cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan (Journal of Pharmacy Science and Practice)
ISSN : 23388404     EISSN : 26572311     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan (Journal of Pharmacy Science and Practice) is published twice a year, containing research articles, review, and short communication in pharmacy science field, including medicinal chemistry, analytical chemistry, biologjcal pharmacy, pharmaceutical sciences and clinical pharmacy research and practice of pharmacy in industry, clinic, and community practice, such as pharmacies, distributors, and pharmacy education.
Arjuna Subject : -
Articles 136 Documents
Pembentukan Kokristal Katekin dengan Nikotinamida Bakhtiar, Amri; Gaesari, Sherly Rahmah; Zaini, Erizal
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurnal Farmasi Sains dan Terapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1366.084 KB) | DOI: 10.33508/jfst.v2i2.720

Abstract

Telah dilakukan pembuatan kokristal katekin-nikotinamida dan evaluasi kelarutannya dalam pelarut air. Kokristal dibuat dengan dua metode, yaitu rekristalisasi dengan penguapan pelarut etanol 96% menggunakan rotary evaporator (metode I) dan penguapan pelarut pada suhu ruang (metode II). Karakterisasi kokristal katekin-nikotinamida dilakukan dengan difraksi sinar-X, analisis termal DTA (Differential Thermal Analysis), FT IR (Fourier Transform Infra Red), dan SEM (Scanning Electron Microscopy), serta uji kelarutan dalam pelarut air menggunakan orbital shaker selama 24 jam. Penetapan kadar katekin dilakukan dengan metode KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) menggunakan fase gerak air-asetonitril-metanol-etil asetat-asam asetat glasial (89:6:1:3:1). Hasil difraktogram sinar-X pada kokristal metode I menunjukkan terbentuknya padatan amorf, sedangkan pada metode II menunjukkan terbentuknya fase kristalin baru (kokristal). Pada analisis termal menggunakan DTA terjadi perubahan titik lebur pada kokristal metode I maupun metode II yang berbeda dengan titik lebur katekin dan nikotinamida yang menunjukkan terbentuknya campuran eutektik. Pada analisis FT IR, baik kokristal metode I maupun metode II terjadi pergeseran bilangan gelombang dari spektrum katekin dan nikotinamida yang menunjukkan terbentuknya ikatan hidrogen antara gugus hidroksi fenol dari katekin dengan gugus amida dari nikotinamida. Dari hasil SEM, terlihat habit kristal dari kokristal metode I maupun metode II berbeda dibandingkan dengan habit kristal katekin maupun nikotinamida yang menunjukkan terbentuknya kokristal. Namun kelarutan kokristal katekin-nikotinamida metode I (132,17 mg/100 mL) maupun metode II (131,09 mg/100 mL) tidak berbeda nyata dengan kelarutan katekin (124,58 mg/100 mL). Kata kunci: kokristal, katekin, nikotinamida, kelarutan, KCKT.
Efek Antifertilitas Fraksi n-Heksana, Fraksi Kloroform, dan Fraksi Metanol Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Tikus Jantan Galur Wistar Muslichah, Siti; ., Wiratmo
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurnal Farmasi Sains dan Terapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1223.165 KB) | DOI: 10.33508/jfst.v2i2.716

Abstract

Rendahnya partisipasi pria dalam program Keluarga Berencana disebabkan karena terbatasnya pilihan kontrasepsi untuk pria. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi fraksi n-heksana, fraksi kloroform, dan fraksi metanol biji pepaya sebagai bahan kontrasepsi. Fraksi-fraksi tersebut diberikan secara oral dengan dosis masing-masing 100 mg/kgBB selama 20 hari. Sebanyak 20 ekor tikus jantan dengan berat badan 200-300 g berumur 2-2,5 bulan dikelompokkan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan jumlah, motilitas, viabilitas serta peningkatan abnormalitas spermatozoa yang signifikan dibandingkan kontrol. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak biji C. papaya mempunyai efek terhadap reproduksi pria yang menunjukkan potensi tanaman ini sebagai pengatur kesuburan pria. Kata kunci: biji Carica papaya, motilitas sperma, jumlah sperma, antifertilitas, abnormalitas sperma.
Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) pada Tikus dengan Metode Induksi Aloksan Dianasari, Dewi; Fajrin, Fifteen Aprila
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Farmasi Sains dan Terapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.649 KB) | DOI: 10.33508/jfst.v2i1.812

