil, kawat (hydrophilic guides), dan sistem pengamatan digital yang semakin baik. Hingga saat ini, belum ada penelitian terkait komplikasi neurologis maupun non-neurologis dari prosedur DSA yang dilakukan di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui berbagai komplikasi prosedur DSA, sehingga operator dapat meminimalisasi timbulnya komplikasi tersebut saat prosedur DSA dilakukan di kemudian hari.Metode penelitian: Penelitian deskriptif dilakukan di RSUD Dr. Moewardi terhadap 486 pasien yang menjalani prosedur DSA. Data yang dikumpulkan meliputi umur, jenis kelamin, komplikasi, serta temuan angiografi. Komplikasi neurologis dan non neurologis dikelompokkan menjadi: early, yang akan menghilang kurang dari 7 hari dan late, bila komplikasi terjadi lebih dari 7 hari. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah semua pasien yang menjalani prosedur DSA di RSUD. Dr. Moewardi periode Juni 2013 hingga Mei 2018 dan pasien yang mengalami komplikasi neurologis dan non-neurologis.Hasil penelitian: Terdapat 15 (3%) dari 486 pasien yang menjalani prosedur DSA serebral mengalami komplikasi. Komplikasi neurologis early terjadi pada 10 kasus (2%), dan tidak didapatkan komplikasi pada tipe late, sedangkan komplikasi non-neurologis early terjadi pada 2 kasus (0.4%), dan late pada 3 kasus (0.6%). Kejadian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh studi internasional lainnya.Kesimpulan: Prosedur DSA serebral relatif aman, baik dalam hal komplikasi neurologis, komplikasi non-neurologis maupun terjadinya kematian. Komplikasi neurologis yang terjadi masih dalam batas yang direkomendasikan sesuai dengan petunjuk keamanan untuk melakukan DSA serebral.Kata kunci: Angiografi serebral; keamanan; komplikasi
Perbedaan Efektifitas antara Efedrin dengan Lidokain sebagai Premedikasi untuk Mengurangi Nyeri Lokal akibat Injeksi Propofol Bayu Prihananto; R. Th. Supraptomo; Eko Setijanto; Sugeng Budi Santosa
Smart Medical Journal Vol 3, No 1 (2020): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.653 KB) | DOI: 10.13057/smj.v3i1.39370

Abstract

Latar Belakang. Propofol merupakan agen induksi anestesi yang sering digunakan secara luas. Hal ini dikarenakan waktu pulih sadar pendek dengan kembalinya reflek-reflek kognitif, protektif dan psikomotor yang cepat. Propofol memiliki masalah lazim yang membuat pasien tidak nyaman karena nyeri pada lokasi injeksi. Berbagai metode sudah diteliti untuk mengurang nyeri dengan hasil yang berbeda-beda, yaitu dengan penggunaan obat lidokain, fentanil, metokloramid, atau modifikasi non-farmakologis dengan mendinginkan atau menghangatkan, mendilusi propofol, atau menyuntikkan pada vena yang besar. Obat lain yang dipakai untuk mengurangi nyeri tetapi masih jarang digunakan adalah efedrin. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbedaan efektifitas efedrin dengan lidokain sebagai premedikasi untuk mengurangi nyeri lokal akibat injeksi propofol.Metode. Penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi eksperimental. Subjek dalam penelitian merupakan pasien yang melakukan pembedahan menggunakan induksi propofol dengan kriteria tertentu. Pengambilan subjek dilakukan dengan teknik purposive sampling yang berjumlah 40 orang, kemudian dibagi menjadi dua kelompok perlakuan di Instalasi Bedah Sentral (I.B.S.) RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji fisher exact.Hasil: Dari hasil analisis data dengan 40 subjek penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok perlakuan, didapatkan hasil perhitungan uji fisher exact adalah 0,661, maka H0 diterima karena p-value > 0,05.Simpulan: Tidak ada perbedaan efektifitas antara efedrin 30 µg/kgBB intravena dengan lidokain 1 mg/kgBB intravena sebagai premedikasi dalam mengurangi nyeri akibat injeksi propofol.Kata Kunci: Nyeri Propofol; Efedrin; Lidokain
Nutritional Therapy In Ischemic Stroke Patients With Type 2 Diabetes Mellitus : A Case Report Cipuk Muhaswitri; Diyah Eka Andayani; Taufik Mesiano
Smart Medical Journal Vol 3, No 1 (2020): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.735 KB) | DOI: 10.13057/smj.v3i1.42114

