cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota palembang,
Sumatera selatan
INDONESIA
Intizar
ISSN : 14121697     EISSN : 24773816     DOI : -
Intizar Journal (ISSN: 1412-1697) and (E-ISSN: 2477-3816) is a peer-reviewed journal which is published by Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang publishes biannually in June dan December. This journal publishes current concept and research papers on Islamic Studies and Muslim Communities from interdisciplinary perspective, especially in Education; Culture; Politic; Law; Tafsir; Sufism; and Fiqh.
Arjuna Subject : -
Articles 181 Documents
Perancangan Perangkat Lunak Media Pembelajaran Menggunakan Computer Assisted Instruction (CAI) untuk Pembelajaran Ilmu Tajwid Berbasis Web Fenny Purwani
Intizar Vol 19 No 2 (2013): Intizar
Publisher : Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Strategi penggunaan Computer Assisted Instruction (CAI) sebagai media pembelajaran dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang dikemas dengan baik memberikan dampak yang positif dalam memajukan potensi pada diri manusia. CAI sebagai media pembelajaran berbasis computer dibangun sebagai pelengkap dan pendukung metode pembelajaran yang selama ini hanya menggunakan metode ceramah, diskusi informasi dan demonstrasi. Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membangun media pembelajaran CAI yang interaktif dengan berbasis Web. Kemudian hasilnya berupa rancangan CAI dengan model tutorial, serta dilengkapi dengan latihan soal-soal dari materi yang diberikan. Perancangan CAI ini kemudian digunakan untuk media pembelajaran ilmu Tajwid dengan komputer.Strategic use of Computer Assisted Instruction (CAI) as a learning media needed to overcome the problems that appeared in the learning process. Learning that was packaged well gave a positive impact in advancing the potential in human beings. CAI as a computer-based learning media was built to complement and support the learning method which as long as only used the speech, discussions, information and demonstrations method. The purpose of this study was to design and build learning media of CAI which was interactive with Web-based. Then the result was a design of CAI with tutorial model and completed with practicing questions from the material provided. This CAI design was then used for learning media of Tajwid with computer.
Infalibilitas Paus dalam Perspektif Gereja Roma Katholik Nur Fitriyana
Intizar Vol 19 No 1 (2013): Intizar
Publisher : Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dewan Vatikan pertama yang didominasi oleh tokoh-tokoh kepausan jelas merupakan suatu dewan kontroversi dalam Gereja Katolik, dan dalam hubungannya dengan gereja-gereja lain dan dunia yang lebih luas. Dewan menyatakan hal-hal yang tidak bisa diterima banyak orang; dan hal ini tampaknya menunjukkan bahwa Gereja Katolik memiliki sikap otoriter. Dewan Vatikan Pertama muncul oleh Norman P. Tanne yang masih menerjemahkan ajaran Katolik Roma dan tidak merasa perlu untuk pergi lebih jauh dari formatnya, terutama dalam perdebatan dengan gereja-gereja Protestan yang masih sangat banyak mengambil sikap untuk membela diri. Namun dalam domain lainnya telah banyak peristiwa. Tahun 1789 Revolusi Perancis dan Revolusi Industri yang dimulai pada akhir abad 18, menyebabkan perubahan besar dalam suasana politik, pembangunan sosial dan ekonomi di dunia Barat. First Vatican Council which is dominated by the definition of papal infallibility is definitely a council of controversy in the Catholic Church, and in conjunction with other churches and the wider world. Council states things that are not acceptable to many people and this event seems to show Catholic Church there at the height of aggressiveness and Authoritarian. First Vatican Council appeared startled by Norman P. Tanner (2003: 108) The Council of Trento apparently still provide the translation of Roman Catholic Theology adequately and does not feel the need to go further than his formulation, especially in the debate with Protestant churches are still very much taking attitude to defend themselves, other Council does not seem necessary. But in other domains has been a lot of events. 1789th French Revolution and the Industrial Revolution that began in the late 18 century, causing major changes in the political atmosphere, social and economic development in the Western world. The Enlightenment of the 18th century lead to a lot of intellectual challenge to the Christian faith and is complicated in the next century by advances in science that gives rise to further problems, such as the investigation of Darwin.