Abstract

Salah satu jenis tanaman yang diduga memiliki khasiat sebagai antidiabetes adalah Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) yang termasuk dalam famili Malvaceae. Kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) mengandung senyawa flavonoid khususnya antosianin dan vitamin C sebagai antioksidan yang mampu menetralisir radikal bebas yang menjadi salah satu penyebab diabetes dan mengurangi komplikasi penyakit tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas antidiabetes dari ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dan untuk mengetahui aktivitas antidiabetes pada ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) pada dosis yang berbeda (250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 750 mg/kgBB). Metode penelitian yang digunakan adalah dengan cara induksi aloksan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok uji ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dosis 500 mg/kgBB dan 750 mg/kgBB memiliki aktivitas antidiabetes yang sebanding dengan kontrol positif yaitu Glibenklamid dengan dosis 0,45 mg/kgBB, sedangkan kelompok uji ekstrak air kelopak bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dosis 250 mg/kgBB tidak menunjukkan aktivitas antidiabetes yang berarti karena tidak ada perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif (aquadest 5 mL/kgBB).
Formulasi Sediaan Pemerah Pipi dari Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.) Sebagai Pewarna dalam Bentuk Compact Powder Bindharawati, Nina; Darsono, Farida Lanawati; Wijaya, Sumi
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurnal Farmasi Sains dan Terapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (955.995 KB) | DOI: 10.33508/jfst.v2i2.721

Abstract

Latar belakang :Dewasa ini, penyalahgunaan pewarna tekstil didalam sediaan pemerah pipi sangat mengkuatirkan. Hal tersebut mengakibatkan dibutuhkannya suatu produk pemerah pipi yang aman dan mempunyai manfaat yang sesuai dengan penggunaannya. Metode :Ekstrak kelopak bunga rosella dijadikan sebagai pewarna dengan konsentrasi 30 % dan digunakan isopropil miristat sebagai pengikat dengan berbagai konsentrasi. Formula I 0,5%, formula II 0,75% dan formula III 1%. Ekstrak kelopak bunga rosella diperoleh dengan cara maserasi etanol 96% dengan penambahan 3% asam asetat glasial, lalu diuapkan di penangas air dengan suhu dibawah 70º C. Sediaan pemerah pipi compact powder dibuat dengan cara kempa kering. Hasil dan diskusi :Rendemen ekstrak yang diperoleh sebesar 25,17%. Pada hasil pengamatan ditunjukkan bahwa sediaan dengan konsentrasi isopropil miristat 0,5% lebih rapuh atau mudah pecah. Pada uji pH, sediaan yang memenuhi persyaratan adalah formula I dan formula II. Pada uji oles, sediaan dengan konsentrasi 1% tidak dapat ditempelkan pada kuas dan tidak dapat dilekatkan pada kulit. Kesimpulan :Ekstrak kelopak bunga rosella dapat dijadikan salah satu pewarna alternatif yang baik dengan konsentrasi isopropil miristat yang terbaik adalah 0,75%. Kata kunci :compact powder, isopropil miristat, pemerah pipi, rosella.
Penetapan Kadar Hidrokuinon pada Krim Pemutih Wajah A dan B dengan Metode Kolorimetri Dian M., Lailul; INHS, Cikra
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Farmasi Sains dan Terapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.731 KB) | DOI: 10.33508/jfst.v2i1.808

Abstract

Hidrokuinon adalah bahan aktif yang dapat mengendalikan produksi pigmen yang tidak merata, tepatnya berfungsi untuk mengurangi atau menghambat pembentukan melanin kulit. Penggunaan hidrokuinon sebagai bahan tambahan krim pemutih kulit yaitu dengan kadar kurang dari 2%. Pemakaian hidrokuinon yang berlebih memberikan efek samping yang sangat merugikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat kandungan hidrokuinon yang berlebih dalam sampel krim pemutih wajah A dan B. Analisis hidrokuinon dalam sampel krim dilakukan dengan metode kolorimetri menggunakan pereaksi floroglusin dan pengukuran serapan dengan spektrofotometri UV-Vis. Analisis data dilakukan dengan Independent Samples T Test pada taraf uji 5%. Hasil penetapan kadar dari sampel krim A dan krim B secara berurutan adalah 0,404±0,436 mg/L dan 0,872±0,000 mg/L. Sampel krim pemutih wajah B menunjukkan kadar hidrokuinon terbesar (0,872±0,000 mg/L) dan persentase kadar hidrokuinon yang diperoleh adalah 0,35%. Hasil data uji statistik dengan menggunakan Independent Samples T Test dapat diketahui bahwa dari setiap sampel krim pemutih wajah mempunyai perbedaan kadar yang bermakna antarkelompok sampel krim dengan nilai signifikan p=0,032 (p
Efek Hipoglikemik dan Uji Hipersensitivitas Sediaan Transdermal Ekstrak Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) Lucia Hendriati; Angelica Kresnamurti; Teguh Widodo; Elizabeth Natania Ivani; Merry Yulia Anrika
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurnal Farmasi Sains dan Terapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1092.115 KB) | DOI: 10.33508/jfst.v2i2.717