Abstract

Introduction: The prevalence of stroke in Indonesia increased from 8.3 per 1000 population in 2007 to 12.1 per 1000 population in 2013, based on Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Diabetes mellitus (DM) is an independent risk factor and can be modified. Hyperglycemia that occurs in the acute phase of stroke is associated with an increase in mortality and poor clinical outcome after stroke. Moreover, stroke patients are at risk of developing hypoalbuminemia due to poor intake and the presence of a chronic inflammatory process.Methods: A 66-year-old female patient with third recurrent ischemic stroke, history of uncontrolled DM, conciousness based on GCS is E3M5Vaphasia, Nasogastric tube (NGT) was inserted and there was a right facial nerve paralysis and bilateral hemiparesis . Nutritional status of patient is obese-1. During follow up period, the patient's blood glucose level ranged from 194 g/dl-345 g/dl. Nutrition therapy is given with a target of 1350 kcal (32 kcal/kg). Its composition consists of 15% protein, 25% fat and 60% carbohydrate (preferred complex carbohydrates), in the form of DM-specific formula containing inulin and monounsaturated fatty acid (MUFA). This nutritional therapy was administrated six times per day via enteral pathway, followed by the administration of micronutrients of vitamins C, B and folic acid.Result: During follow up period, the patient tolerated well with the diet. After the 14 days hospitalization, there was improvement of blood glucose level (<200 g/dL). Albumin level increases from 2.5 g/dL to 2.9 g/dl by the nutritional therapy containing protein more than 1.2 g/kg/day.Conclusion: Administering a diet with the recommended composition and formula helps control hyperglycemia and improve hypoalbuminemia in patients that can improve the patient's clinical condition.
Perbedaan Kecerdasan Spiritual pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Sebelas Maret Berdasarkan Waktu Pelatihan Emotional Spiritual Quotient Herlina Kusuma Dewi; Rohmaningtyas Hidayah Setyaningrum; Prihandjojo Andri Putranto
Smart Medical Journal Vol 3, No 1 (2020): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.591 KB) | DOI: 10.13057/smj.v3i1.35735

Abstract

Pendahuluan: Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang lebih tinggi memiliki toleransi yang lebih tinggi dalam menghadapi tekanan kehidupan. Universitas Sebelas Maret (UNS) mengadakan pelatihan Emotional Spiritual Quotient (ESQ) bagi mahasiswa baru setiap tahun sebagai upaya mengembangkan kecerdasan spiritual mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecerdasan spiritual pada mahasiswa Kedokteran UNS berdasarkan waktu pelatihan ESQ.Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel ditentukan melalui total sampling terhadap mahasiswa Kedokteran UNS. Sebanyak 159 mahasiswa memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data diri dan Spiritual Intelligence Self-Report Inventory (SISRI-24). Analisis data menggunakan uji Kruskal-Wallis yang dilanjutkan dengan post-hoc Mann-Whitney.Hasil: Uji analisis Kruskal-Wallis menunjukkan nilai p = 0,996 artinya tidak ada perbedaan kecerdasan spiritual yang signifikan berdasarkan waktu pelatihan ESQ pada mahasiswa Kedokteran UNS. Meskipun tidak signifikan secara statistik, diketahui rerata kecerdasan spiritual peserta yang waktu pelaksanaan pelatihan ESQ-nya paling dekat dengan waktu penelitian, yaitu mahasiswa yang mengikuti pelatihan ESQ 1 tahun lalu memiliki rerata tertinggi daripada subjek yang lain (rerata ± s.b. = 65,96±13,630).Kesimpulan: Tidak ada perbedaan kecerdasan spiritual yang signifikan pada mahasiswa Kedokteran UNS berdasarkan waktu pelatihan ESQ.
Hubungan Profil Lipid dan Kadar High-Sensitivity C-Reactive Protein dengan Outcome Pasien Stroke Iskemik Akut Stefanus Erdana Putra; Fauzi Novia Isnaening Tyas; Muhammad Hafizhan; Raden Ajeng Hanindia Riani Prabaningtyas; Diah Kurnia Mirawati
Smart Medical Journal Vol 3, No 2 (2020): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v3i2.43779

