cover
Contact Name
Nanang Wiyono
Contact Email
smjfkuns@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
smjfkuns@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Smart Medical Journal
ISSN : 26211408     EISSN : 26210916     DOI : -
Core Subject : Health,
Smart Medical Journal (SmedJour) is published by Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret. SMedJour publishes original research articles or article review in the basic medical sciences, clinic medical sciences, medical education and public health.
Arjuna Subject : -
Articles 100 Documents
Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Ringan yang Melakukan Exercise dan Tidak Melakukan Exercise di Posyandu Lansia Saiful Hidayat; Yuliana Heri Suselo; Dhoni Akbar Ghozali
Smart Medical Journal Vol 3, No 2 (2020): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v3i2.27158

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Hipertensi diderita oleh sekitar 1,13 milyar orang di seluruh dunia, di mana prevalensinya lebih banyak pada lansia dan mengakibatkan penurunan kualitas hidup mereka. Exercise dapat meningkatkan kualitas hidup melalui efeknya pada peningkatan kesehatan fisik dan mental. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa kualitas hidup pasien hipertensi ringan yang melakukan exercise lebih baik dibandingkan pasien hipertensi ringan yang tidak melakukan exercise di posyandu lansia.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental quasi dengan posttest only control group design. Subjek adalah wanita berusia 45-70 tahun dengan hipertensi ringan, mampu membaca dan menulis, tidak merokok, tidak rutin meminum obat anti hipertensi, tidak memiliki penyakit terminal, dan telah rutin mengikuti kegiatan senam lansia selama satu tahun untuk kelompok pertama. Subjek berjumlah 35 orang yang dibagi dalam dua kelompok, kelompok pertama sejumlah 18 orang mendapatkan perlakuan berupa exercise berdurasi 10 menit selama 3 kali seminggu, sedangkan kelompok kedua yang berjumlah 17 orang sebagai kontrol. Kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner SF-36 versi Bahasa Indonesia yang terdiri dari delapan domain yaitu fungsi fisik, peran fisik, peran emosional, energi, kesehatan emosional, fungsi sosial, nyeri, dan kesehatan umum. Data dianalisis menggunakan uji t independent dan Mann Whitney dengan tingkat kemaknaan α=0,05.Hasil: Kualitas hidup kelompok pertama lebih tinggi dibandingkan kelompok kedua pada semua domain. Akan tetapi, hanya tiga domain yang menunjukkan perbedaan signifikan yaitu fungsi fisik (p=0,003), peran fisik (p=0,013), dan energi (p=0,016).Kesimpulan: Pasien hipertensi ringan yang melakukan exercise memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan pasien hipertensi ringan yang tidak melakukan exercise di posyandu lansia. Introduction: Hypertension affects around 1.13 billion people worldwide. The prevalence mostly are elderly and reduce their quality of life. Exercise improves quality of life through improving physical and mental health. This study aims to prove the quality of life of patients with mild hypertension who exercise were better than those who do not exercise at Posyandu Lansia.Methods: This study was a quasi-experimental study with posttest only control group design. Subjects were women aged 45-70 years with mild hypertension, literate, do not smoke, do not regularly take anti-hypertensive drugs, and without terminal illness. In the first group there was an additional criteria, that was had been exercising regularly for one year. Thirty-five subjects were divided into two groups, the first group of 18 people received treatment in the form of 10 minutes of exercise three times a week for four weeks, the second group of 17 people as controls. The research was conducted at Posyandu Lansia in the working area of Puskesmas Pucang Sawit, Surakarta, Indonesia. Quality of life was measured using the Indonesian version of the SF-36 questionnaire which was consisted of eight domains, namely physical function, physical role, emotional role, energy, emotional health, social function, pain, and general health. Data were analyzed using independent T test and Mann Whitney (α = 0.05).Results: Quality of life in the first group was higher than the second group in all domains, but only three domains showed significant differences: physical function (87.59 ± 11.63 vs 62.31 ± 31.13; p = 0.003), physical role (75.46 ± 33.64 vs 47.06 ± 35.22; p = 0.013), and energy (74.72 ± 14.50 vs 63.42 ± 13.76; p = 0.016).Conclusion: Patients with mild hypertension who exercise have a better quality of life than those who do not exercise at Posyandu Lansia.
Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Persalinan Prematur di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Saskia Nandatari; Yudhistya N Insan; Widardo Widardo
Smart Medical Journal Vol 3, No 2 (2020): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v3i2.37849