Studi Perbandingan tentang Khunsa dengan Transseksual dan Transgender (Telaah Pemikiran Ulama’ Klasik Dan Ulama’ Modern) Gibtiah Gibtiah
Intizar Vol 20 No 2 (2014): Intizar
Publisher : Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Makalah ini mengkaji mengenai khuntsa perspektif ulama klasik. Ada beberapa hal yang dapat sebagai solusi dari permasalahan khuntsa, yakni: 1. Khuntsa (orang banci) hendaknya menentukan atau diberi pilihan tentang status hukumnya lelaki atau perempuan, sebab dia yang lebih tahu tentang dirinya itu apakah dekat kepada lelaki atau lebih dekat /wajar ke perempuan. Dalam hal ini dapat meminta bantuan ahli kedokteran (fisik dan kejiwaan dengan tidak melupakan kelamin bagian dalam dan diproses ditetapkan oleh hakim /pengadilan. 2. Penetapan status hukum (identitas) oleh pengadilan tersebut setelah yang bersangkutan melakukan operasi kelamin (perbaikan/ penyempurnaan) dan bukan Taghyir, dan selanjutnya diperintahkan untuk memenuhi hak /kewajiban sebagai lelaki atau perempuan.This paper examined the khuntsa on perspectives of classical muftis. There were several things that could be as a solution of the khuntsa’s problems, namely: 1. Khuntsa (effeminate) should determine or was given a choice about their legal status male or female, because he knew better about himself if he was close to man or closer / reasonable to women. In this case might ask the assistance of medical experts (physical and psychological by not forgetting the inner sex and processed specified by the judge / court. 2. The decree of the legal status (identity) by the court after the relevant conducted genital surgery (repair / improvement) and not Taghyir, and further ordered to fulfill the rights / obligations as male or female.
Pengembangan Model Pembangunan Ummat Melalui Lembaga Filantropi Islam Sebagai Bentuk Dakwah bil Hal Abdurrazaq Abdurrazaq
Intizar Vol 20 No 1 (2014): Intizar
Publisher : Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Makalah ini mengkaji mengenai dakwah bil hal. Dakwah bil-hal yang merupakan salah satu metode dalam berdakwah menjadi bagian yang mempertemukan dengan konsep filantropi dalam Islam. Dalam ajaran Islam, wacana filantropi sesungguhnya sudah ada dan melekat dalam sistem teologi yang dimilikinya dan telah dipraktekkan sejak dahulu dalam bentuk zakat, wakaf, dan sebagainya. Program-program filantropi yang dalam pelaksanaannya membantu memperbaiki kondisi ummat dalam bidang pendidikan, kesejahteraan, kesehatan, menjauhkan dari kefakiran dan meningkatkan kualitas hidup adalah bagian dari ajaran Islam. Bentuk-bentuk pelaksanaan filantropi inilah yang merupakan bentuk dakwah bil hal. Melalui kegiatan meredistribusi kekayaan, memberikan santunan dan banyak lagi kegiatan amal lainnya sebagaimana halnya dalam filantropi Islam, maka pelaku-pelaku atau mediator yang menjalankan kegiatan meredistribusi kekayaan ini menjadi penting, melakukan aksi nyata dalam perbaikan kondisi umat (dakwah bil hal). Program filantropi dalam bentuk CSR yang telah dijalankan oleh Perbankan Syariah di Indonesia telah menyentuh aspek-aspek penting dalam rangka pembangunan umat, seperti: kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan.  This paper examined about dakwah bil hal. Da'wah bil-hal was one method of preaching that became part that brought with the concept of philanthropy in Islam. In Islamic doctrine, philanthropy discourse in fact already existed and was inherent in theological system and had been practiced since long ago in the form of zakat, waqf, and so on. Philanthropic programs in implementation helped improve the condition of the Ummah in the areas of education, welfare, health, estranged from poverty and improved the quality of life was part of the doctrine of Islam. The forms of implementation of philanthropy were what a form of dakwah bil hal was. Through the activities of redistribute wealth, providing compensation and many other charitable activities, as well as in the Islamic philanthropy, the actors or the mediator who ran the activities of wealth redistributed to be important, the real action in improving the condition of the people (Da'wah bil hal). Philanthropy program in the form of CSR that had been run by the Islamic Banking in Indonesia had touched important aspects in the development of people, such as health, education and welfare.