Abstract

Pendahuluan: Stroke adalah penyebab utama kecacatan jangka panjang dengan dampak klinis dan sosial ekonomi yang signifikan di seluruh dunia. Hiperlipidemia dan inflamasi memainkan peranan penting dalam patofisiologi stroke iskemik. Meskipun high-sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP) dan kadar lipid merupakan penentu risiko penyakit pembuluh darah, kekuatan penggunaan biomarker ini dalam penentuan prognosis stroke iskemik belum dapat dipastikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar hs-CRP dan profil lipid pada pasien stroke iskemik akut di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret dan memahami hubungan antara biomarker tersebut dengan outcome jangka pendek.Metode penelitian: Penelitian cross-sectional dilakukan pada 34 pasien dengan serangan stroke iskemik pertama kali. Profil lipid dan hs-CRP diukur pada hari pertama masuk rumah sakit. Defisit neurologis diukur menggunakan National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) dan outcome diukur menggunakan Barthel Index pada hari ke-7 perawatan di unit stroke. Selanjutnya, kadar serum hs-CRP dan profil lipid dianalisis korelasinya dengan defisit neurologis dan outcome jangka pendek.Hasil penelitian: Pasien stroke iskemik memiliki kadar hs-CRP, kolesterol total (TC), trigliserida (TG), low-density lipoprotein (LDL) yang lebih tinggi; serta kadar high-density lipoprotein (HDL) yang lebih rendah dari kriteria normal. Berdasarkan uji korelasi Pearson, LDL memiliki korelasi signifikan dengan NIHSS (r = 0,447; p = 0,008) sedangkan hs-CRP memiliki korelasi signifikan yang lebih kuat dengan Barthel Index daripada NIHSS (r = -0,412; p = 0,015). TC dan HDL juga memiliki korelasi signifikan dengan NIHSS.Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa profil lipid dan hs-CRP dapat digunakan sebagai prediktor prognosis outcome stroke iskemik akut. Introduction: Stroke is the leading cause of long-term disability with significant clinical and socioeconomic impact worldwide. Hyperlipidemia and inflammation play major roles in ischemic stroke. While high-sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP) and lipid levels are established risk determinants for vascular disease, the relative strength of these biomarkers for ischemic stroke is uncertain. The purpose of this study is to investigate the association of hs-CRP levels and lipid profile in acute ischemic stroke patients and understand correlation between those markers and short-term outcome.Methods: This was a cross-sectional study of 34 first-timer ischemic stroke patients. Lipid profiles and hs-CRP were measured on admission day. The neurological deficit was quantified using National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) and outcome was quantified using Barthel Index at the 7th day in stroke unit. Serum level of hs-CRP and lipid profile were estimated and correlated with neurological deficit and short-term outcome.Results: Ischemic stroke patients had higher levels of hs-CRP, total cholesterol (TC), triglyceride (TG), low-density lipoprotein (LDL); and lower level of high-density lipoprotein (HDL) than normal criteria. Based on Pearson correlation test, LDL had significant correlation with NIHSS (r=0.447; p=0.008) while hs-CRP had stronger significant correlation with Barthel Index than NIHSS (r=-0.412; p=0.015). TC and HDL also had significant correlation with NIHSS.Conclusions: This research suggests that lipid profile and hs-CRP can be used as predictors of prognosis for acute ischemic stroke outcome. Keywords: Barthel index, C-reactive protein, National Institutes of Health Stroke Scale, lipid profile, ischemic stroke.
Efek Kardioprotektif Ekstrak Daun Kenikir (Cosmos Caudatus Kunth) pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Model Diabetes Mellitus Tri Agusti Sholikah; Sri Wulandari; Taufik Ridwan Hadi Kusuma; Muthmainah Muthmainah
Smart Medical Journal Vol 4, No 1 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i1.47952