Abstract

Pendahuluan: Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan sebelum 37 minggu. Persalinan prematur disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu anemia. Anemia dalam kehamilan merupakan masalah yang cukup sering terjadi terutama di negara berkembang. Anemia dalam kehamilan merupakan keadaan dimana nilai Hemoglobin ibu hamil dibawah 11 g/dl. Keadaan ini mengakibatkan penurunan jumlah oksigen yang dibawa ke janin sehingga mengakibatkan terjadinya hipoksia pada janin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian persalinan prematur di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Metode Penelitian: Penelitian observasional analitik dengan pendekatan case control, dilakukan pada bulan Agustus-September 2019 di RSUD Dr. Moewardi. Subjek penelitian adalah pasien yang mengalami persalinan prematur dan persalinan tidak prematur dalam kurun waktu Juni 2017 sampai dengan Juni 2019 di RSUD Dr. Moewardi. Penelitian dilakukan dengan mengolah data rekam medis. Pada penelitian dipilih sebanyak 70 sampel penelitian, yang terdiri masing-masing 35 sampel untuk kelompok kasus dan kontrol. Sampel diambil menggunakan purposive sampling. Data kemudian dianalisis menggunakan uji Korelasi Koefisien Kontingensi Uji Kappa dan uji T-test Tidak Berpasangan.Hasil: Didapatkan korelasi antara anemia dengan kejadian persalinan prematur bermakna secara statistik. Nilai korelasi sebesar 0,031 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang signifikan dan bermakna secara klinis. Selain itu, didapatkan perbedaan yang bermakna dan signifikan antara rata-rata nilai Hemoglobin ibu hamil dengan persalinan prematur dan tidak prematur, dengan nilai p sebesar 0,003.Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan dan bermakna secara klinis antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian persalinan prematur di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada Juni 2017 – Juni 2019. Background: Premature labor is labor that occurs at gestational age before 37 weeks. Premature labor is caused by various factors, one of which is anemia. Anemia in pregnancy, hemoglobin condition of pregnant women under 11 g / dl which is quite common, especially in developing countries. This situation results in a decrease in the amount of oxygen carried to the fetus, resulting in hypoxia in the fetus and stimulates stress hormones associated with labor induction. The purpose of this study was to determine the relationship between anemia in pregnant women with the incidence of preterm labor in Dr. Moewardi Surakarta.Methods: This study was analytic observational research with case-control approach, conducted in August-September 2019 at Dr. Moewardi. Research subjects were patients who experienced preterm labor and non-preterm labor in the period June 2017 to June 2019 at the RSUD Dr. Moewardi. The study was conducted by processing medical record data. In this study 70 research samples were chosen, consisting of 35 samples for the case and control groups. Samples were taken using purposive sampling. Data were then analyzed using the Kappa Test Contingency Coefficient Correlation test and the unpaired T-test.Result: The correlation between anemia and preterm labor was statistically significant. Correlation value (p=0.031) shows a positive correlation with the strength of the correlation that is significant and clinically meaningful. In addition, a significant and significant difference was found between the average hemoglobin value of pregnant women with preterm and non-preterm labor, with a value (p = 0.003).Conclusion: There is a significant and significant relationship between anemia in pregnant women and the incidence of preterm labor in Dr. Moewardi Surakarta in June 2017 - June 2019, where anemia in pregnant women increases the risk of preterm labor.
Korelasi Kadar Asam Urat dan High-Mobility Group Box 1 Serum dengan Keparahan Stenosis Arteri Koroner Pasien Sindrom Koroner Akut: Tinjauan Sistematis Diding Heri Prasetyo; Sally Aman Nasution; Idrus Alwi; Murdani Abdullah
Smart Medical Journal Vol 4, No 1 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i1.48046