Abstract

Daun Angsana memiliki khasiat sebagai antidiabetes, akan tetapi pemberian melalui rute per oral akan menyebabkan epikatekin sebagai senyawa aktif mengalami hidrolisis dalam suasana asam di lambung. Sebagai rute alternatif adalah pemberian secara transdermal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek hipoglikemik dan uji hipersensitivitas sediaan transdermal ekstrak etanol daun Angsana. Komposisi patch transdermal yang digunakan adalah HPMC, gliserol, asam oleat dan ekstrak daun Angsana masing-masing dengan dosis 19,89 mg/cm2 dan 39,78 mg/cm2. Hewan yang digunakan pada uji efek hipoglikemik adalah tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi aloksan monohidrat 150 mg/kgBB secara intramuscular (i.m.). Tikus diukur kadar glukosa darahnya setelah 6 jam pemberian patch transdermal pada hari ke-2 sampai dengan hari ke-7. Sedangkan hewan coba untuk uji hipersensitivitas adalah marmut jantan. Sensitisasi marmut dilakukan dengan cara perlukaan dan pemberian suspensi Staphylococcus aureus kemudian dibiarkan kembali selama 48 jam. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak daun Pterocarpus indicus Willd. dalam dosis 35,36 mg/cm2 dan 70,72 mg/cm2 secara transdermal dengan enhancer asam oleat, dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang dibuat hiperglikemik. Aplikasi sediaan patch transdermal daun Angsana dosis 2,88 mg/cm2 dan 5,77 mg/cm2 tidak menyebabkan hipersensitivitas terhadap kulit marmut yang telah disensitisasi dalam perlakuan selama 14 hari. Kata kunci: hipoglikemik, hipersensitivitas, Pterocarpus indicus Will., transdermal.
Perbandingan Antibakteri dari Ekstrak Etanol dan Fraksi Ekstrak Etanol Tanaman Ceguk (Quisqualis indica L.) Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Valeri, Sepvan; Soegianto, Lisa; Wijaya, Sumi
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurnal Farmasi Sains dan Terapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1033.663 KB) | DOI: 10.33508/jfst.v2i2.722

Abstract

Tanaman Ceguk merupakan tanaman yang berasal dari Myanmar dan Malaysia. Tanaman ini memiliki beberapa efek farmakologi antara lain immunomodulator, antihiperlipidemia, antipiretik, antioksidan dan antibakteri. Aktivitas antibakteri sebelumnya telah diteliti pada bagian bunga. Pada penelitian ini ekstrak etanol dan fraksi (n-heksana, etil asetat dan air) dari daun tanaman ceguk diuji aktivitas antibakterinya terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Fraksi aktif terpilih ditentukan dengan bioautografi kontak. Pengujian aktivitas antibakteri meliputi KHM (Kadar Hambat Minimum) dan KBM (Kadar Bunuh Minimum) dilakukan dengan metode mikrodilusi dan trifenil tetrazolium klorida 1% sebagai indikator visual. Golongan senyawa fraksi aktif ditentukan dengan uji kualitatif KLT dengan menggunakan penampak noda. Ekstrak dan fraksi n-heksana tanaman ini menghambat pertumbuhan pada bakteri Gram positif yaitu Staphylococcus aureus dengan nilai KHM 500 ppm pada fraksi n-heksana dan 1000 ppm untuk ekstrak. Ekstrak dan fraksi n-heksana tanaman ini tidak mampu membunuh Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Berdasarkan uji KLT, golongan senyawa fraksi aktif pada fraksi n-heksana yang diduga memiliki potensi sebagai antibakteri adalah golongan triterpenoid dengan harga Rf 0,63. Kata kunci : antibakteri, ceguk, fraksi, kadar hambat minimum, kadar bunuh minimum.
Studi Klinik Pengaruh Formula Jamu Hiperurisemia terhadap Fungsi Ginjal Triyono, Agus; Astana, PR Widhi; Ardianto, Danang
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Farmasi Sains dan Terapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.867 KB) | DOI: 10.33508/jfst.v2i1.809