Abstract

Latar Belakang : Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang dapat menyebabkan komplikasi serius pada berbagai organ tubuh termasuk pada jantung. Oleh karena itu, DM harus diterapi agar tidak meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Salah terapi yang dapat digunakan adalah tanaman herbal daun kenikir (Cosmos Caudatus Kunth). Sayuran ini sering dikonsumsi dan mengandung flavonoid yang cukup tinggi. Flavonoid berperan sebagai antioksidan yang dapat mengurangi kerusakan berbagai organ termasuk jantung.Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui apakah ekstrak daun kenikir mempunyai efek protektif terhadap jantung tikus putih model DM.Metode : Sampel sebanyak 24 ekor tikus putih (Rattus novergicus) dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok kontrol normal (KKn) yang tidak diinduksi streptozotosin-nicotinamid (STZ-NA) intraperitoneal; kelompok kontrol negatif (KK-) yang diinduksi STZ-NA; kelompok perlakuan 1 (KP1) diinduksi STZ-NA dan diberi ekstrak daun kenikir 200 mg/kgBB; kelompok perlakuan 2 (KP2) diinduksi STZ-NA dan diberi ekstrak daun kenikir 400 mg/kgBB. Gambaran histopatologi jantung tikus diperiksa dan dinilai dengan skor derajat kerusakan setelah 28 hari pemberian ekstrak daun kenikir yang selanjutnya dianalisis secara statistik.Hasil : Terdapat perbedaan derajat kerusakan histopatologi jantung tikus yang signifikan pada semua kelompok perlakuan. KP2 mempunyai derajat kerusakan yang lebih ringan daripada KK- dan KP1.Kesimpulan : Pemberian ekstrak daun kenikir dapat mencegah derajat kerusakan otot jantung tikus putih model diabetes mellitus.
Hubungan Reseptor Estrogen, Reseptor Progesteron dan Ekspresi Her-2/Neu Dengan Grading Histopatologi pada Pasien Kanker Payudara di RSUD dr. Moewardi Surakarta Warjianto Warjianto; Widyanti Soewoto; Untung Alifianto; Hari Wujoso
Smart Medical Journal Vol 3, No 2 (2020): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v3i2.35228