Abstract

Pendahuluan: Sindrom koroner akut (SKA) adalah gangguan yang mengancam jiwa yang tetap menjadi sumber morbiditas dan mortalitas yang tinggi meskipun ada kemajuan dalam pengobatan. Asam urat dan high-mobility group box 1 (HMGB1) keduanya berperan penting dalam patofisiologi SKA, tetapi interaksi kooperatif antara keduanya dalam kejadian keparahan stenosis arteri koroner pada SKA, belum sepenuhnya jelas.  Penelitian ini bertujuan untuk melakukan tinjauan sistematis maupun meta analisis untuk mensintesis hasil-hasil penelitian yang berbeda tersebut agar diperoleh data baru yang bersifat kuantitatif dan lebih akurat.  Metode: Protokol penelitian didaftarkan dengan PROSPERO (CRD42020210948) dan tinjauan sistematis mengikuti pedoman preferred reporting items for systematic reviews and meta-analyses (PRISMA), dengan menelusuri studi yang dipublikasikan dalam rentan waktu dari Januari 2010 hingga Mei 2020. Cochrane Library, Ebsco, Medline/PubMed, ProQuest dan Sience Direct adalah sumber dari studi yang dipublikasikan. Meta-analisis dilakukan untuk mensintesis korelasi antara kadar asam urat dan HMGB1 serum dan keparahan stenosis arteri koroner. Heterogenitas dinilai menggunakan I2, dan meta analisis menggunakan perangkat lunak Comprehensive Meta Analysis Version 3 (CMA3).Hasil: Lima studi (n = 601 pasien) diidentifikasi didapatkan korelasi antara kadar asam urat serum dan skor Gensini (r = 0,548; p <0,001) pada pasien SKA. Sedangkan, korelasi antara kadar HMGB1 serum dan skor Gensini pada pasien SKA didapatkan satu studi (n = 60 pasien) dengan nilai r = 0,588; p <0,001. Bias heterogenitas ditemukan dalam analisis, sedangkan bias publikasi tidak ditemukan.Kesimpulan: Keparahan stenosis arteri koroner pada pasien dengan SKA berkorelasi positip dengan kadar asam urat dan HMGB1 serum.
Pengaruh Kombinasi Guided Imagery dan Musik Klasik Terhadap Tingkat Kecemasan Mahasiswa Menjelang Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Dwi Surya Supriyana; Yeni Nur Rahmayanti; Yeni Ambarsari
Smart Medical Journal Vol 4, No 1 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i1.47903

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Objective Structured Clinical Examination (OSCE) merupakan metode untuk menguji kompetensi klinik secara obyektif dan terstruktur dalam bentuk putaran station dengan waktu tertentu. OSCE memunculkan perasaan takut, tegang, gelisah, sulit berkonsentrasi dan gangguan pencernaan pada mahasiswa. Guided Imagery yang dipadukan dengan intrumen musik klasik merupakan salah satu cara mengurangi kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Guided Imagery terhadap tingkat kecemasan mahasiswa menjelang OSCE.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan pretest-posttest control group design. Sampel penelitian adalah seluruh mahasiswa aktif semester pertama (angkatan 2019) Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Mitra Husada Karanganyar sejumlah 32 orang dengan kriteria belum pernah mendapatkan terapi relaksasi Guided Imagery dan baru pertama kali menempuh OSCE. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan mendapatkan terapi kombinasi guided imagery dengan musik klasik selama 5 hari berturut-turut menjelang waktu pelaksanaan OSCE dengan durasi waktu 20 menit. Pengaruh guided imagery terhadap tingkat kecemasan dianalisis menggunakan uji statistik t independent.Hasil: Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan rata-rata antara tingkat kecemasan pada kelompok eksperimen pretest 62.19±1.83 dan posttest 54.88±1.78. Kelompok kontrol rata-rata pretest 62.50±2.22 dan posttest 63.00±1.93. Nilai p (CI 95%) < 0.05 (p=0.00) yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan Guided Imagery terhadap penurunan tingkat kecemasan.Kesimpulan: terdapat pengaruh siginifikan pemberian kombinasi guided imagery dengan musik klasik terhadap penurunan tingkat kecemasan mahasiswa semester pertama program studi keperawatan menjelang OSCE. Kata kunci: Guided Imagery, tingkat kecemasan, OSCE
Analisis Karakteristik Individu dengan Pola Hidup Bersih dan Sehat pada Santri di Pati Sigit Setyawan; Sri Haryati; Yulia Sari; Yusuf Ari Mashuri; Sutartinah Sri Handayani; Sonya Dellania Raharja
Smart Medical Journal Vol 3, No 2 (2020): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v3i2.37874