Hutang-Piutang dalam Prespektif Fiqh Muamalah di Desa Ujung Tanjung Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin Yuswalina Yuswalina
Intizar Vol 19 No 2 (2013): Intizar
Publisher : Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masalah utama dalam penelitian ini adalah tentang pelaksanaan hutang-piutang beras di Desa Ujung Tanjung Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin, dengan syarat adanya penambahan saat pembayaran terjadi sesuai dengan perjanjian. Berdasarkan analisa data dapat diketahui bahwa adanya pelaksanaan hutang-piutang beras sesuai dengan perjanjian awal, adanya penambahan saat pembayaran hutang-piutang beras yang dilakukan di Desa Ujung Tanjung. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat mengatakan bahwa adanya tambahan saat pembayaran diawali dengan perjanjian yang didalamnya disyaratkan adanya tambahan saat pembayaran hutang-piutang beras tersebut, maka dalam fiqh muamalah hal tersebut termasuk riba. Dalam hukum Islam riba hukumnya haram. Hutang-piutang beras yang dibayar dengan beras juga dengan adanya tambahan saat pembayaran maka hal ini disebut dengan riba’ qhardi.The main problem in this research is about the implementation of rice debt at Desa Ujung Tanjung Kecamatan Banyuasin III Kabupaten Banyuasin, with the requirement of added amount of rice when the payment happens as the deal.  Based on the data analysis, it is found out that there is an implementation of rice debt with added amount of rice. Based on the interview, it is also found out that the added amount of rice is made based by the deal. So, in fiqh muamalah it is included in riba. In Islamic law, riba is illegitimate. The rice debt which is paid with rice plus added amount of rice for the payment is called riba’ qhardi.
Diskresi Seponering dalam Perspektif Hukum Islam: Studi Kasus Pidana Korupsi Bibit Samad Rianto dan Chandra Martha Hamzah Damiri Hasan
Intizar Vol 22 No 1 (2016): Intizar
Publisher : Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/intizar.v22i1.544

Abstract

Tulisan ini mengkaji mengenai diskresi seponering. Seponering adalah hak istimewa Jaksa Agung untuk mengesampingkan perkara atau  memetieskan suatu perkara  karena alasan kepentingan umum setelah mendapat saran atau masukan dari institusi terkait dibidang hukum. Mensikapi tentang seponering kasus Bibit Samad Rianto dan Chandra Martha Hamzah dalam pandangan hukum pidana Islam itu adalah adil. Mengingat kedua orang tersebut sebagai pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi yang mempunyai tugas berat dan besar. Namun sebagai muslim memberi catatan khusus bahwa pertama, Bibit Samad Rianto dan Chandra Martha Hamzah harus mengembalikan semua uang hasil korupsi kepada negara, kedua Bibit Samad Rianto dan Chandra Martha harus minta maaf kepada publik melalui media dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu. This article examines the Seponering discretion. Seponering is the privilege of the Attorney General to override or freeze a court case for reasons of public interest after getting feedback from the relevant institutions in the field of law. In response about Seponering case of Bibit and Chandra Martha Hamzah in the view of Islamic criminal law is fair. Considering that the two men are the leaders of the Corruption Eradication Commission which have heavy and bulky duty. but Muslims, they are given a special note that first, Bibit and Chandra Martha Hamzah should return all the corruption money to the state, both Bibit and Chandra Martha have to apologize to the public through the media and vowed not to reiterate the act.
Analisis Pesan Dakwah dalam Karya Sastra: Studi atas Publikasi Novel-Novel Islami Karya Habiburrahman El-Shirazy Abdurrazaq Abdurrazaq
Intizar Vol 19 No 2 (2013): Intizar
Publisher : Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan dan menganalisis pesan dakwah dalam publikasi beberapa novel Islami karya Habiburrahman El-Shirazi. Ruang lingkup pembahasan hanya pada pesan dakwah yang disampaikan oleh novel-novel yang dipilih. Peneliti membatasi novel-novel yang dianalisis hanya pada 3 novel karya penulis. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deskriptif yang berupa uraian cerita, kata-kata, ungkapan dan pernyataan dalam novel-novel yang dipilih. Temuan dari penelitian ini adalah penulis Habiburrahman El Shirazi mampu dan benar-benar menggunakan karya sastra khususnya novel sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah. Pesan dakwah yang disampaikan meliputi usaha perbaikan dalam bidang aqidah, ibadah, tarikh dan akhlaq. Sebagaimana dalam kebanyakan karya sastra, penulis tidak lepas dari hasil imajinasi, ungkapan dan kejadian-kejadian yang bersifat fiktif, tetapi pesan moral yang ingin disampaikan sebagai bagian dari wasilah dakwah, mempunyai tujuan dan arah yang jelas dalam karya-karyanya. The purpose of this study was to describe and analyze the dakwah messages in the publication of several works of Islamic novels Habiburrahma El-Shirazi. The scope of the discussion only in the message conveyed by the selected novels. Researchers restrict the novels analyzed only at 3 novel which writed by the author. This study used a qualitative descriptive approach. The data used in this study is descriptive data in the form of descriptions stories, words, phrases and statementsn in the selected novels. The findings of this study are that the author of Habiburrahman El-Shirazi successfully use works of literature, especially novels as a medium to convey messages of dakwah. Preaching the message conveyed includes the restoration effort in the field of aqeedah, worship, chronicle and morality. As in most works of literature, the authors can not be separated from the imagination, expression and events are fictional, but the moral message to be conveyed as part of Wasilah da'wah, has a clear purpose and direction in his works.