Abstract

Pendahuluan: Kanker payudara merupakan keganasan pada wanita yang memiliki prosentasi dan angka mortalitas cukup tinggi baik di dunia maupun Indonesia. Pada kanker payudara memiliki reseptor untuk hormon estrogen, progesteron, dan protein Her–2 yang berperan dalam proses terjadinya sel kanker. Dimana keberadaan ER, PR dan Her-2/Neu serta Grading Histopatologi sangat mempengaruhi manajemen dan prognosis pada pasien dengan karsinoma payudara.Tujuan: Mengetahui hubungan antara Reseptor Estrogen, Reseptor Progesteron dan ekspresi Her-2/neu dengan grading histopatologi pada penderita wanita dengan kanker payudara.Bahan & Metode: Pasien kanker payudara sejumlah 73 orang yang berobat di Poliklinik dan dirawat di bangsal serta pengambilan sample di sub Bagian Bedah Onkologi RSUD dr. Moewardi Surakarta antara April sd Desember 2018. Pemeriksaan Immunohistokimia dan Histopatologi di bagian Patologi Anatomi RSUD dr. Moewardi Surakarta. Penelitian prospektif analitik korelasi dengan cross sectional.Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara reseptor estrogen dengan grading histopatologi pada pasien kanker payudara di RSUD dr. Moewardi Surakarta Jawa Tengah (p=0,901).Tidak terdapat hubungan antara reseptor progesteron dengan grading histopatologi pada pasien kanker payudara di RSUD dr. Moewardi Surakarta Jawa Tengah ( p=0,512).Tidak terdapat hubungan antara ekspresi Her-2/neu dengan grading Histopatologi pada pasien kanker payudara di RSUD dr. Moewardi Surakarta Jawa Tengah ( p=0,629). Introduction: Breast cancer is a malignancy in women who have a high percentage and mortality rate both in the world and Indonesia. Breast cancer has receptors for the hormones estrogen, progesterone, and Her-2 protein which play a role in the process of cancer cells. Where the existence of ER, PR and Her-2 / Neu and Histopathology Grading greatly affect the management and prognosis in patients with breast carcinoma.Objective: To determine the relationship between Estrogen Receptor, Progesterone Receptor and Her-2 / neu expression with histopathological grading in women with breast cancer.Material & Methods: There were 73 breast cancer patients who were treated at the Polyclinic and treated in the ward and taking samples in the sub-section of Surgical Oncology Hospital Dr. Moewardi Surakarta between April to December 2018. Immunohistochemistry and Histopathology Examination in the Anatomy Pathology section of RSUD dr. Moewardi Surakarta. Prospective analytic correlation research with cross sectional study.Conclusion: There is no relationship between estrogen receptors with histopathological grade in breast cancer patients at dr. Moewardi Surakarta, Central Java (p = 0,901). There was no relationship between progesterone receptors and histopathological grade in breast cancer patients at dr. Moewardi Surakarta, Central Java (p = 0.512). There was no relationship between Her-2 / neu expression and histopathological grading in breast cancer patients at dr. Moewardi Surakarta, Central Java (p = 0.629)
Hubungan Status Gizi dengan Angka Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita Usia 1-5 Tahun di Surakarta Wenny Widyawati; Dwi Hidayah; Ismiranti Andarini
Smart Medical Journal Vol 3, No 2 (2020): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v3i2.35649

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian pada balita. Status gizi dapat mempengaruhi kejadian ISPA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan angka kejadian ISPA pada balita usia 1-5 Tahun di Surakarta. Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti hubungan antara status gizi buruk, kurang, baik, lebih, dan obesitas terhadap angka kejadian ISPA.Metode: Penelitian observasional analitik dengan desain studi case control dilakukan pada 9 September 2019 sampai 15 Oktober 2019 di RSUD Dr. Moewardi dan puskesmas di Surakarta. Subjek penelitian adalah anak berusia 1–5 tahun dengan diagnosis ISPA dan non ISPA, masing-masing sebanyak 120 sampel. Pemilihan puskesmas dilakukan dengan metode stratified random sampling. Data anak diambil dengan metode consecutive sampling. Penelitian dilakukan dengan mengolah data rekam medis dan melakukan klasifikasi status gizi dengan tabel Z-score WHO. Data kemudian dianalisis menggunakan uji Chi Square dan Odds Ratio (OR).Hasil: Terdapat hubungan antara status gizi buruk (OR = 8,63; CI 95% = 1,875–39,714), status gizi kurang (OR = 3,776; CI 95% = 1,586–8,988), dan obesitas (OR = 0,154; CI 95% = 0,032–0,736) dengan angka kejadian ISPA. Sementara, tidak terdapat hubungan antara status gizi lebih (p=0,402) dengan angka kejadian ISPA.Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status gizi buruk, kurang, dan obesitas dengan angka kejadian ISPA pada balita di Surakarta. Namun, tidak terdapat hubungan antara status gizi lebih dengan angka kejadian ISPA pada balita di Surakarta. ABSTRACTIntroduction: Acute Respiratory Infection (ARI) is one of the causes of death in toddler. Nutritional status can affect the incidence of ARI. The purpose of this study was to determine the relationship between nutritional status and the incidence of ARI in toddler aged 1-5 years old in Surakarta. In this study, researcher will examine the relationship between poor nutritional status, malnutrition, good nutritional status, overweight, and obesity on the incidence of ARI.Methods: An observational analytic approach with a case-control study design was conducted on 9 September 2019 to 15 October 2019 in RSUD Dr. Moewardi and community health centre in Surakarta. Subjects were children aged 1-5 years old who were diagnosed with ARI and non-ARI, each as many as 120 samples. The community health center was selected by using the stratified random sampling method. Children's data was taken by consecutive sampling method. The study was conducted by processing medical record data and classifying nutritional status with the WHO Z-score table. Data were then analyzed using the Chi Square test and Odds Ratio (OR).Results: There is a relationship between poor nutritional status (p = 0.001; OR = 8.63; 95% CI = 1.875–39.714), malnutrition (p = 0.002; OR = 3.776; 95% CI = 1.586– 8,988), and obesity (p = 0.019; OR = 0.154; 95% CI = 0.032-0.736) with the incidence of ARI. Meanwhile, there was no relationship between overweight (p = 0.402; OR = 0.417; 95% CI = 0.097–1.8) and the incidence of ARI.Conclusion: There is a relationship between poor nutritional status, malnutrition, and obesity with the incidence of ARI in toddler in Surakarta, and there is no relationship between overweight with the incidence of ARI in toddler in Surakarta.
Formulasi Transdermal Patch Ekstrak Etanol Biji Pepaya (Carica papaya L.) dengan Basis Hydroxypropil Metilcellulose (HPMC) Viqi Kurnia Wardani; Dwi Saryanti
Smart Medical Journal Vol 4, No 1 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i1.43613