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Soil-Transmitted Helminths (STH) merupakan kumpulan jenis cacing yang menginfeksi manusia dan menular melalui media tanah. Sekitar 24% penduduk dunia terinfeksi oleh soil-transmitted helminths. Faktor risiko terjadinya infeksi soil-transmitted helminths berhubungan kondisi sanitasi serta higiene yang kurang, kondisi sosial ekonomi, dan perilaku banyak ditemukan di pesantren.Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Variabel bebas dari penelitian ini adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) anak sekolah. Sedangkan variabel terikat dari penelitian ini adalah kejadian kecacingan. Sampel yang digunakan adalah feses dari 100 santri Pondok Pesantren Al-Kholiqiyyah dan Pondok Pesantren An-Nur, Kecamatan Gabus Kabupaten Pati dengan pengambilan sampel secara simple random sampling. Data akan dianalisis dengan metode Chi- square dan Mann-Whitney pada aplikasi SPSS.Hasil: Usia santri menunjukkan perbedaan signifikan (p<0.05) terhadap skor total pelaksanaan PHBS terutama pada kebiasaan membuang sampah pada tempatnya baik di rumah maupun di sekolah. Sedangkan usia, pendidikan dan penghasilan orang tua tidak berpengaruh pada skor total pelaksanaan PHBS sekolah oleh para santri.Kesimpulan: Usia santri menunjukkan perbedaan signifikan terhadap skor total pelaksanaan PHBS. Introduction: Soil-Transmitted Helminths (STH) are a group of worms that infect humans and are transmitted through soil. About 24% of the world's population is infected by SoilTransmitted Helminths. Risk factors for Soil-Transmitted Helminths infection are related to poor sanitation and hygiene conditions, socioeconomic conditions, and behavior found in many pesantren.This study aims to investigate individual characteristics as STH risk factors and healthy lifestyle of Santri in Pati district.Method: This was an observational analytic study with a cross-sectional approach. The samples used were faeces from 100 Al-Kholiqiyyah Islamic Boarding School students and An-Nur Islamic Boarding School, Kecamatan Gabus Kabupaten Pati with simple random sampling The Clean and Healthy Life Behavior (PHBS) of school children data were collected using questionnaire, while STH infection was investigate using feces examination with direct smear method . Data were analyzed using Chi-square, Fisher’s exact, and Mann-Whitney methods in Statistical Package for the Social Sciences (SPSS).Result: There was no STH infection among Santri in Pati. However, the risk factors of STH infection were identified The gender of the santri showed a significant difference (p<0.05) on the total score of the implementation of PHBS, especially in the habit of disposing garbage in its place both at home and at school. While the age, education and income of parents did not associate with the total score of the implementation of school PHBS by the santri.Conclusion: The gender of the santri showed a significant difference in the total score for implementing PHBS
Kultur Bakteri Positif pada Pasien dengan Perforasi Gaster di RSUD Dr. Moewardi Surakarta: Sebuah Studi Retrospektif Muhammad David Perdana Putra; Muhammad Singgih Nugraha; Agus Raharjo
Smart Medical Journal Vol 4, No 1 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i1.42828