Abstract

Evidence based khasiat dan keamanan jamu perlu terus dikembangkan. Telah dilakukan penelitian pengaruh formula jamu hiperurisemia terhadap fungsi ginjal (ureum dan kreatinin). Hasil penelitian digunakan sebagai dasar pemanfaatan dalam masyarakat dan pelayanan kesehatan formal. Dalam penelitian ini, studI klinik dilakukan dengan desain penelitian pre-post test. Studi klinik melibatkan 40 subyek, yaitu laki-laki dan perempuan usia 20- 60 tahun. Subyek penelitian diberikan ramuan jamu hiperurisemia selama delapan minggu dan dilakukan kontrol ulang seminggu sekali. Dilakukan pula pemeriksaan ureum dan kreatinin pada awal penelitian, hari ke-28 dan hari ke-56. Hasil pemeriksaan ureum dan kreatinin dianalisis dengan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum perlakuan, rerata kadar ureum 24,12 mg/dL dan kadar kreatinin 0,85 mg/dL. Pada hari ke-28 rerata kadar ureum 25,91 mg/dL dan kadar kreatinin 0,87 mg/dL. Hasil uji t berpasangan sebelum dan sesudah perlakuan 28 hari untuk kadar ureum nilai p 0,138 (>0,05) dan kadar kreatinin nilai p 0,518 (>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna kadar ureum dan kreatinin sebelum perlakuan dan setelah perlakuan 28 hari. Pada hari ke-56 rerata kadar ureum 24,75 mg/dL dan kadar kreatinin 0.88 mg/dL. Hasil uji t berpasangan sebelum dan sesudah perlakuan 56 hari untuk kadar ureum nilai p 0,422 (>0,05) dan untuk kadar kreatinin nilai p 0,328 (>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna kadar ureum dan kreatinin sebelum perlakuan dan setelah perlakuan 56 hari. Karenanya dapat disimpulkan bahwa penggunaan ramuan jamu hiperurisemia selama 56 hari tidak mengganggu fungsi ginjal.
Studi Botani dan Fitokimia Tiga Spesies Tanaman Sarang Semut Asal Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Dirgantara, Septriyanto; Dewi, Krisna; Raya, Jewelry Natalia; Simanjuntak, Tio Lina
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurnal Farmasi Sains dan Terapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (964.859 KB) | DOI: 10.33508/jfst.v2i2.718

Abstract

Latar belakang: Tanaman sarang semut adalah salah satu tanaman obat asli asal Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Keanekaragaman hayati tanaman sarang semut yang tumbuh di wilayah Papua sangat bervariasi sesuai dengan kondisi alam lingkungan tumbuhnya. Masyarakat lokal Papua memanfaatkan umbi tanaman sarang semut sebagai obat penyembuh radang, nyeri otot dan peningkat imunitas tubuh. Namun, penelitian mengenai tinjauan botani dan kandungan senyawa kimia tanaman ini masih sangat terbatas. Tujuan: Melakukan studi kajian botani dan fitokimia dari tiga spesies tanaman sarang semut yang dikenal masyarakat lokal Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Metode: Tiga spesies tanaman sarang semut dilakukan determinasi dan dikaji aspek botani secara anatomi dan morfologi. Simplisia kering ketiga spesies tanaman sarang semut diekstraksi dengan cara maserasi 3 x 24 jam dengan metanol. Penapisan fitokimia dilakukan terhadap ketiga ekstrak metanol dan dipantau dengan metode Kromatografi Lapis Tipis. Hasil: Ketiga spesies tanaman sarang semut berhasil dilakukan determinasi dan dikaji secara anatomi dan morfologinya berturut-turut dengan nama Myrmecodia beccarii, Myrmecodia sp. dan Hydnophytum sp. Dari hasil penapisan fitokimia ketiga spesies tanaman sarang semut mengandung senyawa kimia golongan flavonoid, terpenoid, saponin dan tanin polifenol. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan anatomi dan morfologi serta kandungan senyawa kimia dari ketiga spesies tanaman sarang semut yang tumbuh di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Kata kunci: Botani, Fitokimia, Tanaman Sarang Semut, Merauke.
Efek Diuretik Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) pada Tikus Wistar Jantan Yulinah S, Elin; Wahyuningsih, Sri; Ratna P, Kenah
Jurnal Farmasi Sains dan Terapan Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Jurnal Farmasi Sains dan Terapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1009.764 KB) | DOI: 10.33508/jfst.v2i2.714

Abstract

Telah diteliti efek diuretik ekstrak air kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) pada tikus jantan Wistar menggunakan metode Lipschitz dengan modifikasi. Dosis yang digunakan untuk ekstrak air kelopak bunga rosela 25, 50, dan 100 mg/kgBB yang diberikan secara oral. Sebagai pembanding adalah furosemid dosis 3,6 mg/kgBB. Parameter yang diamati adalah volume urin kumulatif selama 6 jam dan 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua dosis ekstrak air kelopak bunga rosela mempunyai efek diuretik dibandingkan dengan kontrol berbeda bermakna (P≤0,05). Ekstrak air kelopak bunga rosela dosis 50 mg/kgBB juga memiliki sifat saluretik dengan volume urin kumulatif selama 24 jam sebesar 271,406%, sedangkan furosemid dosis 3,6 mg/kgBB sebesar 263,018%; ekskresi ion natrium dan kalium lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol maupun pembanding. Ekstrak air kelopak bunga rosela dosis 50 mg/kgBBmenunjukkan efek diuretik yang bersifat saluretik berbeda bermakna terhadap kontrol dan setara dengan pembanding furosemid.

Page 1 of 14 | Total Record : 136