Abstract

Pendahuluan: Biji pepaya (Carica papaya L.) memiliki kandungan metabolit sekunder seperti flavonoid yang bersifat sebagai antioksidan.Ekstrak etanol biji pepaya diformulasikan menjadi transdermal patch untuk menghindari first pass effectdan menjaga bioavailabilitas obat dalam plasma selain itu flavonoid memiliki kelarutan yang rendah sehingga dibuatlah transdermal patch untuk meningkatkan biavailabilitasnya.Penelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi HPMC yang dapat menghasilkan stabilitas fisik yang baik serta memiliki pengaruh pengaruh konsentrasi HPMC pada stabilitas fisik transdermal patch. Metode: Biji pepaya diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan etanol 95%. Ekstrak biji pepaya dibuat sediaan transdermal patch menggunakan polimer HPMC dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%.Sediaan patch yang diperoleh dilakukan pengujian termasuk organoleptis, keseragaman bobot, kekeringan, ketebalan, daya serap, ketahanan lipat, dan pH. Hasil dan Kesimpulan: Berdasarkan penelitian formulasi ekstrak biji pepaya pada sediaan transdermal patch menunjukkan bahwa penambahan HPMC memiliki pengaruh meningkatkan bobot, ketebalan, ketahanan lipat, dan daya serap kelembagaan. Transdermal patch dengan konsentrasi HPMC 1% memiliki struktur fisik yang lebih baik dibanding formula lain dengan bobot bercak kurang lebih 0,27 g, ketebalan bercak 0,01 mm, pengeringan 0% dan daya serap 12,01%. Kata kunci: Biji Pepaya, HPMC, Transdermal Patch. ABSTRAK Introduksi: Biji pepaya mengandung metabolit sekunder seperti flavonoid, yang merupakan antioksidan.Ekstrak etanolik pepaya (Carica papaya L.) diformulasikan menjadi patch transdermal untuk menghindari efek pass pertama dan pengawasan biji hayati obat dalam plasma selain itu flavonoid memiliki kelarutan yang rendah sehingga dibuat patch transdermal untuk meningkatkan bioavailabilitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi HPMC yang dapat menghasilkan gangguan fisik yang baik, serta melihat alarm alarm pada patch transdermal. Metode: Biji pepaya diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 95%. Pengujian yang dilakukan antara organoleptik lain, keseragaman bobot, kekeringan, ketebalan, ketahanan tahan, ketahanan lipat dan pH. Itu dibuat menjadi patch transdermal dengan polimer HPMC 1%, 2%, 3%.Hasil dan Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan HPMC berdampak pada peningkatan bobot, ketebalan, daya tahan lipat, dan daya serap. Menambal transdermal dengan konsentrasi HPMC 1%

Page 4 of 10 | Total Record : 100