Abstract

Pendahuluan: Perforasi gaster mengakibatkan kebocoran asam lambung kedalam rongga perut, sehingga berkembang menjadi peritonitis kimia. Infeksi bakteri dapat menyertai peritonitis dengan mayoritas patogen penyebab infeksi adalah Enterobactericeae Sp., Stretococcus Sp., dan Bacteroides Fragilis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penderita perforasi gaster dengan kultur bakteri positif di RSUD Dr. Moewardi.Metode: Pasien diobservasi secara retrospektif dari rekam medis pasien yang didiagnosis perforasi gaster dalam kurun waktu 2017 - 2018.Hasil: Dalam 2017-2018 ditemukan 84 pasien, 13 diantaranya hasil pemeriksaan kultur positif, onset dilakukan operasi lebih dari 12 jam pada 10 pasien (77%) wanita, 3 pasien (23%) Laki-laki. Sembilan pasien (69%) diatas umur 40 th, 4 pasien (31%) dibawah 40 th. Berdasarkan letak perforasi, 1 pasien (8%) di Antrum, 10 pasien (77%) di pylorus dan 2 pasien (15%) di curvatura mayor. Jenis bakteri yang ditemukan Staphilococcus Epidermidis 4 pasien (30%), Staphilococcus Haemoliticus 5 pasien (40%) dan Enterobacter chloacae 4 pasien (30%).Kesimpulan: Didapatkan 13 pasien pemeriksaan kultur positif. Tidak ditemukan jenis bakteri yang dominan. Introduction: Gastric perforation results in leakage of stomach acid into the abdominal cavity, thus developing into chemical peritonitis. Bacterial infections can accompany peritonitis with the majority of pathogens causing infection are Enterobactericeae sp., Streptococcus sp., and Bacteroides fragilis. This study aims to determine the profile of patients with gastric perforation with positive bacterial culture in Dr. Moewardi Hospital Surakarta.Methods: Patients were observed retrospectively from the medical records of patients diagnosed with gastric perforation in the period 2017 - 2018.Results: In 2017-2018 84 patients were found, 13 of them were positive culture results, the onset of surgery was more than 12 hours in 10 patients (77%) female, 3 patients (23%) male. Nine patients (69%) were over 40 years old, 4 patients (31%) were under 40 years old. Based on the perforation location, 1 patient (8%) in antrum, 10 patients (77%) in pylorus and 2 patients (15%) in curvatura major. The types of bacteria found were Staphylococcus epdermidis in 4 patients (30%), Staphylococcus haemoliticus in 5 patients (40%) and Enterobacter chloacae in 4 patients (30%).Conclusion: There were 13 positive culture examination patients. No dominant bacterial type was found.Keywords: retrospective, gastric perforation, infection, bacterial culture
Association of CXCR4 mRNA Expression with Clinicopathological Aspects of Invasive Breast Carcinoma Novan Adi Setyawan; Didik Setyo Heriyanto; Naomi Yoshuantari; Irianiwati Irianiwati
Smart Medical Journal Vol 4, No 1 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i1.46870

Abstract

ABSTRACT BackgroundBreast cancer is the most common malignancy in women of which majority histological type is Invasive (Ductal) Carcinoma of No Special Type (NST). The prognosis in breast carcinoma is influenced by many factors such as age, tumor size, degree of histology, and lymph node metastasis. Another factor in the development and metastasis of breast cancer is the chemokine receptor CXCR4 and its ligand, CXCL12. Studies state that the expression of CXCR4 in Breast Invasive Carcinoma associated with clinicopathologic aspects remain unclear. This study aims to determine differences in the level of CXCR4 mRNA expression between clinicopathologic aspects in breast carcinoma..MethodA total of 50 samples of formalin-fixed paraffin-embedded (FFPE) tissues diagnosed as invasive breast carcinoma (NST) are used in this study. Samples are divided into groups, namely with and without lymph node metastasis, age <45 years and> 45 years, small and large size, low grade and high grade. CXCR4 mRNA expression is quantitatively examined by qRT-PCR. CXCR4 mRNA expression differences between various clinicopathologic aspects were analyzed by One-Way ANOVAResultOf the 50 samples, 26 samples (52%) revealed increased expression of CXCR4 mRNA compared to normal tissue. There were no significant differences in mRNA expression of  CXCR4 between various prognostic factors (p> 0.05) such as the status of lymph node metastasis, histologic grading, size, and age. However, the expression of CXCR4 mRNA is increased in breast carcinoma when compared to normal breast tissue. Nonetheless the level of CXCR4 expression alone is not associated to clinicopathologic aspects in invasive breast carcinoma.ConclusionCXCR4 mRNA expression did not differ significantly between the various clinicopathological aspects of invasive breast carcinoma. Keyword: invasive breast carcinoma, mRNA of CXCR4, Clinicopathologic aspects 
Tinjauan Terkini Hemofilia A yang Didapat : Aspek Diagnosis dan Manajemen Ibnu Purwanto
Smart Medical Journal Vol 3, No 2 (2020): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v3i2.45870