Pemahaman terhadap Konsep Pahala dan Dosa Serta Hubungannya Dengan Etos Kerja Dosen dan Pegawai Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden Fatah Palembang Idrus Alkaf
Intizar Vol 19 No 1 (2013): Intizar
Publisher : Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini membahas tentang konsep pahala dan dosa dalam ajaran Islam dan pengaruhnya terhadap etos kerja dosen dan staf Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, IAIN Raden Fatah Palembang. Pemahaman tentang pahala dan dosa, yang merupakan bagian dari doktrin etika dalam Islam ternyata memiliki peran dalam menentukan etos kerja. Kegiatan yang dianggap baik berdasarkan ajaran Islam pasti akan dihargai. Sebaliknya, mereka yang tidak menjalankan atau yang melanggar aturan akan mendapatkan dosa sebagai balasannya. Dengan menggunakan metode pengumpulan data melalui survei, observasi, wawancara atau kuesioner, dalam artikel ini, diketahui bahwa pemahaman dosen dan staf tentang pahala dan dosa ternyata sangat berhubungan dengan etos kerja mereka sehari-hari. Semakin baik tingkat pemahaman dosen dan staf dengan konsep pahala dan dosa, semakin tinggi etos kerja mereka. Ini menyiratkan bahwa pemahaman seseorang tentang konsep pahala dan dosa itu dapat mendorong orang untuk bekerja lebih baik, lebih serius dan lebih berhati-hati. Atau dengan kata lain, secara teologis pemahaman ini dapat berdampak pada aktivitas sehari-hari.This article discusses the concept of merit and sin in Islam and the influence by the work ethic of faculty and staff of the Faculty of Islamic Theology and Islamic Thought, Islamic State Institute Raden Fatah Palembang. Understanding of merit and sin, which is part of the doctrine of ethics in Islam to have a role in determining the work ethic. Activities that are considered good based on the teachings of Islam is believed to be rewarded. Vice versa, those who do not run or that violate the rules will get sin as a reward. By Idrus analysis using the method of data collection through the courts (survey, observation, interviews or questionnaires), in this article, Idrus found understanding of faculty and staff to the concept of merit and sin is very in touch with their work ethic in everyday tasks. Or the better the level of understanding of faculty and staff to the concept of merit and sin, the higher their work ethic. It implies that one's understanding of the concept of merit and sin it may encourage people to work better, more serious and more careful. Or in other words, the concept of theology is understood by a person that may have an impact on activity in daily life.