Abstract

Hemofilia A yang didapat adalah penyakit yang jarang terdiagnosis dan seringkali salah terdiagnosis namun berpotensi menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa. Penyakit autoimun akibat pembentukan autoantibodi (inhibitor) terhadap FVIII ini hampir setengahnya memiliki gangguan lain yang mendasari. Pemanjangan activated partial thromboplastin time, mixing test yang tidak terkoreksi, rendahnya aktivitas FVIII, dan bukti inhibitor FVIII mendukung penegakan diagnosis Hemofilia A yang didapat. Rintangan dalam manajemen pasien dimulai dari penegakan diagnosis hingga penentuan terapi, baik terapi hemostatik, imunosupresi, serta pengobatan penyakit penyerta. Pemilihan terapi serta pengendalian terhadap efek samping dari pengobatan memerlukan perhatian khusus agar tercapai hemostasis dan remisi yang bertahan lama.Acquired Hemophilia A can potentially cause life-threatening conditions due to profuse bleeding, but this autoimmune disease is mostly underdiagnosed. Hemophilia A occurs due to the development of an antibody against FVIII, moreover up to half of these cases have underlying conditions. Prolonged activated partial thromboplastin time, uncorrected mixing test, low FVIII activity, and detection of FVIII inhibitors support the diagnosis of acquired Hemophilia A. However, several challenges lay within patients’ management strategy, such as diagnosis workup and therapeutical choices. Treatment for acquired hemophilia A encompasses hemostatic therapy, immunosuppression, and treatment of underlying disease. Moreover, therapeutical choice and side effects control require special consideration to achieve hemostasis and durable remission.
Hubungan Pengetahuan Kode Etik Kedokteran Indonesia dengan Kejadian Kekerasan di Wahana Pendidikan Klinis pada Dokter Muda di Surakarta Yudhistira Andarusukma; Adji Suwandono; Wahyu Dwi Atmoko
Smart Medical Journal Vol 3, No 2 (2020): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v3i2.40753

Abstract

Pendahuluan: Kekerasan di tempat kerja terhadap tenaga kesehatan saat ini berada dalam taraf yang mengkhawatirkan seiring dengan naiknya angka kejadian tersebut. Hal ini juga dialami oleh dokter muda dalam menjalani masa studinya pada program profesi dokter di wahana pendidikan klinis. Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut berkaitan dengan penerapan etika profesi saat bekerja. Etika profesi dokter diatur dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia yang ditujukan untuk mempertahankan hubungan kepercayaan dokter-pasien. Pengetahuan yang memadai mengenai kode etik menimbulkan sikap yang sesuai dengan ketentuan yang harusnya dilakukan, sehingga diharapkan mampu mengurangi risiko terjadinya gesekan yang berujung pada terjadinya kekerasan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan pengetahuan Kode Etik Kedokteran Indonesia dengan kejadian kekerasan di wahana pendidikan klinis.Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Januari hingga Feburari 2020 pada dokter muda RSUD dr. Moewardi Surakarta. Pengambilan subjek dilakukan dengan teknik purposive sampling. Data yang didapat dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson dan uji regresi linier sederhana.Hasil: Hasil analisis data pada 54 subjek penelitian menunjukkan hubungan negatif antara pengetahuan tentang kode etik kedokteran dengan kejadian kekerasan di wahana pendidikan klinis (r=-0.313, p= 0,021). Pada analisis regresi linier sederhana didapatkan pengaruh antara kedua variabel (r2=0.098, koefisien regresi=-0.364, p<0,05).Kesimpulan: Terdapat hubungan dan pengaruh yang bermakna secara statistik antara pengetahuan kode etik kedokteran dengan kejadian kekerasan di wahana pendidikan klinis dengan dengan kekuatan lemah dan arah korelasi negatif. Introduction: Workplace violence against health workers currently are rising at a worrying rate. This condition are also affecting medical students during their stage of clinical clerkship in teaching hospital. One of its contributing factors is related to the implementation of medical ethics during working. Here, medical ethic is regulated in Indonesian Medical Ethics Code, aimed to maintain the trust between doctor and patient. A better understanding of ethical code can result in better behavior that can potentially decrease the tension between doctor and patient. This research aims to find the correlation between the Indonesian Medical Ethics Code’s knowledge and the occurrence of workplace violence among medical students during clinical clerkship.Methods: This is an analytic observational research with cross-sectional approach conducted between January to February 2020. The subjects are medical students in clinical clerkship stage in Dr.Moewardi General Hospital Surakarta. The sample was taken using purposive sampling method and the data was analyzed using Pearson correlation test and simple linear regression test.Results: The analyzed data from 54 subjects resulted in a negative correlation between the Indonesian Medical Ethics Code’s knowledge and the occurrence of workplace violence among clinical clerkship students (r=-0.313, p= 0.021) and both factors are influencing each othe (r2=0.098, regression slope=-0.364, p<0,05).Conclusion: There is a statistically significant correlation and influence between Indonesian Medical Ethics Code’s knowledge and the occurrence of workplace violence among medical student during clinical clerkship, resulted in a weak negative correlation.
Hubungan Mekanisme Koping Dengan Skor Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Keterampilan Medik Pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Dokter Universitas Mataram Nurrahmasia Nurrahmasia; Emmy Amalia; Dian Puspita Sari
Smart Medical Journal Vol 4, No 1 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i1.47695

Abstract

Latar Belakang: Kecemasan merupakan suatu gejala yang timbul dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan. Kecemasan ujian merupakan kecemasan antisipatif yang timbul ketika menghadapi situasi ujian.Setiap individu memiliki cara ataupun mekanisme koping yang berbeda dalam menghadapi masalahnya. Penggunaan mekanisme koping yang sesuai membantu seseorang beradaptasi terhadap perubahan atau beban yang dihadapi, termasuk beban belajar menghadapi ujian.Penelitian ini meneliti hubungan antara mekanisme koping dengan skor kecemasan mahasiswa program studi pendidikan dokter dalam menghadapi ujian keterampilan medik, serta korelasi antara skor kecemasan dengan nilai ujian.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Responden penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Mataram tahun pertama dan kedua. Datamekanisme koping diambil dengan menggunakan instrumen Brief COPE, sementara data kecemasan diambil menggunakan instrumen PTA (Performance Test Anxiety). Keduanya telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dan diuji validitas dan reliabilitasnya.Uji statistik yang digunakan adalah uji Mann-Whitney dan uji Spearman. Hasil: Sebanyak 207 mahasiswa berpartisipasi dalam penelitian ini. Skorkecemasan mahasiswadidapatkan70.00 (31-94)dan 83.1% menggunakanProblem Focused Coping. Penggunaan Problem focused coping berhubungan signifikan dengan skor kecemasan yang lebih rendah(p=0,032). Tidak terdapat hubungan antara skor kecemasan dengan hasil ujian keterampilan medik pada mahasiswa tahun pertama maupun kedua (p > 0.05)Simpulan: Jenis mekanisme koping yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa fakultas kedokteran universitas mataram adalah problem focused coping dan jenis mekanisme koping ini berhubungan dengan skor kecemasan ujian yang lebih rendah.Kata Kunci: Kecemasan Ujian, Mekanisme Koping, Keterampilan MedikBackground: Anxiety is a symptom that arises from unfinished subconscious conflicts. Exam anxiety is anticipatory anxiety experienced when student in an examination situation.  Each individual has a different coping mechanism in dealing with the problem.The use of appropriate coping mechanism helps individuals adapt to the changes or burden they face, including studying for exams. This study examined the relationship between coping mechanisms and anxiety score of medical students in facing clinical skills exam, as well as the correlation between anxiety score and clinical skills exam score.Methods:This study used a cross-sectional design. The study subjects were first and second year medical students at the Faculty of Medicine, Universitas Mataram. Coping mechanism data were obtained using the Brief COPE Inventory, while anxiety data were obtained using the Performance Test Anxiety (PTA). Both questionnaires have been translated into Bahasa Indonesia andtested for validity and reliability. The statistical test used in this study were the Mann-Whitney test and the Spearman test. Results: A total of 207 students participated in this study. The participants’ anxiety score was 70.00 (31-94)and 83.1% using Problem Focused Coping. The use of Problem Focused Copingwas significantly associated with lower anxiety score (p=0.032). There was no relationship between anxiety score and clinical skills examination results for the first and second year student (p > 0.05).Conclusion: The use of Problem Focused Coping was prevalent among the first and second year students participated in this study and this coping mechanism was associated with lower exam anxiety score.Keyword: Exam anxiety, coping mechanism, medical skill exam.

Page 5 of 10 | Total Record : 100