Komunikasi dalam al-Qur’an (Studi Analisis Komunikasi Interpersonal pada Kisah Ibrahim) Kusnadi Kusnadi
Intizar Vol 20 No 2 (2014): Intizar
Publisher : Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Makalah ini mengkaji tentang perspektif komunikasi interpersonal tentang kisah Ibrahim. Persepsi yang berupa pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dari kisah nabi Ibrahim diperoleh kesimpulan, bahwa komunikasi interpersonal dilakukan dalam beberapa bentuk. Di antaranya dalam bentuk dialog antara nabi Ibrahim dengan Namrud. Komunikasi interpersonal dapat digunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain. Ini dilakukan dengan metode tertentu, misalnya dengan melihat alam semesta dan planet-planet. Di dalam al-Qur’an banyak ayat yang memerintahkan manusia untuk memperhatikan diri mereka (Q.S. al-Rūm/30: 8), memikirkan apa saja yang terdapat di bumi (Q.S. al-Ra’du/13: 3), memperhatikan penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang (Q.S. Ali Imrān/3: 189), bahkan memperhatikan kitab al-Quran itu sendiri (Q.S. al-Nisā’/4: 82).This paper examined about the interpersonal communication perspective on the story of Abraham. Perception that was in the form of experience of objects. Events or relationships that were obtained by concluding information and interpreting the message. From the story of Abraham was concluded that interpersonal communication was done in some form among others in the form of a dialogue between the prophet Abraham with Nimrod. Interpersonal communication could be used to change attitudes and behavior of others. This was done by a certain method, for example by looking at the universe and the planets. In the Qur'an many verses that commanded people to pay attention to themselves (Surat al-Rum / 30: 8), think about what was contained in the earth (Surat al-Ra'du / 13: 3), pay attention to the creation of the heavens and earth and the change of night and day (Surah Ali Imran / 3: 189), and even pay attention to the book of the Koran itself (Surat al-Nisa '/ 4: 82).
Tipologi Pemikiran Pembaharuan Hukum Islam (Syari’ah) Abdullahi Ahmad Al-Na’im Izomiddin Izomiddin
Intizar Vol 20 No 1 (2014): Intizar
Publisher : Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Al-Na’im memiliki pemaham sendiri tentang hukum Islam yang berbeda dengan konsep-konsep dalam ilmu-ilmu hukum Islam. Ia menyebut seluruh hukum Islam dengan sebutan “Syari’ah’, tentu ini bertentangan dengan konsep baku dalam ilmu ushul fiqh atau ilmu fiqh atau ilmu hukum Islam lainnya. Al-Na’im juga menentang sakralisasi Syari’ah karena menurutnya Syari’ah juga hasil penafsiran manusia, sebaliknya dalam ilmu Syari’ah; Syari’ah itu qath’i. Bagi al-Na’im Syari’ah bukan hanya hukum Islam karena istilah yang terakhir ini, merupakan terjemahan tak memadai untuk istilah syari’ah, sementara dalam ilmu hukum Islam; Syari’ah itu tidak persis sama dengan fiqh atau hasil penafsiran akal manusia lainnya. Dengan pemahaman-pemahaman seperti yang telah dikemukakan di atas, banyak pihak menilai bahwa al-Na’im telah melakukan dekonstruksi terhadap hukum Islam. Al-Na’im melakukan rekonstruksi terhadap hukum lama dengan teori/konsep naskh terbalik dimaksud, al-Na’im tidak mempunyai suatu teori baru untuk dapat digunakan mendekonstrusi hukum Islam/Syari’ah. Disinilah perbedaan al-Na’im dengan pemikir-pemikir pembaharu hukum Islam lainnya, seperti Arkoun, al-Jabiri, fazlurrahman, Syahrir dan lain-lain sehingga para pembaharu ini mampu melakukan reformasi dekonstruktif terhadap hukum Islam ( Syari’ah historis), sementara al-Na’im hanya mampu melakukan reformasi rekonstruktif.Al-Na'im had own understanding on Islamic law which was different from concepts in Islamic law sciences. He called the whole of Islamic law known as 'Shariah', this certainly was contrary to the basic concepts in usul fiqh or the science of fiqh or Islamic jurisprudence. Al-Na'im also opposed sanctification of Shariah because according to him Shariah was also the result of human interpretation, contrary to shari'a sciences; Shari'ah was qath’i. For al-Na'im Shariah was not only Islamic law because the latter term was an inadequate translation for the term of Shari'ah. While in the science of Islamic law; Shari'ah was not exactly the same as fiqh or the result of other human mind interpretation. By the understandings as noted above, many parties evaluated that al-Na'im had done deconstruction toward Islamic law. Al-Na'im  did reconstruction of the old law with the theory / concept naskh reverse, al-Naim did not have a new theory to be used to deconstruct Islamic law / Shariah. This was the difference of al-Na'im from thinkers the reformer of Islamic law, such as Arkoun, al-Jabri, fazlurrahman, Syahrir and others so that the reformers were able to reform deconstructive toward Islamic law (Shariah historical), while al -Na'im was only able to perform reconstructive reform.

Page 4 of 19 | Total Record : 181